Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH
Penemuan Freud yang paling fundamental ialah peranan dinamis ketidaksadaran dalam
hidup psikis manusia. Sampai waktu itu, hidup psikis disamakan begitu saja dengan
kesadaran. Untuk pertama kali dalam sejarah psikologi, Freud menjelaskan bahwa hidup
psikis manusia sebagian besar berlangsung pada taraf tak sadar. Dalam karya-karya yang
diterbitkannya selam periode pertama, penemuan yang fundamental ini dilukiskan dari
berbagai segi. Dalam karya-karya tersebut semua unsur hakiki psikoanalisis telah
dirumuskan, sehingga dalam periode pertama ini psikoanalisis boleh dianggap sudah
terbentuk secara lengkap.
Seperti sudah dikatakan di atas, buku pertama Freud ditulis dalam kerja sama dengan
Dr Josef Breuer: Studi-studi tentang Histeria (1895). Buku ini melaporkan tentang
permulaan penemuan Freud, sebab ia menemukan psikoanalisis waktu mengobati pasien-
pasien histeria dengan metode Dr. Breuer. Berdasarkan metode katarsis itu, telah terbukti
adanya kaitan antara ingatan-ingatan yang dilupakan dengan gejala-gejala hysteria, sebab arti
gejala-gejala itu dapat dinyatakan setelah pasien dimasukkan ke dalam keadaan hipnotis.
Tidak lama sesudah terbitnya Studi-studi tentang Histeria, Freud meninggaalkan
sugesti hipnotis, karena ia merasa kurang puas dengan metode Breuer ini. Selama beberapa
tahun ia menggunakan sugesti dalam keadaan sadar, tetapi metode ini pun ditinggalkannya,
karena dirasakan terlalu berat bagi dokter bersangkutan, di samping karena hasilnya kurang
memuaskan, sebab resistensi pasien sering kali tidak dapat dibongkar, kadang-kadang malah
semakin besar. Ini membawa Freud ke metode lain lagi: metode asosiasi bebas. Pasien harus
meninggalkan setiap sikap kritis terhadap fakta-fakta yang disadari, dan mengatakan apa saja
yang timbul dalam pemikirannya. Freud berkeyakinan bahwa hidup psikis sama sekali
ditentukan, dalam arti bahwa tidak ada sesuatu pun yang kebetulan atau sembarangan.
Sumbangan-sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan praktek psikoanalitik
mencangkup: 1) Kehidupan mental individu menjadi bias dipahami, dan pemahaman
terhadap sifat manusia bias diterapkan pada peredaan penderitaan manusia, 2) Tingkah laku
diketahui sering ditentukan oleh factor-faktor tak sadar, 3) Perkembangan pada masa dini
kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa, 4) Teori
psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang

3
digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya
mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan, 5) Pendekatan
psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui
analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi. (Corey,
2013:13-14)

B. HAKIKAT MANUSIA
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, determenistik, mekanistik,
dan reduksionistik. Dimana manusia dideterminasi oleh kekuatan irasional, motivasi-motivasi
tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh
peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan.
Freud menekan kan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga
menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Menurutnya tujuan segenap
kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan melingkar ke arah kematian.
Berdasarkan dari teori yang dikembang Freud, prinsip-prinsip psikoanalisis tentang
hakikat manusia didasarkan pada asumsi-asumsi:
1) Pengalaman masa kanak-kanak mempengaruhi perilaku pada masa dewasa
2) Proses mental yang tidak didasari mengintegrasi perilaku-perilaku
3) Secara umum perilaku manusia bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak
kesakitan, dan mencari kenikmatan
4) Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis
5) Apa yang terjadi pada seseorang saat dihubungkan pada sebab-sebab dimasa
lampaunya dan memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang
6) Latihan pengalaman di masa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa
dewasa dan diulang dalam transferensi selama proses terapi.

C. PERKEMBANGAN PERILAKU
a) Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, kepribadian terdiri dari tiga sistem id, ego, dan
superego. Nama-nama itu adalah nama proses psikologi dan tidak boleh dianggap
sebagai manusia kecil yang mengoperasikan kepribadian seseorang bertindak secara
utuh dan bukan sebagai segmen sendiri-sendiri. Id adalah komponen biologi, ego
adalah komponen psikologi, dan superego adalah komponen sosial.

4
Dari perspektif aliran Freud ortodoks manusia dilihat sebagai sistem energi.
Dinamika kepribadian mendistribusikan energi psikis kepada id, ego, dan superego.
Oleh karena jumlah energi itu terbatas maka di antara tiga sistem itu memegang kontrol
atas energi yang ada dengan mengorbankan kedua sistem yang lain. Perilaku ditentukan
oleh energi psikis.
1. Id
Id adalah sistem kepribadian yang orisinil, pada waktu dilahirkan seseorang
hanya terdiri dari id saja. Id merupakan sumber utama energi psikik dan tempat
kedudukan insting. Id tidak memiliki organisasi, buta, banyak tuntutan dan selalu
memaksakan kehendaknya. Dengan sifatnya yang kencah yang berisi semangat yang
menyala-nyala maka id tidak bisa mentolelir ketegangan dan berfungsi untuk
menghilangkan ketegangan itu secepatnya dan segera kembali ke kondisi
homeostetik. Dengan dikendalikan oleh prinsip kesenangan yang tujuannya adalah
untuk mengurangi ketegangan, menghindari penderitaan, dan mendapatkan
kesenangan, maka id adalah tidak rasional, tidak bermoral, dan didorong oleh satu
pertimbangan demi terpenuhinya prinsip kesenangan. Id tidak pernah dewasa dan
tetap saja sebagai kepribadian yang manja. Ia tidak pernah berfikir, tetapi hanya
berkeinginan berbuat. Id banyak tidak sadarnya, atau ada diluar kesadaran.

2. Ego
Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada diluar dirinya. Ego
berperan eksekutif yang memerintah, mengendalikan , dan mengatur kepribadian.
Sebagai polisi lalu lintas bagi id, superego dan dunia luar, ia bertindak sebagai
penengan diantara insting dan lingkungan sekelilingnya. Ego mengendalikan
kesadaran dan mengadakan sensor. Di bawah perintah prinsip realitas, ego berfikir
secara logis dan realistis serta memformulasikan rencana atau tindakan demi
pemuasan kebutuhan. Hubungan ego dengan id, ego adalah tempat kedudukan
intelegensi dan rasionalitas yang mengerem serta mengendalikan nafsu membabi buta
si id. Kalau id hanya tahu akan realitas subjektif maka ego lah yang membedakan
antara sosok mental dan benda yang ada di dunia luar.

3. Superego
Superego adalah pemegang keadilan dari kepribadian. Ia merupakan kode moral
seseorang, yang kepedulian utamanya adalah melihat apakah tindakan itu baik atau

5
buruk, benar atau salah. Superego mewakili ideal, dan bukan riil, dan sasaran yang
diperjuangkannya adalah bukan demi kesenangan melainkan demi kesempurnaan. Ia
mewakili nilai serta ideal yang tradisionil dari masyarakat yang telah diwariskan oleh
orang tua kepada anaknya.
Fungsi superego adalah sebagai wadah impuls id, untuk menghimbau ego agar
menggantikan tujuan yang moralistik dengan realistik, serta memperjuangkan
kesempurnaan. Oleh karena itu maka superego yang merupakan internalisasi standar
dari orang tua dan masyarakat dihubungkan dengan ganjaran serta hukuman
psikologi. Ganjarannya adalah rasa bangga dan rasa mencintai diri sendiri, sedangkan
hukumannya adalah rasa bersalah dan inferioritas.
b) Level kesadaran
Menurut Sharf (2012: 33) Freud membagi tiga tingkatan kesadaran : alam sadar,
alam ambang sadar, dan alam bawah sadar. Alam sadar mencakup sensasi dan
pengalaman seseorang yang disadari. Alam ambang sadar mencakup ingatan kejadian
dan pengalaman yang dapat dengan mudah didapatkan kembali dengan usaha kecil.
Alam bawah sadar adalah wadah ingatan dan emosi yang membahayakan kesadaran
dan harus didorong jauh. Juga mencakup kebutuhan dan dorongan-dorongan yang
tidak disadari.

c) Mekanisme Pertahanan Ego


Mekanisme-mekanisme pertahanan ego membantu individu mengatasi
kecemasan dan mencegah terlukanya ego, (Corey, 2013,18). Mekanisme-mekanisme
pertahanan ego itu tidak selalu itu tidak selalu patologis dan memiliki nilai
penyesuaian jika tidak menjadi suatu gaya hidup untuk menghindari kenyataan.
Mekanisme-mekanisme pertahanan yang digunakan oleh individu bergantung pada
taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya. Mekanisme-mekanisme
pertahanan sama-sama memiliki dua ciri: menyangkal atau mendistorsi kenyataan,
dan beroperasi pada taraf tak sadar. Teori Freud adalah model pengurangan
ketegangan atau system homeostatis. Berikut ini penjabaran-penjabaran singkat
mengenai beberapa bentuk mekanisme pertahanan ego:

6
1) Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata
terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek
kenyataan yang membangkitkan kecemasan.
2) Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bias diterima
oleh ego kepada orang lain. Seseorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang tidak
disukai dan ia tidak bias menerima adanya hal-hal itu pada diri sendiri.
3) Fiksasi
Fiksasi maksutnya adalah menjadi terpaku pada tahap-tahap perkembangan
yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bias menimbulkan
kecemasan.
4) Regresi
Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebi awal yang
tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
5) Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah menciptakan alas an-alasan yang baik guna
menghindarkan ego dari cedera; memalsukan diri sehingga kenyataan yang
mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.
6) Sublimasi
Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara
social lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
7) Displacement
Displacement adalah mengarahkan energy kepada objek atau orang lain
apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bias dijangkau.
8) Represi
Represi adalah meluapkan isi kesadaran yang traumatis atau bias
membangkitkan kecemasan; mendorong kenyataan yang tidak bias diterima kepada
ketaksadaran, atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan. Represi,
yang merupakan salah satu konsep Freud yang paling penting menjadi basi bagi
banyak pertahanan ego lainnya dan bagi gangguan-gangguan neurotik.

7
9) Formasi reaksi
Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-
hasrat tak sadar; jika perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman.
Maka seseorang menampilkan tingkah laku yang berlawanan guna menyangkal
perasaan-perasaan yang bias menimbulkan ancaman itu.

d) Pribadi Sehat dan Bermasalah


1. Pribadi Sehat
Dapat mengendalikan ego dengan baik
Dalam proses perkembangan tidak mengalami masalah-masalah yang sangat
berat (perkembangan baik)
Keinginannya tersalurkan secara wajar
Menerima keadaan lingkungannya

2. Pribadi Bermasalah
Tidak seimbangnya antara id, ego, dan superego
Ketidakmampuan ego mengendalikan keinginan-keinginan dan tuntutan moral
Pengalaman masa kanak-kanak (khususnya pada usia 5 tahun pertama
kehidupan) yang ditekan terus menerus maka akan dimasukkan ke dalam bawah
sadar dan suatu saat dimasukkan kedalam alam sadarnya.
Mengalami kecemasan-kecemasan, neurosis, dan histeria.

10) HAKIKAT KONSELING


Freud dalam pendapatnya menyatakan bahwa klienng merupakan proses membantu
individu untuk menyadari ketidaksadarannya, dengan kata lain agar individu mengetahui ego
dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai
pihak mampumemilih secara rasional dan menjadi mediator antara Id dan Superego (Corey,
2013). Seperti diketahui secara umum hakikat klienng adalah mengubah perilaku. Dalam
pendekatan psikonanalisa hakikat klienng adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego
menjadi lebih realistik dan rasional. Freud menganggap bahwa seseorang yang telah dapat
menyadari dengan sendirinya akan dapat mengembangkan tingkah laku yang sesuai yakni
tingkah laku yang sesuai dan dapat diterima secara sosial. Dalam proses klienng belajar yakni

8
mengenali bahwa dalam dirinya ada resistensi emosional yang kuat. Proses klienng
mementingkan faktor afektif serta penekanannya terletak pada faktor interpersonal.

E. KONDISI PENGUBAHAN

1. Tujuan

Tujuan klienng psikoanalisis adalah membentuk kembali struktur karakter individu


dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar dalam diri klien (Corey, 2013). Tujuan
itu dicapai dengan membuat konflik-konflik yang tidak disadari menjadi disadari. Proses
klienng dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-
kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan ditafsirkan dengan
tujuan untuk merekonstruksi kepribadian dasar. Klienng psikoanalisa menekankan dimensi
afektif dalam membuat pemahaman ketidak sadaran untuk membuat yang tidak disadari
menjadi disadari. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih
adalah mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri sehingga
memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini gagal
diatasinya.

Startegi pokok dari klienng psikoanalisis ini adalah melepaskan kesan-kesan yang
selalu mendesak dari bawah sadar klien yang selama ini tidak bisa dilepaskan. Pelepasan
kesan-kesan tersebut akan dapat membantu suasana perasaan klien menjadi lega. Untuk itu
suasana yang bebas ancaman sangant diperlukan dalam kegiatan klienng.

2. Sikap, Peran dan Tugas Konselor

Sikap konselor dalam psikoanalisa adalah membiarkan dirinya anonim, yng kadang-
kadang disebut sebagai pendekatan layar kosong (Corey, 2013). Konselor hanya berbagi
sedikit saja perasaan dan pengalaman pribadinya kepada klien. Disini seorang konselor
harus dapat mendengarkan dengan baik perasaan-perasaan kliennya. Kemudian konselor
tidak boleh terlalu berempati terhadap klien.
Peran utama konselor dalam klienng ini adalah membantu klien dalam mencapai
kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi
kecemasan melalui cara-cara yang realistis, serta dalam rangka memperoleh kembali
kendali atas tingkah lakunya yang impulsif dan irasional.

9
Tugas seorang konselor yaitu membangun hubungan kerja sama dengan klien dan
kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor juga
memberikan perhatian kepada resistensi klien untuk mempercepat proses penyadaran hal-
hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran. Sementara klien berbicara, konselor berperan
mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran-tafsiran terhadap informasi klien,
konselor juga harus peka terhadap isyarat-isyarat non verbal dari klien. Salah satu fungsi
utama konselor adalah mengajarkan arti proses kepada klien agar mendapatkan
pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-
cara berubah, sehingga klien mampu mendaptakan kendali yang lebih rasional atas
hidupnya sendiri.

3. Sikap, Peran dan Tugas Klien

Konseli harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif dan berjangka
panjang. kemuduan melakukan asosiasi bebas dengan mengatakan segala sesuatu yang
terlintas dalam pikirannya, karena produksi verbal konseli merupakan esensi dari kegiatan
konseling psikoanalisa. Pada kasus-kasus tertentu konseli diminta secara khusus untuk
tidak mengubah gaya hidupnya selama proses konseling. Dalam pelaksanaan konseling
psikoanalisis, klien menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan
mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.

4. Situasi Hubungan

Dalam konseling psikoanalisis terdapat 2 bagian hubungan konselor dengan klien,


yaitu transferensi dan kontratransferensi .
a. Transferensi
Tranferensi adalah pergseran yang tidak disadari ke penganalisis oleh klien
mengenai perasaan dan khayalan baik posotif maupun negatif (Corey, 2013).
Transferensi terjadi manakala klien bangkit kembali dari konflik-konflik berat di
usia dini yang dibawa kembali pada masa sekarang dan melekatkannya pada diri
penganalisis. Bisa saja penganalisis berperan sebagai orang yang memegang
wewenang untuk menghukum, menuntut, dan mengontrol. Singkatnya seorang
terapis menjadi pengganti dari orang lain yang diinginkan klien. Dalam hubungan
ini lah maka manifestasi dari motivasi masa kanak-kanak menjadi jelas.

10
Untuk membagun secara intens hubungan ini membutuhkan waktu, dan
dibutuhkan pula waktu tambahan unruk memahami dan mengambil kesimpulan .
penanganannya pun membutuhkan waktu yang berkepanjangan berkisar antara
tiga sampai lima tahun lebih.

b. Kontratrareferensi,
Kontratrareferensi yaitu reaksi irasional yang diberikan pleh terapis
terhadap klien mereka sehingga menggangguobjektivitas tindakan mereka.
Kontratransferensi bisa terdiri dari perasaan tidak suka, atau justru keterikatan
atau keterlibatan yang berlebihan. Rekasi dan problema ini bisa menjadi batu
hambatan dalam usaha untuk menangani masalah klien. Oleh sebab itu seorang
terapi harus sadar bahwa klien tertentu dapat memicu konflik dan diharapkan
terapis dapat berjaga-jaga terhadap kemungkinan munculnya efek tersebut.
Terapis pun diharapkan dapat mengembangkan suatu tingkat obyektivitas dan
tidak memberikan reaksi yang irasional dan subyektif dalam menghadapi amarah.

F. MEKANISME PENGUBAHAN

a. Tahap tahap konseling

Pada dasarnya konseling merupakan hubungan yang sifatnya terapeutis. Proses ini
menekankan pada pengembangan hubungan terapeutis dengan konseli dan
mengembangkan tindakan strategis yang efektif untuk memfasilitasi terjadinya
perubahan. Untuk memfasilitasi terjadinya perubahan maka perlu yang namanya tahap-
tahap sitematis. Secara umum tahap-tahap dalam proses konseling sebagai berikut :

1. Membangun Hubungan

Tujuan dalam tahap membangun hubungan ini adalah supaya konseli dapat
menjelaskan masalah yang dihadapinya, keprihatinan yang dimiliki, kesusahan-
kesusahannya serta alasanya kenapa konseli itu datang kepada konselor. Sangat
penting dan perlu membangun hubungan yang positif, berlandaskan rasa percaya,
keterbukaan dan kejujuran berekpresi. Konselor harus menunjukkan bahwa dirinya
dapat dipercaya dan kompeten, bahwa ia adalah seorang yang kompeten dalam
membantu konselinya. Sasaran selanjutnya adalah untuk menyatukkan sampai sejauh

11
mana konseli mengenali kebutuhannya untuk mendapatkan bantuan dan kesediaanya
melakukan komitmen. Konseling tak akan ada hasilnya tanpa ada kesediaannya
melakukan komitmen dari konseli.

2. Identifikasi dan Penilaian masalah

Dalam tahap ini konselor dan konseli membicarakan dan mendiskusikan apa yang
mereka ingin dapatkan dari proses konseling ini, terutama bila pengungkapan konseli
tentang masalahnya dilakukan secara samar-samar . Didiskusikan sasaran-sasaran
spesifik dan tingkah laku apa yang ingin diubah. Intinya dalam hal ini konselor
melakukan eksplorasi dan melakukan diagnosis apa masalah dan hasil seperti apa
yang diharapkan dari konseling.

3. Memfasilitasi Perubahan Terapeutis

Dalam tahap ini konselor mencari strategis dan intervensi yang dapat
memudahkan terjadinya perubahan. Sasaran dan strategi terutama ditentukan oleh
sifat masalah, gaya dan pendekatan konseling yang konselor anut, keinginan
klien maupun gaya komunikasinnya. Konselor dalam tahap ini memikirkan alternatif
, rencana tindakan. Hal ini tentunya bekerjasama dengan konseli . Jadi konselor bukan
tempat pembuat alternatif , pembuat keputusan namun lebih kepada memfasilitasi,
memberikan wacana-wacana baru bagi pemecahan masalah konselinnya.

4. Evaluasi dan Terminasi

Dalam tahap ini konselor bersama konselinya mengevaluasi terhadap hasil


konseling yang telah dilakukan. Indikatornya adalah sampai sejauh mana sasaran
tercapai, apakah proses konseling membantu konseli atau tidak. Tahap ini ditutup
dengan terminasi. Dalam terminasi konselor bersama konseli menyimpulkan semua
kegiatan yang sudah dilalui dalam proses konseling. Sellain itu konselor dapat
membuat kemungkinan tindak lanjut terjadinnya proses konseling kembali ataupun
memberikan kemungkinan referal pada pihak lain yang lebih ahli yang berkaitan
dengan masalah konseli.

b. Teknik Konseling

12
Berdasarkan pandangan Psikoanalisis akan asumsi dasar tentang manusia,
perkembangan kepribadian dan timbulnya tingkah laku yang abnormal, maka teori ini
merumuskan enam teknik dasar konseling dari terapi psikoanalisis yang akan diuraikan
pada bagian berikut :

1. Tetap berada pada kerangka Analitik

Yaitu mengacu pada seluruh kawasan dari faktor faktor prosedur dan gaya, seperti
misalnya keanoniman relatif dari penganalisis, diselenggarakannya pertemuan secara tetap
dan konsisten, dan dimulai serta diakhirinya pertemuan secara tepat waktu.

2. Asosiasi Bebas

Asosiasi bebas merupakan alat untuk mengungkapkan hal hal yang terdesak atau
yang berada dalam ketidaksadaran klien. seperti keinginan, khayalan, konflik, serta
motivasi yang tidak disadari. Teknik ini sering menjurus ke suatu kenangan pada
pengalaman masa lampau dan kadang kadang menjurus ke pelepasan perasaan yang
intens yang selama ini terkekang, dalam situasi asosiasi bebas yang terpenting adalah
konselor dapat menciptakan situasi yang betul-betul bebas, sehingga dengan kebebasan
yang di milikinya, klien akan mengingat masa lalu yang menimbulkan kesan negatif pada
dirinya, dalam hal ini konselor berusaha meruntuti kejadian yang masih dapat diingat dan
pada saat konselor mendengarkan asosiasi bebas si klien dia tidak hanya melihat apa yang
terucap tetapi juga makna yang tersembunyi dibalik ucapan. Cara melakukan asosiasi
bebas ini, dengan cara mempersilahkan klien untuk tidur berbaring, kemudian mengajak
klien dan memberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk menceritakan tentang apa saja
yang dirasakan.

3. Interpretasi

Fungsi dari teknik ini adalah memberi peluang kepada ego untuk mengasimilasikan
materi baru dan untuk mempercepat proses menguak materi di luar kesadaran selanjutnya.
Interpretasi terdiri dari apa yang akan dinyatakan, diterangkan dan diajarkan kepada klien
tentang arti dari perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas,
penentangan, dan hubungan terapeutik itu sendiri, interpretasi harus dilakukan pasa saat
yang di kira tepat dan dikemukakan manakala fenomena yang akan diinterpretasikan sudah
hampir diketahui oleh klien bahwa ia ada dalam alam kesadaran.

4. Analisis Mimpi

13
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk bisa mengungkapkan materi
yang tidak disadari dan untuk bisa memberi klien suatu wawasan ke dalam kawasan
problema yang tak terselesaikan. Freud melihat mimpi sebagai jalan menuju alam tidak
sadar, karena di alam mimpi itu keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, serta rasa
takut yang semuanya tidak disadari dikemukakan. Selanjutnya tugas konselor dalam
analisis mimpi adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari
simbol-simbol yang terdapat pada isi manifes mimpi, setelah itu konnselor dapat
menafsirkan isi mimpi yang dikemukakan klien terhadap kesan-kesannya pada seseorang
dan dapat juga menghubungkan apa yang dialamimya dalam mimpi dengan yang pernah
dialaminya dalam krhidupan masa kecilnya.

5. Analisis dan Interpretasi pada sifat menentang

Dalam terapi analitik sifat menentang adalah keengganan klien untuk membawa
kepermukaan alam kesadaran materi di alam tidak sadar yang selama ini dikekang. Sifat
menentang berati suatu ide, sikap, perasaan atau perbuatan (disadari atau tidak disadari)
yang menjadi penghalang terjadinya perubahan. Freud memandang sifat menentang
sebagai dinamika ketidaksadaran yang digunakan orang untuk menanggulangi kecemasan
yang tidak tertahankan, yang kemungkinan akan datang kalau ia menjadi sadar akan
impuls dan perasaan mereka yang selama ini telah dikekang.

6. Analisis dan Interpretasi pada Transferensi

Interpretasi hubungan transferensi memungkinkan klien untuk bisa menangani


konflik lama yang menyebabkan mereka tetap terfiksasi dan menghambat perkembangan
emosional mereka. Situasi transferensi dianggap berharga dalam terapi karena
manifestasinya memberi klien kesempatan untuk mengalami kembali berbagai perasaan
yang kalau tidak ada transferensi itu, tidak akan bisa diraih. Lewat hubungan dengan
konselor, klien mengungkapkan perasaan, keyakinan, dan keinginan yang selama ini
terkubur di alam tidak sadar mereka.

G. Kelemahan Kelebihan

14
1. Kelemahan

Suatu keterangan teoritis yang dianggap menjadi penyebab kelemahan pendekatan


psikoanalisis adalah peranan anonim dari terapis/konselor. sikap menganonim ini akan
menjadi penyebab terjadinya pembatasan gerak, teknik klasik yang tidak membuka diri ini
dapat disalahgunakan dalam situasi non-klasik seperti terapi dan penilaian individual
jangka pendek.

2. Kelebihan

Terapi yang berorientasi pada psikoanalisis, apabila dimodifikasi, dapat cocok bila
diterapkan pada populasi berbagai budaya. Konselor bisa menolong klien-klien ini
meninjau kembali situasi lingkungan pada berbagai titik balik kritis dalam hidupnya.

15

Anda mungkin juga menyukai