Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MODEL-MODEL KONSELING

TENTANG
MODEL KONSELING EGO (KONEGO)

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Sayang wulandari (20060009)
2. Cut riska effendi (20060005)
3. Monica helfines (20060024)
4. Dede alfian (20060018)

Dosen Pengampu :
Rahma wira nita,M.Pd.,Kons

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS PGRI SUMATERA BARAT
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia
dan hidayahNya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas makalah ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad
SAW beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.

Penyusun bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas mata kuliah Model-model konseling dengan judul “Model Konseling Ego
(Konego)”. Di samping itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Rahma Wira Nita,M.Pd.,Kons selaku dosen pembimbing mata kuliah Pelayanan
BK Di Dunia Industri.

Penyusun menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak memiliki


kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangatlah kami
harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Padang, 28 September 2022

Kelompok 2
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

I.2. Rumusan Masalah

I.3. Tujuan

BAB II ISI

II.1. pengantar konseling ego

II.2. pandangan tentang manusia

II.3. struktur kepribadian

II.4. perkembangan kepribadian sehat/adjustment menurut


pendekatan konseling ego

II.5. perkembangan kepribadian salah suai/maladjustment


menurut pendekatan konseling ego

II.6 tujuan konseling

II.7 proses dan Teknik konseling

II.8 kekuatan dan kelemahan KENEGO

II.9 analisis kasus berdasarkan KENEGO

II.10 contoh skenario konseling dengan model KENEGO


BAB III PENUTUP

III.1. Kesimpulan

III.2. Saran

BAB IV DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam model konseling Ego yang dikemukan oleh Erikson ini dikenal satu
istilah yang sangat menonjol yaitu “ego strength” yang artinya kekuatan Ego.
Pada dasarnya kegiatan konseling adalah usaha memperkuat “ego strength”.
Dengan demikian orang yang bermasalah adalah orang yang memiliki Ego yang
lemah. Misalnya orang yang penakut, rendah diri, banyak lemah, tidak bisa
mengambil keputusan termasuk orang yang memiliki Ego lemah.
Dikatakan demikian adalah karena orang yang keadaannya seperti itu tidak
dapat memfungsikan egonya secara penuh, baik untuk menggerakkan dirinya
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya maupun untuk meraih keinginan-
keinginannya.
Pada umumnya masalah-masalah yang dialami individu diwarnai oleh kuat dan
lemahnya ego tersebut. Perbedaan antara Ego menurut Sigmund Freud dengan
Ego menurut Psikoanalisis Baru adalah : menurut Freud, Ego itu tumbuh dari Id
atau merupakan kelanjutan daripada Id, sedangkan menurut Psikoanalisis baru,
Ego itu tidak terikat pada Id, jadi tumbuh sendiri yang merupakan keseluruhan
kepribadian. Ego itulah yang tumbuh dan menjadi kepribadian seseorang. Jenis
Ego baru ini disebutnya juga dengan Ego kreatif.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengantar konseling ego

2. Apa pandangan tentang manusia

3. Bagaimana struktur kepribadian

4. Bagaimana perkembangan kepribadian sehat/adjustment


menurut pendekatan konseling ego

5. Apa perkembangan kepribadian salah suai/maladjustment


menurut pendekatan konseling ego

6. Apa tujuan konseling

7. Apa proses dan Teknik konseling


8. Bagaimana kekuatan dan kelemahan KENEGO

9. Apa analisis kasus berdasarkan KENEGO

10.Apa contoh skenario konseling dengan model KENEGO

C. TUJUAN

1. Untu mengetahui pengantar konseling ego

2. Untuk mengetahui pandangan tentang manusia

3. Untuk mengetahui struktur kepribadian

4. Untuk mengentahui perkembangan kepribadian


sehat/adjustment menurut pendekatan konseling ego

5. Untuk mengetahui perkembangan kepribadian salah


suai/maladjustment menurut pendekatan konseling ego

6. Untuk mengetahui tujuan konseling

7. Untuk mengetahui proses dan Teknik konseling

8. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan KENEGO

9. Untuk mengetahui analisis kasus berdasarkan KENEGO

10.Untuk mengetahui contoh skenario konseling dengan


model KENEGO
BAB II

PEMBAHASAN

1. pengantar konseling ego

Ciri baru dari model konseling Ego adalah lebih menekankan pada fungsi ego.
Dalam model konseling Ego dikenal satu istilah yang sangat menonjol yaitu “ego
strength“ tang artinya kekuatan ego. Pada dasarnya kegiatan konseling adalah
usaha memperkuat “Ego Strength”. Dengan demikian orang yang bermasalah
adalah orang yang memiliki ego yang lemah. Pada umumnya masalah-masalah
yang dialami individu diwarnai oleh kuat dan lemahnya ego tersebut.
Pebedaan antara ego menurut Sigmund Freud dengan Ego menurut
Psikoanalisis Baru adalah menurut Freud, ego itu tumbuh dari Id atau merupakan
kelanjutan daripada Id sedangkan menurut Psikoanalisis baru, ego itu tidak terikat
pada Id, jadi tumbuh sendiri yang merupakan keseluruhan kepribadian. Ego itulah
yang tumbuh dan menjadi kepribadian seseorang. Jenis ego baru ini disebutnya
juga dengan ego kreatif.
Erickson tidak sependapat dengan Freud tentang hakekat manusia, dan dia
beranggapan bahwa manusia tidaklah dijadikan sesederhana binatang yang hanya
bertingkah laku berdasarkan pada instink atau semata-mata memenuhi
kebutuhanya ( Freud cenderung melihat bahwa dasarnya tingkah laku manusia itu
adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan Id nya).
Manusia tidaklah didorong oleh energy dari dalam, tetapi manusia itu lahir ke
dunia untuk merespon perangsang-perangsang yang berbeda-beda. Disini terlihat
beda pendapatnya dengan Sigmund Freud yang lebih menekankan peranan Id
dalam kehidupan, sedangkan konseling Ego lebih menekankan peranan ego dalam
kehidupan seseorang.
Egolah yang mengembangkan segala sesuatunya,misalnya kemampuan
individu, keadaan dirinya, penyaluran minatnya, hubungan sosialnya dan
sebagainya. Selanjutnya dikemukakan oleh Hansen,dkk (1977) bahwa, seseorang
individu haruslah mempunyai ego yang sehat dan ego yang kuat.

2. pandangan tentang manusia

Dalam berkomunikasi dengan lingkungannya ada empat aspek yang perlu


diperhatikan yaitu:

a) Individu belajar membedakan suatu objek dengan objek yang lainnya.


b) Individu harus bisa melibatkan diri dengan lingkungan yang spesial
yang makin lama makin meluas dan makin mendalam.

c) Proses sosialisasi, maksudnya adalah berhubungan dengan orang lain,


dengan adanya hubungan dengan orang lain individu dapat menyesuaikan
diri dengan keadaan yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya.

d) Perkembangan kepribadian yang baik apabila kepribadian itu mengarah


kepada pembentukan “coping behavior”. Coping behavior adalah
kemampuan atau tingkah laku individu yang dapat menangani suatu
masalah secara tepat dan hasilnya baik. Agar coping behavior berdaya
guna, harus memiliki dua ciri sebagai berikut:

1. Coping behavior merupakan pola-pola tingkah laku yang tertata dengan


baik melalui beberapa tahapan yang benar, terstruktur dan bermakna.
Contohnya apabila seorang mahasiswa membutuhkan sebuah buku dan
hanya satu di perpustakaan, dia meminjam untuk difoto copy terlebih
dahulu atau mencatat hal yang penting dari buku tersebut.

2. Tingkah laku yang mengandung coping behavior dilakukan secara sadar


danimpulsif.

3. Coping behavior merupakan konsep yang pokok dalam konego dan


salah satu tujuan dari konego adalah pembentukan coping behavior pada
diri klien. Sedangkan yang menjadi tujuan akhir perkembangan
kepribadian adalah terbentuknya coping behavior secara otomatis.

3. STUKTUR KEPRIBADIAN

Erikson telah membagi proses perkembangan kepribadian atas empat


tahapan yaitu sebagai berikut:

a) Ego berkembang atas kekuatan dirinya sendiri.

b) Pertumbuhan ego yang normal adalah dengan berkembangnya


keterampilan anak dalam berkomunikasi. Karena melalui komunikasi
individu dapat mengukur dan menilai tingkah lakunya berdasarkan reaksi
dari orang lain.

c) Perkembangan bahasa juga menambah keterampilan individu untuk


membedakan suatu objek dalam lingkungan dengan bahasa individu
mampu berkomunikasi dengan orang lain.
d) Kepribadian individu berkembang terus menerus melalui proses
hubungan dirinya dengan dunia luar atau lingkungannya (adanya
keterkaitan antara hubungan yang satu dengan yang lain).

4. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SEHAT/ADJUSMENT MENERUT


PENDEKATAN KONSELING EGO
Erikson lebih menekankan pembahasan kepada pembahasan psikososial. Dalam
teorinya, Erikson merumuskan ciri-ciri perkembangan kepribadian menjadi
delapan tahap, yaitu:
1. Masa bayi awal (0-1 tahun)
Perkembangan yang sukses pada masa ini ditandai dengan adanya sifat percaya,
yang dapat diperoleh dari kasih sayang dari orangtuanya dan kebutuhan terpenuhi
dengan baik. Sedangkan perkembangan yang gagal ditandai dengan rasa tidak
percaya diri, yang disebabkan oleh kurangnya kasih sayang yang diterimanya dari
orangtua.

2. Masa bayi akhir (1-3 tahun)


Perkembangan yang sukses ditandai oleh adanya otonomi, dimana anak diberikan
kesempatan untuk melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahannya. Sedangkan
perkembangan yang gagal ditandai oleh adanya perasaan ragu-ragu dan malu. Hal
ini disebabkan oleh sikap orangtua yang cenderung membatasi aktivitas anak.

3. Masa kanak-kanak awal (3-5 tahun)

Perkembangan yang sukses ditandai oleh adanya inisiatif. Sedangkan


perkembangan yang gagal ditandai dengan adanya perasaan bersalah. Menurut
Erikson tugas individu pada masa ini adalah membentuk rasa memiliki
kemampuan dan inisiatif. Sikap yang sebaiknya diambil oleh orangtua dalam
mendidik adalah senantiasa memberikan kesempatan kepada anak untuk
beraktualisasi diri.

4. Masa kanak-kanak pertengahan (6-11 tahun)

Perkembangan yang sukses ditandai dengan “menghasilkan”, sedangkan


perkembangan yang gagal ditandai dengan rasa rendah diri. Anak yang sukses
menjalani perkembangannya sudah mau melakukan sesuatu, contohnya menyapu
rumah, mengerjakan PR, dan membersihkan sepatu sendiri. Kewajiban melakukan
hal tersebut menjadi ciri sukses yang disebut dengan mamapu menghasilkan
tanggung jawab.

5. Masa puber dan remaja (12-20 tahun)

Perkembangan yang sukses ditandai dengan kemampuan mengenal identitas


dirinya sendiri. Perkembangan yang gagal ditandai dengan kebingungan baik
dalam peran gender, bingung dengan keadaan diri dan cita-cita di masa depan.
Menurut Erikson, krisis utama yang sering terjadi pada masa ini adalah krisis
identitas yang berpengaruh terhadap perkembangan individu di masa dewasa.
Remaja yang gagal dalam menentukan dirinya akan cenderung mengalami konflik
peran, kehilangan tujuan dan arah hidupnya.

6. Masa dewasa awal (21-30 tahun)


Perkembangan yang sukses ditandai dengan adanya keintiman, sedangkan
perkembangan yang gagal ditandai oleh isolasi. Intim yang dimaksud adalah
memiliki kemampuan yang baik untuk akrab dengan orang lain dan tidak
menyukai menyendiri.

7. Masa dewasa pertengahan (30-55 tahun)


Perkembangan yang sukses ditandai dengan adanya keaktifan dalam berbagai
bidang secara umum. Secara umum individu yang berada pada masa ini mampu
melibatkan diri secara luas yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan untuk
mengasihi secara baik, bekerja baik, dan bersahabat. Inilah yang disebut dengan
kedewasaan dan kematangan secara penuh. Individu yang sukses akan mampu
berprestasi dengan baik pada bidang yang ditekuninya. Pada tahap ini sudah
mencapai kematangan yang sempurna baik secara sosial, ekonomi, emosi dan
intelektual.

8. Masa dewasa akhir (55 tahun ke atas)


Perkembangan yang sukses ditandai dengan keterpaduan dan perkembangan yang
gagal ditandai dengan keputusasaan. Sukses yang terpadu maksudnya apa yang
dilakukannya sudah dapat dimaknainya dengan baik, misalnya jika sudah
memiliki cucu, dia akan sayang pada cucu dan menantunya. Sebaliknya
perkembangan yang gagal cenderung membenci menantu dan cucu serta banyak
penyesalan.
5. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SALAH
SUAI/MALADJUSMENT MENURUT PENDEKATAN
KONSELING EGO
Erikson merumuskan munculnya tingkah laku salah suai pada diri seseorang
disebabkan oleh tiga faktor, yaitu :
1. Individu dahulunya kehilangan kemampuan atau tidak diperkenankan merespon
rangsangan dari luar secara tepat sehingga pada saat sekarang menjadi salah
tingkah.

Contoh : seseorang yang tidak boleh bergaul dengan jenis kelamin lain yang
berbeda, dimana seseorang tersebut amat terikat dengan nilai-nilai yang kaku
(agama, adat atau kepercayaan lainnya) sedangkan pada dirinya selalu muncul
dorongan atau naluri yang mana sangat dilarang oleh lingkungannya, sehingga
apabila inidividu itu pindah pada lingkungan yang agak longgar terhadap nilia-
nilai, maka akan menimbulkan masalah pada diri individu itu setiap kali dia
dihadapkan pada situasi yang sama.

2. Apabila pola-pola coping behavior yang sudah terbina pada dirinya sekarang
tidak sesuai lagi dengan siyuasi setempat dimana dia itu berada.

Misalnya : Coping Behavior yang selama ini biasa dipakai di tempat asalnya,
digunkakan juga pada lingkungan baru, maka oleh masyarakat akan dianggap
ganjil, sehingga setipa kali dia berlaku begitu maka akan menjadi pusat perhatian
orang lain. Akhirnya individu itu menjadi salah tingkah yang tentu saja
berpengaruh pada penyesuaian dirinya.

3. Fungsi ego tidak berjalan dengan baik.

Misalnya individu tersebut tidak mempertimbangkan untung ruginya dalam


bertingkah laku tertentu, kurang memanfaatkan pikiran atau kurang mengontrol
perasaanya sehingga menjadi sorotan orang disekitarnya dan tentu saja
menimbulkan ketidakenakan bagi yang bersangkutan.

4. Perkembangan kepribadian

Kepribadian merupakan produk dari sebagai faktor dalam waktu yang cukup
lama. Perkembangan psikososial (Erikson) Ego berkembang atas kekuatannya
sendiri, tidak tergantung pada energi id.
5. Pertumbuhan ego yang normal merupakan perkembangan kemampuan
komunitas pada anak, Pola dasar tingkah laku terbentuk pada masa enam tahun
pertam.

6. Fungsi ego dibandingkan dengan teori psikoanalisis klasik, disini ego lebih
positif, yaitu berhubungan dengan lingkungan melalui cara-cara rasional dan
sadar.

6. TUJUAN KONSELING
1. Tujuan Konseling

Menurut C.H Patterson (1966), tujuan konseling berdasarkan


pandangan teori Erickson, ialah

a) Memfungsikan ego klien yang sebelumnya tidak berfungsi dengan


penuh

b) Selain itu tujuan konseling itu adalah melakukan perubahan pada


diri klien sehingga terbentuk Coping Behavior yang dikehendaki dan
dapat terbina dan agar ego klien itu dapat lebih kuat (ego integrety)

c) Keseluruhan pribadi harus diarahkan untuk merubah, kalau klien


mau dibantu.

d) Konselor membantu klien memperbaiki satu-dua fungsi ego yang


rusak sehingga menimbulkan kesulitan begi klien.

2. Proses Konseling

Langkah-langkah dalam penyelenggaraan konseling ego adalah :

a) Pertama-tama membantu klien mengkaji perasaan-perasaannya


berkenaan dengan kehidupan, juga feeling terhadap peranan-
peranannya, feeling penampilannya dan hal-hal lain yang bersangkut
paut dengan tugas-tugas kehidupannya.

b) Klien kita proyeksikan dirinya terhadap masa depan.

c) Selanjutnya konselor berusaha mendiskusikan dengan klien


hambatan-hambatan yang dijumpainya untuk mencapai tujuan masa
depannya

d) Kalau pendiskusian tentang hambatan-hambatan itu sudah


berlangsung cukup jauh, konselor melalui proses interpretasi dan
refleksi, mengajak klien untuk mengkaji lagi diri sendiri dan
lingkungannya.

Agar konseling ego dapat diselenggarakan dengan efektif, maka ada


beberapa aturan dalam konseling ego, yaitu :

a) Proses konseling harus bertitik tolak dari proses kesadaran karena


dalam suasana sadar itulah fungsi kognitif dapat dilakukan, dalam
keadaan sadar, fungsi kognitif ego itu tidak dapat jalan sebagaimana
yang diharapkan.

b) Proses konseling hendaklah bertitik tolak dari azas kekinian atau


tingkah laku sekarang dan tidak membahas nostalgia masa lampau.

c) Proses konseling lebih ditekankan pada pembahasan secara rasional,


aspek kognitif dan dimensi kognitif yang ada hubungannya dengan
bagaimana individu berfikir tentang dasar-dasar tingkah lakunya.

d) Konselor hendaklah menciptakan suasana hangat dab spontan, baik


dalam penerimaan klien mauoun dalam proses konseling.

e) Konseling harus dilakukan secara profesional dan dilakukan oleh


konselor-konselor yang sudah terlatih.

f) Proses konseling hendaklah tidak berusaha mengorganisir


keselururan kepribadian individu, tetapi hanya pada pola tingkah laku
yang salah suai.

7. PROSES DAN TEKNIK KONSELING


Adapun teknik konseling ego itu adalah sebagai berikut :

1. Pertama-tama konselor perlu membiana hubungan yang akrab dengan kliennya,


sehingga dapat muncul kepercayaan pada diri klien terhadap konselornya.

2. Usaha yang dilakukan konselor harus dipusatkan pada masalah yang


dikeluhkan oleh klien, khususnya pada masalah yang ternyata di dalamnya tampak
kekuatan egonya melemah .

3. Pembahasan itu dipusatkan pada aspek kognitif, tetapi hal yang mempunyai
kaitan langsung dengan perasaan juga disinggung.

4. Mengembangkan situasi “ambiguitas” (keadaan bebas dan boleh kemana saja


dan tidak dibatasi, tidak dihalangi, tidak dihambat-hambat). Untuk terbinanya
suasana ambiguitas itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu :
a) Konselor memberikan kesempatan kepada klien bagi munculnya perasaan-
perasaan dari dalam diri klien.

b) Klien diperkenankan mengemukakan kediriannya sendiri yang mungkin


berbeda dengan orang lain.

c) Konselor menyediakan fasilitas yang memungkinkan terjadinya tranference


melalui proyeksi. Tranference maksudnya adalah tembus pandang dalam arti bisa
dilihat orang.

Misalnya pirbadi yang tranference adalah pribadi yang tidak miskin dan orang lain
boleh melihat pribadi yang terbuka tersebut. Sedangkan proyeksi disini
maksudnya adalah mengemukakan sesuatu yang sebetulnya ada pada diri sendiri,
tapi menyebutkan hal itu terdapat pada diri orang lain.

5. Pada saat klien melakukan trabference, maka konselor hendaklah melakukan


kontar tranference. Maksudnya konselor mengendalikan diri terhadap kesan-kesan
pada klien.

6. Konselor hendaknya melakukan dignosis dengan dimensi-dimensinya, yaitu :

a) Perincian dari masalah yang sedang dialami klien saat diselenggarakan


konseling itu

b) Sebab-sebab timbulnya masalah tersebut, bisa juga titik api yang menjadikan
masalah tersebut menyebar saat ini

c) Letaknya masalah itu dimana, apakah pada kebiasaan klien, sikapnya atau pada
cara tingkah laku yang dilakukan pada saat itu

d) Kekuatan dan kelemahan masing-masing orang yang bermasalah, misalnya apa


yang dimilikinya baik yang sifatnya tidak dimilikinya.

7. Membangun fungsi ego yang baru dengan cara :

a) Dapat dikemukakan berbagai gagasan-gagasan baru

b) Berdasarkan dignosis dan gagasan tersebut langsung diberikan upaya


pengubahan tingkah laku

c) Pembuatan kontrak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang telah diputuskan


dalam konseling.
8. KEKUATAN DAN KELEMAHAN (KENEGO)
.1. Kelemahan

a) Susah untuk mengetahui bagaimana ego yang di timbulkan oleh klien karena
individu merasa bahwa egonya tidak kuat dan tidak harus di temukan

b) Konselor tidak mampu atau susah mengetahuinya karena dalam konego ini di
lihat dari reaksi yang di timbulkan.

2. Kelebihan

a) Bisa membuat individu berkembang dan kekuatan dirinya sendiri melalui ego

b) Membantu anak dalam berkomunikasi dan dapat menilai tingkah lakunya


berdasarkan reaksi dari orang lain.

c) Membiasakan individu berkembang terus melalui proses hubungan dirinya


dengan dunia luar.

9. ANALISIS KASUS BERDASARKAN KONEGO

1. Apabila individu tertekan oleh keadaan yang menimpanya dan ego kehilangan
kontrol, maka kontrol terhadap tingkah laku beralih dari kesadaran dan
ketidaksadaran / kontrol beralih dari ego ke id.

2. Ego yang kurang kuat dapat tumbuh, karena Pada periode perkembangan
individu, yaitu sejajar dengan tahap perkembangan psikososial Erikson
disebabkan oleh :

a) Individu kurang mampu merespon dengan cara yang layak

b) Pola tingkah yang dimiliki tidak lagi cocok dengan tuntutan lingkungan
(situasi)

c) Rusaknya fungsi ego

3. Individu abnormal adalah individu yang tingkah lakunya tidak berubah dalam
menghadapi tuntutan diri sendiri atau pun lingkungan yang telah berubah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model konseling ego lebih menekankan pada fungsi ego, yaitu dengan
menonjolkan ego strength (kekuatan ego). Individu yang memiliki ego yang kuat
akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan membina hubungan sosial
yang harmonis bersama orang lain. Dalam perkembangan individu Erikson
membaginya menjadi perkembangan yang sukses dan perkembangan yang gagal
pada setiap tahap perkembangan.

Erikson telah membagi proses perkembangan kepribadian atas empat tahapan


yaitu sebagai berikut:

1. Ego berkembang atas kekuatan dirinya sendiri.

2. Pertumbuhan ego yang normal adalah dengan berkembangnya keterampilan


anak dalam berkomunikasi. Karena melalui komunikasi individu dapat mengukur
dan menilai tingkah lakunya berdasarkan reaksi dari orang lain.

3. Perkembangan bahasa juga menambah keterampilan individu untuk


membedakan suatu objek dalam lingkungan dengan bahasa individu mampu
berkomunikasi dengan orang lain.

4. Kepribadian individu berkembang terus menerus melalui proses hubungan


dirinya dengan dunia luar atau lingkungannya (adanya keterkaitan antara
hubungan yang satu dengan yang lain).

B. Saran

Sebagai calon konselor masa depan, seorang konselor harus mampu memahami
kapankah akan digunakannya setiap teori yang ada dalam konseling. Dan
penggunaan teori itupun juga harus tepat, sesuai dengan hal-hal yang dialami dan
dirasakan oleh klien.
DAFTAR PUSTAKA

Baraja , Abu Bakar. 2004. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta:
Studio Pers

Gerald, Corey. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terjemahan).
Bandung : PT Refika Aditama

Gantina, Komalasari dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta : PT. Indeks

Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita: Kerangka Konseling Eklektik. Padang :


UNP Press

Surya, Muhammad. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bany Quraisy

Taufik. 2009. Model-model Konseling. Padang: BK FIP UNP

http://counselingcare.blogspot.com/2012/06/konseling-ego.html

http://muhammadamirullah14.wordpress.com/2012/02/27/teori-kepribadian-
erikson-2.html

http://konselorindonesia.blogspot.com/2013/03/31/konseling-ego-erickson-4.html

Anda mungkin juga menyukai