Anda di halaman 1dari 6

1.

Definisi Psikologi Klinis Menurut Para Ahli

 Witmer, 1912
Psikologi Klinis adalah metode yang digunakan untuk mengubah atau
mengembangkan jiwas seseorang berdasarkan hasil observasi dan
eksperimen dengan menggunakan teknik penanganan pedagosis.
 J.H.Resinck, 1991
Psikologi Klinis adalah bidang dalam psikologi yang meliputi riset,
pelayanan dan pengajaran yang relevan dengan prinsip-prinsip, metode-
metode dan prosedur aplikasi untuk memahami, menduga dan mengurangi
salah suai, ketidaknyamanan dan ketidakmampuan, serta diterapkan pada
populasi klien untuk rentang yang luas.
 Phares, 1992
Psikologi Klinis adalah bidang yang membahas kajian, diagnosis, dan
intervensi
penyembuhan masalah psikologis, gangguan atau tingkah laku abnormal.
 Reber, 1995
Psikologi Klinis merupakan bidang psikologi yang berhubungan dengan
perilaku yang menyimpang, maladaptif atau abnormal.

2. Prinsip Umum Kode Etik Psikologi Klinis menurut Asosiasi Clinical


Psychologist Australia ( ACPA ) :
 Psikolog klinis akan menghormati martabat dan kesejahteraan semua
individu dan kelompok dengan siapapun mereka secara profesional.
 Psikolog klinis akan menunjukkan kemampuan secara berkelanjutan dalam
praktek mereka di bidang psikologi klinis yang meliputi pengetahuan ,
keahlian, pemahaman dan perawatan
 Psikolog klinis akan bertujuan untuk memaksimalkan manfaat dan tidak
membahayakan dalam praktek mereka di bidang psikologi
 Psikolog klinis akan bertindak dengan integritas dan akan mempromosikan
akurasi , keadilan dan kejujuran dalam praktek mereka di bidang
psikologi. Psikolog klinis akan menunjukkan tanggung jawab profesional
dan ilmiah untuk masyarakat.

3. Isu-isu kultural
- Culturally sensitive MH service
Sue (1989) mengidentifikasi 3 karakteristik utama dalam hal kompetensi
kultural:
1. Scientific Mindedness. Klinikus harus memformulasi dan menguji
hipotesis mengenai klien-kliennya yang beda secara kultural. Tidak ada
lagi “myth of sameness”
2. Dynamic sizing. Klinikus harus terampil memahami kapan
menggeneralisasi dan inklusif dan kapan individualisasi dan eksklusif.
3. Cultural specific expertise. Klinikus harus menyadari budaya dan
perspektifnya sendiri dan menyadari kelompok kultur di mana dia
bekerja.
- Standar Etis APA
Standar etis:
1. Beneficence and maleficence: Menguntungkan yang dilayani dan tidak
merugikan.
2. Fidelity and responsibility: Mempunyai tanggung jawab profesional
dan ilmiah kepada masyarakat dan menegakkan hubungan trust.
3. Integrity: Dalam semua aktivitasnya, harus accurate, honest dan
truthful.
4. Justice: Semua orang mempunyai kesempatan utk mendapat layanan
psikologis; psikolog harus tahu bias dirinya dan batas-batas
kompetensinya
5. Respect for people’s rights and dignity: Menghargai hak dan martabat
semua orang dan melakukan penjagaan untuk melindungi hak-hak
mereka
4. Penelitian dalam Psikologi Klinis
Menurut (Windah, 2016) metode penelitian dalam bidang klinis di antarnya
- Metode observasi. Ada beberapa jenis observasi, yakni observasi tak
sistematik, observasi alami, observasi terkendali, dan observasi pada studi
kasus.
- Metode Epidemiologi. Metode ini mempelajari kejadian (Incidenc
Kebanyakan penelitian epidemiologis didasarkan atas hasil survey
berdasarkan kuesioner yang disebarkan di suatu daerah tertentu, dengan
harapan bahwa subjek yang mengisi kuesioner akan melaporkan yang
sebenarnya. Namun, dalam penelitian dengan kuesioner semacam ini
kadangkala terjadi bahwa subjek tidak menyatakan yang sebenarnya, dan
menjawab seperti yang dikehendaki oleh peneliti (sesuai dengan Social
Desirabilitty).
- Metode korelasi. Metode korelasi memungkinkan peneliti untuk
menentukan apakah suatu variabel tertentu berkaitan dengan variabel lain.
Teknik korelasi memerlukan dua set data (dari observasi, skor tes, dll)
untuk dicari apakah data set pertama berhubungan dengan data set lainnya,
yang menghasilkan suatu koefisien korelasi. Hasil perhitungan korelasi
seringkali dianggap sebagai bukti bahwa satu variabel merupakan
penyebab dari variabel lain.
- Metode longitudinal versus cross-sectional. Desain penelitian cross
sectional adalah penelitian yang membandingkan dua kelompok pada
suatu kurun waktu tertentu yang sama.
- Metode Eksperimental. Digunakan untuk memastikan adanya suatu
hubungan sebab akibat antara dua peristiwa, perlu dilakukan metode
eksperimen. Setelah ada observasi awal, yang dinamakan data dasar
(baseline data), baru diberikan stimulus pada kelompok eksperimental.
Observasi dilakukan sekali lagi terhadap kedua kelompok itu pada saat
yang sama, untuk kelompok eksperimental dan kelompok kontrol.
- Metode satu kasus. Desain satu kasus mempunyai persamaan dengan
desain studi kasus dan desain eksperimental. Dalam desain satu- kasus,
diukur perilaku individu sebelum dan sesudah perlakuan, dan hal ini
dilakukan dalam situasi eksperimen. Desain satu kasus adalah perwujudan
dari pendekatan perilaku (behavioral approach), yang mengutamakan
pengukuran perilaku nyata seperti yang dianjurkan dalam belajar operan
(Phares, 1992)

5. Jurnal-jurnal Penelitian
- Dalam jurnal “Prevalence and treatment of Chronic Fatigue
Syndrome/Myalgic Encephalomyelitis and co-morbidsevere health
anxiety” yang ditulis oleh Jo Daniels, Hannah Parker, dan Paul Martin
Salkovskis. Jurnal ini menjelaskan sindrom Kelelahan Kronis / Myalgic
Encephalomyelitis (CFS / ME) adalah kondisi yang melemahkan yang
mempengaruhi 0,2 --- 0,4% dari populasi. Kecemasan yang terfokus pada
kesehatan adalah kondisi lintas medis yang umum, dan mungkin relevan
pada CFS / ME. Penelitian ini berusaha mengidentifikasi prevalensi dan
dampak kecemasan kesehatan (HA) di CFS / ME dan mengevaluasi
efektivitas Terapi Perilaku Kognitif untuk HA di CFS / ME.
Dengan menggunakan metode kuesioner cross-sectional dan desain
case-series (studi kasus) digunakan untuk mencapai tujuan penelitian.
Analisis menunjukkan bahwa 41,9% dari sampel klinik CFS / ME
mengalami ambang batas tingkat kecemasan kesehatan, yang dikaitkan
dengan tingkat keparahan gejala yang meningkat di beberapa dimensi.
Ukuran efek besar dan perubahan signifikan secara klinis dihasilkan dalam
studi pengobatan. HA umum terjadi pada CFS / ME dan cenderung
memperburuk kelelahan dan fungsi fisik. Studi ini mengidentifikasi HA
sebagai target penting untuk pengobatan, temuan percobaan harus
direplikasi lebih lanjut pada skala yang lebih besar.
Kesimpulan penelitian ini adalah hasil dari studi prevalensi dan
percobaan pengobatan memberikan kontribusi baru untuk pemahaman saat
ini dan pengobatan kecemasan kesehatan dan komorbiditas di CFS / ME.
Studi ini memberikan dasar dan landasan yang jelas untuk penelitian lebih
lanjut untuk mereplikasi dan meningkatkan pilihan pengobatan untuk
populasi klinis ini. Penyaringan untuk komorbiditas sangat dianjurkan.

- Jurnal yang berjudul “It’s Time to Broaden the Replicability Conversation:


Thoughts for and From Clinical Psychological Science” yang ditulis oleh
Jennifer L. Tackett, Scott O. Lilienfeld, Christopher J. Patrick, Sheri L.
Johnson, Robert F. Krueger, Joshua D. Miller, Thomas F. Oltmanns, dan
Patrick E. Shrout. Artiket ini memuat dan memeriksa mengapa psikologi
klinis dan bidang-bidang yang terkait, seperti konseling dan psikologi
sekolah, belum menjadi peserta utama dalam percakapan replikasi,
meninjau keprihatinan dan rekomendasi yang kurang (atau lebih) berlaku
untuk atau sesuai untuk penelitian dalam psikologi klinis dan bidang
sekutu, dan menghasilkan pesan yang dibawa pulang untuk para sarjana
dan konsumen literatur dalam psikologi klinis dan bidang sekutu, serta
pengulas, editor, dan kolega dari bidang ilmu psikologi lainnya.
Penelitian ini menyajikan beberapa alasan mengapa ilmu psikologi
klinis dan bidang-bidang serumpun, seperti psikologi konseling, psikologi
sekolah, psikiatri, epidemiologi, dan pekerjaan sosial, harus banyak belajar
dari percakapan replikasi dan mengapa bidang ilmu psikologi yang lebih
luas, pada gilirannya, telah banyak belajar dari ilmu psikologi klinis
sebagai percakapan replikasi bergerak maju.
Referensi

Daniels, J., Parker, H., & Salkovskis, P. M. (2019). Prevalence and treatment of
Chronic Fatigue Syndrome/Myalgic Encephalomyelitis and co-morbid severe
health anxiety. International Journal of Clinical and Health Psychology.
Tackett, J. L., Lilienfeld, S. O., Patrick, C. J., Johnson, S. L., Krueger, R. F.,
Miller, J. D., Oltmanns T.F., & Shrout, P. E. (2017). It’s time to broaden the
replicability conversation: Thoughts for and from clinical psychological
science. Perspectives on Psychological Science, 12(5), 742-756.
Riskasari, Windah. 2016. Psikologi Klinis Kelautan. Surabaya. Hang Tuah
University Press.
Sue, D. W. & Atkinson, D. R., Morten, G., (1989). Counseling American
minorities: A cross-cultural perspective. Dubuque, IA: Brown.
Suprapti Slamet & Sumarmo Markam. 2003. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta:
UI Press.
Sutardjo A. Wiramihardja, 2007. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: PT Refika
Aditama.P
http://www.acpa.org.au/acpa-code-of-ethics/

Anda mungkin juga menyukai