KAJIAN PUSATAKA
1. Pengertian bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis
maupun masyarakat.1
1
Djumhur Surya dan Muh Surya, Bimbingan dan Penyuluan di Sekolah, (Bandung: CV.ilmu,
1975), Hlm.28.
16
lain:
2
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluan di Sekolah, (Yogyakarta: Yasbi, 1980), hlm. 51
3
Tidjan, Konseling dan Bimbingan Pada Sekolah Menengah Pertama, (Yogyakarta:
Swadaya,1997), hlm 64
4
Rohman Noto Wijaya, Fungsi dan Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling Pendidikan,
(Bandung: Depdikbud IKIP Bandung, 1990), hlm 50
kelompok.5
5
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta:
Rajawali Pers,2013), ed Revisi, hlm 164
6
Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV ilmu, 1994), hlm106
7
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Renika cipta,
2009), cet. 2, hlm 309-310
tindakan tertentu.8
sosial.
8
Sri Narti, Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam Untuk Meningkatkan Konsep Diri
siswa, (Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR, 2014), hlm 17-18
preventif. 10
efektif.11
9
Sri Narti, Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam Untuk Meningkatkan
Konsep Diri Siswa, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2014), hlm36
10
Dewa ketut sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), cet. 1, hlm 48.
11
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi., 165.
efektif
efektif.12
yang objektif, tepat dan cukup luas tentang berbagai hal yang
dibicarakan.
Sri Narti, Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam Untuk Meningkatkan
12
semula.13
a. Asas kerahasiaan
kelompok.
merugikan konseli.
b. Asas kesukarelaan
13
Ibid, 25-26.
14
Hallen A., Bimbingan & Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), ed. Revisi, hlm 62-69.
c. Asas keterbukaan
d. Asas kekinian
e. Asas kedinamisan
f. Asas kenormatifan
a. Anggota kelompok
tujuan bersama
b. Pemimpin kelompok
15
Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1995), 30.
16
Ibid, 32.
17
Sri Narti, Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam Untuk Meningkatkan
Konsep Diri Siswa,., 24.
18
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi.,hlm 164.
kelompok
c. Dinamika kelompok
19
Ibid, hlm 36.
20
Ibid, hlm 23.
lain sebagainya.21
penyalurannya
dan pengembangannya
21
Ibid, hlm 166.
budaya
penghasilan
hendak dikembangakan
22
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, 48-
49.
tertentu, misalnya satu atau dua jam. Untuk kelompok tetap sifat
kegiatan selanjutnya.
23
Ridwan, Penenganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta:pustaka
pelajar,2004) hlm 24
24
Sri Narti, Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam Untuk Meningkatkan Konsep Diri
Siswa hlm 24.
datangnya bersifat bebas dari anggota kelompok maupun dari guru BK.
serta isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu oleh guru BK.25
pemberian penugasaan.
tersebut masih terdapat satu tahapan yang disebut tahap awal. Tahap awal
meliputi kegiatan:
26
Ibid, hlm 40-58.
sebagainya).
2) Terbangunnya Kebersamaan
pemimpin kelompok)
(4) Sederhana
5) Pola Keseluruhan
Bagan 2.1
Tahap I: Pembentukan
TAHAP I
PEMBENTUKAN
Tema: - Pengenalan
- Pelibatan diri
- Pemasukan diri
Tujuan: Kegiatan:
1. Anggota memahami pengertian dan 1. Mengungkapkan pengertian dan tujuan
kegiatan kelompok dalam rangka kegiatan kelompok dalam rangka
bimbingan dan konseling. pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Tumbuhnya suasana kelompok. 2. Menjelaskan cara-cara dan asas-asas
3. Tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok.
kegiatan kelompok. 3. Saling memperkenalkan dan
4. Tumbuhnya saling mengenal, percaya, mengungkapkan diri.
menerima, dan membantu diantara para 4. Teknik khusus.
anggota. 5. Permainan penghangatan/pengakraban.
5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka.
6. Dimulainya pembahasan tentang tingkah
laku dan perasaan dalam kelompok.
1) Suasana Kegiatan
hal ini tahap ketiga). Untuk memasuki tahap ini, tahap peralihan
2) Suasana Ketidakimbangan
lainnya.
4) Pola Keseluruhan
Bagan 2.2
Tahap II: Peralihan
TAHAP II
PERALIHAN
Tujuan: Kegiatan:
1. terbebaskanya anggota dari perasaan atau 1. menjelskan kegiatan yang akan ditempuh
sikap enggan, ragu atau malu/saling tidak pada tahap berikutnya
percaya untuk memasuki tahap berikutnya. 2. menawarkan atau mengamati apakah para
2. makin mantapnya suasana kelompok dan anggota kelompok menjalani kegiatan pada
kebersamaan tahap selanjutnya(tahap ketiga)
3. makin mantapnya minat untuk ikut serta 3. membahas suasana yang terjadi
dalam kegiatan kelompok 4. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan
anggota jika perlu, kembali ke beberapa
aspek tahap pertama ( tahap pembentukan)
kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada hasil dari
dengan baik. Kegiatan para anggota kelompok pada tahap ini adalah
mereka alami. Jadi, ha-hal yang mereka bahas adalah hal-hal yang
tindak lanjut.
kelompok.
a) Mengemukakan permasalahan
dahulu.
yaitu meliputi:
a) Mengemukakan permasalahan
anggota kelompok.
c) Pembahasan
pembahasan tersebut.
4) Pola keseluruhan
Bagan 2.3
Tahap III: Kegiatan Kelompok Bebas
TAHAP III
KEGIATAN
“Kelompok Bebas”
Tujuan: Kegiatan:
1. Terungkapnya masalah yang dirasakan 1. Masing-masing anggota kelompok
atau dialami oleh anggota kelompok mengemukakan masalah atau topik
secara bebas secara bebas
2. Terbahasnya masalah atau topik yang 2. Menetapkan masalah atau topik yang
dikemukakan secara mendalam dan akan dibahas
Peranan Pemimpin Kelompok:
1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbukaAnggota kelompok membahas masing-
tuntas 3.
3.
2. Seluruh anggota
Aktif tetapi tidakkelompok secara aktif
banyak bicara masing masalah atau topik secara
dan dinamis ikut
3. Memberikan serta dalam
dorongan mendalam dan tuntas
dan penguatan serta penuh empati
pembahasan, baik yang menyangkut 4. Kegiatan selingan
unsur-unsur tingkah laku, pemikiran
ataupun perasaan
Bagan 2.4
Tahap III: Kegiatan Kelompok Tugas
TAHAP III
KEGIATAN
“Kelompok Tugas”
Tujuan: Kegiatan:
1. Terbahasnya suatu masalah atau topik 1. Pemimpin kelompok mengemukakan
yang relevan dengan kehidupan anggota suatu masalah atau topik
kelompok secara mendalam dan tuntas 2. Tanya jawab antara anggota dan
2. Ikut sertanya seluruh anggota secara pemimpin kelompok tentang hal-hal
Peranan Pemimpin Kelompok:
1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbukayang belum jelas mengenai masalah atau
aktif dan dinamis dalam pembahasan,
2. baik
Aktifyang
tetapimenyangkut unsur-unsur
tidak banyak bicara topik yang dikemukakan pemimpin
tingkah laku, pemikiran ataupun kelompok
perasaan. 3. Anggota kelompok membahas masalah
atau topik secara mendalam dan tuntas
4. Kegiatan selingan.
1) Frekuensi pertemuan
itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh
secara penuh.
kehidupan sehari-hari.
3) Pola keseluruhan
Bagan 2.5
Tahap IV: Pengakhiran
TAHAP IV
PENGAKHIRAN
Tujuan: Kegiatan:
1. Terungkapnya kesan-kesan anggota 1. Pemimpin kelompok mengemukakan
kelompok tentang pelaksanaan kegiatan bahwa kegiatan akan segera diakhiri
2. Terungkapnya hasil kegiatan kelompok 2. Pemimpin dan anggota kelompok
yang telah dicapai yang dikemukakan mengemukakan kesan dan hasil-hasil
secara mendalam dan tuntas kegiatan
3. Terumuskannya rencana kegiatan lebih 3. Membahas kegiatan lanjutan
lanjut 4. Mengemukakan pesan dan harapan
4. Tetap dirasakannya hubungan kelompok
dan rasa kebersamaan meskipun
kegiatan diakhiri.
Rendah
usahanya sendiri.28
27
Luxory, Y. Percaya Diri. (Jakarta, CV.Khalifa. 2005.) hal 24
28
Lie,A..1001 Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak. (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. 2003) hlm 6
dan kepuasan atas apa yang telah diperolehnya, tetapi itu akan
29
Redenbach, R. Tampil Penuh dengan Percaya Diri. (Jakarta: PT Handal NiagaPustaka.
1998) hlm 7.
30
Angelis, B.D. . Confidence: Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian.Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. 1997
Selain itu perasaan kurang percaya diri terkait erat dengan latar
pendidikan keluarga31
sejawat; (c) pola asuh orang tua yang sering melarang dan
penghargaan, atau pujian dari keluarga; (f) tertular sifat orang tua
31
. . http://www.koranbanten.com /Membentuk Rasa Percaya Diri/ diakses pada 15-11-2016 pukul
20.00
rendah.32
kualitas mental yang disebut kurang percaya diri yaitu: (a) terlalu
Tinggi
stabil)
34
Fatimah, E.. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: Pustaka Setia.
2006) hlm 17-18
Rendah
rendah atau kurang percaya diri akan memiliki sifat dan perilaku
antara lain:
(a) tidak mau mencoba suatu hal yang baru; (b) merasa tidak
35
Hakim, T.. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. (Jakarta: Puspa Swara. 2005) hlm 12
menilai segala sesuatu dari sisi negatif; (e) takut gagal, sehingga
orang lain).36
36
Leman, M.. Membangun Rasa Percaya Diri Anak.( Majalah Anakku. 2000) hlm 10
saat sedang belajar di kelas. Perbuatan seperti ini umumnya dilakukan oleh
terjadi adalah jarang siswa yang berani bertanya sekalipun mereka belum
depan kelas untuk mengerjakan suatu tugas, maka akan tampak jelas
perbedaan antara siswa yang memiliki rasa percaya diri dan siswa yang
tidak percaya diri. Pada saat seorang siswa yang tidak percaya diri tampil
di depan kelas biasanya akan tampak gejala antara lain bicara tergagap-
gagap, muka agak pucat, tidak berani menatap teman-teman yang sedang
Ada empat ciri utama yang khas pada orang yang mempunyai
1) Cinta diri
memelihara diri.
2) Pemahaman diri
37
Hakim, T. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri hlm 16-17
4) Berfikir positif
yang bagus.
diri yang tinggi. Bukan hanya siswa yang orang tuanya berasal dari
38
Hakim, T. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri hlm 13
dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain; (f) melatih siswa
39
Amti, E..Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Rineka Cipta. 1992) hlm 9
40
Winkel, W.S. dan Hastuti, S.. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. (Jakarta:
Grasindo. 2004) hlm 36
1. Diskusi Kelompok
antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk membahas suatu
2. Teknik Permainan
antar manusia dan mengenali diri sendiri dengan baik dan anak bisa
41
Ibid hlm 5
42
Prasetyono, Dwi Sunar, membedah Psikologi Bermain anak ,(Yokyakarta,Think,2007) hlm 6
43
Nursalim,mochamad dan suradi, Layanan Bimbingan dan Konseling. Hlm 45
mengenal diri sendiri dengan lebih baik artinya permainan ini bukan hanya
dbidang sosial. Melaikan juga oleh setiap kelompok yang ingin mendekati
tujuan permainan dan latian itu. Menurut wenzler permainan kerja sama
komunikasi dimana kedua hal tersebut adalah syarat utama dalam interaksi
garis tak berujung, kapal karam, puzel, dan sarang korek api.
Kerangka pemikiran
44
Wenzler, Hildegard dkk, Permainan dan Latihan Dinamika Kelompok : Proses Pengembangan
Diri. (Jakarta 2000: PT. Gramedia indonesia) hlm 46