Anda di halaman 1dari 14

TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL TRIK ERIKSON

Makalah

Untuk Pemenuhan Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Disusun Oleh

NAMA : MUH. SYAIFULLAH KARIM


NIM : 5090012004

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , Berkat rahmat,
hidayah, dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan risalah ini dan
menyelesaikannya tepat pada waktunya. Makalah ini tentang Psikososial .
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini..
Makassar, 21 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................
2.1 Sosok Seorang Erik H. Erikson dan Teori Kepribadian menurut Erik.....3
2.2 Tahap Tahap Perkembangan Psikososial serta kekurangan serta
kelebihanya................................................................................................6
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Erik Erikson adalah salah satu diantara para ahli yang melakukan ikhtiar
itu. Dari perspektif psikologi, ia menguraikan manusia dari sudut
perkembangannya sejak dari masa 0 tahun hingga usia lanjut. Erikson
beraliran psikoanalisa dan pengembang teori Freud. Kelebihan yang dapat
kita temukan dari Erikson adalah bahwa ia mengurai seluruh siklus hidup
manusia, tidak seperti Freud yang hanya sampai pada masa remaja. Erikson
menjadi terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori tentang tahap
perkembangan manusia yang dirintis oleh Freud. Erikson menyatakan bahwa
pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetik yang menyatakan
bahwa kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap. Teori
perkembangan kepribadian yang dikemukakan oleh Erik Erikson merupakan
salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama
dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi.
Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari
lahir hingga lanjut usia satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Teori
Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena
didasarkan pada tiga alasan, antara lain:1

1. Pertama, teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki hubungan


dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati
kepribadian manusia.
2. Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap
tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan.

1
Krismawati, Yeni. "Teori psikologi perkembangan Erik H. Erikson dan manfaatnya bagi
tugas pendidikan Kristen dewasa ini." KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 2,
no. 1 (2018): 46-56.

1
2

3. Ketiga, menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam


mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang
dapat memberikan kekuatan atau kemajuan dalam perkembangan
kepribadian didalam sebuah lingkungan.

Erikson juga meyakini bahwa setiap tahap dalam perkembangan


psikososial adalah penting, ia memberi penekanan khusus pada
perkembangan identitas ego. Identitas ego adalah kesadaran diri yang
berkembang melalui interkasi sosial dan menjadi fokus utama selama tahap
perkembangan psikososial identitas Vs kebingungan.2

Maka dari itu penting untuk mengetahui dan mengungkapkan bagaimana


teori psikososial oleh erik erikson dan perkembangan teori psikosial tersebut.
Untuk itu penulis akan meneliti tentang “ teori psikososial erik erikson”

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana sosok seorang Erik H. Erikson Serta Struktur kepribadian


menurut erikson ?
2. Bagaimana tahap-tahap perkembangan psikososial Erik H. Erikson dan
Kelebihan Kekurangan Teori Psikososial?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui Sosok seorang Erik H. Erikson Struktur kepribadian menurut


erikson
2. Mengetahui bagaimana tahap-tahap perkembangan psikososial Erik H.
Erikson dan Kelebihan Kekurangan Teori Psikososial

2
Emiliza, Tiara. "Konsep Psikososial Menurut Teori erik h. Erikson Terhadap Pendidikan
Anak Usia Dini Dalam Tinjauan Pendidikan Islam Konsep Psikososial Menurut Teori Erik H.
Erikson Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Tinjauan Pendidikan Islam." PhD diss., Iain
Bengkulu, 2019.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sosok Seorang Erik H. Erikson dan Teori Kepribadian menurut Erik

A. Sosok Seorang Erik H. Erikson

Erik H. Erikson adalah salah satu tokoh psikoanalisa yang lahir di Frankurt,
Jerman, 15 Juni 1902. Ayah kandung Erikson adalah seorang pria kebangsaan
Denmark yang meninggalkan Erikson pada usia tiga tahun sehingga ibu
Erikson yang bernama Karla Abrhamsen menikah lagi dengan Theodore
Homberger yang menjadi ayah tiri Erikson dan nama Hamberger kini menjadi
bagian dari nama Erikson. Setelah lulus SMA, Erikson menjadi seniman
namun tidak mengambil kuliah seni dan memelih berkeliling Eropa untuk
menikmati dan belajar seni.3

Erikson menjadi guru pada sekolah yang dikelolah Dorothy Burlingham,


teman Anna Freud yang direkomendasikan oleh Peter Blos pada usia 25 tahun.
Tahun 1927 – 1933, Erikson belajar sebagai Child Analyst di Vienna
Psycholoanalytic Institute bersama Anna Freud dan menikahi Joan Serson pada
tahun 1930 serta memiliki tiga orang anak. Selama tahun tersebut, Erikson
mendapat sertifikan dari Motessori Education dan Vienna Psychoanalityc
Society. Tahun 1933 ketika Nazi berkuasa, Erikson Pindah ke Copenhagen,
lalu pindah ke Denmark dan ke Boston, Amerika.

Erikson mengajar di Harvard Medical School dan membuka praktik


psikoanalisis anak-anak. Di sinilah Erikson bertemu Henry Murray dan Kurt
Lewin serta tokoh-tokoh besar lainnya. Selanjutnya, Erikson mengajar di
University of California di Berkeley dan melakukan penelitian tentang
kehidupan modern dalam suku Lakota dan Yurok. Tahun 1939, Erikson
mengubah namanya dari Erik Homberger menjadi Erik H. Erikson. Pada tahun
1950, Erikson membuat Childhood and Society, analisis Maxim Gorky dan
Adolph Hitler, diskusi “Kepribadian Amerika”, beberapa ringkasan teori
3
Erik Erikson, Childhood and Society, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). H.291

3
4

Freudian, dan Gandhi’s Truth  yang memenangkan Award dan National Book
Award.

Beberapa tahun kemudian, Erikson meninggalkan Berkeley kemudian


bekerja dan mengajar di sebuah klinik di Massachussets selama 10 tahun, dan
10 tahun kemudian kembali ke Harvard. Tahun 1970, Erikson menulis dan
melakukan penelitian bersama istrinya dan akhirnya meninggal pada tahun
1994.

A. Struktur Kepribadian Menurut Erikson

Erikson, menyatakan bahwa struktur kepribadian manusia dibagi menjadi tiga


bagian, yaitu:4

1. Ego Kreatif
Ego kreatif adalah ego yang dapat menemukan pemecahan kreativitas atas
masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Apabila menemukan hambatan
atau konflik pada suatu fase, ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan
menggunakan kombinasi antara kesiapan batin dan kesempatan yang
disediakan lingkungan. Ego yg sempurna memiliki 3 dimensi, yaitu
faktualisasi, universalitas dan aktualitas.

a. Faktualisasi adalah kumpulan sumber data dan fakta serta metode


yang dapat dicocokkan atau diverifikasi dengan metode yang sedang
digunakan pada suatu peristiwa. Dalam hal ini, ego berisikan
kumpulan hasil interaksi individu dengan lingkungannya yang
dikemas dalam bentuk data dan fakta.

b. Universalitas adalah dimensi yang mirip dengan prinsip realita yang


dikemukakan oleh Freud. Dimensi ini berkaitan dengan sens of
reality yang menggabungkan pandangan semesta/alam dengan
sesuatu yang dianggap konkrit dan praktis.
c. Aktualitas adalah metode baru yang digunakan oleh individu untuk
berhubungan dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama.
Dalam hal ini, ego merupakan realitas masa kini yang berusaha
4
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian edisi revisi. Malang : UMM Press, hlm 85
5

mengembangankan cara baru untuk dapat memecahkan masalah yang


dihadapi, menjadi lebih efektif, progresif, dan prospektif.

Erikson (Alwisol, 2009:86) berpendapat bahwa sebagian ego yang


ada pada individu bersifat tak sadar, mengorganisir pengalaman yang
terjadi pada masa lalu dan pengalaman yang akan terjadi pada masa
mendatang. Dalam hal ini, Erikson menemukan tiga aspek yang saling
berhubungan, yaitu body ego, ego ideal dan ego identity, yang umumnya
akan mengalami perkembangan pesat pada masa dewasa meskipun ketiga
aspek tersebut terjadi pada setiap fase kehidupan.5

2. Ego Otonomi Fungsional


Ego otonomi fungsional adalah ego yang berfokus pada penyesuaian
ego terhadap realita. Contohnya yaitu hubungan ibu dan anak. Meskipun
Erikson sependapat dengan Freud mengenai hubungan ibu dan anak
mampu memengaruhi serta menjadi hal terpenting dari perkembangan
kepribadian anak, tetapi Erikson tidak membatasi teori teori hubungan id-
ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego. menganggap
bahwa proses pemberian makanan pada bayi merupakan model interaksi
sosial antara bayi dengan lingkungan sosialnya.6
Lapar adalah menifestasi biologis, dan konsekuensinya akan
menimbulkan kesan terhadap dunia luar bayi ketika mendapat pemuasan
id yang dilakukan oleh ibu. Bayi belajar untuk mengantisipasi interaksi
dalam bentuk basic trust pada saat diberi makan oleh ibunya. Basic
trust yang dimaksud yaitu suatu kepercayaan dasar anak yang memandang
kontak dengan manusia dan dunia luar adalah hal yang sangat
menyenangkan karena pada masa lalu (bayi) hubungan tersebut
menimbulkan rasa aman dan menyenangkan terhadap dirinya.
3. Pengaruh Masyrakat
Pengaruh masyarakat adalah pembentuk bagian tersebesar ego,
mesikipun kapasitas yang dibawa sejak lahir oleh individu juga penting
dalam perkembangan kepribadian. Erikson mengemukakan faktor yang
memengaruhi kepribadian yang berbeda dengan Freud. Meskipun Freud
5
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian edisi revisi. Malang : UMM Press, hlm, Hlm 86
6
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian edisi revisi. Malang : UMM Press, hlm, Hlm 86
6

menyatakan bahwa kepribadian dipengaruhi oleh biologikal, Erikson


memandang kepribadian dipengaruhi oleh faktor sosial dan historikal.
Erikson menyatakan bahwa potensi yang dimiliki individu adalah ego
yang muncul bersama kelahiran dan harus ditegakkan dalam lingkungan
budaya. Anak yang diasuh dalam budaya masyakarat berbeda, cenderung
akan membentuk kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dan
kebutuhan budaya sendiri.7

2.2 Tahap Tahap Perkembangan Psikososial serta kekurangan serta

kelebihanya

Teori psikososial dari Erik Erikson meliputi delapan tahap yang saling
berurutan sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap bergantung pada hasil tahapan
sebelumnya, dan resolusi yang sukses dari tiap krisis ego adalah pentingnya bagi
individu untuk dapat tumbuh secara optimal. Ego harus mengembangkan
kesanggupan yang berbeda untuk mengatasi tiap tuntutan penyesuaian dari
masyarakat, Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut
Erik Erikson :8

1. Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun) Dalam tahap ini, bayi berusaha
keras untuk mendapatkan pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil
memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan
untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa (hope). Jika krisis ego ini
tidak pernah terselesaikan, individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam
membentuk rasa percaya dengan orang lain sepanjang hidupnya, selalu
meyakinkan dirinya bahwa orang lain berusaha mengambil keuntungan dari
dirinya.9
2. Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun), Dalam tahap ini,
anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya. Orang tua
seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya untuk mengontrol keinginan
atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar. Mereka
7
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian edisi revisi. Malang : UMM Press, hlm, Hlm 89
8
Berk, L.E., 2003. Child Development. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 32
9
Berk, L.E., 2003. Child Development. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 32
7

melatih kehendak, tepatnya otonomi. Harapan idealnya, anak bisa belajar


menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan
pemahaman awal mereka mengenai otonomi, inilah resolusi yang diharapkan. 10
melanjutkan bahwa apabila anak tidak berhasil melewati fase ini, maka anak
tidak akan memiliki inisiatif yang dibutuhkan pada tahap berikutnya dan akan
mengalami hambatan terus-menerus pada tahap selanjutnya
3. Tahap III : Initiative versus Guilt (3-6 tahun) Pada periode inilah anak belajar
bagaimana merencanakan dan melaksanakan tindakannya. Resolusi yang
tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang anak takut mengambil
inisiatif atau membuat keputusan karena takut berbuat salah. Anak memiliki
rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan-
harapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil melewati masa ini dengan baik,
maka keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki tujuan dalam
hidupnya.
4. Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun) Pada saat ini, anak-anak
belajar untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan
tugas khususnya tugas-tugas akademik. Penyelesaian yang sukses pada
tahapan ini akan menciptakan anak yang dapat memecahkan masalah dan
bangga akan prestasi yang diperoleh. Keterampilan ego yang diperoleh adalah
kompetensi. Di sisi lain, anak yang tidak mampu untuk menemukan solusi
positif dan tidak mampu mencapai apa yang diraih teman-teman sebaya akan
merasa inferior.
5. Tahap V : Identity versus Identity Confusion (12-20 tahun) Pada tahap ini,
terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa
sehingga tampak adanya kontraindikasi bahwa di lain pihak anak dianggap
dewasa tetapi di sisi lain dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa
stansarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan
kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai
menurun. Adapun peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Apabila anak
tidak sukses pada fase ini, maka akan membuat anak mengalami krisis
identitas, begitupun sebaliknya.

10
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian edisi revisi. Malang : UMM Press, hlm, Hlm 93
8

6. Tahap VI: Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda, 20-30 tahun) Dalam
tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang
lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan sosial
yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil mengatasi
krisis ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.11
7. Tahap VII: Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah, 30-65
tahun) Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai
balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan
sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa
depan. Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan generatif akan
menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak berharga dan membosankan.
Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka ketrampilan ego
yang dimiliki adalah perhatian, sedangkan bila individu tidak sukses
melewatinya maka akan merasa bahwa hidupnya tidak berarti
8. Tahap VIII: Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir, 65 tahun ke
atas) Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa
lalu dan melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu
terasa menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk mengintegrasikan
tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahun-tahun. Apabila individu
sukses melewati faase ini maka akan timbul perasaan puas akan diri,
sedangkan apabila mengalami kegagalan dalam melewati tahapan ini akan
menyebabkan munculnya rasa putus asa.12

Setiap teori tentu mempunyai kekurangan seta kelebihan begitu juga teori
erik erikson yang mempunyai kekurangan serta kelebihan oleh karena itu berikut
kekurangan dan kelebihan teori tersebut13

1. Kelebihan:
a. Erikson menekankan kesadaran individu untuk menyesuaikan diri dengan
pengaruh sosial.

11
Baron A. Robert & Donn Byrne. 2003. psikologi sosial. Jakarta : Erlangga hlm 23
12
Corey Gerald. 2010. Teori dan praktek Konseling & psikoterapi. Bandung : PT Refika
Aditama hlm 43
13
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian edisi revisi. Malang : UMM Press, hlm, 93
9

b. Erikson memandang ego sebagai struktur kepribadian yang otonom, serta


berfokus pada kualitas ego yang muncul di setiap periode perkembangan.
c. Tahap perkembangan lebih kompleks karena mengembangkan teori
insting Freud. Namun Erikson tidak memusatkan seks sebagai hal yg
mendasari manusia.
d. Menekankan bahwa perubahan pada setiap tahap perkembangan sangat
penting sehingga individu berusaha semampu mungkin untuk
melewatinya.
2. Kekurangan
Nilai ilmiah penelitian yang dilakukan Erikson tidak begitu akurat.
Observasi dan analisis penelitian hanya dilakukan secara subjektif seperti
halnya tokoh psikoanalisis yang lain.
10

BAB III
Kesimpulan
Sosok Erik H. Erikson adalah salah satu tokoh psikoanalisa yang lahir di
Frankurt, Jerman, 15 Juni 1902. Ayah kandung Erikson adalah seorang pria
kebangsaan Denmark yang meninggalkan Erikson pada usia tiga tahun sehingga
ibu Erikson yang bernama Karla Abrhamsen menikah lagi dengan Theodore
Homberger yang menjadi ayah tiri Erikson dan nama Hamberger kini menjadi
bagian dari nama Erikson. Setelah lulus SMA, Erikson menjadi seniman namun
tidak mengambil kuliah seni dan memelih berkeliling Eropa untuk menikmati dan
belajar seni. Dalam teori kepribadian Erikson menyatakan bahwa struktur
kepribadian manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Ego Kreatif, Ego Otonomi
Fungsional dan pengaruh masyarakat.
Teori psikososial dari Erik Erikson meliputi delapan tahap yang saling
berurutan sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap bergantung pada hasil tahapan
sebelumnya, dan resolusi yang sukses dari tiap krisis ego adalah pentingnya bagi
individu untuk dapat tumbuh secara optimal.Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1
tahun), Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun), Tahap III :
Initiative versus Guilt (3-6 tahun) , Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12
tahun) , Tahap V : Identity versus Identity Confusion (12-20 tahun) , Tahap VI:
Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda, 20-30 tahun) , Tahap VII:
Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah, 30-65 tahun) , Tahap
VIII: Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir, 65 tahun ke atas).
Kekurangan teori ini ialah Nilai ilmiah penelitian yang dilakukan Erikson tidak
begitu akurat. Observasi dan analisis penelitian hanya dilakukan secara subjektif
seperti halnya tokoh psikoanalisis yang lain.
11

DAFTAR PUSTAKA

Alisyahbana, T. (2020). Manusia Dalam Pandangan Psikologi. Deepublish.

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian edisi revisi. Malang : UMM Press.

Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : PT Rineka Cipta

Balgies Soffy. 2011. Wawancara teori & aplikasi dalam Psikodiagnostik.


Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press.

Baron A. Robert & Donn Byrne. 2003. psikologi sosial. Jakarta : Erlangga

Berk, L.E., 2003. Child Development. Boston: Allyn and Bacon.

Corey Gerald. 2010. Teori dan praktek Konseling & psikoterapi. Bandung : PT
Refika Aditama.

Emiliza, Tiara. "Konsep Psikososial Menurut Teori erik h. Erikson Terhadap


Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Tinjauan Pendidikan Islam Konsep
Psikososial Menurut Teori Erik H. Erikson Terhadap Pendidikan Anak Usia
Dini Dalam Tinjauan Pendidikan Islam." PhD diss., Iain Bengkulu, 2019.

Erik Erikson, Childhood and Society, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). H.291

Krismawati, Yeni. "Teori psikologi perkembangan Erik H. Erikson dan


manfaatnya bagi tugas pendidikan Kristen dewasa ini." KURIOS (Jurnal
Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 2, no. 1 (2018): 46-56

Anda mungkin juga menyukai