Dosen Pengampu:
Drs. Afrizal Sano, M.Pd., Kons
Oleh:
Kelompok 3
Wulan Oktarina (21006100)
Yunia Ritika (21006102)
Giva Raudatul Jannah (21006118)
Salmanisa Mutiara Rahmasari (21006086)
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang““Hambatan Dalam Konseling Berkaitan Dengan Ras Dan Etnik,
Hubungan Pertolongan Konselor Dengan Klien Dalam Perbedaan
Budaya””yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para Mahasiswa
Universitas Negeri Padang. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
A. Kesimpulan .................................................................................................. 7
B. Saran ............................................................................................................. 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks konseling lintas budaya, hambatan psiko-sosial seperti Self
Disclosure (Pembukaan Diri), Self Hatred (Kebencian Terhadap Diri Sendiri),
Personalisme, dan Listening (Mendengarkan) dapat memiliki dampak yang
signifikan pada hubungan konseling dan interaksi antara konselor dan klien.
Ketika mengkaji latar belakang individu yang mengalami hambatan-hambatan ini,
penting untuk memahami bahwa pengalaman budaya, emosi, dan nilai-nilai yang
dimiliki oleh individu dapat memengaruhi cara mereka berinteraksi dalam
konteks konseling.
Dalam kasus Self Disclosure, individu mungkin mengalami kesulitan dalam
membuka diri tentang perasaan atau masalah pribadi mereka, terutama jika nilai-
nilai budaya mereka menghargai privasi yang tinggi. Konselor perlu memahami
latar belakang budaya klien untuk menciptakan lingkungan yang aman dan
mendukung bagi mereka agar merasa nyaman dalam berbicara tentang
pengalaman dan perasaan mereka.
Self Hatred atau kebencian terhadap diri sendiri juga dapat menjadi hambatan
yang signifikan dalam konseling lintas budaya. Individu yang mengalami
kebencian terhadap diri sendiri mungkin sulit menerima bantuan atau membuka
diri terhadap konselor. Ini dapat dipengaruhi oleh faktor budaya, sejarah keluarga,
atau pengalaman diskriminasi yang mempengaruhi harga diri individu.
Personalisme, yang menekankan martabat pribadi dan nilai-nilai kemanusiaan,
dapat memengaruhi cara individu memandang diri mereka sendiri dan orang lain.
Faktor-faktor budaya, agama, dan norma-norma sosial dapat memainkan peran
dalam bagaimana personalisme diterapkan dalam kehidupan individu. Konselor
perlu memahami latar belakang etis klien dan nilai-nilai budaya yang
memengaruhi pandangan mereka tentang martabat pribadi.
Dalam konteks Mendengarkan, hambatan psiko-sosial dapat terjadi ketika
individu terlalu sibuk berbicara atau tidak cukup berperhatian terhadap
komunikasi non-verbal dan pesan yang tersembunyi dalam interaksi. Konselor
harus melatih keterampilan mendengarkan aktif dan memahami bahwa budaya
klien dapat memengaruhi cara pesan disampaikan dan diterima.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hambatan Psiko Sosial dalam Konseling Lintas
Budaya, Berkaitan; Self Disclouser, Self Harted, Personalism dan Listening.?
C. Tujuan
1. Untuk memahami maksud dari Hambatan Psiko Sosial dalam Konseling Lintas
Budaya, Berkaitan; Self Disclouser, Self Harted, Personalism dan Listening.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hambatan Psiko Sosial dalam Konseling Lintas Budaya, Berkaitan; Self
Disclouser, Self Harted, Personalism dan Listening.
1. Self Disclouser
2. Self Hatred
3. Personalism
Personalisme dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti yait ualiran
filsafat yang berpendirian bahwa personalitas adalah nilai yang tertinggi
dalam hidup dan merupakan kunci semua realitas dan nilai. Personalisme
3
adalah filosofi yang menyatakan bahwa martabat pribadi manusia dinilai
dari norma dasar etika. Pandangan ini memperlihatkan secara jelas bahwa
norma dasar langsung dan konkrit moralitas bukan otoritas luar (Moralitas
Ekstrinsik), kesenangan (Hedonisme), manfaat terbesar bagi jumlah terbesar
orang (Utilitarisme), kebahagiaan (Eudaimonisme), kebebasan yang
menciptakan nilai (Eksistensialisme Humanistic), kewajiban (Formalisme
Kant), tetapi Martabat Pribadi Manusia, baik martabat pribadiku sendiri dan
martabat pribadi orang lain, harkat intrinsik setiap orang.
a. Personalisme Modern
b) Dari sudut pandang Teologi, tak ada halangan bagi Wahyu Ilahi
(bagi kita Wahyu Kristen) untuk menyempurnakan dan mengangkat hormat
yang semata-mata bersifat insani dan kodrati ke tingkat yang lebih tinggi
dengan memberinya dimensi yang lebih dalam, yaitu cinta terhadap sesama
manusia sebagai citra Allah dan Saudara Yesus Kristus. Maka hormat dan
cinta terhadap sesama manusia sebagai perwujudan konkrit imperative
moral selalu saling melengkapi dan bukan saling mengeksklusifkan.
4. Listening
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam konteks konseling lintas budaya, beberapa hambatan psikososial
muncul yang dapat mempengaruhi kualitas hubungan sosial dan proses
konseling. Self-disclosure, atau keterbukaan diri, memainkan peran kunci
dalam memahami dan membangun hubungan yang kuat. Namun, self-hatred
atau ketidaknyamanan terhadap diri sendiri juga bisa menjadi hambatan yang
signifikan, karena dapat menghambat individu dalam berinteraksi dengan orang
lain. Selain itu, prinsip-prinsip personalisme yang menekankan martabat
pribadi manusia sebagai nilai utama dan listening yang efektif dalam
komunikasi juga perlu diperhatikan dalam konteks konseling lintas budaya.
Memahami dan mengatasi hambatan-hambatan ini menjadi penting untuk
menciptakan hubungan yang saling pengertian dan efektif dalam konteks
konseling lintas budaya.
B. Saran
6
DAFTAR PUSTAKA