Normal adalah keadaan sehat (tidak patologis) dalam hal fungsi keseluruhan. Sedangkan Abnormal
adalah menyimpang dari yang normal (tidak biasa terjadi).(Maramis, 1999)
Perilaku Normal adalah perilaku yang adekuat (serasi dan tepat) yang dapat diterima oleh
masyarakat pada umumnya. Sedangkan Perilaku Pribadi Abnormal adalah sikap hidup yang sesuai
dengan pola kelompok masyarakat tempat seseorang berada sehingga tercapai suatu relasi
interpersonal dan intersosial yang memuaskan.
(Kartini Kartono, 1989) Perilaku Abnormal adalah suatu perilaku yang berbeda, tidak mengikuti
peraturan yang berlaku, tidak pantas, mengganggu dan tidak dapat dimengerti melalui kriteria yang
biasa. Normal dan abnormal perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek dan pendekatan.
Profesor Suprapti Sumarno (1976), ada dua pendekatan dalam membuat pedoman tentang
normalitas:
1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat pada sering atau
tidaknya sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan perhitungan maupun pikiran awam.
Misal, perilaku makan sepuluh kali dalam sehari.
2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat
pada faktor sosial kultural setempat.
Misal, perilaku menangis berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka yang
sedang mengalami kehilangan seseorang di suatu lingkungan budaya.
Jadi, batas antara normal dengan abnormal bukan dilihat sebagai dua kutub yang
berlawanan, melainkan lebih berada dalam satu kontinum sehingga garis yang
membedakan sangatlah tipis.
Kriteria Pribadi Normal (Gunarsa & Gunarsa, 1989 mengutip A.H. Maslow: Mittleman):
2. Pelanggaran Norma
tingkah laku yang menyimpang dari norma sosial dan mengancam atau membuat cemas
orang yang mengamatinya. Misal, Kekerasan psikopat, perilaku liar manik, perilaku aneh
skizofrenia.
A.Pendekatan Kuantitatif
Misal: anggapan bahwa pria berambut gondrong adalah normal dan biasa untuk masa kini
Perhitungan secara teliti dan menghasilkan suatu angka rata2 Misal: tinggi rata-rata wanita
Indonesia adalah 1,5 meter, IQ rata-rata adalah 100
B.Pendekatan Kualitatif
Menegakkan pedoman2 normatif yang tidak berdasarkan perhitungan atau pemikiran awam, tetapi
atas observasi empirik pada tipe2 ideal
Tipe ideal di bidang biologis,mis: wanita sebaiknya melahirkan anak pertama pada usia
kurang dari 25 tahun
Patokan2 kualitatif di bidang2 kultural-sosial, mis: sebaiknya pria menikah jika sudah punya
penghasilan, terikat dengan keadaan sosial budaya setempat dan menggunakan kriteria
penilaian kualitatif atau tipe ideal yang memperhatikan keadaan sosial budaya setempat.
Stern mengusulkan untuk memperhatikan 4 aspek untuk menilai normal atau tidaknya seseorang,
yaitu:
1.Kemampuan integrasi
Yaitu fungsi ego dalam mempersatukan, mengkoordinasi kegiatan ego ke dalam maupun
keluar diri.
Makin terkoordinasi dan terintegrasi suatu perilaku atau pemikiran, makin baik
gangguan Kesulitannya adalah bahwa pada kasus2 tertentu, misalnya gangguan kepribadian,
seringkali simptomnya tidak jelas dan subyek tidak punya keluhan
3.Kriteria psikoanalisis
4.Determinan sosiokultural
Lingkungan seringkali memegang peranan besar dalam penilaian suatu gejala sebagai normal atau
tidak.
Tidak dapat dilihat secara dikotomis sebagai normal atau abnormal, tetapi harus dilihat sebagai hasil
dari keadaan masa lalu dan masa kini, statistik, dan legal (hukum) tentang abnormalitas.
Ketegangan
Suasana hati
Pemikiran
Kegiatan (aktivitas)
Organisasi diri
Hubungan antar manusia
Keadaan fisik.
Masing2 aspek memiliki kriteria tingkah laku yang dijadikan pegangan penilaian ‘normal’ nya
penyesuaian.
Faktor Biologis
Genetic Defects
Constitutional Liabilities (Pembentuk)
Physical Deprivation:
Disruptive Emotional Processes
Brain Pathology
Faktor psikososial
Childhood Trauma
Parental Deprivation
Pathogenic Family Structures
Severe Stress
Value Conflict
Pressures of Modern Living
Faktor Sosiokultural