Dosen Pengampu:
Dr. H. A. Hari Witono, M.Pd.
Muh. Amin Arqi, S.Psi., M.A.
Kelas: 7 – A
UNIVERSITAS MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Teori Kperibadian Hans Eysenck” ini tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi
Kepribadian” yang diampu oleh bapak Dr. H. A. Hari Witono,M.Pd. dan bapak Muh.
Amin Arqi, S.Psi., M.A.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini jauh dari kata
kesempurnaan baik materi maupun tata cara penulisannya. Namun kami telah berusaha
dengan segala kemampuan yang kami miliki sehingga tugas ini dapat terselesaikan
dengan baik, oleh karena itu dengan rendah hati dan tangan terbuka kami mengharapkan
kritikan dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata apabila ada kekurangan dan kesalahan kami mohon maaf.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3
A. Biografi Hans Eysenck ........................................................................................ 3
B. Kriteria Faktor Hans Eysenck .............................................................................. 4
C. Dimensi Teori Hans Eysenck............................................................................... 4
D. Hierarki Organisasi Perilaku ................................................................................ 6
E. Mengukur Kepribadian ........................................................................................ 7
F. Implikasi Teori Hans Eysenck dalam Pembelajaran di SD ................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia adalah unik, masing-masing berbeda antara satu dan lainnya secara
fisik maupun psikologis termasuk kepribadian. Kepribadian adalah pola sifat yang relatif
permanen yang merupakan karakteristik unik yang memberikan konsistensi dan
individualitas pada perilaku seseorang. Teori kepribadian yang dikemukakan para
teoritikus kepribadian sangat banyak dan beragam. Banyaknya teori yang berbeda
tersebut disebabkan sifat dasar teori yang memang memungkinkan bagi teoritikus untuk
membuat pemikiran dari sudut pandangnya masing-masing. Tentu para teoritikus harus
dapat bersikap objektif ketika mengumpulkan data, tetapi keputusan mengenai data apa
yang dikumpulkan dan cara data tersebut diinterpretasikan adalah bergantung pada
pandangan masing-masing.
Dalam pandangan Eysenck, manusia adalah hewan biososial. Eysenck melihat
psikologi berdiri di persimpangan ilmu-ilmu biologi (genetika, fisiologi, neurologi,
anatomi, biokimia, farmakologi, dan sebagainya) dan ilmu sosial (sejarah, sosiologi,
antropologi, ekonomi, sosiometri, dan sebagainya). Pada saat yang sama, ia percaya
bahwa psikologi harus menjadi lebih dari ilmu pengetahuan yang benar. Eysenck
berkomitmen pada metode fisika hipotetis-deduktif klasik di mana seseorang dimulai
dengan hipotesis atau penjelasan tentatif yang dapat disimpulkan untuk menguji
hipotesis. Psikologi harus melepaskan diri dari pendekatan dinamis, humanistik,
eksistensial, fenomenal, atau pendekatan lain yang menyangkal keunggulan eksperimen
dan teori yang dapat dipalsukan. Metode semacam pseudoscientific dan tidak mengikuti
kerasnya prosedur ilmiah inilah yang berusaha Eysenck terapkan pada studi kepribadian.
Untuk mencapai tujuan ini, Eysenck menyarankan bahwa dua pendekatan ini perlu
diintegrasikan dengan cara: (1) mengidentifikasi dimensi utama kepribadian; (2)
merancang cara untuk mengukurnya; dan (3) menghubungkannya dengan prosedur
eksperimental dan kuantitatif. Hanya dengan cara ini, Eysenck percaya suatu teori dapat
diuji menggunakan perspektif ilmiah. Teori kepribadian yang dikemukakan Eysenck
adalah teori sifat yang didasarkan pada biologis. Eysenck mengembangkan teori faktor,
tetapi juga mendasarkan taksonominya pada faktor analisis maupun biologi. Ia
menyimpulkan hanya tiga dimensi kepribadian. Bagi Eysenck perbedaan individual
dalam kepribadaan manusia adalah aspek biologis dan bukan hanya prikologis. Adanya
1
perbedaan genetik menyebabkan perbedaan stuktural pada sistem syaraf pusat, termasuk
struktur otak, hormon, serta neurotransmiter, dan perbedaan struktural dalam biologi
menyebabkan perbedaan pada tiga faktor kepribadian yaitu ekstraversi, neurotisme, dan
psikotik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Bagaimana biografi Hans Eysenk?
2. Bagaimana kriteria faktor Hans Eysenck?
3. Bagaimana dimensi teori kepribadian Hans Eysenck?
4. Bagaimana hierarki organisasi perilaku Hans Eysenck?
5. Bagaimana mengukur kepribadian dari teori Hans Eysenck?
6. Bagaimana implikasi teori Hans Eysenck dalm pembelajaran di SD?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah:
1. Untuk mengetahui biografi Hans Eysenk.
2. Untuk mengetahui kriteria faktor Hans Eysenck.
3. Untuk mengetahui dimensi teori kepribadian Hans Eysenck.
4. Untuk mengetahui hierarki organisasi perilaku Hans Eysenck.
5. Untuk mengetahui cara mengukur kepribadian dari teori Hans Eysenck.
6. Untuk mengetahui implikasi teori Hans Eysenck dalam pembelajaran di SD.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Scientific Contribution (1993), William James Fellow Award (1994), dan Centennial
Award for Distinguished Contributions to Clinical Psychology (1996).
Sebagai penulis Eysenck sangat produktif. Tulisan-tulisannya dimuat dalam tidak
kurang dari tujuh belas majalah, sedangkan buku-bukunya yang terpenting antara lain :
• Dimension of Personality (1947)
• The scientific study of personality (1952)
• The structure of human personality (1953)
6
sifat pemalu secara sosial, dan beberapa sifat lainnya, yang kesemuanya dapat
membentuk tipe introversi.
2. Level ketiga adalah Trait atau respon umum
Respon umum yang saling berhubungan akan membentuk suatu sifat. Eysenck
mendefinisikan sifat sebagai disposisi kepribadian yang penting dan semipermanen.
Sebagai contoh, murid akan mempunyai sifat tekun apabila mereka biasanya
menyelesaikan tugas kelas dan terus bekerja pada tugas-tugas lain sampai benar-
benar selesai.
3. Level kedua adalah Habitual response atau tindakan umum
Respon yang terjadi secara berulang dalam kondisi yang serupa. Sebagai contoh,
apabila seorang murid sering bertahan dengan suatu tugas sampai suatu tugas itu
selesai, maka perilaku ini dapat menjadi respons yang umum. Kebalikan dari respons
spesifik, respons yang umum harus cukup reliable atau konsisten.
4. Level terendah adalah Specific response atau tindakan spesifik
Perilaku atau pikiran individual yang mungkin ataupun tidak merupakan karakteristik
dari seseorang. Seorang murid yang menyelesaikan tugas membaca merupakan salah
satu contoh dari respons spesifik.
E. Mengukur Kepribadian
Eysenck mengembangkan empat inventori kepribadian yang mengukur perbedaan
individu dalam superfaktor yang digagasnya, yaitu:
1. Maudsley Personality Inventory (MPI), inventori ini hanya mengkaji E dan N, serta
menghasilkan beberapa kolerasi dari kedua faktor tersebut.
2. Eysenck Personality Inventory (EPI). Alat tes EPI ini memiliki skala kebohongan,
untuk mendeteksi kepura-puraan, tetapi yang penting tes tersebut mengukur
ekstraversi dan interversi serta neurotisme secara independen, dengan kolerasi yang
hampir 0 antara E dan N.
3. Eysenck Personality Questionnaire (EPQ), yang memasukkan skala psikotik (P).
Alattes EPQ yang mempunyai versi dewasa maupun anak-anak, adalah revisi dari
EPI yang sampai sekarang masih juga diterbitkan.
4. Eysenck Personality Questionnaire-Revised, revisi dari EPQ muncul karena kritik
terhadap adanya skala P dalam EPQ.
7
F. Implikasi Teori Hans Eysenck dalam Pembelajaran di SD
Teori kepribadian Hans Eysenck memiliki beberapa implikasi yang relevan dalam
konteks pembelajaran di sekolah dasar. Meskipun teori ini lebih sering digunakan dalam
bidang psikologi kepribadian, ada beberapa cara di mana konsep-konsep teori Eysenck
dapat diaplikasikan dalam pendidikan dasar untuk membantu pengajaran dan
perkembangan siswa. Berikut beberapa implikasi yang relevan, yaitu:
1. Pemahaman Siswa: Guru dapat memanfaatkan konsep dimensi kepribadian Eysenck,
seperti ekstroversi-introversi, untuk memahami preferensi dan gaya belajar siswa. Ini
dapat membantu guru menyesuaikan pendekatan pengajaran yang lebih sesuai
dengan karakteristik individu siswa.
2. Mengatasi Stres Belajar: Pemahaman tentang dimensi neurotisisme-stabilitas
emosional dapat membantu guru mengenali siswa yang lebih rentan terhadap stres
dalam konteks pembelajaran. Guru dapat memberikan dukungan ekstra kepada siswa
ini, mengajarkan strategi pengelolaan emosi, dan menciptakan lingkungan belajar
yang mendukung.
3. Pembinaan Hubungan Sosial: Melalui pemahaman tentang dimensi kepribadian
ekstroversi-introversi, guru dapat membantu siswa dalam membangun hubungan
sosial yang sehat. Siswa ekstrovert mungkin perlu bimbingan dalam
mengembangkan keterampilan mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain,
sementara siswa introvert mungkin membutuhkan dukungan dalam mengatasi rasa
canggung dalam interaksi sosial.
4. Diferensiasi Pengajaran: Guru dapat menggunakan pengetahuan tentang dimensi
kepribadian untuk merencanakan pengajaran yang lebih beragam. Misalnya, siswa
dengan preferensi ekstrovert mungkin lebih merespons baik pada aktivitas kelompok
atau presentasi, sedangkan siswa introvert mungkin lebih suka belajar secara individu
atau dalam kelompok kecil.
5. Penanganan Konflik: Konsep psikotisme dalam teori Eysenck dapat memberikan
wawasan tentang bagaimana siswa menangani konflik dan emosi negatif. Guru dapat
mengajarkan strategi penyelesaian konflik yang sehat dan cara mengatasi impuls
negatif.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari teori kepribadian Hans Eysenck adalah bahwa kepribadian manusia
dapat dijelaskan melalui beberapa dimensi utama, terutama neurotisisme-stabilitas
emosional, ekstroversi-introversi, dan psikotisme. Eysenck percaya bahwa faktor-faktor
biologis dan genetik berperan penting dalam membentuk perbedaan-perbedaan dalam
kepribadian individu. Terdapat beberapa implikasi yang relevan dalam teori kepribadian
Hans Eysenck, contohnya pemahaman siswa, diferensiasi pengajaran, dan lainnya.
Meskipun teori ini telah memberikan kontribusi penting dalam memahami keragaman
kepribadian manusia, ia juga telah menghadapi kritik dalam bidang psikologi modern,
dengan beberapa penelitian menunjukkan keterbatasan dan kompleksitas yang lebih besar
dalam sifat kepribadian manusia.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil pemaparan teori dalam makalah ini
sebagai berikut. Bagi pendidik, apabila menerapkan teori kepribadian Hans Eysenck
hendaknya mengkaji teori-teori lain agar hasil lebih maksimal. Bagi siswa, hendaknya
melatih kepribadian dalam bentuk sederhana misalnya mengerjakan tugas dengan tekun
dan lainnya.
Bagi pembaca, makalah ini tentunya dapat menjadi bahan referensi terkait teori
kepribadian Hans Eysenck. Namun, demi penyempurnaan makalah ini segala kritik dan
saran sangat dibutuhkan penulis.
9
DAFTAR PUSTAKA
Cherry, Kendra.” Hans Eysenk (1916-1967). Reoveme. Diakses pada tanggal 25 Agustus
2023. https://id.reoveme.com/hans-eysenck-1916-1997/
Feist, J., & Gregory J. Feist. (2006). Theories of Personality Sixth Edition. United States:
McGraw-Hill Companies. Inc.
Papalia, Diane E., Feldman, Ruth Daskin, & Olds, Sally Wendkos. (2007). Human
Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana.
Pervin, L. A., Cervone, D., & John, O. P. (2005). Personality: Theory and Research.
Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
10