dan keputusan. Dewasa ini, kekuatan utama dalam melakukan komunikasi atau
konselor. Usaha untuk terus-menerus belajar mengenai diri dan orang lain harus
memiliki pengetahuan yang luas tentang permasalahan yang dihadapi konseli, akan
Di samping itu, pihak konseli harus memiliki rasa terlibat, terbuka, dan
penting yang mampu mendukung tercapainya proses konseling yang baik adalah
ketika konselor memiliki kreativitas dan generativitas tinggi dalam wawancara dan
suatu produk baru, atau kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan
kemampuan untuk memunculkan sesuatu yang baru dalam kondisi yang lama,
bersifat spontan, dan kebebasan untuk mencipta. Saat proses konseling, tugas
suasana nyaman baik fisik, jiwa, dan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan
tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis, dan sosialnya.” Sifat yang
melekat pada lingkungan adalah perubahan, dimana perubahan yang terjadi dalam
Freud (dalam Prawira 2012:186) menjelaskan “bahwa Freud percaya bahwa mind
(pikiran) manusia terdiri atas tiga lapisan yakin kesadaran, ambang sadar, dan
sistematik tentang behaviorisme dan teori pertumbuhan alamiah dari Rogers, suatu
hal yang amat penting bahwa semua teori-teori konseling memberikan
terjadi dalam hubungan antara konseli dan konselor yang bersifat segera serta
di lain sisi konselor harus pertama mendengarkan dengan aktif terhadap konseli
tindakan konseli dan memunculkan alternatif interpretasi dari hasil yang mungkin
konselor yang efektif bukan sama sekali karena sihir atau sulap akan tetapi adalah
karena hasil kerja yang bertahun-tahun melalui studi sistematik dalam profesi
(Informal) –office and street setting.” Selain itu, menurut McLeod (2010:536-
dalam sistem sosial.” Dari pendapat lain, yakni menurut Lubis (2011:25),” seorang
mengemukakan ide-ide dan fakta-fakta secara sadar. Tapi ia sering tak dapat me-
adalah membantu konseli menguji hal-hal yang disadari atau tak disadari dan
hal yang harus diputuskannya karena adanya konflik. Di samping itu, mereka
(2006:12), “dalam konseling terdapat hubungan yang akrab dan dinamis. Individu
merasa ditetima dan dimengerti oleh konselor. Dalam hubungan tersebut, konselor
untuk membuat keputusan yang etis terdiri atas identifikasi masalah atau
dilemma, identifikasi isu0isu potensial, lohatlah kode etik yang relevan dengan
aturan yang berlaku, carilah konslutasi lebih dari satu sumber untuk mendapatkan
berbagai macam tindakan dan refleksikan implikasi dari setiap tindakan untuk
lama yang tak baik memudahkan terjadinya proses pengambilan keputusan, dan
masalah konseli.
(pertengahan dan akhir) yaitu : (1) memulai dengan mendefenisikan masalah; (2)
konselor (yang tidak efektif) sering gagal untuk mendefenisikan suatu masalah yang
tujuan dan hanya dari topik ke topik, dan menemukan banyak hal tapi sedikit
sekali yang dapat terselesaikan.Konselor yang tidak efektif sering puas jika
konselinya mempunya suatu pilihan baru atau menerima fakta bahwa dia sekarang
sudah OK. Konselor yang tak efektif sering tak pernah sampai kepada tahap akhir
(tahap tindakan) konseling yang berisi keputusan atau perencanaan yang efektif.
dan masalah dengan segera, serta memegangnnya sampai akhir tuntasnya masalah
tersebut. yaitu adanya suatu keputusan konseli berupa rencana konkrit yang
beberapa pandangan. Seperti apa yang telah di sampaikan oleh Brammer, Abrego
& shostrom (dalam Lubis 2010:83), “tahapan konseling terdiri atas membangun
”Dalam proses konseling, ada tiga tahapan konseling yakni; (1) tahap
mendefenisikan masalah (tahap awal); (2) tahap atau fase bekerja dengan defenisi
masalah (tahap pertengahan); (3) tahap keputusan untuk berbuat (action) disebut
pokok konseli. Paling bisa dia hanya mampu menemukan defenisi tunggal dari
(Critical points) pada tahap awal konseling tersebut. isu-isu utama konseling yang
masalahnya hanya diperlukan saja (at a surface level). Konselor dan konseli
bersama sejak awal. Keputusan untuk melahirkan defenisi masalah sudah harus
alternatif.
hendak ditangani terlebih dahulu jika saudara seorang konselor? Apakah hipotesa-
Apakah masalah itu akan saudara garap dari sisi konseli atau lingkungan?
anda.
Ko: “Yeni, saya dengar tadi selingtingan bahwa kamu ingin membicarakan sesuatu
hambatan? Bagaimana itu?”Ki: “Coba bapak pikir, boss saya yang telah anak empat
mulai menggoda saya sehingga membuat saya puyeng. Tadinya saya bekerja
dibagian pemasaran. Saya senang dibagian itu karena sesuai dengan minat. Dan
menjadi sekretaris boss. Dan si Tuti dialihtugaskan kebagian lain. Kasihan teman
itu. saya tidak berminat menjadi sekretaris boss. Terutama karena sifat boss yang
doyan cewek cantik. Namun saya perlu uang untuk biaya hidup keluarga karena
ayah saya sudah meninggal dan saya adalah anak tertua di keluarga. Jadi saya
amat bingung apakah saya harus bertahan disana atau pindah saja demi keamanan
jiwa saya.’’
Biasanya godaan yang muncul pada diri konselor adalah menerima saja
segera untuk mencarikan solusi. Definisi dan alternatif pemecahan masalah oleh
konseli besar kemungkinan merupakan definisi yang terbatas tentang kejadian yang
mengenai dirinya.Dari dialog di atas misalnya dapat dilihat bahwa jika konselor
hanya menangkap isu utama adalah hambatan dalam pekerjaan yakni faktor
lingkungan (luar diri konseli), lalu mengupayakan agar hambatan luar saja yang
dibenahi, munkin konselor ini tidak akan efektif. Padahal masalah internal
Konflik yang terjadi dalam diri Yeni adalah, antara kebutuhan uang dengan
menjaga keselamatan diri dari kemungkinan pelecehan seksual oleh boss. Dan
sebagai berikut;
KO: “Yeni, dari ungkapan perasaanmu tadi saya melihat bahwa kamu sedang
mengalami konflik batin yang cukup berat dalam pekerjaan. Pertama, kamu ingin
punya uang untuk membiayai keluarga. Akan tetapi disamping itu berdasarkan isu-
isu selama ini, jabatan sekretaris boss adalah sumber pelecehan seksual oleh boss,
sehingga rasanya kamu tidak tahan memegang jabatan barumu tersebut. kedua,
kamu sudah mulai ahli dengan pekerjaan pemasaran, dan dengan jabatan
definisi masalah konseli tadi, adalah terobosan yang amat penting dan merupakan
aspek mendasar bagi seorang konselor yang efektif. Walaupun informasi dari Yeni
tidak begitu luas, konselor harus dapat menangkap isu sentral dari pesan-pesan
Yeni tadi.
Masalah Yeni adalah konflik karena jabatan baru tidak sesuai dengan
Dengan sedikit informasi dari Yeni, konselor harus mampu membuat beberapa
itu, maka proses konseling dapat dilanjutkan ke tahap II, atau tahap pertengahan
KO: “Yeni, dari pembicaraan sekitar 20 menit, saya menangkap bahwa pertama.
Anda sedang mengalami konflik karena jabatan baru (sekretaris) tidak sesuai
dengan keinginan anda atas dasar jabatan lama (pemasaran) rasanya makin anda
kuasai. Kedua, adanya kecemasan anda dengan kedudukan sebagai sekretaris bos,
yaitu tentang kemungkian terjadinya pelecehan seksual terhadap diri anda. Ketiga,
anda berpikir bahwa kebutuhan biaya yang besar untuk adik-adik anda membuat
Tugas fase ini adalah untuk memeriksa kembali definisi masalah dan
thinking, dan experiences konseli yang terjadi saat ini. Apa yang terjadi pada fase
kerja ini banyak tergantung kepada konselornya dengan latar belakang teori
mungkin data atau fakta. Konselor humanistik menekankan pada kondisi self yang
realistik memahami kelemahan dan potensi diri dalam situasi lingkuangan saat ini,
adalah kurang bijaksana, karena itu pendekatan ekletisistik (meramu semua unsur-
unsur baik ditiap teori) adalah lebih objektif mengingat amat beragamnya konseli
dengan masalah konseli yang dihadapi, karena itu bisa jadi pendekatan humanistik
Pada tahap yang ketiga ini, akan dibahas mengenai hal-hal yang dilakukan
pada proses konseling yakni penentuan keputusan untuk bertibdak. Dimana, tahap
mana solusi yang paling tepat dengan konseli.(d) Konseli menyusun rencana atas
solusi yang telah dia ambil tadi.Jika rencananya sudah meyakinkan konseli, dan
berdasarkan pada kenyataan potensi diri dan lingkungan konseli, maka sesi
mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan
individu dapat lebih baik menyimbngkan dirinya atau ambil bagian yang lebih baik
masalah-masalah pribadi, baik sosial maupun emosional yang dialami saat sekarang
dan yang akan datang. Oleh karenanya, seorang konselor dituntut untuk dapat
berjalan berjalan tidak efektif dan kurang mendalam, maka sudah dapat dipastikan
akan gagal mencapai tujuan dan bahkan dapat merusak konseli. Oleh karena itu,
seorang konselor harus memiliki karakteristik yang baik seperti yang tekah
yang baik, dapat dipercaya, kejujuran, kekuatan dan daya, kehangatan, pedengar
utuh.”Menurut hasil penelitian Hadley dan Stupp (dalam Willis 2004:144) faktor-
(1) Konselor terlalu dalam menggali konseli.Hal ini sampai melampaui batas
atau isu sentral, sebagai contoh, konselor sering terlalu asik menggali pribadi
konseli yaitu tentang usia, situasi kehidupan pribadi seks, faktor ras, lingkungan
budaya dan sebagainya. Disamping itu konselor terjebak diskusi dengan konseli
konseling, menjelajahi tingkat motivasi, dan juga tentang kekuatan ego konseli.
(2) Konselor terlalu hati-hati dalam menggali konseliHal ini menyebabkan konselor
gagal membuat perubahan diri konseli. Karena inti masalah atau isu sentral tak
kurang penguasaan teknik atau lemah dalam memahami etika konseling. Munkin
pula kepribadian konselor kurang mantap atau cenderung tidak stabil, jadi konseli
mengetahui banyak mengenai apa saja tentang teknik konseling. Padahal dia
kekurangan pengetahuan atau teori konselingdan tentang konseli. Ada lagi seorang
konselor munkin mampu menggunakan teknik yang baik namun kurang tepat dalam
(4) Hubungan konselingDi dalam hubungan konseling mungkin saja konselor terlalu
banyak atau terlalu sedikit rapport. Tambahan lagi terjadi tranferensi dan
konselor dan konseli. Konseli mungkin merasakan konselor sebagai pacarnya atau
sebaliknya, atau konseli merasakan konselor sebagai ayahnya atau ibunya. Atau
adalah: (a) ketidakmampuan konselor untuk berkomunikasi dengan jelas dan tidak
mampu menangkap apa yang dikatakan konseli; (b) konselor gagal mengenali
(6) FokusDalam hal fokus pada saat proses konseling juga terdapat masalah-
masalah yaitu:a) Konselor gagal membuat fokus masalah atau mengembangkan isu
sentral.b) Kadang-kadang fokus tidak ada atau kebanyakan membuat fokus yang
sempit dan kaku dengan topik tunggal.c) Terdapat fokus yang eksklusif tentang
konseli akan tetapi mengabaikan konteks lingkungan dan sosial budaya.d) Hasil
(7) Kelemahan konselora) Konselor terikat pada teori sendiri sehingga gagal
melihat pendekatan lain yang mungkin lebih efektif.b) Kesalahan proses konseling
berasal dari perilaku konselor.c) Penafsiran konselor tidak correct (tidak cermat)
yang beragam.
yang efektif mempunyai kemampuan melihat bagaimana keadaan konseli saat ini,
dan dapat memilih intervensi yang sesuai (strategi dan teknik). Untuk menunjang
kemampuan dan keterampilan konselor perlu kepribadian yang empati. Empati
positive regard (penghargaan positif); (2) respect (rasa hormat); (3) warmth
(keaslian).
komponennya termasuk didalam empati (kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa
maka konselor akan mudah melakukan empati. Dengan adanya empati dan
attending maka konseli akan terlibat dan terbuka dalam hubungan konseling.
konseli.
Berdasarkan empati yang dikemukakan Rogers, Egan (dalam Willis 2004:149)
“mengembangkan dua jenis empati yakni: (1) empati primer (primary emphaty-
PE), yaitu suatu perasaan bagaimana masuk ke dunia dalam konseli merasakan apa
yang dirasakannya,dan dengan perilaku attending; (2) empati tingkat tinggi yang
lebih akurat (advanced accurate emphty-AAE) yatu konselor memberi empati yang
lebih mendalam dan mengena sehingga pengaruhnya lebih terasa mendalam pada
diri konseli, dan pada gilirannya lebih membangkitkan suasana emosional konseli.”
berpikir orang lain tersebut, empati yang dirasakan harus juga diekspresikan, dan
orang yang melalukan empati harus orang yang kuat, ia harus dapat menyingkirkan
nilai-nilainya sendiri, tetapi ia tidak pula boleh terlarut di dalam nilai-nilai orang
Dengan adanya komponen-komponen itu maka empati akan menjadi mendalam dan
akurat serta nilainya tinggi sehingga serta dapat mengubah perilaku konseli.
keadaan saat ini telah membuat saya sangat gugup dan tegang. Setiap kami berdua
pergi keluar, selalu saja pacar saya itu menemui wanita lain. Hal itu menimbulkan
persaan tidak aman pada diri saya. Kadang-kadang saya mau memukulnya. Kami
sering bertengkar. Akan tetapi dia selalu menolak tuduhan saya. Suatu malam di
sebuah klub malam saat kami minum berdua, dia menemui seorang wanita, sampai
saya putuskan pulang sendirian.”KO (PE): “Anda merasa tidak aman ketika melihat
dia. Saya merasakan perasaan anda. Akan tetapu anda mempunyai kekuatan untuk
bangkit dan pergi meninggalkannya.”KO (AAE): ”Saya merasakan perasaan cemas
yang anda alami. Saya ikut terluka dengan peristiwa tersebut. namun saya
konseli terbuka lalu menyatakan perasaan dengan bebas dan terus bergerak kearah
mengatasinya.
detruktif konseli. Level 4,5 adalah empati tambahan (additive empathy) yang
Secara ideal, empati merupakan suatu arus atau aliran antara konselor dan
konseli, dan kebanyakan merupakan proses bantuan yang diberikan seperti berikut
ini.
(1) Mendengar, memperhatikan dengan penuh hati-hati, teliti terhadap konseli
sehingga konseli merasakan bahwa dia didengar dan diperhatikan.Pada level ini
tersebut, sehingga dapat menyentu dunia dalam konseli maka empati konselor
meninkat menjadi advance accurate empathy (AAE) yaitu empati tingkat tinggi
yang akurat. Menggunakan AAE adalah jika emosi konseli begitu mendalam,
(3) Konselor mengecek teknik yang digunakan dengan bertanya seperti “Apakah
konseli yang timbal balik, dan hubungan itu efektif yakni membuat konseli lebih
self-disclosed, maka empati konselor makin akurat dan bergerak maju dengan
1. Positive Regard
Dalam upaya membantu konseli supaya dia berubah, seorang konselor harus
percaya bahwa konseli itu dapat berubah. Konseli mempunyai aspek-aspek positif
untuk menunjang perubahan itu. Agar konseli berubah, seorang konselor harus
berasumsi sama yakni bahwa konseli dapat dibantu dengan modal potensi konseli.
Jika konselor tak percaya dengan asumsi ini maka konseli akan merasakannya, dan
selanjutnya dia tak dapat dibantu lagi. Rogers percaya bahwa manusia harus
konseli. Keunggulan adalah dunia konseli, karena itu harus dipahami konselor.
Konselor yang pura-pura hormat dan hangat yaitu dipertemukan saja (facade)
mungkin merupakan ungkapan bahwa sadarnya. Keadaan ini tak disukai konseli.
Konselor efektif (intensional) selalu hangat, senang dan respek terhadap orang
lain. Konselor yang dingin dan kurang respek mempunyai ciri-ciri yaitu: (1) terlalu
formal; (2) berjarak; (3) hormat dibuat-buat; (4) kaku; (5) merasa tinggi dan; (6)
menyombongkan diri; (7) berlebih-lebihan dalam mengungkap soal seks dan ras,
dan; (8) kurang rasa hormat.Ciri-ciri tersebut tidak mungkin ada pada konselor
professional, tapi bisa saja terjadi karena mereka adalah manusia biasa. Sebagai
(apresiasi), misalnya(a) “Saya belum begitu yakin dengan ide anda, tetapi sebagai
suatu pendapat saya sangat menghargainya.”(b) “Saya kurang setuju dengan cara
yang anda lakukan adalah apakah anda mendorong atau mengembangkan potensi
konseli dengan ucapan-ucapan (verbal) anda, namun harus pula didukung oleh
konseli dengan cara empati yang tinggi. Respek atau rasa hormat, penghargaan
positif, dan kehangatan, bisa berkembang adanya dukungan rasa empati dari
konselor. Dengan respek yang didukung empati akan membuat hubungan konseling
tanpa rasa tersinggung konseli. Bahkan dia senang dengan kritik konselor
Akan tetapi bagi konselor yang kurang intensional dan kurang efektif (kaku dalam
perilakunya, terlalu formal, tidak fair, tidak professional, tidak empati), maka rasa
hormat pura-pura tidak akan membuat konseli terbuka (disclosed) dan berkata
akan tersinggung, dan akan terjadi drop-out (memutuskan hubungan konseling dan
mampu menjadi pihak yang ramah, peduli dan dapat menghibur orang lain.”
Bentuk-bentuk nonverbal konselor yakni: (1) nada suara; (2) posisi tubuh; (3)
gerakan isyarat tubuh (gesture); (4) air muka, dan; (5) sentuhan (sesuai etika
dan akan member dorongan pada diri konseli. Menurut hasil penelitian Bayes
(1973) senyum adalah salah satu ciri warmth (kehangatan) yang mempunyai
positif, dan rasa hormat. Karena saat melakukan kehangatan, maka otomatis rasa
Namun sebagai konselor yang efektif, harus mampu menemukan celah-celah asset
atau kekuatan konseli sehingga hal inilah yang harus kita kembangkan. Sebagai
contoh, berikut ini adalah kasus wanita hamil karena berzinah. Mari kita ikuti
pernyataan konseli berikut ini.KI: “Anda telah mendengarkan penjelasan saya yang
cukup panjang. Bagaimna pendapat bapak konselor, apa yang harus saya lakukan?
Saya dalam keadaan sangat bingung.”Dari ungkapan itu terlihat bahwa konseli
mengharapkan sekali saran, pendapat, bahkan nasehat konselor, sebab dia dalam
keadaan bingung sekali karena menghadapi kehamilan diluar nikah. Orang tuanya
tidak setuju, bahkan ayahnya mengusir dia. Disamping itu sang pacar tidak
mungkin saja nasehat konselor tidak mengena atau meleset. Yang pasti seorang
seperti iniKO: “Sayaa pahami dari perasaan dan ucapan-ucapanmu sejak tadi,
tampaknya anda cenderung untuk memelihara bayi itu, bukan melakukan aborsi.
Saya suka perasaan anda tersebut, yang menghargai kehidupan dan menjaga
amanah tuhan. Jika saya seperti anda, saya kira saya akan seperti perasaan anda.
Terus terang, saya berharap anda memiliki bayi itu. Namun, semua terserah pada
keputusan saudara. Apakah pendapat anda mengenai jawaban saya? Saya anda
konselor di atas ada beberapa tujuan yang hendak dicapainya terhadap konseli
tadi;(a) Meyakinkan konseli bahwa dia memiliki asset/potensi penting yakni nilai
kemanusiaan untuk memelihara bayi. Hal itu dikemukakan oleh konselor, lalu
konselor memberi teknik refleksi felling dab refleksi content yaitu dengan
kemanusiaan sebagai asset konseli, dihargai dan dihormati oleh konselor dengan
ucapan “saya suka perasaan anda itu.”(c) Konselor tidak langsung member nasehat
kepada konseli, akan tetapi member empati atas assetnya yaitu nilai luhur untuk
terhadap potensi nilainya untuk menjadi manusia yang bermoral. Cuma sedikit saja
konselor berharap agar konseli memilikin bayi itu, serta memberi keyakinan bahwa
diskusi yang konkrit, spesifik tentang apa yang telah terjadi dan yang terus terjadi
mengatakan tentang pacranya, bahwa dia telah berkelahi dengan Doni dan dia
yakin bahwa hubungan mereka akan putus. Di sini digaris bawahi berkelahi dan
Padahal jika konselor teliti, dia belum pasti, sebab berkelahi dan hubungan putus
itu masih samar-samar. Karena dialog berikut akan mengarah kepada yang lebih
5. Konfrontasi
langsung dengan fakta, dimana konseli mungkin mengatakan lain daripada yang dia
maksud; atau melakukan yang lain/berbeda dari apa yang dia katakan.”Suatu
konfrontasi bukan bermaksud mengatakan bahwa konseli itu orang yang salah atau
orang yang jelek. Kritik dalam konfrontasi adalah mengemukakan dalm bentuk
kata-kata tentang adanya incongruity (ketidaksesuaian) dan discrepancy
pemahaman terkait hal-hal yang perlu kita dalami terkait efektivitas dalam
his role, personal qualities, dan Interpersonal skills”. Ketika hal-hal seperti itu
telah dimiliki oleh seorang konselor makan bukan tidak mungkin proses konseling ia