Disusun oleh :
Kelompok 6
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
3. Tujuan Penulisan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Apa teori perkembangan Erikson.......................................................................3
2. Bagaimana struktur kepribadian dari Erikson...................................................3
3. Bagaimana pengaruh masyarakat dari teori kepribadian Erikson...................5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Erikson, lingkungan dimana anak hidup sangat penting untuk
memberikan pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas.
Erikson percaya bahwa setiap manusia berjalan melalui sejumlah tahap
untuk mencapai pembangunan penuhnya, berteori delapan tahap, bahwa
manusia melewati dari lahir sampai mati.
Keluarga pada hakikatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari
suatu sistem sosial yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga
merupakan mikniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia.
suasana yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik
karena di dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar
kehidupan bermasyarakat.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama saaat iptek
berkembang secara pesat, telah banyak memberikan pengaruh pada tatanan
kehidupan umat manusia, baik yang bedrsifat positif maupun negatif.
Kehidupan keluarga pun, banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari
nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang
ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang
menilaibahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini khususnya generasi
mudanya dalam kondisi mengkhawatirkan, dan semua ini berakar dari
kondisi kehidupan dalam keluarga.
Oleh karena itu, pembinaan terhadap anak sejak dini dalam keluarga
merupakan suatu yang sangat mendasar. Pendidikan agama, budi pekerti,
tatakrama, dan baca-tulis-hitung yang diberikan secara dini di rumah serta
teladan dari kedua orangtuanya akan membentuk kepribadian dasar dan
kepercayaan diri anak yang akan mewarnai perjalanan hidup selanjutnya.
Dalam hal ini, seorang ibu memegang peranan yang sangat penting
dan utama dalam memberikan pembinaan dan bimbingan (baik secara fisik
maupun psikologis) kepada putra-putrinya dalam rangka menyiapkan
generasi penerus yang lebih berkualitas selaku warga negara (WNI) yang
baik dan bertanggungjawab termasuk tanggungjawab sosial.
Sebagai makhluk hidup, setiap anggota keluarga setiap saat akan
selalu beraktivitas atau berperilaku (baik yang nampak maupun yang tidak
nampak) untuk mencapai tujuan tertentu ataupun sekedar memenuhi
kebutuhan. Adakalanya tujuan atau kebutuhannya itu tercapai, tetapi
mungkin juga tidak, atau adakalnya perilaku yang nampak itu selaras dengan
yang tidak nampak, adakalnya tidak. Dalam kondisi seperti ini, bukan hal
yang mustahil akan menimbulkan masalah/konflik dan akan mengakibatkan
beban mental/stress. Tentu diperlukan pemahaman dan bimbingan yang tepat
untuk membantu mereka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa teori perkembangan Erikson?
2. Bagaimana struktur kepribadian dari Erikson?
3. Bagaimana pengaruh masyarakat dari teori kepribadian Erikson?
C. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui teori-teori eriksonn dan
bagaimana peran keluarga, masyarakat dalam proses perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
B. STRUKTUR KEPRIBADIAN
Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain,
memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Erikson, ego sebagian bersifat taksadar, mengorganisir dan
mensitesa pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan
dengan diri masa yang akan datang. Dia menemukan tiga aspek ego yang
saling berhubungan, yakni
Ciri khas psikologi ego dari Erikson dapat diringkas sebagai berikut:
C. PENGARUH MASYARAKAT
Walaupun kapasitas yang dibawa sejak lahir penting dalam
perkembangan kepribadian, bagian terbesar ego muncul dan dibentuk oleh
masyarakat. Ego muncul bersama kelahiran sebagai potensi yang harus
ditegakkan di dalam lingkungan kultural. Masyarakat yang berbeda, dengan
perbedaan kebiasaan cara mengasuh anak, cenderung membentuk
kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai budayanya.
Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun 1963,
Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara
terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal
dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”. Erikson berdalil
bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic. Epigenetic berasal dari dua
suku kata yaitu epi yang artinya “upon” atau sesuatu yang sedang
berlangsung, dan genetic yang berarti “emergence” atau kemunculan.
Gambaran dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap
lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini
sangat dominan dan karena itu muncul, dan akan selalu terjadi pada setiap
tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa, secara keseluruhan
akan adanya fungsi atau kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu sendiri.
Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga
disertai oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada
didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus
dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang sangat vital dan
bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan perkembangan
antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam
sebuah sikap yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari
ego pada setiap tahap.
Erikson percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau
kematangan apabila dengan jelas dapat melihat krisis psikososial yang terjadi
dalam lingkaran kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan dalam
bentuk sebuah gambar Di mana gambar tersebut memaparkan tentang
delapan tahap perkembangan yang pada umumnya dilalui dan dijalani oleh
setiap manusia secara hirarkri seperti anak tangga. Di dalam kotak yang
bergaris diagonal menampilkan suatu gambaran mengenai adanya hal-hal
yang bermuatan positif dan negatif untuk setiap tahap secara berturut-turut.
Periode untuk tiap-tiap krisis, Erikson melukiskan mengenai kondisi yang
relatif berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok dengan sakit yang
terjadi dalam kesehatan manusia itu sendiri.
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dengan berangkat dari teori
tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan
pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut
dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Melalui teori
yang dikembangkannya yang biasa dikenal dengan sebutan Theory of
Psychosocial Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson tidak
berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud
maupun teori perkembangan kognitif Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori
ini berbicara mengenai aspek-aspek lain dalam perkembangan. Selain itu di
sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori Erikson menjangkau usia tua
sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti hanya sampai pada masa
dewasa.
Meminjam kata-kata Erikson melalui seorang penulis buku bahwa
“apa saja yang tumbuh memiliki sejenis rencana dasar, dan dari rencana
dasar ini muncullah bagian-bagian, setiap bagian memiliki waktu masing-
masing untuk mekar, sampai semua bagian bersama-sama ikut membentuk
suatu keseluruhan yang berfungsi. Oleh karena itu, melalui delapan tahap
perkembangan yang ada Erikson ingin mengemukakan bahwa dalam setiap
tahap terdapat maladaption/maladaptif (adaptasi keliru) dan malignansi
(selalu curiga) hal ini berlangsung kalau satu tahap tidak berhasil dilewati
atau gagal melewati satu tahap dengan baik maka akan tumbuh
maladaption/maladaptif dan juga malignansi, selain itu juga terdapat
ritualisasi yaitu berinteraksi dengan pola-pola tertentu dalam setiap tahap
perkembangan yang terjadi serta ritualisme yang berarti pola hubungan yang
tidak menyenangkan.
Perkembangan Kepribadian: Teori Psikososial
Prinsip Epigenetik
Tahap ( usia)
Krisis Psikososial
Modalities Psikososial
Virtue Psikososial
Maladaption & Malignancies
I ( 0-1) bayi
Trust vs mistrust
Ibu
Harapan , kepercayaan
Sensory distortion-Withdrawal
Orang tua
Mempertahankan, merelakan
Keinginan, penentuan
Impulsivity, compulsion
Initiative vs Guilt
Keluarga
Bermain
Kegunaan, Keberanian
Ruthlessness, Inhibition
IV ( 7-12) anak usia sekolah
Industry vs isolation
Kompetensi
Narrow Virtuosity-Inertia
V ( 12 -18) remaja
Ketaatan. Kesetiaan
Fanaticism, Repudiation
VI ( 20 ) dewasa awal
Intimacy vs Isolation
Partner, teman
Cinta
Promiseuity- Exclusivity
Menjaga
Kepedulian
Overextension, penolakan
Intergrity vs despair
Kehidupan manusia
Kebijaksanaan
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1
atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah
menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan
kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. dan merasa terancam
terus menerus. Hal ini ditandai dengan munculnya frustasi, marah, sinis,
maupun depresi.
Inisiatif vs Kesalahan
Kerajinan vs Inferioritas
Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar
antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap
ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan
menghindari perasaan rasa rendah diri.
Keintiman vs Isolasi
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap
individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal
yang berusia sekitar 20-30 tahun. Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin
mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap
menyendiri.
Generativitas vs Stagnasi
Masa dewasa madya berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh
orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Apabila pada tahap
pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian
pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat
mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu
(generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang
diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Dalam
teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil
melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja
ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
BAB III
1. SIMPULAN
http://dodyhartanto.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Erik_Erikson
http://nunufadill.blogspot.com/2012/05/makalahteori-erikson.html