Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

Teknik Laboratorium Konseling

“Mengaplikasikan Teknik Menyambut Klien”

Sebagai salah satu syarat pemenuhan nilai tugas matakuliah

Teknik Laboratorium Konseling

Dosen :

Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons

Indah Sukmawati, M.Pd., Kons

Disusun Oleh :

Nabilla Amron

18006043

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
MENGAPLIKASIKAN TEKNIK
MENYAMBUT KLIEN

A. Cara Menyambut Klien


Dijelaskan oleh Rahmi dan Suriata (2019) menyambut atau
Menerima Klien adalah keterampilan bebas berbicara dan tidak kaku
(luwes), Hangat, dapat menerima orang lain, terbuka, menghargai orang
lain, tidak mau menang sendiri, penuh perhatian, dan bijaksana
M. Surya penerimaan terhadap klien berkaitan dengan pemahaman
dan sangat mempengaruhi hubungan antar manusia yaitu hubungan antara
konselor dengan klien. Menerima klien berkaitan dengan rasa hormat
tehadap individu sebagai pribadi yang memiliki harga diri. Sejalan dengan
itu Taylor mengidentifikasi ada dua komponen penerimaan (Taufik &
Karneli, 2017):
1. Kemampuan menerima kebenaran bahwa individu berbeda satu
sama lain, demikian juga cara-cara dan perilaku yang ditampilkan
2. Perwujudan diri yang berlangsung dalam pengalaman, bahwa
setiap orang memiliki pola yang komplek dalam berbuat, berfikir
dan merasa
Penerimaan menggambarkan menerima individu sebagaimana
adanya, dengan menghormati individu sebagai manusia yang memiliki
martabat, akan membantu memperlancar hubungan konseling. Contoh
(Taufik & Karneli):
1. Kesegeraan dalam menyambut klien
2. Mengucapkan salam
3. berjabat tangan
4. mempersilahkan klien duduk
5. Menciptkana suasana yang ramah dan hangat
6. menyebut nama klien (kalau sudah kenal) atau menanyakan nama
klien (kalau belum kenal)
7. memperkenalkan nama konselor
8. membicarakan hal-hal yang menarik yang sempat ditangkap dari
pertemuan yang singkat tersebut
Cara konselor seperti ini akan menggambarkan penerimaan yang
positif dari konselor, dan akan menimbulkan rasa diterima secara penuh
pada diri klien.

B. Sikap Duduk Konselor Seharusnya


Jarak & Sikap Duduk adalah keterampilan duduk dengan suasana
tenang, kedua tangannya berpegangan, badan agak condong ke depan, dan
ekspresi wajah yang menyenangkan dan bersahabat (Rahmi dan Suriata
2019).
Jarak duduk antara konselor dan klien, akan mempengaruhi situasi
dan suasana konseling. Jarak duduk yang terlalu jauh akan memberikan
kesan kurang akrab. Sedangkan jarak duduk yang terlalu dekat akan
menjadikan klien maupun konselor merasa terganggu yang akhirnya dapat
menjadikan salah tingkah. Keadaan ini akan berdampak menurunkan daya
konsentrasi selama proses konseling berlangsung.
Posisi duduk antara konselor dan klien haruslah berhadapan secara
sejajar. dalam menyelenggarakan konseling, jarak duduk yang sebaiknya
adalah antara 80 cm sampai 100 cm, dengan tidak memakai pembatas atau
meja. Tujuan jarak duduk yang demikian agar konselor dapat dengan
mudah menangkap isyarat-isyarat yang ditampilkan klien, baik gerakan-
gerakan atau isyarat non verbal, sehingga konselor dapat memberikan
respon secara tepat, mulai dari awal konseling sampai terakhirnya
konseling. (Eliza dkk, 2014).
Menurut Taufik dan Karneli (2017) Posisi sikap badan yang
sebaiknya ialah:
1. Duduk dengan posisi badan menghadap klien dan menunjukan
sikap responsive
2. Posisi tangan diatas pangkuan dan melakukan gerakan-gerakan
tangan yang mengikuti komunikasi verbal
3. Duduk dengan kepala condong kepada klien untuk menunjukan
bahwa konselor “bersama” klien.

C. Kontak Mata
Dijelaskan oleh Rahmi dan Suriata (2019) kontak mata adalah
Memandang klien secara sosial, kultural, dan keagamaan. Kontak mata
adalah pusat pandangan konselor yang tertuju pada sasaran yang tepat
pada klien. Sasaran yang tepat adalah bila pandangan konselor ditunjukan
pada sesuatu secara wajar, sehingga menimbulkan kesan bahwa konselor
manaruh perhatian penuh kepada klien (Eliza dkk, 2014).
Adapun penjelasan dari Taufik dan Karneli (2017) menyatakan
bahwa kontak mata hendaknya berisi “ungkapan” memperhatikan dan
keinginan untuk mendengarkan serta merespon ungkapan-ungkapan klien.
Pusat pandangan konselor yang diharapkan selama melakukan
konseling adalah berkisar di sekitar daerah pas foto klien. Pandangan
konselor tidak menantang biji mata klien, atau tidak memandang bagian
tertentu saja pada bagian pas foto klien.
Pandangan yang tertuju pada bagian tertentu saja pada diri klien
atau pandangan yang selalu berpindah-pindah pada bagian-bagian diri
klien, akan mempengaruhi sikap klien. Biasanya klien akan canggung
berbicara, tidak lancar mengemukakan masalahnya, risih, bahkan bisa
menjadi salah tingkah, keadaan ini jelas menggangu jalannya konseling
(Eliza dkk, 2014).
KEPUSTAKAAN

Eliza, N. dkk. (2014). Teknik Hubungan Konseling Perorangan (Teknik Umum).


(online):http://novierista93.blogspot.com/2017/07/teknik-teknik-
hubungan-konseling.html

Rahmi, S., & Suriata, S. (2019). Analisis Pemahaman Mahasiswa Terhadap


Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Pada Mata Kuliah Mikro
Konseling. Indonesian Journal of Learning Education and
Counseling, 1(2), 177-185.

Taufik & Karneli, Y. (2017). Teknik dan Laboratorium Konseling. Padang: BK-
FIP UNP.

Anda mungkin juga menyukai