Anda di halaman 1dari 8

RESUME JURNAL

Hanif Akhtar
Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada

Identitas Jurnal
Judul Are Indigenous Chinese Personality Dimensions Culture-Specific?: An
Investigation Of The Chinese Personality Assessment Inventory In Chinese
American And European American Samples
Penulis Ellen Jia-Ling Lin & A. Timothy Church
Jurnal Journal Of Cross-Cultural Psychology
Vol.(no) 35 (5)
Tahun 2004

Abstrak
Generalisasi dimensi kepribadian Cina secara lintas budaya, khususnya dimensi keterkaitan
interpersonal (interpersonal relatedness), pada Chinese Personality Assessment Inventory
(CPAI) diteliti dengan menggunakan sampel dari Chinese Americans (n = 201) dan European
Americans (n = 236). Empat faktor CPAI, termasuk Relatedness Interpersonal, direplikasi
sangat baik dalam sampel Chinese Americans dan cukup baik dalam sampel European
Americans, menunjukkan bahwa dimensi ini tidak unik untuk populasi Cina. Kelompok
Chinese Americans dengan akulturasi rendah juga memiliki nilai Relatedness Interpersonal
yang lebih tinggi dibanding kelompok European Americans. Hal ini menunjukkan bahwa
Relatedness Interpersonal meskipun tidak unik untuk budaya Cina saja, tapi lebih menonjol
pada individu yang mempertahankan atau mengidentifikasikan dirinya dengan budaya
tradisional Cina. Bertentangan dengan interpretasi sebelumnya tentang dimensi Relatedness
Interpersonal sebagai interdependen self, dimensi ini hanya sedikit berkorelasi dengan aspek
realtional dan collective, dua aspek konstrak interdependen self.

PENDAHULUAN
Pertanyaan utama dari psikolog kepribadian dan budaya adalah apakah dimensi
kepribadian itu universal atau spesifik budaya. Jawaban dari pertanyaan ini berimplikasi pada
teori, misal mengenai apakah suatu alat ukur kepribadian yang dikembangan di suatu daerah
bisa diaplikasikan secara valdi ke daerah yang lain untuk kepentingan asesmen ataupun
prediksi. Generalisasi secara lintas budaya biasa dilakukan dengan pendekatan imposed-etic,
dimana suatu alat ukur dikembangkan di suatu budaya (biasanya Barat), kemudia
diterjemahkan dan diadministrasikan di konteks budaya yang lain. contoh paling umum
adalah penelitian lintas budaya pada dimensi Big Five atau Five Factor Model (FFM) yang
mengukur Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, dan Openess to
Experience. Namun pendekatan ini berpotensi bias dan menghilangkan dimensi kepribadian
yang spesifik untuk budaya tertentu. Sebagai alternatif, peneliti banyak yang meggunakan
pendekatan emik (indigenous) yang lebih relevan terhadap konteks budaya dan dapat
diterapkan dalam penyusunan alat ukur.
Bukti bahwa dimensi kepribadian tidak semua dijangkau oleh alat tes Barat adalah
studi yang dilakukan oleh Cheung dan kolega. Menggunakan pendekatan emik-etic, Cheung
mengkombinasikan hal umum dan hal spesifik, seperti flexibility, harmony, modernization,
Ren Qing (relationship orientation), Face, dan Thrift yang semuanya masuk dalam Chinese
Personality Assessment Inventory (CPAI). CPAI memiliki 22 skala dan dari hasil analsisi
faktor skala tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat faktor, yakni Dependability,
Interpersonal Relatedness, Social Potency, dan Individualism. Dari analisis faktor lanjutan,
faktor Dependabilit, Social Potency, dan Individualism overlap dengan dimensi Neuroticism,
Extraversion, Conscientiousness, dan Agreeableness, sedangkan faktor Relatedness
Interpersonal merupakan hal yang spesial.
Penelitian menggunakan CPAI telah banyak dilakukan, hasilnya dimensi Relatedness
Interpersonal merupakan dimensi yang terpisah dari dimensi FFM. Studi dengan sampel
orang European Americans juga dilakukan dengan jumlah kecil (n=137), hasilnya dimensi
Relatedness Interpersonal dapat digeneralisasi ke budaya Barat. Penelitian ini ingin menguji
hal terseut dengan sampel lebih besar. Hipotesis 1: Dimensi Relatedness Interpersonal akan
muncul sebagai faktor yang berbeda dan sebanding untuk Chinese Americans dan European
Americans; lebih lanjut, struktur empat faktor CPAI akan direplikasi di kedua sampel.
Hipotesis 2: Chinese Americans memiliki rata-rata nilai Relatedness Interpersonal lebih
tinggi dibanding European Americans. Hipotesis 3: Di antara Chinese Americans, nilai
Relatedness Interpersonal akan lebih tinggi pada kelompok yang memiliki orientasi pada
nilai tradisi Cina yang lebih tinggi. Hipotesis 4: Individu dengan definisi diri Relational dan
Collective kuat akan lebih tinggi pada skala yang terkait dengan dimensi Interpersonal
Relatedness.

METODE
Sampel
236 European Americans berusia 18 74 tahun dan 201 Chinese Americans berusia 18 79
tahun.
Instrumen
- Demographic questionnaire
- CPAI, terdiri atas 22 skala kepribadian yang tersusun atas 352 item dikotomi (ya/tidak).
- RIC Scale yang mengukur Relational, individual, dan Collective self dan terdiri atas 30
item.
- Suinn-Lew Asian Self-Identity Acculturation Scale (SL-ASIA) untuk mengukur akulturasi
bagi orang Amerika Asia.

Prosedur
Setiap responden menjawab skala CPAI dan RIC Scale pada urutan pertama dan kedua.
Kemudian kuesioner demografi di urutan ke tiga, dan orang yang mengidentifikasikan dirinya
sebagai etnis Cina mengisi skala SL-ASIA.

HASIL
Reliabilitas CPAI
Median reliabilitas Alpha untuk orang Chinese Americans adalah .64 (range antara .43 .81)
dan untuk orang European Americans adalah .59 (range antara .22 .79).

Perbandingan lintas budaya struktur kepribadian CPAI


Dari hasil analisis faktor, didapatkan hasil bahwa:
- Chinese normative solution direplikasi cukup baik pada sampel Chinese Americans.
Keempat faktor, yakni Dependability (1), Interpersonal Relatedness (2), Social Potency
(3), dan Individualism(4) memiliki koefisien kongruensi sebesar .97, .95, .96, dan .88.
- Chinese normative solution direplikasi tidak cukup baik pada sampel European
Americans. Fakor Interpersonal Relatedness (2) dan Social Potency (3) direplikasi cukup
baik, namun tidak begitu dengan faktor Dependability (1) dan Individualism (4)
direplikasi tidak cukup baik. Koefisien kongruensi sebesar .82, .86, .85, dan .64.
- Varimax-Rotated factor pada sampel Chinese Americans dan European Americans
memiliki kemiripan yang rendah hingga sedang. Koefisien kongruensi sebesar .79, .85, .
83, dan .54.
- Secara keseluruhan, hasil ini mendukung Hipotesis 1 dan menunjukkan bahwa struktur
faktor normatif Cina direplikasi sangat baik dalam sampel Chinese Americans dan cukup
baik dalam sampel European Americans. Dimensi Interpersonal Relatedness direplikasi
cukup baik di kedua sampel dan dengan demikian dimensi ini tidak unik untuk populasi
Cina saja.

Perbedaan Akulturasi dan Kelompok Etnik di Skala CPAI


Skor Interpersonal Relatedness diperoleh dari rata-rata rawa skor dari masing-masing skala
yang mengukur dimensi ini (flexibility, harmony, modernization, relationship orientation,
Face, dan Thrift).
- Pertama, akulturasi diperlakukan sebagai kateori dalam analisis ANCOVA dan
MANCOVA. Responden dengan nilai skala SL-ASIA di atas titik tengah dikategorikan
sebagai kelompok high-acculturation (n=122), sedangkan Responden dengan nilai skala
SL-ASIA di bawah titik tengah dikategorikan sebagai kelompok low-acculturation
(n=78).
- Usia dan pendidikan dijadikan sebagai kovariat
- Dari analisis ANCOVA, diperoleh hasil kelompok low-acculturation memiliki rata-rata
skor Interpersonal Relatedness lebih tinggi secara signifikan dibanding kelompok high-
acculturation dan kelompok Chinese Americans. Namun kedua kelompok terakhir tidak
berbeda secara signfikan.
- Dari hasil MANCOVA dengan variabel dependen adalah keenam skala dimensi
Interpersonal Relatedness juga diperolah ada perbedaan yang signifikan. Uji beda
masing-masing skala dapat dilihat pada tabel dibawah.
- Ketika skor akulturasi diperlakukan sebagai skor kontinum bukan skor kategori, diperoleh
bahwa semua skala Interpersonal Relatedness, kecuali Face dan Flexibility memiliki
korelasi yang signifikan dengan variabel akulturasi: Interpersonal Relatedness total, r =
.25; Harmony, r = .29; Relationship Orientation, r = .25; Face, r = .07; Flexibility, r
= .08; Modernization, r = .15; Thrift, r = .15 (p < .05 kecuali pada skala Face and
Flexibility)

Secara umum dapat dilihat kelompok Chinese Americans low-acculturation, yang


lebih berorientasi pada tradisi Cina lebih memiliki nilai Interpersonal Relatedness lebih tinggi
dibanding kelompok European Americans. Kelompok Chinese Americans yang memiliki
High-acculturation yang sudah berasimilasi dengan budaya Amerika memilik skor
Interpersonal Relatedness yang tidak berbeda dengan kelompok European Americans. Hal ini
menunjukkan bahwa dimensi Relatedness Interpersonal meskipun tidak unik untuk budaya
Cina saja, tapi lebih menonjol pada individu yang mempertahankan atau mengidentifikasikan
dirinya dengan budaya tradisional Cina.
Analisis lanjut terhadap sampel Chinese Americans, dilakukan analisis regresi
bertingkat. Pada step 1 dilakukan analisis regresi dengan usia sebagai variabel independen
dan skala dimensi Relatedness Interpersonal sebagai variabel dependen. Hasilnya hanya
Harmony dan Face saja yang berkorelasi signifikan. Kemudian dilakukan analisis regresi
dengan variabel independen Asian-orietation dan American-orientation, hasilnya diperoleh
Asian-orientation hampir berhubungan signifikan dengan semua skala Relatedness
Interpersonal (kecuali Face dan Thirft). Hal ini mendukung Hipotesis 3 bahwa perbedaan
skor Relatedness Interpersonal antara Chinese Americans adalah hasil dari perbedaan dalam
memertahankan dan mengidentifikasi dengan nilai-nilai tradisional Cina, bukan perbedaan
dalam tingkat asimilasi nilai-nilai Amerika.

Interpretasi dari dimensi Relatedness Interpersonal


Dari hasil analisis korelasi parsial (dengan mengontrol usia dan tingkat pendidikan),
menunjukkan bahwa skala Relatedness Interpersonal berhubungan signifikan dengan
kecenderungan collective-self. Hasil ini menunjukkan bahwa definisi collective-self yang
berhubungan dengan keanggotaan dalam kelompok terkait dengan beberapa aspek dimensi
Interpersonal Relatedness. Namun, definisi Relational-self yang hubungan dengan orang lain,
kualitas hubungan, dan peran interpersonal seseorang tidak berhubungan dengan dimensi
interpersonal Relatedness. Hasil ini hanya sedikit mendukung hipotesis 4 bahwa adanya
korelasi yang rendah antara Interpersonal Relatedness dengan Relational dan Collective self,
menunjukkan bahwa Interpersonal Relatedness tidak dapat diinterpretasikan secara baik
sebagai istilah retaional dan collective self, setiaknya pada sampel Chinese Americans dan
European Americans.
DISKUSI
Penelitian ini memberikan bukti kuat bahwa dimensi Interpersonal Relatedness tidak
unik untuk masyarakat atau budaya Cina saja, karena mampu direplikasikan dengan baik
pada sampel Chinese Americans dan European Americans. Meskipun demikian, pengambilan
kesimpulan tentang universalitas CPAI juga perlu berhati-hati. Meskipun empat dimensi ini
dapat direplikasi dengan baik di kedua sampel bukan berarti bahwa CPAI merepresentasikan
paling baik dimensi kepribadian orang Amerika. Studi sebelumnya, penggunaan dimensi Big
Five (NEO PI-R) dapat direplikasi dengan baik di Cina. Begitu pula penelitian ini
menunjukkan dimensi CPAI dapat direplikasi dengan baik di Amerika. Namun CPAI dan
NEO PI-R mengukur dimensi kepribadian yang berbeda. Temuan bahwa dimensi
Interpersonal Relatedness digeralisasikan dengan baik pada sampel Chinese Americans dan
European Americans merupkan temuan penting. Beberapa peneliti berharap mampu
mengidentifikasi dimensi kepribadian yang unik atau spesifik untuk satu budaya tertentu.
Awalnya dimensi Interpersonal Relatedness ini dikira mampu mewakili itu, namun kita
hanya dapat mengatakan bahwa dimensi ini menonjol atau diasosisikan kuat dengan budaya
Cina. Sebagai contoh, Chinese Americans yang masih menjaga nilai tradisional Cina
memiliki skor Interpersonal Relatedness yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak.
Interpretasi yang memungkinkan adalah bahwa kepribadian itu dibentuk oleh budaya.
Replikasi dimensi Interpersonal Relatedness pada sampel Chinese Americans dan
European Americans juga membawa pertanyaan, makna dari dimensi ini. sebelumnya
dimensi ini dimannai sebagai interdependen self yang mana mencakup colloctive dan
Relational self. Namun temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi Interpersonal
Relatedness hanya berkorelasi kecil dengan collective self. Hal ini menimbulkan pertanyaan
dimensi apa yang diukur Interpersonal Relatedness dan istilah lain apa yang bisa
menggambarkan dimensi ini. Hal ini sebenarnya wajar karena dimensi ini diujikan bukan di
budaya Cina asli, namun temuan ini juga wajar karena hanya skala Harmony, Face, dan
Relationship Orientation saja yang mengandung item yang merujuk pada hubungan dengan
orang lain. Jadi label yang lebih general daripada Interpersonal Relatedness masih menjadi
pertimbangan.
Hasil temuan ini juga menunjukkan bahwa CPAI memiliki validitas konkuren.
Sebagai contoh, Chinese Americans yang memiliki low-acculturation memiliki skor yang
rendah pada aspek ektraversion (Leadership, Adventurousness, dan Introversion), konsisten
dengan temuan sebelumnya bahwa Chinese Americans kurang extrovert dibanding European
Americans. Hal yang menjadi perhatian juga adalah rendahnya nilai alpha dan korelasi item
total pada skala ini. Kemungkinan yang ada adalah tidak ekuivalennya terjemahan dari
bahasa Cina ke Bahasa Inggris, perbedaan isi terkait perbedaan budaya, atau memang item
yang kurang baik secara umum.
Perspektif kepribadian Non-Barat memang masih langka dalam perkembangan
psikologi kepribadian dan perspektif indigenous yang melibatkan lebih banyak variasi budaya
juga diperlukan. Meskipun mungkin sulit untuk mengidentifikasi dimensi yang benar-benar
asli atau spesifik budaya, pemahaman yang lebih komprehensif akan dicapai dengan
pendekatan cross-indigenous dimana dimensi berasal dari budaya secara independen sebelum
diaplikasikan pada studi lintas-budaya dan perbandingan. Penelitian dengan CPAI telah
menjadi contoh yang menjanjikan dari pendekatan ini.

Anda mungkin juga menyukai