Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 4

TEKNIK LABORATORIUM KONSELING

“Teknik Menyambut Klien, Kontak Mata, Jarak Duduk dan Sikap Duduk dalam Forum
Diskusi Klasikal”

Dosen Pengampu:

Drs. Taufik, M.Pd., Kons,

Dr. Yarmis Syukur, M.Pd., Kons.

Lisa Putriani, M.Pd., Kons.

Nilma Zola, M.Pd.

Disusun oleh:

Suci Yoanda Novenaida

20006117

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
Teknik Menyambut Klien, Kontak Mata, Jarak Duduk dan Sikap Duduk dalam Forum
Diskusi Klasikal

A. Teknik Menyambut Klien


Menurut Rahmi & Suriata (2019) menyambut atau menerima klien adalah
keterampilan bebas berbicara dan tidak kaku (luwes), hangat, dapat menerima orang lain,
terbuka, menghargai orang lain, tidak mau menang sendiri, penuh perhatian, dan
bijaksana.
Konselor yang dapat menerima klien secara positif dengan sikap ramah tamah,
hangat dan penuh perhatian akan memberikan dampak positif kepada klien. Klien akan
merasa bahwa dia benar-benar diterima, dipahami, diperhatikan, dan merasa bahwa
konselor benar-benar siap membantunya.
Perilaku attending yang baik sangat dibutuhkan, karena:
1. Meningkatkan harga diri klie
2. Menciptakan suasana yang aman
3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas
Penggunaan teknik menerima klien secara tepat akan mempengaruhi hubungan
konseling selanjutnya. Klien yang merasa diterima sebagaimana adanya akan mau
menjelaskan proses dan hasil konseling secara sukarela dan sungguh-sungguh. Hal ini
tentu akan membantu mempercapat tercapainya tujuan konseling yang diharapkan.
Menurut M. Surya (1988) penerimaan terhadap klien berkaitan dengan pemahaman dan
sangat mempengaruhi hubungan antar manusia yaitu hubungan antara konselor dengan
klien. Menerima klien berkaitan dengan rasa hormat tehadap individu sebagai pribadi
yang memiliki harga diri. Sejalan dengan itu Taylor (dalam M. Surya: 1988)
mengidentifikasi ada dua komponen penerimaan, yaitu:
1. Kemampuan menerima kebenaran bahwa individu berbeda satu sama lain, demikian
juga cara-cara dan perilaku yang ditampilkan
2. Perwujudan diri yang berlangsung dalam pengalaman, bahwa setiap orang memiliki
pola yang komplek dalam berbuat, berfikir dan merasa
Penerimaan menggambarkan individu sebagaimana adanya, dengan menghormati
individu sebagai manusia yang memiliki martabat, akan membantu memperlancar
hubungan konseling. Menurut Taufik & Karenli (2017), contohnya yaitu sebagai berikut:
1. Kesegeraan dalam menyambut klien
2. Mengucapkan salam
3. Berjabat tangan
4. Mempersilahkan klien duduk
5. Menciptakan suasana yang ramah dan hangat
6. Menyebut nama klien (jika sudah kenal) atau menanyakan nama klien (jika belum
kenal)
7. Memperkenalkan nama konselor
8. Membicarakan hal-hal yang menarik yang sempat ditangkap dari pertemuan yang
singkat tersebut
Cara konselor seperti ini akan menggambarkan penerimaan yang positif dari konselor
dan akan menimbulkan rasa diterima secara penuh pada diri klien.

B. Teknik Kontak Mata


Rahmi & Suriata (2019) menjelaskan bahwa kontak mata adalah memandang klien
secara sosial, kultural, dan keagamaan. Kontak mata adalah pusat pandangan konselor
yang tertuju pada sasaran yang tepat pada klien. Sasaran yang tepat adalah apabila
pandangan konselor ditnjukkan pada sesuatu secara wajar, sehingga menimbulkan kesan
bahwa konselor menaruh perhatian penuh kepada klien. Sedangkan menurut Taufik &
Karneli (2017) menyatakan bahwa kontak mata hendaknya berisi “ungkapan”
memperhatikan dan keinginan untuk mendengarkan serta merespon ungkapan-ungkapan
klien.
Pusat pandangan konselor yang diharapkan selama melakukan konseling adalah
berkisar di sekitar daerah pas foto klien. Pandangan konselor tidak menentang biji mata
klien atau tidak memandang bagian tertentu saja pada bagian pas foto klien. Pandangan
yang tertuju pada bagian tertentu saja pada diri klien atau pandangan yang selalu
berpindah-pindah pada bagian-bagian diri klien akan mempengaruhi sikap klien.
Biasanya klien akan canggung berbicara, tidak lancar mengemukakan masalahnya, risih,
bahkan bisa menjadi salah tingkah, keadaan ini tentu akan menganggu jalannya proses
konseling.
Winkel (1991) juga menjelaskan bahwa kontak mata harus dapat menghindarkan
kesan bahwa konselor memaksa, mengejar, atau mempermasalahkan klien. Kontak mata
yang memandang daerah pas foto klien secara wajar akan memberikan kesan bahwa
konselor benar-benar memberikan kesempatan kepada klien untuk mengutarakan masalah
dan klien juga akan merasa bahwa ia diterima apa adanya.

C. Jarak Duduk dan Sikap Duduk


Rahmi & Suriata (2019) menjelaskan bahwa jarak dan sikap duduk adalah
keterampilan duduk dengan suasana tenang, kedua tangannya berpegangan, badan agak
condong ke depan, dan ekspresi wajah yang menyenangkan dan bersahabat. Jarak duduk
antara konselor dan klien akan mempengaruhi situasi dan suasana konseling. Jarak duduk
yang terlalu jauh akan memberikan kesan yang kurang akrab, sedangkan jarak duduk
yang terlalu dekat akan menjadikan klien ataupun konselor merasa terganggu yang
akhirnya dapat menjadikan salah tingkah. Keadaan seperti ini akan berdampak
menurunkan konsentrasi selama proses konseling.
Posisi duduk antara konselor dan klien haruslah berhadapan secara sejajar. Dalam
menyelenggarakan konseling, arak duduk yang sebaiknya adalah antara 80 cm sampai
100 cm, dengan tidak memakai pembatas atau meja. Tujuan jarak duduk yang demikian
agar konselor dapat dengan mudah menangkap isyarat-isyarat yang ditampilkan klien,
baik gerakan-gerakan atau isyarat non verbal, sehingga konselor dapat memberikan
respon secara tepat, mulai dari awal konseling sampai terakhirnya konseling.
Menurut Taufik & Karneli (2017) posisi sikap badan yang sebaiknya adalah sebagai
berikut:
1. Duduk dengan posisi badan menghadap klien dan menunjukkan sikap responsive
2. Posisi tangan di atas pangkuan dan melakukan gerakan-gerakan tangan yang
mengikuti komunikasi verbal
3. Duduk dengan kepala condong kepada klien untuk menunjukkan bahwa konselor
bersama klien
W. S. Wingkel (1991) juga menjelaskan jarak dan cara duduk yang diharapkan dalam
konseling perorangan adalah sebagai berikut:
1. Sedikit membungkuk ke depan
2. Berjarak antara 80 – 100 cm
3. Tidak memakai pembatas atau meja
4. Duduk tidak bersandar
5. Tangan diletakkan di atas paha dam kedua kaki harus ke bawah
6. Posisi duduk sejajar
7. Duduk dengan sikap penerimaan dan keseriusan
8. Tanpa memegang sesuatu
9. Tidak membawa buku, pensil, atau buku agenda, dan lainnya
Daftar Pustaka

Rahmi, S., & Suriata, S. (2019). Analisis Pemahaman Mahasiswa Terhadap Keterampilan Dasar
Komunikasi Konseling Pada Mata Kuliah Mikro Konseling. Indonesian Journal of
learning Education and Counseling, 1(2), 177-185.

Surya, Muhammad. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Taufik & Karneli, Y. (2017). Teknik dan Laboratorium Konseling. Padang: BK FIP UNP

Anda mungkin juga menyukai