TENTANG
MODEL KONSELING EGO (KONEGO)
Dosen Pengampu :
Rahma wira nita,M.Pd.,Kons
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia
dan hidayahNya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas makalah ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad
SAW beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.
Kelompok 2
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
I.3. Tujuan
BAB II ISI
III.1. Kesimpulan
III.2. Saran
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Ciri baru dari model konseling Ego adalah lebih menekankan pada fungsi ego.
Dalam model konseling Ego dikenal satu istilah yang sangat menonjol yaitu “ego
strength“ tang artinya kekuatan ego. Pada dasarnya kegiatan konseling adalah
usaha memperkuat “Ego Strength”. Dengan demikian orang yang bermasalah
adalah orang yang memiliki ego yang lemah. Pada umumnya masalah-masalah
yang dialami individu diwarnai oleh kuat dan lemahnya ego tersebut.
Pebedaan antara ego menurut Sigmund Freud dengan Ego menurut
Psikoanalisis Baru adalah menurut Freud, ego itu tumbuh dari Id atau merupakan
kelanjutan daripada Id sedangkan menurut Psikoanalisis baru, ego itu tidak terikat
pada Id, jadi tumbuh sendiri yang merupakan keseluruhan kepribadian. Ego itulah
yang tumbuh dan menjadi kepribadian seseorang. Jenis ego baru ini disebutnya
juga dengan ego kreatif.
Erickson tidak sependapat dengan Freud tentang hakekat manusia, dan dia
beranggapan bahwa manusia tidaklah dijadikan sesederhana binatang yang hanya
bertingkah laku berdasarkan pada instink atau semata-mata memenuhi
kebutuhanya ( Freud cenderung melihat bahwa dasarnya tingkah laku manusia itu
adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan Id nya).
Manusia tidaklah didorong oleh energy dari dalam, tetapi manusia itu lahir ke
dunia untuk merespon perangsang-perangsang yang berbeda-beda. Disini terlihat
beda pendapatnya dengan Sigmund Freud yang lebih menekankan peranan Id
dalam kehidupan, sedangkan konseling Ego lebih menekankan peranan ego dalam
kehidupan seseorang.
Egolah yang mengembangkan segala sesuatunya,misalnya kemampuan
individu, keadaan dirinya, penyaluran minatnya, hubungan sosialnya dan
sebagainya. Selanjutnya dikemukakan oleh Hansen,dkk (1977) bahwa, seseorang
individu haruslah mempunyai ego yang sehat dan ego yang kuat.
3. STUKTUR KEPRIBADIAN
Contoh : seseorang yang tidak boleh bergaul dengan jenis kelamin lain yang
berbeda, dimana seseorang tersebut amat terikat dengan nilai-nilai yang kaku
(agama, adat atau kepercayaan lainnya) sedangkan pada dirinya selalu muncul
dorongan atau naluri yang mana sangat dilarang oleh lingkungannya, sehingga
apabila inidividu itu pindah pada lingkungan yang agak longgar terhadap nilia-
nilai, maka akan menimbulkan masalah pada diri individu itu setiap kali dia
dihadapkan pada situasi yang sama.
2. Apabila pola-pola coping behavior yang sudah terbina pada dirinya sekarang
tidak sesuai lagi dengan siyuasi setempat dimana dia itu berada.
Misalnya : Coping Behavior yang selama ini biasa dipakai di tempat asalnya,
digunkakan juga pada lingkungan baru, maka oleh masyarakat akan dianggap
ganjil, sehingga setipa kali dia berlaku begitu maka akan menjadi pusat perhatian
orang lain. Akhirnya individu itu menjadi salah tingkah yang tentu saja
berpengaruh pada penyesuaian dirinya.
4. Perkembangan kepribadian
Kepribadian merupakan produk dari sebagai faktor dalam waktu yang cukup
lama. Perkembangan psikososial (Erikson) Ego berkembang atas kekuatannya
sendiri, tidak tergantung pada energi id.
5. Pertumbuhan ego yang normal merupakan perkembangan kemampuan
komunitas pada anak, Pola dasar tingkah laku terbentuk pada masa enam tahun
pertam.
6. Fungsi ego dibandingkan dengan teori psikoanalisis klasik, disini ego lebih
positif, yaitu berhubungan dengan lingkungan melalui cara-cara rasional dan
sadar.
6. TUJUAN KONSELING
1. Tujuan Konseling
2. Proses Konseling
3. Pembahasan itu dipusatkan pada aspek kognitif, tetapi hal yang mempunyai
kaitan langsung dengan perasaan juga disinggung.
Misalnya pirbadi yang tranference adalah pribadi yang tidak miskin dan orang lain
boleh melihat pribadi yang terbuka tersebut. Sedangkan proyeksi disini
maksudnya adalah mengemukakan sesuatu yang sebetulnya ada pada diri sendiri,
tapi menyebutkan hal itu terdapat pada diri orang lain.
b) Sebab-sebab timbulnya masalah tersebut, bisa juga titik api yang menjadikan
masalah tersebut menyebar saat ini
c) Letaknya masalah itu dimana, apakah pada kebiasaan klien, sikapnya atau pada
cara tingkah laku yang dilakukan pada saat itu
a) Susah untuk mengetahui bagaimana ego yang di timbulkan oleh klien karena
individu merasa bahwa egonya tidak kuat dan tidak harus di temukan
b) Konselor tidak mampu atau susah mengetahuinya karena dalam konego ini di
lihat dari reaksi yang di timbulkan.
2. Kelebihan
a) Bisa membuat individu berkembang dan kekuatan dirinya sendiri melalui ego
1. Apabila individu tertekan oleh keadaan yang menimpanya dan ego kehilangan
kontrol, maka kontrol terhadap tingkah laku beralih dari kesadaran dan
ketidaksadaran / kontrol beralih dari ego ke id.
2. Ego yang kurang kuat dapat tumbuh, karena Pada periode perkembangan
individu, yaitu sejajar dengan tahap perkembangan psikososial Erikson
disebabkan oleh :
b) Pola tingkah yang dimiliki tidak lagi cocok dengan tuntutan lingkungan
(situasi)
3. Individu abnormal adalah individu yang tingkah lakunya tidak berubah dalam
menghadapi tuntutan diri sendiri atau pun lingkungan yang telah berubah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model konseling ego lebih menekankan pada fungsi ego, yaitu dengan
menonjolkan ego strength (kekuatan ego). Individu yang memiliki ego yang kuat
akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan membina hubungan sosial
yang harmonis bersama orang lain. Dalam perkembangan individu Erikson
membaginya menjadi perkembangan yang sukses dan perkembangan yang gagal
pada setiap tahap perkembangan.
B. Saran
Sebagai calon konselor masa depan, seorang konselor harus mampu memahami
kapankah akan digunakannya setiap teori yang ada dalam konseling. Dan
penggunaan teori itupun juga harus tepat, sesuai dengan hal-hal yang dialami dan
dirasakan oleh klien.
DAFTAR PUSTAKA
Baraja , Abu Bakar. 2004. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta:
Studio Pers
Gerald, Corey. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terjemahan).
Bandung : PT Refika Aditama
Gantina, Komalasari dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta : PT. Indeks
http://counselingcare.blogspot.com/2012/06/konseling-ego.html
http://muhammadamirullah14.wordpress.com/2012/02/27/teori-kepribadian-
erikson-2.html
http://konselorindonesia.blogspot.com/2013/03/31/konseling-ego-erickson-4.html