Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 2

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Bimbingan Konseling Individu”
Dosen Pengampu: Al-halik M.Pd

Disusun Oleh:

Intan Wulandari (1904030004)


KELAS A

JURUSAN BIMBINGAN PENYUHAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO LAMPUNG
TAHUN 2021/1443H
Jawaban

A. Sikap dalam Hubungan Konseling


1. Keyakinan Konselor tentang Hakekat Manusia
a. Sebutkanlah sikap dan pandangan anda tentang seorang klien yang datang
kepada anda meminta bantuan!
Jawab : sikap saya ketika ada klien yang datang meminta bantuan adalah
menyambut nya dengan penuh kehangatan, sikap saya terhadap klien tersebut
ramah, terbuka, dan menawarkan diri untuk dapat membantu menyelesaikan
masalah klien tersebut dengan sangat rahasia dan tetap berpegang teguh pada
prinsip dan asas-asas sebagai seorang konselor.
Sedangkan pandangan saya tepada klien tersebut adalah :
 Meyakini manusia itu baik
 Klien sosok yang sedang berkembang dan wajar memiliki masalah
 Klien adalah seseorang yang menaruh harapan pada konselor
 Menerima klien dengan positif
 Konselor menyikapi dengan sabar dan kasih sayang
b. Sebutkanlah beberapa sikap dan pandangan yang tidak semestinya tentang klien
yang memerlukan bantuan itu!
Jawab : Pandangan yang tidak semestinya terhadap klien yang sedang
memerlukan bantuan yaitu :
 Memilih-milih klien
 Memandang negatif terhadap klien
 Konselor menganggap semua sama, baik intelektual, motivasi atau yang lainnya
padahal sebenarnya tidak sama
c. Sebutkan pula akibat yang mungkin timbul pada diri klien yang dikenai oleh sikap
dan pandangan yang negative dari konselor seperti tersebut pada jawaban no. 2
di atas!
Jawab : akibat yang timbul dari sikap dan pandangan yang tidak semestinya
biasanya akan terjadi :
 Klien merasa terjauhkan, asing dan minder atau insecure.
 Klien merasa dibeda-bedakan dan timbul permasalahan diskriminatif
 Klien merasa tidak senang dan pandangan negatif terhadap konselor

2. Sikap Konselor Menerima Klien Sebagaimana Adanya.


a. Jika seandainya anda tahu sebelumnya bahwa klien yang datang kepada anda
untuk meminta bantuan adalah anak yang nakal, pemalas dan berprestasi rendah
dalam pelajaran, dan sering bolos, sebagaimana sikap anda untuk dapat
menerima klien itu apa adanya? Haruskah anda melupakan saja pengetahuan
anda tentang klien itu? Atau anda purapura tidak tahu tentang hal itu semua?
Atau bagaimana?
Jawab : sikap saya terhadap klien itu adalah bersifat menerima apa adanya seperti
layaknya ia seorang klien yang sedang membutuhkan bantuan. Saya tidak akan
memilih-milih klien apapun dan bagaimanapun keadaannya. Saya akan
melupakan semua sifat-sifat nya dari latar belakang itu dan berpandangan bahwa
ia adalah klien yang sedang membutuhkan bantuan. Saya tidak akan pura-pura
tidak tahu atau melupakan ia sebagai klien, tetapi justru sebaliknya saya akan
menyambut, menasehati nya, membantu nya, menerima nya dengan sangat baik.
Karena bagaimanapun latar belakang nya ia adalah manusia yang rapuh pada saat
itu.
b. Jika konselor harus menerima klien sebagaimana adanya perlukah konselor
memperhatikan keterangan-keterangan tentang klien yang terdapat di dalam
Himpunan Data (Commulative Record) klien? Mengapa?
Jawab : perlu karena untuk mengetahui saja dan untuk mempertimbangkan hasil
yang akan datang. Tetapi tetap saja ketika dalam proses konseling konselor tidak
perlu menjelaskan dan menggunakan data-data tersebut untuk mengkonselingi
klien tersebut. Karena ini kembali lagi pada sikap konselor yang menerima klien
apa adanya dan sebagaimana mestinya dalam proses konseling.
c. Perlukah konselor mengungkapkan data klien melalui tes dan/atau inventori?
Bagaimana cara pemakaian data yang diperoleh melalui tes/inventori itu?
Jawab : perlu.

3. Sikap Penuh Pengertian Terhadap Klien


a. Usaha-usaha apakah yang harus dilakukan untuk dapat mengerti klien dengan
sebaik-baiknya?
Jawab :
Usaha-uasha saya sebagai seorang konselor ialah:
 Menggunakan kumulatif record
 Meningkatkan kompetensi terutama yang berhubungan dengan teknik
konseling
 Dorongan minimal
 Benar-benar memahami karakteristik siswa
b. Apakah akibat yang dapat timbul pada diri klien bila dia merasa bahwa konselor
tidak mengerti dengan baik tentang dirinya?
Jawab :
Akibat yang timbul pada diri klien ialah:
 Konseling gagal atau tidak efektif
 Klien merasa konseling atau tidak konseling sama saja
 Klien merasa tidak dihargai
 Klien tidak mau konseling lagi
 Klien pesimis terhadap konselor
c. Bagaimana suasana kejiwaan klien bila dia merasa bahwa dirinya benar-benar
dimengerti oleh konselor?
Jawab : suasana kejiwaan klien akan menjadi : senang, bahagia, nyaman, memiliki
sikap terbuka terhadap konselor, dan sukarela bercerita masalah nya kepada
konselor, serta lega karena masalah yang ia alami dan ia rasakan selama ini dapat
teratasi.
4. Sikap Konselor Terhadap Norma Dan Nilai-Nilai
a. Jika norma dan nilai-nilai yang dianut oleh klien yang anda hadapi berbeda
dengan norma dan nilai-nilai yang anda anut, bagaimana sikap anda?
Jawab : tetap menerima ia, dan tidak mengacuhkannya. Tetap memiliki sikap yang
tenang, dan terbuka terhadap klien itu. Serta harus menghargai dan menghormati
perbedaan-perbedaan nya dan menerima klien itu dengan penuh kehangatan.
b. Bolehkah anda menyampaikan norma dan nilai-nilai yang anda anut kepada klien
yang anda hadapi?
Jawab : apabila klien saya memiliki kesamaan dengan nilai-nilai dan norma-
norma yang saya sebagai konselor anut maka boleh saja dan tidak ada unsur
pemaksaan terhadap klien itu. Tetapi apabila klien saya memiliki nilai dan norma
berbeda sebaiknya jangan, karena untuk menjaga keasrian nya dan mencegah
timbulnya masalah kesalahan pahaman.
c. Apakah keuntungan bila klien sendiri yang mengambil keputusan tentang norma
dan nilai-nilai yang akan dianutnya?
Jawab : keuntungannya adalah klien mudah melakukannya karena ia yang
mengambil keputusan, klien akan menjadi lebih baik dalam bertindak sesuatu dan
memberikan hak-hak tersebut atas dasar norma dan nila-nilai yang diambilnya.
Tidak terbebani, dan tidak menyalahkan konselor karena keputusannya ditangan
klien. Serta klien akan mandiri dalam menghadapi masalah-masalah yang akan
datang.
d. Adakah kerugiannya jika klien diberi kebebasan mengambil keputusan sendiri
tentang norma dan nilai-nilai yang akan dianutnya?
Jawab : tentu saja ada, yang sering ditakutkan oleh konselor biasanya adalah klien
tersebut salah dalam mengambil keputusan, dan merasa gagal dalam proses
konseling ini. Hal tersebut dapat menjadi kerugian terhadap konselor karena
pandangan klien terhadap konselor menjadi jelek dan negatif.
e. Bagaimana sikap anda terhadap keuntungan dan kerugian seperti tersebut pada
jawaban c dan d di atas?
Jawab : sikap saya sebagai seorang konselor terhadap keuntungan dan kerugian
nya adalah Kalau nilai yang dianut oleh klien itu benar, maka konselor
memberikan dukungan. Namun Kalau nilai yang dianut klien itu salah, maka
konselor harus muluruskan.

B. Kemampuan Dasar dalam Hubungan Konseling


1. Kemampuan dalam Membina Keakraban dengan Klien
a. Ciri-ciri apakah yang terdapat pada diri anda (konselor) dan pada diri klien
(klien) yang menandakan bahwa antara anda dan klien itu ada hubungan akrab ?
Jawab : ciri-ciri saya sebagai seorang konselor apabila ada hubungan akrab
dengan klien yaitu : ramah, selalu tersenyum, hangat, sabar, tulus, menerima apa
adanya dengan klien, perhatian, dan berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk
dapat memecahkan masalah-masalah yang ada pada diri klien. Sedangkan Ciri-ciri
yang ada pada klien ialah : ia dapat terbuka, nyambung, merasa lega, bahagia,
selalu tersenyum dan sukarela dalam menceritakan masalahnya.
b. Mengapa keakraban itu tidak boleh palsu?
Jawab : karena kalau palsu itu akan membuat klien merasa tidak nyaman dan
akan pergi dengan masalah yang belum terselesaikan. Ia merasa risih, dan keluar
dari itu. Sehingga proses konseling tersebut gagal dalam mengkonselingi seorang
klien. Ini juga dapat menjadi citra yang jelek di dunia perkonselingan.
c. Apakah akibatnya bila antara konselor dengan klien tidak terdapat hubungan
yang akrab?
Jawab : tidak akan adanya pemecahan masalah yang sedang klien alami, dapat
menjadi proses yang gagal dalam perkonselingan, klien enggan untuk bersikap
terbuka kepada konselor, klien juga merasa akan sia-sia untuk datang ke seorang
konselor, karena ia merasa sungkan, tidak nyaman, dan mungkin tidak ada
kecocokan dengan konselor tersebut.
d. Usaha-usaha apakah yang harus anda lakukan untuk membina keakraban itu?
Jawab : usaha-usaha yang harus dilakukan oleh konselor untuk membina
keakraban yaitu : menerima klien dengan baik dan apa adanya, bersikap empati,
memperhatikan dan mendengarkan dengan baik, ramah tama, mudah tersenyum
dengan klien, agar tercipta hubungan keakraban diantara keduanya berani
memulai pembicaraan, dan berusaha untuk terbuka kepada klien agar klien juga
dapat berbicara dan bisa terbuka juga menceritakan masalah yang ia alami. Buat
klien merasa nyaman bila dekat dengan konselor, dan ia bisa sedikit lega dan
bahagia karena ia bisa menceritakan masalah nya dan dapat menyelesaikan nya.

2. Kemampuan Berempati
a. Berilah contoh bahwa anda berempati terhadap suasana yang dihadapi oleh klien!
Jawab : contohnya seperti : ketika klien sedang berbicara jangan memalingkan
muka, hadapkan muka anda dan tatap matanya, merusaha merespon dengan
mengangguk-angguk, memperhatikan ia ketika sedang bercerita, merespon ia
ketika ia berhenti berbicara seperti "setelah itu, lalu bagaimana, selanjutnya,
terus apalagi", Dengan begitu ia merasa di dengarkan dan diperhatikan. Dengan
begitu klien akan merasa bahwa konselor ikut merasakan apa yang klien rasakan.
b. Apakah akibat yang mungkin timbul pada diri klien, apabila dia merasa bahwa
konselor berempati terhadap suasana yang dialaminya?
Jawab : ia akan merasa senang karena ada yang perhatian dan peduli dengan nya,
merasa lega karena cerita nya dan masalahnya dapat teratasi, ia juga merasa akan
dihargai karena ada orang yang mau mendengarkan keluh kesah hidupnya selama
ini. Ia juga nyaman terhadap konselor, senang, merasa peduli, lebih terbuka.
c. Apakah akibat yang mungkin timbul pada diri klien apabila dia merasa bahwa
konselor tidak berempati terhadap suasana yang dialaminya?
Jawab : Akibatnya yang mungkin timbul ialah klien tidak akan merasa nyaman
dalam proses konseling serta tidak puas dengan apa yang diarahkan konselor
sehingga klien akan bisa menjelekkan konselor dengan orang lain.
d. Dapatkah empati dipaksakan ?
Jawab : tidak, karena empati merupakan rasa peduli seseorang kepada orang lain
yang berasal atau timbul dari dalam hatinya. Tidak bisa dipaksakan. ia ada karena
hati nurani yang berbicara, bukan karena paksaan dari luar dan dari siapapun.
e. Dapatkah berempati dilatihkan ?
Dapat, karena empati merupakan hal yang sangat bagus dan baik bila dapat
dilakukan dan dilatih secara terus-menerus. Rasa empati akan menjadi candu bila
dilakukan secara terus-menerus. Rasa empati berasal dari hati nurani seseorang.
Dan ini bisa menjadi menguntungkan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain
juga.

3. Kemampuan dalam Memperhatikan


a. Hal-hal apa sajakah pada diri klien yang perlu diperhatikan ?
Jawab : Hal-hal yang perlu diperhatikan pada diri klien ialah bahasa tubuh, mimik
wajah, isi pembicaraan, kontak mata antara konselor dan klien, pengutaraan klien
baik melalui kata-kata verbal maupun isyarat atau kegiatan lainnya (non verbal)
perasaan, latar belakang dan lain sebagainya.
b. Apakah akibat yang mungkin timbul pada diri klien apabila ia merasa bahwa
segala yang disampaikannya benar-benar diperhatikan oleh konselor?
Jawab : Akibat yang mungkin timbul ialah perasaan senang dan bahagia karena
konselor dapat menghargai, memahami, dan mengerti klien sehingga bebannya
bisa menjadi sedikit ber kurang serta klien dapat terbuka dalam proses konseling.
Klien juga bisa lebih rileks, dan lebih bersemangat dalam menceritakan masalah-
masalahnya.
c. Apakah akibat yang mungkin muncul pada diri klien apabila dia merasa bahwa
konselor tidak memperhatikan dengan baik apa yang disampaikannya?
Jawab : Akibat yang mungkin timbul ialah klien akan merasa kesal, marah, tidak
puas karena tidak ada keseriusan pada diri kondelor. Klien juga akan merasa
kecewa karena ia merasa tidak dihargai, tidak dipahami, dan tidak dimengerti
oleh konselor. Ia juga akan merasa tidak nyaman, tidak bersemangat, dan tidak
terbuka dalam proses konseling.

C. Beberapa Hal Praktis dalam Hubungan Konseling


1. Perbedaan Antara Konseling dengan Pembicaraan Biasa
a. Apakah akibatnya jika suasana konseling terjerumus ke dalam pembicaraan
tentang orang lain ?
Jawab : Akibatnya ialah Masalah klien tidak terentaskan, kalau klien terus
menerus membicarakan orang lain, nanti ditakutkan dalam proses konseling akan
gagal. Karena tujuan konseling ini yang akan diubah adalah diri klien, bukan
orang lain. oleh karena itu, harus fokus pada klien dan fokus mendengarkan
masalah klien. Jika fokus terpecah, klien merasa tidak dapat dipahami, dan proses
konseling akan gagal.
b. Adakah hubungan antara “larangan membicarkan orang lain” dengan sifat
kerahasiaan suasana konseling ?
Jawab : Hubungannya ada, jika mebicarakan orang lain maka kerahasiaan orang
itu tidak bisa dijaga oleh kita. Dalam proses konseling tidak boleh membicarakan
orang lain tetapi fokus pada masalah yang dihadapi oleh klien tersebut. konselor
harus dapat menjaga rahasia klien yang satu dengan klien yang lain. Konselor
tidak dapat menyamakan setiap masalah walaupun masalahnya sama, karena
solusinya pasti berbeda penyebab, persepsi dan solusinya.

2. Pusat Pembicaraan dalam Wawancara Konseling


a. Pernahkah anda mengalami bahwa klien anda berusaha memusatkan
pembicaraan pada orang lain, padahal masalah yang dibicarakan itu sebenarnya
menyangkut dirinya sendiri? Harap diuraikan!
Jawab : pengalaman saya sesungguhnya belum pernah, tapi ada teman saya jika ia
berbicara ia berusaha memusatkan pembicaraan nya kepada orang lain, padahal
itu ada juga didalam dirinya. Biasanya pada kasus seperti itu, ia malu mengakui
tentang kekurangan dan masalah di dalam dirinya, sehingga ia berpura pura
memusatkan kepada orang lain. Lalu saya meluruskan dan mengarahkan
pembicaraan fokus kepada diri nya.
b. Apakah yang hendaknya dilakukan oleh konselor, jika klien berusaha
mengalihkan pusat pembicaraan seperti itu?
Jawab : yang dilakukan konselor ialah, berusaha untuk meluruskan dan
mengarahkan pembicaraan kembali kepada diri klien itu. Mengarahkan untuk
fokus menceritakan masalah ia sendiri (klien) bukan orang lain.
c. Konselor harus selalu memusatkan pembicaraan pada diri klien. Apa tujuan
utamanya?
Jawab : Tujuan utamanya ialah menjadi fokus, dengan fokus maka masalah yang
di alami klien akan cepat terentaskan. Dan juga agar tidak melanggar asas-asas
seorang konselor seperti menjaga kerahasian klien.
d. Mungkinkah timbul hal-hal yang bersifat subjektif pada diri klien sebagai akibat
usaha konselor yang selalu memusatan pembicaraan pada dirinya?
Jawab : mungkin, karena tugas konselor melihat secara objektif dan keseluruhan
diri klien itu.
e. Jika akibat negative seperti tersebut pada no di atas memang timbul, usaha
apakah yang harus dilakukan konselor ?
Jawab : Usaha yang harus dilakukan ialah tetap melihat masalah secara objektif
dan mencoba meluruskan serta mengarahkan pembicaraan yang keliru itu.

3. Yang Menetapkan Pokok Pembicaraan dalam Wawancara Konseling


a. Jika konselor tidak diperkenankan memulai pembicaraan menyangkut isi yang
akan dikemukakan oleh klien, apakah yang harus dilakukan konselor pada awal
wawaancara konseling ?
Jawab : Yang harus dilakukan konselor ialah tersenyum, bersifat ramah tama,
menyapanya dengan penuh kelembutan . Awali dengan penstrukturan, dan
pertanyaan terbuka. Dengan begitu klien akan merasa sudah masuk dalam proses
konseling. Contoh kata-kata atau kalimat yang perlu dikemukakan oleh konselor
ialah : gimana kabarnya sekarang (adek, bapak, ibu, kakak, mas, mba, teteh, aa,
Abang, Ayuk ujuk, dll. Sesuai dengan klien) ? Ada yang bisa saya bantu ? (Dengan
nada lembut senyum dan penuh kehangatan).
b. Jika klien diam saja, apakah yang harus dilakukan konselor ?
Jawab : Yang harus dilakukan konselor ialah mencoba untuk proses
penstrukturan, seperti yang ada pada jawaban point' sebelumnya. Memberi
pengertian bahwa apa yang diceritakan tentang masalah klien tidak akan
dibicarakan kepada orang lain, gunakanlah pertanyaan terbuka pada diri klien itu.
4. Masalah Klien Lain
a. Dalam hal apa sajakah setiap masalah itu unik ?
Jawab : Keunikan dalam hal masalah klien yang terletak pada latar belakang
masalahnya, cara pandang orang dalam menghadapi masalah, faktor
lingkungannya, dan persepsi seseorang terhadap klien tersebut.
b. Bahaya apakah yang mungkin timbul jika konselor menyamaratakan masalah
klien yang satu dengan klien lainnya?
Jawab : Bahaya yang mungkin timbul ialah kalau terjadi hal seperti itu masalah
klien yang diceritakan itu tidak akan terselesaikan, dan tidak dapat dipecahkan.
karena walaupun masalahnya sama tetapi sudut pandang dan cara penyelesaian
masalahnya pasti berbeda-beda. Pada kasus ini juga klien tidak merasa puas
karena masalah nya tidak dapat diatasi, ia menganggap diri Konselor rendah.
c. Jika konselor tidak boleh menyamaratakan masalah-msalah yang dialami klien,
bolehkah konselor menceritakan pengalaman konselor sendiri atau pengalaman
orang lain yang kira-kira mirip atau mengandung persamaan dengan masalah
klien yang dihadapinya sekarang ?
Jawab : boleh, karena itu dapat menjadi sedikit gambaran dan motivasi untuk diri
klien. yang terpenting tidak menjelaskan biodata orang yang diceritakan itu
secara detail, alias harus tetap dirahasiakan.
d. Adakah hubungan antara “tidak menyamaratakan masalah yang satu dengan
masalah yang lain” dengan “sifat kerahasiaan” suasana konseling ?
Jawab : Ada, yaitu jika konselor menyamaratakan masalah klien yang satu dengan
yang lain, tentunya masalah klien yang lain dapat diketahui oleh klien yang satu
lagi. Dengan begitu asas kerahasiaan tidak dapat terjaga dengan baik oleh
konselor.

5. Sikap Konselor Jika Kata-Kata Yang Kurang Tepat Terlanjur Dipaksa


a. Dalam keadaan klien marah atau bersikap mempertahankan diri, apakah yang
harus dilaksanakan oleh konselor ?
Jawab : mencoba memahami dan menerima situasi perasaan nya. juga mencoba
untuk menenangkan jika emosi klien sudah sedikit reda. Contoh kalimat yang
hendaknya dipakai oleh konselor ialah : "ooo begitu maksud saya, blablabla.....",
"jadi begitu, lalu....." atau " begitu rupanya...".
b. Ciri-ciri apakah yang terdapat pada diri klien, yang menyatakan bahwa ia tidak
lagi bersikap atau bereaksi mempertahankan diri ?
Jawab : Ciri-ciri yang tampaknya ialah : mengiyakan pernyataan yang
dikemukakan konselor, nada bicara yang sedikit lemah lesu, sudah tidak
terjerumus dalam emosi nya, alias sudah reda.

Anda mungkin juga menyukai