Kelas : B4
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentu penulis
tidak sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada Charis Rizqi Pradana, S. Sos.I., M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Konseling psikodinamika dan humanistik yang telah mempersilahkan penulis untuk
menyusun makalah ini. Makalah ini dengan judul Pandangan Erik Erikson Terhadap Teori
Psikodinamika ini kami telah usahakan semaksimal mungkin
Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan. Tentu saja penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
oleh sebab itu, saran, komentar serta kritikan sangat di harapkan oleh penulis demi
memperbaiki makalah ini. Penulis juga berharap bahwa makalah ini mampu memberikan
pengetahuan yang bermanfaat kepada para pembaca.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5
KESIMPULAN........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikodinamika merupakan salah satu pendekatan yang cukup tua, tentu saja salah
satunya disebabkan karena pendekatan ini merupakan pendekatan yang pertama kali
muncul dalam dunia psikologi.
Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama,
manusia bagian dari dunia binatag. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem energi.
Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah
mengenali semua sumber terjadinya pelaku, baik itu berupa dorongan yang disadari
maupun yang tidak disadari. Maka, untuk menembah pemahaman tentang teori
psikodinamika, pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan teori tersebut secara
menyeluruh.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
C. Tujuan Pembahasan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1
3. Untuk mengetahui peran tahapan perkembangan bagi perkembangan seseorang
BAB II
PEMBAHASAN
Ketika gagasan psikoanalisis Freud mulai menyebar, mahasiswa dari berbagai belahan
Eropa berbondong-bondong menuju Wina untuk belajar langsung dari Freud. Beberapa
mahasiswa mengadopsi dan mengembangkan aspek-aspek teori Freud, sementara yang lain
menentangnya. Di antara murid-murid Freud yang memperdalam pemahaman tentang masa
anak-anak dan proses perkembangan adalah Anna Freud, putri Sigmund Freud, dan Erik
Erikson, seorang seniman dan guru yang terpengaruh oleh pandangan Freud. Erikson
kemudian mengembangkan teori psikososialnya sendiri yang memberikan penekanan pada
peran ego dalam perkembangan individu. Teori ini memiliki dampak penting dalam studi
proses perkembangan sepanjang hidup manusia, sehingga Erikson sering diakui sebagai
perintis psikologi perkembangan seumur hidup. dan meninggal di Harwisch, Amerika
Serikat, pada usia 91 tahun1
1
Alisyahbana, Takdir. Manusia Dalam Pandangan Psikologi.(DIY: DEEPUBLISH 2020) hal 7-9
2
meskipun dia sendiri bukan seorang Komunis. Selain psikologi, Erikson juga sangat tertarik
dengan antropologi budaya, dan dia tinggal untuk sementara waktu di antara Lakota Sioux di
South Dakota dan suku Yurok di California.2
Erikson juga tidak sepakat dengan pandangan Freud terkait hakekat manusia. Jika Freud
cenderung memandang manusia sebagai makhluk yang sepenuhnya dipengaruhi oleh insting
dalam memenuhi Id nya, sedangkan Erikson berpendapat bahwa manusia tidak hanya
memenuhi insting semata, namun juga merespon kondisi lingkungan sebagai salah satu cara
beradaptasi. Oleh karena itu, egolah yang dipandang berperan dalam perkembangan
kehidupan individu, sehingga untuk membentuk pribadi yang adaptif individu harus memiliki
ego yang sehat dan kuat.
Salah satu elemen yang penting dari tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan
mengenai persamaan ego, suatu perasaan sadar yang kita kembangkan melalui proses
interaksi sosial. Perkembangan ego akan selalu berubah berdasarkan pengalaman dan
informasi baru yang didapatkan seseorang sebagai hasil dari interaksinya dengan orang
lain.4.Ego yang sempurna digambarkan oleh Erikson memiliki tiga dimensi yaitu, faktualitas,
uniersalitas, dan aktualitas (Alwisol, 2005). Selain hal tersebut erikson juga memperkenalkan
tiga aspek ego yang paling berhubungan : ego tubuh, ego ideal, dan eho identitas (Feist &
Feist, 2010).
2
Erikson, Erik. "Erikson and Personal Identity: A Biographical Profile." (2004).
3
Alifiati Fitrikasari dkk, “Buku Ajar Siklus Kehidupan Dan Teori Perkembangan”, (Semarang :
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2021) hal 12
4
Kadek Suranata et all, “ Model Konseling,Kontemporer,Modern,dan Postmodern”,(Bali : PT Inovasi Pratama
Internasional, 2022) hal 20
3
Secara umum, tahapan psikososial ini menekankan perkembangan perubahan
perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia. Masing-masing tahap terdiri dari tugas
yang khas yang menghadapkan individu pada suatu permasalahan atau krisis bilamana tidak
dapat melampaui dengan baik. Semakin individu tersebut mampu mengatasi krisis, maka
akan semakin sehat perkembangannya. Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan
manusia dibedakan berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan. Empat
tahap pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima pada masa remaja,
dan tiga tahap terakhir pada masa dewasa dan masa tua. Dari delapan tahap perkembangan
tersebut, Erikson lebih memberikan penekanan pada masa remaja, karena masa tersebut
merupakan masa peralihan dari masa kanak- kanak ke masa dewasa. Berikut ini akan
diuraikan secara singkat kedelapan tahap perkembangan psikososial Erikson tersebut. Adapun
sebagai berikut :
a) Periode perkembangan : Tahap ini terjadi pada usia 0 sampai dengan usia 18
bulan.
b) Karakteristik : Dalam tahap ini bayi berusaha keras untuk mendapatkan
pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang
anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan dapat
mengembangkan asa (hope). Jika proses ego ini tidak terselesaikan, individu
tersebut akan mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan orang
lain sepanjang hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa orang lain berusaha
mengambil keuntungan dari dirinya.
b) Karakteristik : Dalam tahap ini, anak akan belajar dirinya memiliki kontrol atas
tubuhnya. Orang tua mengontrol keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak
dengan perlakuan yang kasar. Harapan idealnya, anak bisa belajar menyesuaikan
diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman awal mereka
mengenai otonomi, inilah resolosi yang diharapkan. Erikson percaya bahwa belajar
untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan
mengendalikan dan kemandirian.Kejadian-kejadian penting lain meliputi
pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang
4
disukai, dan juga pemilihan pakaian. Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan
merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak
cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
5
Nur Ganti Ringora , “Teori Perkembangan Peserta Didik’,Jurnal Pendidikan Dasar 1, no. 2 (2023): 49-50
5
a) Periode Perkembangan : remaja 10-20 tahun
b) Karakteristik: kita menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah kita
lakukan dalam hidup kita. Dalam banyak hal yang berbeda, manusia lanjut usia
mungkin telah mengembangkan pandangan yang positif pada kebanyakan atau
6
semua tahap perkembangan sebelumnya. Jika demikian, pandangan retrospektif
(melihat kembali ke belakang) akan memperlihatkan gambar suatu kehidupan yang
telah di lalui dengan baik, dan orang itu akan merasakan suatu rasa puas-integritas
akan tercapai. Jika manusia lanjut usia menyelesaikan banyak tahap sebelumnya
secara negatif, pandangan retrospektif cenderung akan menghasilkan rasa bersalah
atau kemuraman, vang disebut Erikson sebagai despair (putus asa)6
Dari delapan tahap siklus hidup manusia yang dijelaskan oleh Erikson, tiga tahap
pertama paling berhubungan langsung dengan pendidikan anak usia dini yakni kepercayaan
vs. ketidakpercayaan; otonomi vs. rasa malu dan keraguan; dan inisiatif vs. rasa bersalah.
Erikson berfokus pada hubungan antara anak dan lingkungannya, dan menekankan
tuntutan sosial eksternal tertentu pada anak dan mempengaruhi perkembangannya. Tiga tahap
pertama Erikson adalah periode kritis di mana penyelesaian krisis yang sehat dan adaptif
pada setiap tahap anak menentukan sejauh mana ia nantinya memiliki rasa percaya dasar,
kemandirian, dan inisiatif. Sejauh mana anak gagal membuat krisis yang sehat resolusi
menentukan sejauh mana dia kemudian merasakan rasa ketidakpercayaan yang mendasar,
malu dan ragu dalam hubungannya.7
Dalam pemahaman akan delapan tahapan perkembangan yang diusung oleh Erikson
maka kita tidak akan lepas dari beberpa poin penting antara lain (Feist & Feist, 2010) :
1. Terkait dengan prinsip epigenetik. Yaitu satu bagian yang tumbuh dari komponen yang lain
dan memiliki pengaruh waktu tersendiri, namun tidak menggantian komponen berikutnya.
6
Gusman Lesmana,”Psikologi perkembangan peserta didik”,(Medan:UMSU PRESS 2021) hal 45-47
7
Dean, Ann V. "Psychodynamic Theory in Early Childhood Education: A Look at the Contributions of
Anna Freud, Melanie Klein, Krik H. Erikson, Susan Isaacs, Bruno Bettelheim, ECM Frijling-Schreuder
and Margaret Ribble." International Journal of Bahamian Studies 5 (2008): 38
7
2. Di dalam setiap tahapan kehidupan terdapat interaksi berlawanan yaitu koflik antara
elemen sintonik (harmonis) dan elemen distonik (mengacaukan).
3. Pada setiap tahapan konflik antara elemen distonik dan sintonik menghasilkan kualitas ego
dan kekuatan ego, yang erikson sebut dengan basic strength (kekuatan dasar).8
Tahap-tahap Erikson yang telah dipaparkan diatas membentuk kerangka untuk memahami
perkembangan emosional dan sosial sepanjang hidup,bahwa penyelesaian satu tahap adalah
prasyarat untuk tahap berikutnya, serta fokusnya yang berlebihan pada ekspektasi sosial
dalam budaya tertentu.9
Menciptakan kepercayan diri pada anak memanglah sangat penting sebagai bekal untuk
menjalani dunia yang telah lama masuk era modern ini. Tetapi kenyataan bahwa angka
presentase tingkat kepercayaan diri remaja di Indonesia masih sangat jauh dari yang
diharapkan. Hal tersebut karena memang tidak bisa dipungkiri bagaimana sulitnya mengasuh,
mengajar, membesarkan seorang anak hingga dewasa. Kesulitan tersebut terbukti dengan
banyaknya pengasuh tidak maksimal atau bahkan tidak menerapkan teori pola asuh yang
benar. Ada juga yang tidak menerapkan teori pola asuh yang benar karena tidak tahu seperti
apa yang benar itu. Tetapi dengan teori psikososial Erik Erikson, kita bisa tahu apa yang
harus dilakukan sebagai pengasuh/orang tua ketika anak kita berusia 0-1 tahun, 2-3 tahun,
dan seterusnya.10
8
Sigit "A. Kontribusi Padangan Teori Psikodinamik Freud." Hal 17
9
Learning, Lumen. "Psychodynamic Theories." Lifespan Development (2020).
10
Rerung, Alvary Exan. "Menciptakan self-efficacy pada anak usia 19-22 tahun dengan menggunakan pola
asuh teori psikososial erik erikson di gereja toraja jemaat sion lestari klasis wotu." Masokan: Ilmu Sosial dan
Pendidikan 1.2 (2021): 108
8
bertentangan antara yang satu dengan yang lain. Artinya bila kondisi keluarga
memberikan kesempatan yang positif bagi anak, maka akan menumbuhkan emosi yang
stabil. Sebaliknya bila lingkungan keluarga tidak memberi suasana yang positif maka
akan berakibat perkembangan yang cenderung berbalik yakni negative, labil dan
abnormal. Piaget maupun Kohlberg sependapat bahwa orangtua mempunyai peran besar
bagi pembentukan dan perkembangan moral seorang anak11 Dukungan sosial dapat
diwujudkan dengan cara menemani anaknya untuk bermain, menjelajah ruangan atau
memberi motivasi agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang merangsang
perkembangan kognitif, keterampilan bahasa atau keterampilan motorik.
11
Erik Erikson.2010.Teori Perkembangan Psikososial Erik H.Erikson.Jakarta
12
Tiara Emilizia, “Konsep Psikososial Menurut Teori Erik H. Erikson Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam Tinjauan Pendidikan Islam”,(skripsi,IAIN Bengkulu,2019),69-70
9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Sejarah pemikiran Erikson tercermin dari pengalaman hidupnya sendiri, yang
memengaruhi perkembangan teoretisnya. Dilahirkan di Frankfurt, Jerman pada 15 Juni
1902, dari orang tua keturunan Denmark, dengan ibu yang berasal dari keluarga Yahudi.
Kehidupannya dipengaruhi oleh perpisahan orang tuanya sebelum lahir, dan kemudian
diadopsi oleh seorang dokter anak bernama Dr. Hamburger dari Karlsruhe. Sebagai murid
Freud, Erikson terpengaruh oleh pandangan psikoanalisis dan mengembangkan teori
psikososialnya sendiri yang menekankan peran ego dalam perkembangan individu.
Erikson menjadi dikenal sebagai perintis psikologi perkembangan seumur hidup. Erikson
mengajar di berbagai universitas terkemuka seperti Yale, Berkeley, dan Harvard. Erikson
juga tertarik pada antropologi budaya, dan menghabiskan waktu di antara suku Lakota
Sioux di South Dakota dan suku Yurok di California. Erikson meninggal di Harwisch,
Amerika Serikat, pada usia 91 tahun, meninggalkan warisan yang kuat dalam bidang
psikologi perkembangan.
10
anak, dan lingkungan keluarga dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap
perkembangan emosional anak. Dukungan sosial dari orangtua dapat membantu dalam
merangsang perkembangan kognitif, keterampilan bahasa, dan motorik anak. Di lingkup
sekolah, pengembangan karakter dan kepribadian menjadi sangat penting karena peserta
didik mulai berkenalan dengan berbagai bidang keilmuan dan menyadari jati dirinya
sebagai individu yang mulai beranjak dewasa. Oleh karena itu, persiapan yang baik dan
keterlibatan semua pihak terkait dalam proses pengembangan karakter di sekolah sangat
diperlukan, termasuk evaluasi yang berkesinambungan untuk memastikan efektivitasnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Exan Alvary, Rerung."Menciptakan self-efficacy pada anak usia 19-22 tahun dengan
menggunakan pola asuh teori psikososial erik erikson di gereja toraja jemaat
sion lestari klasis wotu." Masokan: Ilmu Sosial dan Pendidikan 1.2, 2021
Fitrikasari Alifiati dkk, “Buku Ajar Siklus Kehidupan Dan Teori Perkembangan”, Semarang :
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2021
Ringora Ganti Nur ,“Teori Perkembangan Peserta Didik’,Jurnal Pendidikan Dasar 1, no. 2.
2023
12