Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

MENURUT ERIK ERIKSON

Disusun oleh :

Kelompok 6

- Noni Yulia Cendrawati : 144011-01-19-247


- Very Setyawan : 144011-01-19-276
- Tri Wahyuni : 144011-01-19-274
- Novianti ; 144011-01-19-250
- Adrian Bintoro Putra : 144011-01-19-194
- Nur Hamdini : 144011-01-19-254
- Novalina Sarce Y : 144011-01-19-248

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKADEMI
KEPERAWATAN RUMAH SAKIT MARTHEN INDEY
JAYAPURA 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah subahanahawata’ala yang


Maha ‘Alim dan Maha Bijaksana. Shalawat beserta, salam kita panjatkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad sallallahu-alaihiwasallam, karena
atas , karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Makalah ini penulis sampaikan kepada Pembina mata kuliah Teori


Kepribadian sebagai tugas kelompok pada mata kuliah tersebut. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada dosen Faizal ludin ,M.pd. yang telah
berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis mengajar mata kuliah Teori
Kepribadian.

Penulis memohon kepada Bapak dosen khususnya, umumnya para


pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini,
baik dari segi bahasanya maupun isinya, penulis menghrapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun kepada semua pembaca demi lebih baiknya
makalah yang akan datang.

Jayapura 01 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
3. Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
1. Apa teori perkembangan Erikson.......................................................................3
2. Bagaimana struktur kepribadian dari Erikson...................................................3
3. Bagaimana pengaruh masyarakat dari teori kepribadian Erikson...................5

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan..................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Erikson, lingkungan dimana anak hidup sangat penting untuk
memberikan pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas.
Erikson percaya bahwa setiap manusia berjalan melalui sejumlah tahap
untuk mencapai pembangunan penuhnya, berteori delapan tahap, bahwa
manusia melewati dari lahir sampai mati.
Keluarga pada hakikatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari
suatu sistem sosial yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga
merupakan mikniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia.
suasana yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik
karena di dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar
kehidupan bermasyarakat.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama saaat iptek
berkembang secara pesat, telah banyak memberikan pengaruh pada tatanan
kehidupan umat manusia, baik yang bedrsifat positif maupun negatif.
Kehidupan keluarga pun, banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari
nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang
ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang
menilaibahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini khususnya generasi
mudanya dalam kondisi mengkhawatirkan, dan semua ini berakar dari
kondisi kehidupan dalam keluarga.
Oleh karena itu, pembinaan terhadap anak sejak dini dalam keluarga
merupakan suatu yang sangat mendasar. Pendidikan agama, budi pekerti,
tatakrama, dan baca-tulis-hitung yang diberikan secara dini di rumah serta
teladan dari kedua orangtuanya akan membentuk kepribadian dasar dan
kepercayaan diri anak yang akan mewarnai perjalanan hidup selanjutnya.
Dalam hal ini, seorang ibu memegang peranan yang sangat penting
dan utama dalam memberikan pembinaan dan bimbingan (baik secara fisik
maupun psikologis) kepada putra-putrinya dalam rangka menyiapkan
generasi penerus yang lebih berkualitas selaku warga negara (WNI) yang
baik dan bertanggungjawab termasuk tanggungjawab sosial.
Sebagai makhluk hidup, setiap anggota keluarga setiap saat akan
selalu beraktivitas atau berperilaku (baik yang nampak maupun yang tidak
nampak) untuk mencapai tujuan tertentu ataupun sekedar memenuhi
kebutuhan. Adakalanya tujuan atau kebutuhannya itu tercapai, tetapi
mungkin juga tidak, atau adakalnya perilaku yang nampak itu selaras dengan
yang tidak nampak, adakalnya tidak. Dalam kondisi seperti ini, bukan hal
yang mustahil akan menimbulkan masalah/konflik dan akan mengakibatkan
beban mental/stress. Tentu diperlukan pemahaman dan bimbingan yang tepat
untuk membantu mereka.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa teori perkembangan Erikson?
2. Bagaimana struktur kepribadian dari Erikson?
3. Bagaimana pengaruh masyarakat dari teori kepribadian Erikson?

C. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui teori-teori eriksonn dan
bagaimana peran keluarga, masyarakat dalam proses perkembangan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ERIK ERIKSON


Erik Erikson (lahir di Frankfurt-am-Main, Jerman, 15 Juni 1902 –
meninggal di Harwich, Cape Cod, Massachusetts, Amerika Serikat, 12 Mei
1994 pada umur 91 tahun) adalah seorang psikolog Jerman yang terkenal
dengan teori tentang delapan tahap perkembangan pada manusia. Sebenarnya
Erikson adalah seorang psikolog Freudian, namun teorinya lebih tertuju pada
masyarakat dan kebudayaan jika dibandingkan dengan para psikolog
Freudian lainnya.
Erikson menjadi terkenal karena upayanya dalam mengembangkan
teori tentang tahap perkembangan manusia yang dirintis oleh Freud. Erikson
menyatakan bahwa pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetik
yang menyatakan bahwa kepribadian manusia berjalan menurut delapan
tahap.
Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan oleh Erik Erikson
merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi.
Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam
psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan
manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia satu hal yang tidak dilakukan
oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah
ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan
sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif
karena didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya
sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego
yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia.
Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap
tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang ketiga atau yang
terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam
mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang
dapat memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian
didalam sebuah lingkungan.
Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam
mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran
yang sangat maju guna memahami persoalan ataupun masalah psikologi
yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern seperti ini. Oleh karena itu,
teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil
penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa,
maupun lansia.

B. STRUKTUR KEPRIBADIAN

Berikut adalah ego yang sempurna menurut Erikson

Faktualitas adalah kumpulan fakta, data, dan metoda yang dapat


diverifikasi dengan metoda kerja yang sedang berlaku. Ego berisi kumpulan
fakta dan data hasil interaksi dengan lingkungan.

Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sens of


reality) yang menggabungkan hal yang praktis dan kongkrit dengan
pandangan semesta, mirip dengan pronsip realita dari Freud.

Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain,
memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Erikson, ego sebagian bersifat taksadar, mengorganisir dan
mensitesa pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan
dengan diri masa yang akan datang. Dia menemukan tiga aspek ego yang
saling berhubungan, yakni

Body Ego: Mengacu ke pengalaman orang dengan tubuh/ fisiknya sendiri.

Ego Ideal: Gambaran mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang


bersifat ideal.

Ego Identity: Gambaran mengenai diri dalam berbagai peran sosial.

Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego,


yang tidak ada pada psikoanalisis Freud, yakni kepercayaan dan penghargaan,
otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan,
keakraban dan cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego
semacam itu disebut juga ego-kreatif, ego yang dapat menemukan pemecahan
kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan.

Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat


dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya.
Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran
dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa
Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori
Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena
dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis
yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam
bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur
mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada
konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud.
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil
interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai
tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan
dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan
perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan
seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang
berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan
psikologis. Sedangkan konsep perkembangan yang diajukan dalam teori
psikoseksual yang menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital,
diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa sehingga
dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan
sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya.

Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah


asumsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap
yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia.
Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang telah disusun sangat berpengaruh
terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah dewasa atau matang. Dengan kata
lain, Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu bahwa pertumbuhan
berjalan berdasarkan prinsip epigenetic.

Bagi Erikson, pendekatan ego merupakan mode yang kreatif,


diadaptasikan pada keadaan sekitar atau menemukan cara-cara untuk
mengubah keadaan sekitarnya. Beberapa tokoh yang telah memberikan
kontribusi substansial pada psikologi ego baru misalnya Anna Freud, Heinz
Hartmann, dan Robert White. Anna Freud telah membuka pintu pada pola
pikir barunya, tetapi dia meneruskan keyakinannya bahwa psikoanalisis harus
menyelidiki tiga sistem kepribadian secara bersama-sama. Heinz Hartmann
(1958, 1964) sungguh-sungguh telah meluncurkan teori ego baru. Hartmann
menegaskan fungsi adaptif ego-dimana Freud telah menyarankan dalam
konsepnya tentang pengujian realitas dan menunjukkan bagaimana pertahanan
ego dapat menyehatkan seperti juga tujuan-tujuan maladaptif.

Di mana Erikson dalam teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata


yaitu :

1. Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia


mengalami keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga
pertumbuhan pada tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong,
mengetahui, dan untuk saling mempengaruhi, dalam radius soial yang
lebih luas.
2. Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk
memelihara saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut
guna berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk mendorong secara
tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-tahap yang ada.
Inovasi utama dari psikologi ego yaitu telah menyatukan pengaruh-
pengaruh lingkungan eksternal ke dalam teori. Hal ini menjelaskan bahwa
hasil pengembangan dan fungsi ego tidak hanya berasal dari proses
internal, tetapi juga berasal dari peristiwa-peristiwa eksternal. Seperti
pengalaman sebelumnya dengan mengurus orang (yang diistilahkan dalam
psikologi ego dengan istilah objek) berpengaruh pada kecakapan anak
berikutnya menjadi mandiri dan pada interaksi yang nyaman dengan orang
lain. Relasi objek adalah istilah yang diberikan pada hubungan dengan
orang lain. Psikologi Ego membantu psikoanalisis menjadi lebih
interpersonal dan sosial daripada formula sebelumnya yang menegaskan
bahwa inner processes telah diizinkan.
Teori psikologi ego menurut erikson kadang-kadang juga merujuk
pada “teori relasi objek”, memperluas cakrawala dari teori psikoanalisis
dengan usulan bahwa penghargaan dan pemeliharaan interaksi dengan
orang dewasa seperti frustrasi dan penghilangan yang dapat berpengaruh
pada anak dan gaya pada masa depannya dari interaksi dengan orang lain,
diantara masa remaja dan masa dewasa awal. Teori-teori ini tidak menolak
peranan id dan superego. Sebenarnya dengan memberi tekanan pada ego,
mereka membawanya lebih kepada keseimbangan dengan struktur
kepribadian yang lain.

Ciri khas psikologi ego dari Erikson dapat diringkas sebagai berikut:

1. Erikson menekankan bahwa kesadaran individu untuk


menyesuaikan diri dengan pengaruh sosial. Pusat perhatian
psikologi ego adalah kemasakan ego yang sehat, alih-alih konflik
salah satu yang neurotic.
2. Erikson berusaha mengembangkan teori insting dari Freud dengan
menambahkan konsep epigenetic kepribadian.
3. Erikson secara eksplisit mengemukakan bahwa motif mungkin
berasal dari impuls id yang tak sadar, namun motif itu bisa
membebaskan diri dari id seperti individu meninggalkan peran
sosial dimasa lalunya. Fungsi ego dalam pemecahan masalah,
persepsi, identitas ego, dan dasar kepercayaan bebas dari id,
membangun sistem kerja sendiri yang terlepas dari sistem kerja id.
4. Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadaran diri seseorang.
Selama menyesuaikan diri dengan realita, ego mengembangkan
perasaan keberlanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan
datang.

C. PENGARUH MASYARAKAT
Walaupun kapasitas yang dibawa sejak lahir penting dalam
perkembangan kepribadian, bagian terbesar ego muncul dan dibentuk oleh
masyarakat. Ego muncul bersama kelahiran sebagai potensi yang harus
ditegakkan di dalam lingkungan kultural. Masyarakat yang berbeda, dengan
perbedaan kebiasaan cara mengasuh anak, cenderung membentuk
kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai budayanya.
Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun 1963,
Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara
terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal
dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”. Erikson berdalil
bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic. Epigenetic berasal dari dua
suku kata yaitu epi yang artinya “upon” atau sesuatu yang sedang
berlangsung, dan genetic yang berarti “emergence” atau kemunculan.
Gambaran dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap
lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini
sangat dominan dan karena itu muncul, dan akan selalu terjadi pada setiap
tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa, secara keseluruhan
akan adanya fungsi atau kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu sendiri.
Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga
disertai oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada
didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus
dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang sangat vital dan
bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan perkembangan
antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam
sebuah sikap yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari
ego pada setiap tahap.
Erikson percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau
kematangan apabila dengan jelas dapat melihat krisis psikososial yang terjadi
dalam lingkaran kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan dalam
bentuk sebuah gambar Di mana gambar tersebut memaparkan tentang
delapan tahap perkembangan yang pada umumnya dilalui dan dijalani oleh
setiap manusia secara hirarkri seperti anak tangga. Di dalam kotak yang
bergaris diagonal menampilkan suatu gambaran mengenai adanya hal-hal
yang bermuatan positif dan negatif untuk setiap tahap secara berturut-turut.
Periode untuk tiap-tiap krisis, Erikson melukiskan mengenai kondisi yang
relatif berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok dengan sakit yang
terjadi dalam kesehatan manusia itu sendiri.
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dengan berangkat dari teori
tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan
pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut
dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Melalui teori
yang dikembangkannya yang biasa dikenal dengan sebutan Theory of
Psychosocial Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson tidak
berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud
maupun teori perkembangan kognitif Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori
ini berbicara mengenai aspek-aspek lain dalam perkembangan. Selain itu di
sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori Erikson menjangkau usia tua
sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti hanya sampai pada masa
dewasa.
Meminjam kata-kata Erikson melalui seorang penulis buku bahwa
“apa saja yang tumbuh memiliki sejenis rencana dasar, dan dari rencana
dasar ini muncullah bagian-bagian, setiap bagian memiliki waktu masing-
masing untuk mekar, sampai semua bagian bersama-sama ikut membentuk
suatu keseluruhan yang berfungsi. Oleh karena itu, melalui delapan tahap
perkembangan yang ada Erikson ingin mengemukakan bahwa dalam setiap
tahap terdapat maladaption/maladaptif (adaptasi keliru) dan malignansi
(selalu curiga) hal ini berlangsung kalau satu tahap tidak berhasil dilewati
atau gagal melewati satu tahap dengan baik maka akan tumbuh
maladaption/maladaptif dan juga malignansi, selain itu juga terdapat
ritualisasi yaitu berinteraksi dengan pola-pola tertentu dalam setiap tahap
perkembangan yang terjadi serta ritualisme yang berarti pola hubungan yang
tidak menyenangkan.
Perkembangan Kepribadian: Teori Psikososial

Prinsip Epigenetik

Menurut Erikson, ego berkembang melalui berbagai tahap kehidupan


mengikuti prinsip epigenetik, istilah yang dipinjam dari embriologi.
Perkembangan epigenetik adalah perkembangan tahap demi tahap dari organ-
organ embrio. Ego berkembang mengikuti prinsip epigenetik, artinya tiap
bagian dari ego berkembang pada tahap perkembangan tertentu dalam
rentangan waktu tertentu (yang disediakan oleh hereditas untuk berkembang).
Tahap perkembangan yang satu terbentuk dan dikembangkan di atas
perkembangan sebelumnya (tetapi tidak mengganti perkembangan tahap
sebelumnya itu).

Enam Pokok Pikiran Teori Perkembangan Psikososial Erikson

Prinsip Epigenetik: Perkembangan kepribadian mengiuti prinsip epigenetik.

Interaksi Bertentangan: Di setiap tahap ada konflik psikososial, antara


elemen sintonik (syntonic=harmonious) dan distonik (dystonic=disruptive).
Kedua elemen itu dibutuhkan oleh kepribadian.

Kekuatan Ego: Konflik psikososial di setiap tahap hasilnyan makan


mempengaruhi atau mengembangkan ego. Dari sisi jenis sifat yang
dikembangkan, kemenangan aspek sintonik akan memberi ego sifat
yang baik, disebut Virtue. Dari sisi enerji, virtue akan meningkatkan
kuantitas ego atau kekuatan ego untuk mengatasi konflik sejenis, sehingga
virtue disebut juga sebagai kekuatan dasar (basic strengh).

Aspek Somatis: Walaupun Erikson membagi tahapan berdasarkan


perkembangan psikososial, dia tidak melupakan aspek somatis/biologikal dari
perkembangan manusia.
Konflik dan Peristiwa Pancaragam (Multiplicity of Conflict and
Event): Peristiwa pada awal perkembangan tidak berdampak langsung pada
perkembangan kepribadian selanjutnya. Identitas ego dibentuk oleh konflik
dan peristiwa masa lalu, kini, dan masa yang akan datang.

Di setiap tahap perkembangan, khususnya dari masa adolesen dan


sesudahnya, perkembangan kepribadian ditandai oleh krisis identitas (identity
crisis), yang dinamakan Erikson “titik balik, periode peningkatan bahaya dan
memuncaknya potensi”.

Menurut Erikson delapan tahap perkembangan yang ada berlangsung


dalam jangka waktu yang teratur maupun secara hirarkri, akan tetapi jika
dalam tahap sebelumnya seseorang mengalami ketidakseimbangan seperti
yang diinginkan maka pada tahap sesudahnya dapat berlangsung kembali
guna memperbaikinya.

Delapan tahap atau fase perkembangan kepribadian menurut Erikson


memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan
di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua
polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui
oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :

Tahap ( usia)

Krisis Psikososial

Lingkungan Sosial Utama

Modalities Psikososial

Virtue Psikososial
Maladaption & Malignancies

I ( 0-1) bayi

Trust vs mistrust

Ibu

Mengambil dan mengembalikan

Harapan , kepercayaan

Sensory distortion-Withdrawal

II ( 2-3) awal anak

Autonomy vs shame, adoubt

Orang tua

Mempertahankan, merelakan

Keinginan, penentuan

Impulsivity, compulsion

III (3-6) prasekolah

Initiative vs Guilt

Keluarga

Bermain

Kegunaan, Keberanian

Ruthlessness, Inhibition
IV ( 7-12) anak usia sekolah

Industry vs isolation

Tetangga dan sekolah

Melengkapi, membuat sesuatu bersama

Kompetensi

Narrow Virtuosity-Inertia

V ( 12 -18) remaja

Ego-identity vs role confusion

Teman sebaya, role models

Menjadi diri sendiri

Ketaatan. Kesetiaan

Fanaticism, Repudiation

VI ( 20 ) dewasa awal

Intimacy vs Isolation

Partner, teman

Kehilangan dan menemukan diri dalam orang lain

Cinta

Promiseuity- Exclusivity

VII ( 20 -50 ) dewasa madya


Generativity vs self absorption

Rumah tangga, teman kerja

Menjaga

Kepedulian

Overextension, penolakan

VIII( 50) usia tua

Intergrity vs despair

Kehidupan manusia

To be, throught having been, to face not being

Kebijaksanaan

Kesombongan, putus asah

Fase Perkembangan Erikson

Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)

Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1
atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah
menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan
kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. dan merasa terancam
terus menerus. Hal ini ditandai dengan munculnya frustasi, marah, sinis,
maupun depresi.

Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu


Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa
ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan
sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah
kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-
ragu.

Inisiatif vs Kesalahan

Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor


stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode
tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun (pra sekolah), dan
tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar
punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan.

Kerajinan vs Inferioritas

Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar
antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap
ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan
menghindari perasaan rasa rendah diri.

Identitas vs Kekacauan Identitas

Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada


saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Pencapaian identitas
pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari tugas yang harus
dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang
mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai
tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui
siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat

Keintiman vs Isolasi
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap
individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal
yang berusia sekitar 20-30 tahun. Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin
mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap
menyendiri.

Generativitas vs Stagnasi

Masa dewasa madya berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh
orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Apabila pada tahap
pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian
pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat
mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu
(generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).

Integritas vs Keputusasaan

Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang
diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Dalam
teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil
melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja
ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
BAB III

1. SIMPULAN

Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan oleh Erik Erikson


merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi.
Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam
psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia
mulai dari lahir hingga lanjut usia satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud.
Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran
manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi
budaya dianggap lebih realistis.

Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego


yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan
kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan
pemeliharaan, serta integritas. Ego ini dapat menemukan menemukan
pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. ( 2009 ) Psikologi Kepribadian. Umm press : Malang

Koeswara, E. (1991) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.

Sumadi Suryabrata. ( 2005 ) Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV Rajawali.

http://dodyhartanto.wordpress.com/

http://id.wikipedia.org/wiki/Erik_Erikson

http://nunufadill.blogspot.com/2012/05/makalahteori-erikson.html

Anda mungkin juga menyukai