Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TIPOLOGI KEPRIBADIAN H. J. EYSENCK

Dosen Pengampu:

Drs. Hj. Sri Astutik, M. Si.

Disusun Oleh:

Finna Astri Widiyana (04020320026)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat kesehatan yang
diberikan oleh-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Bimbingan Konseling Islam dengan judul
“Tipologi Kepribadian H. J. Eysenck”. Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Sehingga
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian yang dapat saya haturkan, saya berharap semoga makalah yang telah saya buat
ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sidoarjo, 22 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengatar …………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1


B. Rumusan Masalah……………………………………………………………… 1
C. Tujuan …………………………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………… 2

A. Biografi Hans J. Eysenck ……….…………………………………………….. 2


B. Tipologi Kepribadian Menurut Hans J. Eysenck ...…………………………… 3
C. Dimensi Kepribadian Menurut Hans J. Eysenck…………….………………… 4
D. Analsis Faktor Menurut Hans J. Eysenck …………………………………….. 6

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………. 8

A. Kesimpulan …………………………………………………………………….. 8
B. Saran……………………………………………………………………………. 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Eysenck mengemukakan konsepsi sederhana dalam teori kepribadiannya,
ayitu ekstraversion dan neuroticism. Dimensi ekstraversion merujuk pada kepribadian
individu yang berkaitan dengan kehidupan sosial, sedangkan dimensi neuroticism
berkaitan dengan kemampuan pengendalian kestabilan emosi pada kepribadian
individu.Eysenck mengatakan bahwa tidak ada individu yang benar-benar ekstrovert
attaupun introvert, tetapi indiivdu tersebut akan berada di antara kutub dimensi dari
kedua dimensi tersebut.
Teori Eysenck ini mengemukakan perbedaan antar individu terjadi karena
adanya faktor biologis yang memengaruhi kepribadian, bukan ahnya dari faktor
psikologis saja. Perbedaan genetic akan menyebabkan perbedaan struktur sistem saraf
pusat, struktur otak, hormone, dan sebagainya, yang kemudian menyebabkan
perbedaan dalam dimensi kepribadian individu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dari Hans J. Eysenck?
2. Bagaimana tipe kepribadian menurut Hans J. Eysenck?
3. Bagaimana dimensi kepribadian menurut Hans J. Eysenck?
4. Apa yang dimaksud dengan analisis faktor menurut Hans J. Eysenck?

C. Tujuan
1. Mengetahui biografi dari Hans J. Eysenck.
2. Mengetahui tipe kepribadian menurut Hans J. Eysenck.
3. Mengetahui dimensi kepribadian menurut Hans J. Eysenck.
4. Mengetahui maksud dari analisis faktor menurut Hans J. Eysenck.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi H. J. Eysenck

Hans Jurgen Eysenck lahir di Belin pada 4 maret 1916. Eysenck merupakan
anak tunggal dari Anton Eduard Eysenck dan Ruth Werner. Semenjak usia 4 tahun, ia
tinggal bersama dengan nenek dari pihak ibunya karena kedua orang tuanya yang
telah bercerai. Akibat dari Perang Dunia II, ia menderita depriviasi seperti
kebanyakan warga Jerman pada saat itu.

Pada usia 18 tahun, Eysenck menetap di Inggris dan melanjutnya belajarnya di


Univercity of London pada jurusan psikologi. Eysenck menerima gelar sarjana (Ph.
D) pada tahun 1938 dan langsung menikahi Margaet Davies, seorang warga Kanada
yang merupakan sarjana matematika. Kemudian, ia bekerja di Mill Hill Emergency
Hospital dengan merawat pasien yang menderita beragam gejala psikologis dengan
mengemukakan dua faktor utama kepribadian neurotisme atau stabilitas emosional
ekstraversi dan introversi yang dapat menjelaskan keseluruhan kelompok diagnostic
tradisional, gagasan tersebut menjadi latar belakang terbitnya buku pertama Eysenck
dengan judul “Dimension of Personality”.1

Setelah perang berakhir, Eysenck menjabat sebgaai Direktur Departemen


Psikologi di Maudley Hospital dan pengakar psikologi di Univercity of London.
Eysenck berpergian ke Amerika Utara untuk menguji program psikologi Amerika
Utara dan Kanada yang dianggap tidak akurat dan tidak ilmiah. Namun, pada saat
kembali ke Inggris, ia bercerai dengan Margaet davies dan menikahi Silby Rostal
yang mana seorang psikolog kuantitatif dan menjadi rekan penulis di beberapa buku
karangannya. Kemudian, pada saat ia kembali dari Amerika Utara tersebut, Eysenck
mendirikan departemen psikologi klinis di Univercity of London dan menjadi
professor psikologi pada tahun 1945. Selanjutnya, ia menulis buku berjudul “The
Structure of human Personality” yang menjelaskan mengenai kemampuan analisis
faktor untuk menjadi metode terbaik yang mempresentasikan fakta-fakta tentang
kepribadian manusia. Eysenck termasuk menjadi penulis yang paling prosuktif di
bidang psikologi, ia menerbitkan 800 artikel jurnal atau bab dalam buku yang
jumlahnya lebih dari 75 buku, yang sebagian dari jumalh tersebut termasuk ke dalam
buku yang cukup popular.

Kemudian, pada tahun 1983, Eysenck pensiun sebagai professor di Univercity


of London dan Psikiater di Maudsley and Betlehem Royal Hospital, kemudian ia
meninggal dunia pada tanggal 4 September 1997 akibat penyakit kanker yang
dideritanya.

1
Hans Jurgen Eysenck, Dimension of Personality, (English: Transaction Publishing, 1998), hal. 10.

2
B. Tipologi Kepribadian Menurut H. J. Eysenck

Eysenck mengemukakan definisi kepribadian sebagai berikut.

Personality is the sum total of actual or potensial behavior of the


organism as determined by heredity and environmenr; it organites
and develops throught the functional interaction of the four
mainseltors into wich these behavior patterns are organized; the
cognitive sector (intelegence), the conative sector (character), the
affective sector (temperament) and somative sector (constitution).2

Yaitu bahwa kepribadian merupakan jumlah total dari actual atau potensial
organisme yang ditentukan oleh hereditas dan lingkungan; hal tersebut berawal dan
berkembang melalui interaksi fungsional dari sektor utama dalam pola perilaku yang
diorganisasikan; sektor kognitif (intelejen), sektor konatif (karakter), sektor afektif
(temperamen) dan sektor somatic (konstitusi). Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa kepribadian adalah sesuatu yang timbul dari efektivitas sebagai total pola-pola
perilaku actual atau potensial dari individu yang mendatangkan stimulus dari orang
sekitarnya, dan sulit untuk dipahami, serta dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal dari individu dimana kedua faktor tersebut juga saling mengadakan interaksi.

Definisi tipe (type) adalah sebagai berikut:

1) Satu pengelompokan individu yang bisa dibedakan dari satu individu dengan
individu yang lain karena memiliki satu sifat khusus.
2) Individu yang memiliki semua atau paling banyak ciri-ciri khas dari satu
kelompok.
3) Satu pola karakteristik yang berperan sebagai satu pembimbing untuk
menempatkan individu ke dalam kategori.
4) Ekstrimitas dari rangkaian kesatuan atau distribusi, seperti yang ditunjukkan
dalam tipe agresif atau tipe sosial.3

Sedangkan menurut Eysenck, tipe adalah organisasi di dalam individu yang


lebih umum, mencakup lebih banyak individu. Pada intinya, tipe merupakan kategori
kepribadian berdasarkan karakteristik yang sama dan berdasarkan sifat-sifat khusus
tertentu. Eysenck menjelaskan bahwa struktur kepribadian yang terdiri dari:

a. Specific response, yaitu tindakan atau respon yang terjadi pada suatu keadaan
atau kejadian tertentu.
b. Habitual response memiliki corak yang lebih umum daripada specific
response, yaitu respon-respon yang berulang-ulang terjadi apabila indiivdu
menghadapi kondisi atau situasi yang sejenis.
c. Trait, yaitu habitual response yang paling berhubungan satu sama lain yang
cenderung ada pada diri individu tertentu.

2
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1966), hal. 290.
3
J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 522.

3
d. Type, yaitu organisasi di dalam individu yang lebih umu, cakupannya lebih
luas.4

Menurut Eysenck, struktur kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan,


disposisi-disposisi yang terorganisasi dalam suasana hirarkis yang berdasarkan atas
keumuman dan kepentingan, yang mana kepentingan ini bersumber dari kebutuhan.5
Demikian pula, kebutuhan individu dipengaruhi oleh faktor kepribadian. Dengan
adanya kepribadian yang berbeda dalam bereaksi terhadap kebutuhan yang dihadapi,
maka terdapat studi mengenai klasifikasi tingkah laku dalam teori kepribadian yang
berusaha membedakan kepribadian yang satu dengan yang lain, melalui tipologi
kepribadian.

C. Dimensi Kepribadian Menurut Hans J. Eysenck


Pervin (2005) mengungkapkan bahwa Eysenck melakukan analisis faktor pada
riset awalnya untuk membangun teori kepribadian dan berhasil mengidentifikasi dua
dimensi dasar kepribadian, yaitu Extraversion dan Neuroticims. Dalam
perkembangannya, Eysenck menambahkan lagi satu dimensi terakhir dalam teori
kepribadinannya, yaitu Psychoticism. Namun, Schustack (2008) mengemukakan
bahwa dalam penelitian tersebut, hanya dua dimensi dasar saja yang digunakan, yaitu
ekstraversion-introversion dan neuroticism. Hal tersebut dikarenakan dimensi
psychoticism memiliki kecenderungan yang lebih mengarah pada penderita
psikopatologi, sehingga kurang begitu baik jika diteliti dibandingkan dengan dua
dimensi lainnya. Untuk lebih jelasnya mengenai dimensi kepribadian tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Ekstraversion-Introversion

Dalam hipotesisnya, Eysenck menyatakan bahwa istilah ekstraversi


dan intoversi adalah masalah keseimbangan antara kesabaran dan
semangat yang terdapat dalam otak.6 Semangat, maksudnya keadaan
dimana bangkitnya otak dalam menanggapi tanda bahaya, mempelajari
situasi dan kondisi. Sedangkan kesabaran, maksudnya penanganan diri
yang dilakukan otak, dapat diartikan sebagai kondisi dimana individu
relaks atau tidur, maupun dalam arti melindungi diri dari keadaan yang
tidak menguntungkan.

Menurut Eysenck, orang dengan tipe kepribadian ekstrovert


memiliki kendali diri yang kuat. Ketika menghadapi rangsangan traumatic,
seperti kecelakaan otak, otak si introvert ini akan menahan diri. Artinya,
dia tidak akan mengacuhkan trauma yang dialami, dan karenanya tidak
akan terlalu teringat dengan apa yang telah terjadi.

4
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian,..., hal. 291.
5
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian,…, hal. 267.
6
C. George Bueree, Personality Theories, Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikologi Dunia, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz, 2007), hal. 233.

4
Orang-orang yang ekstraversi memperlihatkan kecenderungan
untuk mengembangkan gejala-gejala histeris, memperlihatkan sedikit
energy, perhatian yang sempit. Intelegensi mereka relative rendah,
memiliki perbendaharaan kata-kata yang kurang baik dan memiliki
kecenderungan untuk tidak tetap pendirian (mudah goyah). Pada
umumnya, mereka mampu bekerja dengan cepat, tetapi kurang teliti.
Seorang ekstrovert memiliki taraf aspirasi rendah, tetapi mereka cenderung
menilai prestasinya sendiri secara berlebihan. Sebagian dari mereka
menyukai lelucon.7

Adapun ciri-ciri sifat ekstraversi adalah sebagai berikut.

1. Merasa tertarik keluar oleh permohonan dan kesempatan yang


berasal dari luar diri individu.
2. Memiliki semangat yang tinggi untuk bersama orang lain,
sehingga memiliki pengalaman luar yang baik.
3. Melaksanakan sesuatu terlebih dahulu, baru setelahnya
diadakan refleksi atau evaluasi.
4. Berusaha mencari aktivitas, tidak hanya berdiam diri.
5. Cenderung sulit untuk menyelesaikan problemnya sendiri, lebih
membutuhkan bantuan orang lain.
6. Mampu berbicara dengan baik di depan banyak orang.
7. Membutuhkan orang lain di sekitarnya, lebih suka beramai-
ramai daripada berdiam diri.
8. Memiliki banyak relasi, banyak bicara dan mudah bergaul.8

Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki


kendali diri yang buruk. Ketika mengalami trauma, otak si introvert ini
tidak terlalu sigap melindungi diri sendiri dan lebih memilih berdiam diri
(pasif). Kemudian, dia akan memebesar-besarkan masalah dan
mempelajari detail-detail kejadian, sehingga orang tersebut akan
mengingat dengan jelas apa yang telah terjadi. Individu akan bereaksi
dengan traumatiknya, sehingga setelah sebuah kecelakaan mobil, mereka
akan membutuhkan waktu yang lama untuk kembali mengendarai mobil,
atau bahkan tidak mau sama sekali.

Eysenck menyebutkan bahwa orang-orang yang introversi akan


memperlihatkan kecenderungan-kecenderungan obsesi, mudah
tersinggung, apatis, labil, perasaan mudah terluka, mudah gugup,
menderita rasa rendah hati, mudah melamun, suka tidur. Intelegensi
mereka cukup tinggi, memiliki perbendaharaan kata-kata yang baik dan
cenderung untuk tetap pada pendirian (keras kepala). Pada umunya,

7
H.S. Friedman & M.W. Schustack, Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern, (Jakarta: Erlanggas, 2008), hal.
296.
8
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 120.

5
mereka teliti, namun kerjanya sedikit lambat. Memiliki taraf aspirasi yang
tinggi, tetapi ada kecenderungan untuk menaksir rendah prestasi sendiri.
Sebagian dari mereka kurang suka terhadap lelucon.9

Adapun ciri-ciri sifat introversi adalah sebagai berikut.

1. Memiliki semangat yang berasal dari dalam diri individu


sendiri.
2. Senang berangan-angan.
3. Berpikir terlebih dahulu, baru setelahnya melaksakannya.
4. Sering memiliki sikap yang rahasia, berdiam diri dan sulit
untuk bergaul.
5. Menyimpan emosi untuk dirinya sendiri.
6. Mampu menyelesaikan problemnya sendiri.
7. Cenderung memikirkan suatu hal secara matang terlebih
dahulu, baru diungkapkan.
8. Lebih tertarik kepada dirinya sendiri.10

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


kepribadian introversi adalah manusia-manusia yang dipengaruhi oleh
dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri dan orientasinya
terutama tertuju ke dalam pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya
yang ditentukan oleh faktor-faktor subyektif pula. Sifat yang dimiliki oleh
individu dengan kepribadian ini adalah cenderung diliputi kekhawatiran,
mudah malu dan canggung, lebih senang bekerja sendri, sulit
menyesuaikan diri dan jiwanya agak tertutup.

2) Neuroticims adalah istilah yang diberikan oleh Eysenck untuk dimensi


yang mencakup mulai dari orang-orang normal, ramah dan biasa-biasa saja
sampai orang yang agak gugup. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
orang gugup lebih cenderung mengalami ganggungan kegugupan, yang
biasa disebut dengan neurosis. Namun, Eysenck menganggap bahwa
individu dengan skor neurotisismenya yang tinggi belum tentu neurotik.
Individu yang skor neurotiknya tinggi seingkali memiliki kecenderungan
reaksi emosional yang berlebihan dan sulit kembali normal setelah
emosinya meningkat.

D. Analisis Faktor Menurut Hans J. Eysenck


Analasis faktor adalah teknis statistic untuk mengidentifikasikan pola atau
kelompok di antara rangkaian besar item yang saling berhubungan. Menurut sebagian
besar teoritikus sifat, berbagai faktor yang diidentifikasi dalam studi analisis faktor
berhubungan dengan struktur kepribadian. Maka, analisis faktor adalah cara teoritikus

9
H.S. Friedman & M.W. Schustack, Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern,…, hal. 297.
10
Agus Sujanto, Psikologi Umum,…, hal. 126.

6
sifat dalam mengidentifikasikan struktur kepribadian. Faktor adalah struktur dasar
kepribadian dalam teori sifat.11
Penggunaan analisis faktor untuk mengidentifikasi struktur kepribadian
memiliki beberapa keunggulan signifikasn dibandingkan dengan prosedur yang
digunakan oleh teoritikus sebelumnya. Sebelumnya, para teoritikus amat bergantung
kepada intuisi mereka. Mereka mengobservasi kasus klinis dan berintuisi bahwa
beberapa stuktur kepribadian tertentu bertanggung jawab terhadap perilaku klien
mereka. Akan tetapi, intuisi manusia dapat keliru. Ketimbang bergantung kepada
intuisi dalam mengidentifikasi struktur kepribadian, para teoritikus sifat bergantung
pada prosedur statistic objektif, yakni dengan menggunakan analisis faktor.

11
L. A. Pervin, D. Cervone & O. P. John, Personality: Theory and Research, (New York: John Willey & Sons,
2005), hal. 238.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepribadian adalah sesuatu yang timbul dari efektivitas sebagai total pola-pola
perilaku actual atau potensial dari individu yang mendatangkan stimulus dari orang
sekitarnya, dan sulit untuk dipahami, serta dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal dari individu dimana kedua faktor tersebut juga saling mengadakan interaksi.
Eysenck menjelaskan bahwa struktur kepribadian yang terdiri dari specific response,
habitual response, trait dan type.
Eysenck melakukan analisis faktor pada riset awalnya untuk membangun teori
kepribadian dan berhasil mengidentifikasi dua dimensi dasar kepribadian, yaitu
Extraversion dan Neuroticims. Dalam perkembangannya, Eysenck menambahkan lagi
satu dimensi terakhir dalam teori kepribadinannya, yaitu Psychoticism. Namun, hanya
dua dimensi dasar saja yang digunakan, yaitu ekstraversion-introversion dan
neuroticism.
Analasis faktor adalah teknis statistic untuk mengidentifikasikan pola atau
kelompok di antara rangkaian besar item yang saling berhubungan. Menurut sebagian
besar teoritikus sifat, berbagai faktor yang diidentifikasi dalam studi analisis faktor
berhubungan dengan struktur kepribadian. Maka, analisis faktor adalah cara teoritikus
sifat dalam mengidentifikasikan struktur kepribadian. Faktor adalah struktur dasar
kepribadian dalam teori sifat.

B. Saran
Dari makalah yang sudah kami susun ini, kami sadar jika masih terdapat
kesalahan dalam penulisan atau yang lainnya. Oleh karena itu, kami mengharap kritik
dan saran yang dapat membangun untuk memperbaiki makalah ini kedepannya.
Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bueree, George C. (2007). Personality Theories, Melacak Kepribadian Anda Bersama


Psikologi Dunia. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Chaplin, J. P. (2022). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Eysenck, Hans Jurgen. (1998). Dimension of Personality. English: Transaction Publishing.

H. S. Schustack & M. W. Friedman. (2008). Kepribadian: Teori klasik dan Riset Modern.
Jakarta: Erlangga.
L. A. Pervin, Cervone D. & John O. P. (2005). Personality: Theory and Research. New
York: John Willey & Sons.
Sujanto, Agus. (2012). Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryabrata, Sumadi. (1966). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai