Anda di halaman 1dari 29

PENDEKATAN EKSISTENSIAL HUMANISTIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Model-model Konseling 1


Dosen pengampu : Pramana Adi Wiguna, M.Pd.

Disusun oleh :
Nama

: Ihda Ayu Oktaviani


Faturohman

Kelas

(1114500043)
(1114500076)

: BK-4D

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW.

Berkat

limpahan

dan rahmat-Nya

penyusun mampu menyelesaikan tugas mata kuliah Model-model Konseling 1


yang berjudul Pendekatan Eksistensial Humanistik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
pendekatan konseling, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Pancasakti. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih.

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Historis Konsep Dasar............................................................. 3
2.2 Hakekat Manusia..................................................................................... 6
2.3 Hakekat Konseling................................................................................... 8
2.4 Tujuan Konseling................................................................................... 10
2.5 Karakteristik........................................................................................... 11
2.6 Peran dan Fungsi Konselor.................................................................... 12
2.7 Hubungan Konselor dengan Konseli..................................................... 13
2.8 Tahap Konseling.................................................................................... 15
2.9 Teknik Konseling................................................................................... 17
2.10 Kelebihan dan Keterbatasan................................................................ 20

2.11 Asumsi Perilaku Bermasalah............................................................... 21


2.12 Contoh Kasus....................................................................................... 22

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................ 25
3.2 Saran...................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Usaha yang di lakukan manusia dalam membantu masalah manusia tidak
mungkin tanpa mengenal dengan baik tentang manusia itu sendiri.Unik dan
rumitnya perilahal manusia sebagai makhluk individu, telah melahirkan
bermacam-macam konsep dan pandangan.Toeri humanistik di kembangkan oleh
Maslow tahun 1908-1970 di Amerika serkat.
Dasar falsafahnya Phenomenology yang menganggap bahwa manusia pada
dasarnya baik dan layak di hormati dan mereka akan bergerak ke arah realisasi
potensi-potensi

mereka,

manakala

kondisi

lingkungannya

memberikan

kemungkinan. Psikoterapai Humanistik membicarakan kepribadian manusia di


tinjau dari segi self dasi akunya. Konnsep utama yang anut adalah usaha untuk
mengerti manusia sebagai mana adanya, mengetahui mereka dari realitasnya,
melihat dunia sebagai mana mereka melihatnya, memahami mereka bergerak dan
mempunyai keberadaan yang unik, kongkrit dan berbeda dari teori yang
abstrak.Teori humanistik di katakan demikian, karena menekankan kemampuankemampuan yang khas manusiawi.Manusia mempunyai kemampuan untuk
refleksi diri, kemampuan aktualisasi potensi-potensi kreatif dan juga ke khususan
manusia, yaitu menentukan bagi dirinya sendiri secara aktif.
1.2 Rumusan masalah
1. Konsep dasar / landasan historis
2. Hakekata manusia
3. Hakekat konseling
4. Tujuan konseling
5. Karakteristik konseling
6. Peran dan fungsi konselor
7. Hubungan konselor dengan klien
8. Tahap konseling
9. Teknik konseling
10. Kelebihan dan keterbatasan
11. Asumsi perilaku bermasalah
12. Contoh kasus penerapan

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep dasar / landasan historis pendekatan
2.
3.
4.
5.

Eksistensial Humanistik
Untuk mengetahui Hakekata manusia pendekatan Eksistensial Humanistik
Untuk mengetahui Hakekat konseling pendekatan Eksistensial Humanistik
Untuk mengetahui Tujuan konseling pendekatan Eksistensial Humanistik
Untuk mengetahui Karakteristik konseling pendekatan Eksistensial

Humanistik
6. Untuk mengetahui Peran dan fungsi konselor pendekatan Eksistensial
Humanistik
7. Untuk mengetahui Hubungan konselor dengan klien pendekatan
Eksistensial Humanistik
8. Untuk mengetahui Tahap konseling pendekatan Eksistensial Humanistik
9. Untuk mengetahui Teknik konseling pendekatan Eksistensial Humanistik
10. Untuk mengetahui Kelebihan dan keterbatasan pendekatan Eksistensial
Humanistik
11. Untuk mengetahui Asumsi perilaku bermasalah pendekatan Eksistensial
Humanistik
12. Untuk mengetahui Contoh kasus penerapan pendekatan Eksistensial
Humanistik

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang
muncul

pada

tahun

1950-an,

dengan

akar

pemikiran

dari

kalangan

eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun


1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark
Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji

secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri),
aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan
sejenisnya.
Abraham Maslow Yang terkenal dengan teori aktualisasi diri di lahirkan
di New York pada tahun 1908. Ia meninggal di Calivornia pada tahun1907.
Maslow seorang anak yang pandai mejalani hubungan yang baik dengan ibunya
yang otoriter yang sering kali melakukan tindakan aneh. Ia menggambarkan
dirinya pada masa kecil sebagai seorang yang pemalu,kutu buku dan neurotic.
Tetapi ,maslow tidak selamanya menjadi neurotic dan benci pada dirinya sendiri.
Ia sepenuhnya menyadari potensinya ,dan menjadi psikilog humanisme terkenal
yang mengispirasi banyak perubahan masyarakat kearah yang positif.
Dalam
memperhatikan

mengembangkan
tentang

dimensi

teorinya,
manusia

psikologi
dalam

humanistik

sangat

berhubungan

dengan

lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan


individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai,
tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.
Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada
kebutuhan psikologis tentang potensi -potensi

yang

dimiliki

manusia.

Hasil

pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi


diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik.
Menurut Maslow, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang
dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia daripada berfokus pada ketidaknormalan atau sakit. Pendekatan ini
melihat kejadian bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan halhal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi
manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan
penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Psikologi eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan
ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia
alih alih suatu system teknik teknik yang digunakan untuk mempengaruhi
klien. Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal,

melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi terapi yang berlainan yang
kesemuanya berlandaskan konsep konsep dan asumsi asumsi tentang manusia.
Teori dan Pendekatan Konseling Eksistensial-humanistik berfokus pada
diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan
pada pemahaman atas manusia. Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa
manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung
jawab

berkaitan.

Pendekatan

Eksisteneial

Humanistik dalam

konseling

menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi


konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi
tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang
berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi
tentang manusia.
Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup
kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib
sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar,
pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendiri dan
berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian, dan
kecenderungan mengaktualkan diri.Pendekatan ini memberikan kontribusi yang
besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas
manusia terhadap manusia yang lain dalam proses teurapeutik.
Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan
menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri berkembang sejak
bayi. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masingmasing individu. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa seseorang itu,
yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu, akan lebih
meningkatkan

kebebasan

konseling

dalam

mengambil

keputusan

serta

bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.


Menurut Gerald Corey, (1988:54-55) ada beberapa konsep utama dari
pendekatan eksistensial yaitu :
1. Kesadaran diri

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu


kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir
dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan
semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk
memilih alternative alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam
kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
2. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan
yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa
diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak
terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi
kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu
pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan
potensi potensinya.
3. Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan
hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.
Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan
sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk
rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat
menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha
untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi potensi manusiawinya
sampai taraf tertentu.
Konsep dasar menurut Akhmad Sudrajat adalah :
1) Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang
ia kerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang
ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
2) Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh
karena itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan
mandiri menuju aktualisasi diri.

3) Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif.
Kreatifitas merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada
seluruh bentuk self expression.
2.2 Hakekat Manusia
Gerakan eksistensial berarti rasa hormat pada seseorang, menggali aspek
baru dari perilaku manusia dan metode memahami manusia yang beraneka ragam.
Falsafah eksistensial memberikan landasan bagi pendekatan terapeutik yang
memfokuskan pada individu-individu yang terpecah serta bersikap asing antara
satu dengan yang lain yang tidak melihat adanya makna dalam lingkungan
keluarga serta system sosial yang ada pada waktu itu. Falsafah itu timbul dari
keinginan untuk menolong orang dalam mengarahkan perhatian pada tema dalam
hidup. Yang diperhatikan adalah orang-orang yang mengalami kesulitan dalam hal
mendapatkan makna dari tujuan hidup dan dalam hal mempertahankan identitas
dirinya (Holt, 1986).
Fokus yang sekarang menjadi arah pendekatan eksistensial adalah rasa
kesendirian di dunia dan usaha menghadapi kecemasan akan isolasi ini. Daripada
berusaha untuk mengembangkan aturan-aturan bagi terapi, maka sebagai gantinya
para praktisi eksistensial berusaha keras untuk memahami pengalaman manusia
yang dalam ini. (May & Yalom, 1989).
Pandangan eksistensial akan sifat manusia ini sebagian dikontrol oleh
pendapat bahwa signifikansi dari keberadaan kita ini tak pernah tetap, melainkan
kita secara terus menerus mengubah diri sendiri melalui proyek-proyek kita.
Manusia adalah makhluk yang selalu dalam keadaan transisi, berkembang,
membentuk diri dan menjadi sesuatu. Menjadi seseorang berarti pula bahwa kita
menemukan sesuatu dan menjadikan keberadaan kita sebagai sesuatu yang wajar.
Pandangan manusia menurut teori Humanistik:
1) Filsafat Eksistensialis memandang manusia sebagai indvidu dan
merupakan problema yang unik dari existensi kemanusiaan. Manusia
merupakan seorang yang ada, yang sadar dan waspada akan keberadaanya

10

sendiri. Setiap orang menciptakan tujuannya sendiri dengan segala


kreatifitasnya, menyempurnakan esensidan fakta existensinya.
2) Bahwa manusia sebagai makhluk hidup, menentukan apa yang ia kerjakan
dan yang tidak ia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia
inginkan. Jadi yang pokok adalah apakah seorang berkeinginan atau tidak
sebab filsafat eksistensialis percaya bahwa setiap orang bertanggung jawab
atas segala tindakannya. Dengan kata lain setiap individu merupakan
penentu utama akan tingkah laku dan pengalamannya.
3) Teori humanistik mendsar pendapat bahwa manusia tidak pernah statis , ia
selalu menjadi sesuatu yang berbeda . untuk menjadi sesuatu ini maka
manusia mesti berani menghancurkan pola pola lama, berdiri pada kaki
sendiri dan mencari jalan, kearah manusia yang baru dan lebih besar
menuju aktualisasi diri.
4) Menekankan pada kesadaran manusia, pengalaman personal yang
berhubungan dengan eksistensi dalam dunia orang lain.

2.3 Hakekat Konseling


Hakikat konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi
tentang apa artinya menjadi manusia. Eksistensial-humanistik berdasarkan pada
asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan
perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling
eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang
yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya
perubahan yang positif.
1) Pendekatan ini berasal dari motivasi dalam diri yang rumit dan dinamis.
Inilah yang membedakan teori ini dengan teori yang mencari struktur
dalam diri individu atau struktur reinforcement dari lingkungan. Namun

11

teori eksitensial dan humanistic menyetujui adanya kehendak bebas dan


juga kreativitas nyata, dan pemenuhan diri.
2) Pendekatan eksitensial tidak selalu merupakan pendekatan idiografis;
mereka menganggap pengalaman setiap orang unik. Filsuf beraliran
eksitensial menyatakan bahwa individu secara lansung bertanggung jawab
atas kepribadian. Bagaimana saya menghadapi cinta , etika, kecemasan ,
kebebasan, dan kematian . apakah saya akan membiarkan aliensi
menggelamkan saya dalam kesengaraan mendalam , atau akankah saya
memakai kehendak bebas untuk melawannya dan mencapai aktualisasi
diri, ciri mendasar dari dilemma eksitensial adalah adanya kemungkinan
tercapainya kemenangan jiwa manusia.
3) Pendekatan humanistic , yang didasarkan pada eksitensialisme tetapi
menolak pesimisme, adalah pendekatan yang paling optimis terhadap
kepribadian yang memandang manusia dan permasalahan spiritual secara
positif. Orientasi humanistic maslow , yang mempelajari individu yang
sudah sepenuhnya dewasa dan utuh , membuat psikologi kepribadian
memberikan atensi pada aspek positif dan spiritual teersebut. Tetapi,
inkonsistensi dan ambiguitas dalaam teori Maslow membuat kontribusinya
lebih seperti pandangan yang memberikan pengaruh besar , alih-alih
sebuah teori yang solid.
4) Pendekatan humanistic terhadap kepribadian bermanfaat bagi penelitian
lintas budaya dan penelitian tentang kelompok etnik, suatu kebutuhan
yang ditekankan dalam buku ini. Banyak psikolog eksitensial- humanistic
terkejut secara pribadi dan secara intelektual- oleh aliran fasisme pada
tahun 1930-1940.
5) Pendekatan humanistic terhadap kepribadian memiliki dampak praktis dan
berkesenambungan pada masyarakat umum dalam hal persaingan diri. Saat
ini ,tidaklah aneh apabila seorang pekerja ( atau bahkan sekelompok rekan
kerja) pada suatu waktu ingin mengasingkan diri. Peristirahatan ini
berbeda dengan liburan atau tamasya. Selama mengasingkan diri kita
mungkin menenangkan diri dilokasi yang indah, berusaha mengenali
perasaan kita , memperbaruhi cinta kita untuk pasangan , menciptakan

12

music atau melakukan hal kreatif lainnya, berlatih, mungkin juga


bermeditasi atau berdoa. aktivitas tersebut berasal dari asumsi humanistic
bahwa setiap individu memiliki otensi diri unik yang akan muncul apabila
dikembangkan dengan baik.
6) Psikologi kepribadian humanistic tidak hanya berbeda dengan pendekatan
lain dalam pokok permasalan dan filsafatnya, tetapi juga dalam
ideologinya. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan
manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka
cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat
alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk
berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat
biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam
pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan
perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk
mengubah sikap dan perilaku mereka.
7) Terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam
memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan
eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia
kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya.
8) Menurut kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa
terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang
menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta
kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.
9) Sedangkan menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial Humanistik adalah
Konseling yang menekankan implikasi implikasi dan falsafah hidup
dalam menghayati makna kehidupan manusia di bumi ini. Konseling
Eksistensial Humanistik berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam
semesta, yang mencakup tanggungjawab pribadi, kecemasan sebagai unsur
dasar dalam kehidupan batin. Usaha untuk menemukan makna diri
kehidupan manusia, keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain,
kematian serta kecenderungan untuk mengembangkan dirinya semaksimal
mungkin.

13

2.4 Tujuan Konseling


Menurut Gerald Corey, (1988:56) ada beberapa tujuan terapeutik yaitu :
a. Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar
atas keberadaan dan potensi potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka
diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai
urusan utama psikoterapi dan nilai eksistensial pokok. Terdapat tiga
1)
2)
3)
b.

karakteristik dari keberadaan otentik :


Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan
Memikul tanggung jawab untuk memilih.
Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya

meningkatkan

kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas


arah hidupnya.
c. Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan
tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari
sekadar korban kekuatan kekuatan deterministic di luar dirinya.
Tujuan Konseling menurut Akhmad Sudrajat yaitu :
1) Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima
keadaannya menurut apa adanya. Saya adalah saya.
2) Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai
dengan

dirinya

agar

individu

dapat

mengembangkan

diri

dan

meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.


3) Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh
individu dalam proses aktualisasi dirinya.
4) Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang
mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.
2.5 Karakteristik Konseling
Adapun karakteristik dari terapi eksistensial humanistik adalah sebagai
berikut:

14

1) Eksistensialisme bukanlah suatu aliran melainkan suatu gerakan yang


memusatkan penyelidikannya manusia sebagai pribadi individual dan
sebagai ada dalam dunia (tanda sambung menunjukkan ketakterpisahan
antara manusia dan dunia).
2) Adanya dalil-dalil yang melandasi yaitu:
a. Setiap manusia unik dalam kehidupan batinnya, dalam mempersepsi dan
mengevaluasi dunia, dan dalam bereaksi terhadap dunia
b. Manusia sebagai pribadi tidak bisa dimengerti ddalam kerangka fungsifungsi atau unsur-unsur yang membentuknya.
c. Bekerja semata-mata dalam kerangka kerja stimulus respons dan
memusatkan perhatian pada fungsi-fungsi seperti penginderaan, persepsi,
belajar, dorongan-dorongan, kebiasaan-kebiasaan, dan tingkah laku
emosional tidak akan mampu memberikan sumbangan yang berarti kepada
pemahaman manusia
3) Berusaha melengkapi, bukan menyingkirkan dan menggantikan orientasiorientasi yang ada dalam psikologi
4) Sasaran eksistensial adalah mengembangkan konsep yang komperehensif
tentang manusia dan memahami manusia dalam keseluruhan realitas
eksistensialnya, misalnya pada kesadaran, perasaan-perasaan, suasanasuasana perasaan, dan pengalaman-pengalaman pribadi individual yang
berkaitan dengan keberadaan individualnya dalam dunia dan diantara
sesamanya.
5) Tujuan utamanya adalah menemukan kekuatan dasar, tema, atau tendensi
dari kehidupan manusia, yangdapat dijadikan kunci kearah memahami
manusia.
6) Tema-temanya adalah hubungan antar manusia, kebebasan, dan tanggung
jawab,

skala

nilai-nilai

individual,

makna

hidup,

penderitaan,

keputusasaan, kecemasan dan kematian.


2.6 Peran dan Fungsi Konselor
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki
orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :

Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi


Menyadari peran dari tanggung jawab terapis

15

Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik


Berorientasi pada pertumbuhan
Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi
Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien.
Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya
Hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia secara implisit

menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif


Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk

mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.


Bekerja
ke
arah
mengurangi
ketergantungan

klien

serta

meningkatkan kebebasan klien

Peran dan Fungsi konselor sebagai berikut :


Memahami dunia klien dan membantu klien untuk berfikir dan mengambil
keputusan atas pilihannya yang sesuai dengan keadaan sekarang.
Mengembangkan kesadaran, keinsafan tentang keberadaannya sekarang
agar klien memahami dirinya bahwa manusia memiliki keputusan diri
sendiri.
Konselor sebagai fasilitator memberi dorongan dan motivasi agar klien
mampu memahami dirinya dan bertanggung jawab menghadapi reality.
Membentuk kesempatan seluas luasnya kepada klien, bahwa putusan
akhir pilihannya terletak ditangan klien.
Dalam buku Gerald Corey, May ( 1961 ) memandanga tugas terapis
diantaranya adalah membantu klien agar menyadari keberadaanya dalam dunia :
Ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang
hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia.
2.7 Hubungan Konselor dengan Klien
Dalam membicarakan masalah hubngan pertologan dari teori Humanistik
ini, dikemukakan ciri - ciri hubungan konselor dan konseli sebagai berikut:
1) Adanya hubungan psikologis yang akrab antara konselor dan klien.
2) Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan
problemnya dan apa yang diinginkan.

16

3) Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta


perilaku individu dengan tanpa memberikan sanggahan.
4) Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu merupakan
kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan yang diadakan.
5) Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya juga keadaan
lingkungannya sangat diperlukan oleh konselor.
Yang paling diutamakan oleh konselor eksistensial adalah hubunganya dengan
klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi terapeutik
merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Konselor percaya bahwa
sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang kejujuran,
integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan. Konseling
merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien, suatu perjalanan
pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan dirasakan klien.
Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang
tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May
dan Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas
konselor untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara
penuh dan terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing
klien untuk berhubugan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab
berhubungan dengan si klien itu (Yalom, 1980).
Inti dari hubungan terapeutik adalah rasa saling menghormati, yang mencakup
kepercayaan akan potensi klien untuk secara otentik menangani kesulitan mereka
dan akan kemampuan mereka menemukan jalan alternatif akan keberadaan
mereka. Sidney Jourad (1971) mendesak konselor untuk mengajak klien mereka
benar-benar menunjukkan keotentikan dirinya melalui perilaku yang otentik dan
pengungkapan diri. Oleh karena itu konselor mengajak klien untuk tumbuh
dengan mencontoh perilaku otentik. Mereka bisa menjadi transparan apabila
dianggap cocok untuk diterapkan dalam hubungan itu, dan sifat kemanusiaannya
bisa menjadi stimulus untuk diambil potensi riilnya oleh klien.
Hubungan terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensial. Penekanan
diletakkan pada pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih alih pada

17

teknik-teknik yang mempengaruhi klien. Isi pertemuan terapi adalah pengalaman


klien sekarang, bukan masalah klien. Hubungan dengan orang lain dalam
kehadiran yang otentik difokuskan kepada di sini dan sekarang. Masa lampau
atau masa depan hanya penting bila waktunya berhubungan langsung (Gerald
Corey.1988:61).

Pola hubungan :
1) Hubungan klien adalah hubungan kemanusiaan. Konselor berstatus
sebagai partner klien, setara dengan klien sehingga hubungannnya berada
dalam situasi bebas tanpa tekanan.
2) Klien sebagai subjek bukan obyek yang dianalisis dan didiagnosis.
3) Konselor harus terbuka baik kepribadiannya dan tidak pura pura.
2.8 Tahap Konseling
1) Tahap Awal
Ada tiga tahap dalam proses konseling eksistensial-humanistik. Selama tahap
pendahuluan, konselor membantu klien dalam hal mengidentifikasi dan
mengklarifikassi

asumsi

mereka

terhadap

dunia.

Klien

diajak

untuk

mendefinisikan dan menanyakan tentang cara mereka memandang dan


menjadikan eksistensi mereka bisa diterima. Mereka meneliti nilai mereka,
keyakinan, serta asumsi untuk menentukan kesahihannya. Bagi banyak klien hal
ini bukan pekerjaan yang mudah oleh karena mereka mungkin pada awalnya
memaparkan problema mereka sebagai hamper seluruhnya sebagai akibat dari
penyebab eksternal. Mereka mungkin berfokus pada apa yang orang lain jadikan
mereka merasakan sesuatu atau betapa orang lain bertanggung jawab sepenuhnya
akan apa yang mereka lakukan atau tidak lakukan. Konselor mengajar mereka
bagaimana caranya untuk becermin pada eksistensi mereka sendiri dan meneliti
peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka dalam hidup.

18

2) Tahap Pertengahan
Pada tahap tengah dari konseling eksistensial, klien didorong semangatnya
untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas dari system nilai mereka.
Proses eksplorasi diri ini biasanya membawa klien ke pemahaman baru dan
beberapa restrukturisasi dari nilai dan sikap mereka. Klien mendapatkan cita rasa
yang lebih baik akan jenis kehidupan macam apa yang mereka anggap pantas.
Mereka mengembangkan gagasan yang jelas tentang proses pemberian nilai
internal mereka.
3) Tahap Akhir
Tahap terakhir dari konseling eksistensial berfokus pada menolong klien untuk
bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri.
Sasaran

terapi

adalah

memungkinkan

klien

untuk

bisa

mencari

cara

pengaplikasian nilai hasil penelitian dan internalisasi dengan jalan yang kongkrit.
Biasanya klien menemukan kekuatan mereka dan menemukan jalan untuk
menggunakan kekuatan itu demi menjalani eksistensi kehidupannya yang
memiliki tujuan.
Adapun beberapa tahap lain yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi
eksistensial antara lain :

Terapis menunjukkan kepada klien untuk meningkatkan kesadaran diri


atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, dan tujuan-tujuan pribadi.
Serta menunjukkan bahwa harus ada pengorbanan untuk mewujudkan hal

itu.
Terapis membantu klien dalam menemukan cara-cara klien menghindari
penerimaan kebebasannya, dan mendorong klien belajar menanggung

resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan kebebasannya.


Terapis membantu klien untuk membangkitkan keberaniannya mengakui
ketakutannya, mengungkapkan ketakutannya, dan kemudian mengajak

klien untuk tidak bergantung dengan orang lain secara neurotik.


Terapis membantu klien dalam menciptakan suatu sistem berlandaskan

cara hidup yang konsisten.


Terapis membantu klien untuk menemukan makna hidupnya

19

Terapis membantu klien untuk mentoleransi segala bentuk ketakutan dan

kecemasan sebagai bentuk pembelajaran yang penting dalam hidup


Terapis mendorong atau memotivasi kliennya untuk mewujudkan
aktualisasi

2.9 Teknik Konseling


Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan
secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa diambil dari beberapa teori
konseling lainnya. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia
masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.
Serta membantu individu menyadari diri sesungguhnya dapat memecahkan
masalah mereka dengan intervensi ahli terapi yang minimal.
Teknik yang digunakan mendahului pemahaman. Karena menekankan
pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan
keleluasaan dalam menggunakan metode metode, dan prosedur yang digunakan
oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang
lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama
Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, di kalangan
terapis eksistensial dan humanistik ada kesepakatan menyangkut tugas tugas dan
tanggung jawab terapis. Psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap
hubungan manusia alih alih system teknik. Para ahli psikologi humanistik
memiliki orientasi bersama yang mencakup hal hal berikut (Gerald
Corey.1988:58) :
a.
b.
c.
d.
e.

Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.


Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.
Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
Berorientasi pada pertumbuhan.
Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi
yang menyeluruh.

20

f.

Mengakui bahwa putusan putusan dan pilihan pilihan akhir terletak di

tangan klien.
g. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya
hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implicit
menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
h. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
i. Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan
kebebasan klien.
Dalam konseling humanistik terdapat teknik-teknik konseling , yang mana
sebelum mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat beberapa prinsip
kerja teknik humanistik antara lain :
a) Membina hubungan baik (good rapport)
b) Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan
c)
d)
e)
f)

keterbatasannya
Merangsang kepekaan emosi klien
Membuat klien bisa mencari solusi permasalahannya sendiri.
Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
Membuat klien menjadi adequate

Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:

Penerimaan
Rasa hormat
Memahami
Menentramkan
Memberi dorongan
Pertanyaan terbatas
Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan

klien
Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna.
Menurut Akhmad Sudrajat teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam
pendekatan

ini

yaitu

teknik client

centered

dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi:


a) acceptance (penerimaan)
21

counseling,

sebagaimana

b)
c)
d)
e)
f)
g)

respect (rasa hormat)


understanding (pemahaman)
reassurance (menentramkan hati)
encouragementlimited questioning (pertanyaan terbatas)
reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan)
memberi dorongan

Melalui penggunaan teknik-teknik tersebut diharapkan konseli dapat


memahami dan menerima diri dan lingkungannya dengan baik, mengambil
keputusan yang tepat, mengarahkan diri mewujudkan dirinya.
Yang paling dipedulikan oleh konselor eksistensial adalah memahami dunia
subyektif si klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman dan
pilihan-pilihan baru. Fokusnya adalah pada situasi hidup klien pada saat itu, dan
bukan pada menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu (May
&Yalom, 1989). Biasaya terpis eksistensial menggunakan metode yang mencakup
ruang yang cukup luas, bervariasi bukan saja dari klien ke klien, tetapi juga
dengan klien yang sama dalam tahap yang berbeda dari proses terapeutik.
Di satu sisi, mereka menggunakan teknik seperti desentisasi (pengurangan
kepekaan atas kekurangan yang diderita klien sehabis konseling), asosiasi bebas,
atau restrukturisasi kognitif, dan mereka mungkin mendapatkan pemahaman dari
konselor yang berorientasi lain. Tidak ada perangkat teknik yang dikhususkan
atau dianggap esensial (Fischer & Fischer, 1983). Di sisi lain, beberapa orang
eksistensialis mengesampingkan teknik, karena mereka lihat itu semua memberi
kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi.
Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal
menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif
menantang dan memahami klien.

2.10 Kelebihan dan Keterbatasan


Kelebihan Eksistensial Humanistik

22

a) Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam
perkembangan dan kepercayaan diri.
b) Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
c) Memanusiakan manusia.
d) Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis
terhadapfenomena sosial.
e) Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan
klien seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan
dalam pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja
menjadi dewasa
Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk
kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari
Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas
klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta
menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka
dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya.
Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas
permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien
menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan
pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment
atau pemberian bantuan kepada klien. Selain memberikan sumbangannya terhadap
konseling dan terapi, psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi
pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik
(humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan
individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek
emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam
model pendidikan humanist.

a)
b)
c)

Kelemahan Eksistensial Humanistik


Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya
(keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
23

d) Proses terapi membutuhkan waktu yang panjang dan ketakpastian kapan


berakhir, berapa jam dan berapa kali pertemuan
e) Memiliki keterbatasan penerapan pada kasus level keberfungsian klien
yang rendah (klien yang ekstrem yang membutuhkan penangan secara
langsung)
2.11 Asumsi Perilaku Bermasalah
Gangguan jiwa disebabkan karena individu yang bersangkutan tidak dapat
mengembangkan potensinya. Dengan perkataan lain, pengalamannya tertekan.
Adapun Asumsi perilaku bermasalah Konseling Humanistik dipengaruhi
oleh tidak terpenuhinya aspek-aspek sebagai berikut:
Kesadaran Diri
Berhubungan dengan kemampuan manusia untuk menyadari diri dan
menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk aktivitasaktivitas

berpikir.

Dengan

demikian,

meningkatkan

kesadaran

berarti

meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh


sebagai manusia. Tidak jarang manusia yang tidak memiliki kesadaran akan
dirinya akan mengalami masalah-masalah dalam kehidupannya.
Kebebasan dan tanggung jawab
Manusia adalah makhluk yang menentukan diri dn memiliki kebebasan untuk
memilih diantara alternatif-alternatif. Masalah akan timbul jika manusia tidak bisa
mengatur kebebasannya dan mengarahkan hidupnya.
Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain
Meliputi masalah-masalah yang berkaitan dengan kebutuhan dari luar dirinya
sendiri, yaitu untuk berhubungan dengan orang lain dan alam. Kegagalan dalam
berhubungan dengan orang lain dan dengan alam menyebabkan manusia kesepian,
mengalami aliensi, keterasingan, dan depersonalisasi.

24

Pencarian makna Hidup


Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan
hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.
Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan
sesamanya dalam suatu cara yang bermakna.
Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasan muncul dari aspirasi pribadi seseorang untuk bertahan hidup dan
untuk mempertahankan dan menegaskan keberadaan seseorang, dan perasaan
cemas menghasilkan merupakan aspek yang tak terelakkan dari kondisi manusia.
kecemasan eksistensial adalah hasil dihindari menjadi dihadapkan dengan "kodrat
eksistensi.
Kesadaran atas kematian
Kesadaran

kematian

dapat

dilihat

sebagai

positif

kekuatan

yang

memungkinkan kita untuk hidup semaksimal mungkin. Meskipun gagasan


kematian panggilan bangun, itu juga sesuatu yang kita berusaha untuk
menghindari (Russell, 2007).
2.12 Contoh Kasus
Seorang ibu muda (Junania Mercy 37) meracuni ke-empat anak-anaknya,
memandikan mereka, menyisir rambutnya, kemudian disandingkan bersama-sama
dengan rapi diatas tempat tidur. Kemudian baru sang ibu mengakhiri hidupnya
dengan minum racun yang sama. Kejadian yang cukup menyayat hati, 4 orang
anak kecil itu bagaikan sedang tidur saja, sang ibu ingin anak-anaknya ditemukan
dalam keadaan bersih dan rapi. Bisa dibayangkan bahwa ibu itu menyaksikan
anaknya sekarat, entah muntah, entah buang-air, entah badannya kejang-kejang
karena keracunan. Ia merekamnya dengan sebuah ponsel kemudian ia
membersihkannya dan menata mayat anak-anaknya dengan rapi. Waktu yang
mungkin cukup panjang prosesnya. Kemudian ia memilih pakaian terbaiknya dan
mengakhiri hidupnya. Dan tentu saja mayat sang ibu ketika ditemukan tidak
sebersih anak-anaknya.

25

Ibu Mercy adalah gambaran seorang yang mempunyai tekanan berat,


persoalan rumah-tangga, ekonomi dan problem kesehatan anak ke-2nya yang
mempunyai penyakit kelainan darah yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Tak
tahu kemana lagi harus meminta tolong, dan ia kemudian menjerit dengan jeritan
yang tak terungkapkan dengan suara, ia bunuh diri.
Pada saat seorang klien ingin bunuh diri karena merasa sudah tidak dapat
menanggung beban hidup diri & keluarganya, seperti kasus bu Mercy. Terapis
Eksistensial mungkin memandangnya sebagai simbolik. Karena bukankah berarti
klien merasa mati sebagai pribadi, apakah klien menggunakan potensi
manusiawinya, apakah klien memilih mati hanya sekedar mengukuhkan
kehidupan. Terapis Eksistensial akan mengonfrontasikan klien dengan masalah
makna dan maksud dalam hidupnya. Sehingga klien mempunyai alasan untuk
ingin melanjutkan hidup & melakukan sesuatu untuk menemukan guna tujuan
yang akan membuat dirinya merasa lebih berarti dan hidup, karena dalam terapis
konselor akan mengajak klien memahami dirinya sendiri sebagai manusia yang
hidup berdampingan dan selalu dihadapkan oleh kenyataan-kenyataan pahit atau
manis sehingga mampu eksis dalam kehidupannya.
Perasaan bersalah (kasus: tidak mampu membiayai pengobatan anaknya)
adalah kekuatan dominan dalam kehidupan klien. Bagaimanapun banyak dari
perasaan bersalahnya yang merupakan perasaan bersalah neurotik karena ia
berlandaskan pandangan tentang mengecewakan orang lain dan bukan memenuhi
pengharapan mereka. Klien harus belajar bahwa perasaan bersalah akan berguna
jika berlandaskan kesadarannya atas penyia-nyian potensinya sendiri. Terapi
eksistensial akan melihat harapan klien dalam belajar untuk menemukan
keterpusatannnya sendiri dan dalam hidup dengan nilai-nilai yang dipilih dan
diciptakannya sendiri. Dia juga bisa berhubungan dengan orang lain dengan
kekuatannya sendiri untuk membentuk suatu hubungan yang dependen.
Tujuan

dari

terapi

ini

adalah

menyajikan

kondisi-kondisi

untuk

memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan. Menghapus penghambat26

penghambat aktualisasi potensi pribadi. Membantu klien menemukan dan


menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri. Membantu
klien agar bebas dan bertanggung jawab arah kehidupannya sendiri.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

27

Terapi eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas


dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita
lakukan. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap
hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk
mengubah sikap dan perilaku mereka. Yang paling diutamakan dalam konseling
eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang
yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya
perubahan yang positif.
3.2 Saran
Memiliki kemampuan merupakan hal yang penting, dapat mengarahkan
hidup kita ke masa depan yang lebih baik. Untuk itu kita harus mengasah
kemampuan kita secara baik berdasarkan pengalaman pengalaman pribadi kita
di lingkungan. Kita dapat memahami dan mengetahui hal-hal atau masalah klien
kita nantinya.

DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2005. Teknik dan praktek Konseling dan psikoterapi. Bandung: PT
Refika Aditama.

28

Feist, Jess & Gregory J Feist. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Latipun.

2001.

Psikologi

Konseling.

Malang:

Penerbitan

Universitas

Muhammadiyah Malang.
Syarifah Mimien. 2005. Terapi Eksistensial Humanistik.
mimien.blogspot.com . Diunduh Tanggal 04 April 2016.

29

http://syarifah-

Anda mungkin juga menyukai