Anda di halaman 1dari 17

Keterampilan Dasar Dalam Hubungan Konseling

MAKALAH ILMIAH

Disusun Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Teknik Laboratorium Konseling

Dosen Pengampu: Komariah , S.Psi., M.Pd

Oleh:

Cyntia Anggraini 2115063

Atikah Delvani Rafi 2115068

Qonita Fadila 2115070

Fakultas: Tarbiyah

Program Studi: Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam

Kepada:

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil 'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah
menganugerahkan kesehatan, dan kesempatan sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Makalah dengan judul “Keterampilan Dasar Dalam Hubungan Konseling” ini
disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Teknik Laboratorium Konseling.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Komariah , S.Psi., M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Teknik Laboratorium Konseling yang telah memberikan tugas ini
sehingga penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Meski demikian, penulis
meyakini masih banyak yang perlu diperbaiki dalam penyusunan makalah ini, baik dari
sumber, tata bahasa, dan bahkan tanda baca sehingga sangat diharapkan kritik dan saran dari
pembaca sekalian sebagai bahan evaluasi untuk penulis.
Demikian, besar harapan penulis agar makalah ini dapat menjadi bacaan menarik bagi
pembaca.

Pangkalpinang, 22 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I .......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II ........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

A. 3M (Mendengar,Memahami dan Merespon) .................................................................. 3


B. Latihan Membuka Diri .................................................................................................... 4
C. Keterampilan Dasar dalam Hubungan Konseling........................................................... 5

BAB III ..................................................................................................................................... 12

PENUTUP ................................................................................................................................ 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan konseling adalah bentuk skill yang dimiliki konselor atau guru dalam
menerapkan praktek-praktek konseling. Keterampilan dasar yang dimaksud disini adalah
keterampilan konseling sebagai salah satu kompetensi dasar guru bimbingan dan konseling
di sekolah. Keterampilan tersebut merupkan kompetensi yang harus dikuasai dalam setiap
melakukan konseling individual. Keterampilan tersebut merupakan salah satu strategi di
dalam melakukan wawancara dengan konseli. Untuk lebih berpengalaman dan menguasai
konseling maka ada strategi yang fektif yaitu dilakukan lebih dahulu arena latihan konselor
sejawat kemudian diaplikasikan kepada konseli yang sebenarnya.
Sofyan S. Willis dalam Yeptha menjelaskan bahwa Keterampilan konseling adalah cara
yang dipakai konselor pada saat melaksanakan hubungan konseling yang bertujuan untuk
menolong konseli agar kemampuannya dapat digunakan dan dapat menyelesaikan masalah
dengan mempertimbangkan beberapa norma yang berlaku pada lingkungan seperti norma
budaya, agama, dan sosial. Pemahaman merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk
memahami makna atau arti dari sesuatu yang terlihat dan yang dipelajari. Pemahaman
adalah wawasan seseorang tentang suatu konsep yang dapat diungkap melalui
kemampuannya menghitung, menginterpretasikan, menalar, membandingkan,
mengklasifikasikan, menjelaskan dan membuktikan baik secara tertulis maupun lisan.
Pemahaman merupakan tahap psikologis yang berhubungan dengan suatu obyek fisik
atau abstrak, seperti orang, situasi, atau pesan dimana seseorang dapat memikirkan dan
memakai konsep-konsep untuk memaparkan obyek tersebut. Kemudian, pemahaman adalah
tingkat kesuksesan setelah mengalami proses belajar, maksudnya yakni ketika individu
belajar tentang sesuatu dapat dikatakan ia memahaminya ketika ia bisa memahami,
menguraikan, mengingat, serta melaksanakan penilaian terkait hal yang dipelajarinya.
Ketika guru BK ataupun mahasiswa BK sudah memahami keterampilan dasar berarti ia
mampu mengingat, menguraikan, memahami, serta melaksanakan penilaian terkait
keterampilan dasar itu sendiri.

1
Pemahaman adalah tahapan cara atau perbuatan memahami. Pemahaman merupakan
suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami atau mengerti sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui, didalamnya terdapat kemampuan untuk megambil arti dan
makna dari bahan yang telah dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari
suatu ilmu ataupun pengembangan dari ilmu tersebut. Sedangkan keterampilan atau
kemahiran adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan
pengetahuannya serta ia berbeda diantara individu satu dengan lainnya. Untuk itu perlunya
konselor untuk dapat memiliki keterampilan dasar dalam melakukan konseling karena jika
konselor tidak memiliki keterampilan dasar dalam melakukan konseling maka aproses
konseling tidak berjalan dengan baik dan berhasil.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan 3M dalam konseling?
2. Bagaimana latihan membuka diri?
3. Apa saja keterampilan dasar dalam konseling?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui 3M dalam konseling
2. Untuk mengetahui latihan membuka diri
3. Untuk mengetahui keterampilan dasar dalam konseling

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. 3M (Mendengar, Memahami. Merespon)


Keterampilan dasar dalam hubungan konseling berkenaan dengan 3-M yaitu
mendengar dan memperhatikan, memahami dan merespon secara tepat dan positif. 1
1. Mendengar dan memperhatikan, yaitu mendengar dan memperhatikan apa yang
ditangkap dari: isi pembicaraan, makna pembicaraan (apa yang terkandung dalam
isi pembicaraan), latar depan dan belakang pembicaraan, serta cara klien
menyampaikan isi pembicaraan. Dalam kegiatan mendengar ini hendaknya
konselor lebih banyak diam dan menggunakan semua inderanya untuk
menangkap semua pesan serta memberikan dorongan minimal. Dalam suasana ini
konselor bersedia berempati, konselor membuktikan diri bahwa dia benar-benar
mendengar, mengerti dan menerima segala sesuatu yang telah dikatakan klien
olehnya.
2. Memahami, yaitu konselor memahami apa yang didengar dan dikatakan oleh
klien serta mampu mengkomunikasikan pemahaman konselor itu kepada klien.
Dalam hal ini konselor hendaknya mempercayai pemahamannya sendiri tentang
diri klien, tentang apa yang sedang berlangsung, dan perlu berhati- hati untuk
tidak menafsirkan apa yang diceritakan klien menurut pikiran konselor saja. 2
Dalam hal ini konselor hendaknya tidak menghakimi atau membuat pendapat
menurutnya saja harus dapat memposisikan diri pada hal yang sedang dialami
oleh klien.
3. Merespon secara tepat, positif dan dinamis. Hal ini menunjukkan tentang
bagaimana konselor memberikan tanggapan yang hendaknya secara tepat
direspon permasalahan yang dialami klien. Memberikan tanggapan positif kepada
klien sehingga klien merasa ada yang memahami dan mau membantunya. Dalam
merespon konselor harus membantun klien untuk dapat melakukan konseling
dengan kemajuan dan arah yang lebih baik. Konselor harus dapat menciptakan

1
Siska Dwi Paramitha dkk, Teknik Laboratorium Konseling Pendekatan dan Aplikasi dalam Pendidikan Islam,
(Banten: MEDIA EDU PUSTAKA, 2022), hal. 21.
2
Ibid.

3
kemajuan dalam pengentasan masalah klien. Ada beberapa hal yang perlu
konselor perhatikan dala merespon klien, yaitu:
a. Kalimat singkat dan jelas. Artinya tanggapan yang diungkapkan langsung
mengena pada tujuan konselor, bahasanya tidak tumpang tindih.
Contohnya “Anda sedih hari ini”.
b. Bahasa harus jelas, bahasa tidak boleh campur aduk, tidak boleh memakai bahasa
yang kurang dimengerti dan terkesan ambigu, dapat dipahami dengan baik oleh
klien.
c. Bermakna, tanggapan yang diberikan kepada klien harus bermakna yang dapat
dianggap berarti dan penting bagi klien.
d. Tidak menggunakan kata tetapi dan namun, jika konselor menggunakan kata tapi
atau namun dikhawatirkan bisa ,mendorong klien untuk bereaksi mempertahankan
diri.3 Untuk itu konselor harus dapat memilih kata atau kalimat yang akan
disampaikan kepada klien karena dapat menimbulkan beberapa hal seperti klien
akan merasa ia benar dan tidak ingin disalahkan dan dapat terus tersinggung.
B. Latihan Membuka Diri
Keterampilan membuka diri merupakan keterampilan konselor dalam memberikan
informasi yang berkaitan dengan perasaan, pikiran, pengalaman kehidupan yang penting
yang dimiliki oleh konselor selama sesi konseling. Hal-hal yang disampaikan kepada
konseli adalah sesuatu yang relevan dengan masalah yang dibahas saat itu. Dengan
membuka diri, konseli dapat mengenal diri konselor lebih dalam melalui cara konselor
merespon terhadap apapun yang diungkapkan oleh konseli.4
Dalam proses konseling, konselor diharapkan mampu menunjukkan kejujuran dan
keterbukaan terhadap konseli. Untuk mengkomunikasikan keterbukaan dan kejujuran
tersebut, konselor pertama kali harus dapat menguasai diri (meliputi: perasaan dan
pikiran yang dialami) dan mampu membedakan berbagai perasaan yang terjadi dalam
diri konselor.

3
Achmad Suwandi dkk, TEKNIK DAN PRAKTIK LABORATORIUM KONSELING (Konseling Perorangan), ( Bandung:
Mujahid Press, 2016), hal. 31.
4
Rosita, KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN
DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN, (Depok: Universitas Negeri Yogyakarta, 2010),
hal. 3.

4
Menurut Johnson, berikut beberapa dampak dan manfaat membuka diri terhadap
hubungan antar pribadi:
a. Dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang (konselor dan konseli). Dengan
membuka diri, konselor dapat menciptakan hubungan yang hangat dan akrab
dengan konseli. Kehangatan dapat memberikan kepuasan psikologis bagi konseli.
b. Semakin bersikap terbuka pada orang lain, semakin orang tersebut menyukai kita.
Dalam hal ini, konseli akan lebih terbuka pada konselor. Konselor yang bersedia
membuka diri dan secara sukarela memberikan informasi serta pengalamanyang
dimiliki selama proses konseling, akan menumbuhkan perasaan percaya pada
konseli untuk menceritakan permasalahannya. Hal ini dapat membuat konseli
lebih terbuka dalam menggali permasalahannya.
c. Orang yang telah membuka diri terhadap orang lain cenderung memiliki sifat:
terbuka, kompeten, ekstrovert, fleksibel, adaptif dan intelegensi.
d. Membuka diri berarti bersikap realistis. Maka pembukaan diri harus jujur, tulus,
dan autentik.5
C. Keterampilan Dasar dalam Hubungan Konseling
Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahapan-
tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh
konselor.
1. Perilaku Attending
Upaya konselor menghampiri klien yang diwujudkan dalam bentuk perilaku
seperti kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Tujuan dari teknik ini
adalah memudahkan konselor untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan
terbuka. Teknik ini mengambarkan bagaimana konselor menerima klien dalam
proses konseling agar klien merasa diterima dalam proses konseling. 6 Perilaku
attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakkan
komponen-komponen perilaku non verbal, bahasa lisan, dan kontak mata.
Karena komponen-komponen itu tidak mudah, perlu diperhatikan secara

5
Siska Dwi Paramitha dkk, Teknik Laboratorium Konseling Pendekatan dan Aplikasi dalam Pendidikan Islam,
(Banten: MEDIA EDU PUSTAKA, 2022), hal. 22.
6
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah, Bimbingan Konseling Konsep, Teori dan Aplikasinya, (Medan: LPPPI,
2019), hal. 96.

5
bertahap dan terus-menerus. Perilaku attending yang ditampilkan konselor akan
mempengaruhi kepribadian klien yaitu : meningkatkan harga diri klien dan
mencipatakan suasana yang aman bagi klien.
2. Empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan
klien, merasa dan berfikir, bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien.
Empati dilakukan bersama attending, tanpa perilaku attending mustahil
terbentuk empati. Empati ada dua macam, yaitu:
a. Empati primer yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami
perasaan, pikiran, keinginan, dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien
dapat terlibat dan terbuka.
b. Empati tingkat tinggi yaitu keikutan konselor membuat klien tersentuh dan
terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan,
pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya.
3. Refleksi
Refleksi adalah konselor memantulkan kembali kepada klien tentang
perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap
perilaku verbal dan non verbalnya. Refleksi ada tiga yaitu a). refleksi perasaan,
b). refleksi pengalaman, c). refleksi pikiran.7
a. Refleksi perasaan, merupakan sebuah keahlian atau prosedur (teknik) agar
dapat mencerminkan sensasi konseli karena cara memperhatikan perilaku
verbal dan non-verbal konseli.
Contoh: “Tampaknya yang anda katakana adalah ...” atau “Barang kali
Anda merasa....”
b. Refleksi pikiran, merupakan sebuah keahlian atau strategi (teknik) untuk
mencerminkan pikiran, kontemplasi, dan perasaan konseli sebagai cara
untuk memperhatikan perilaku verbal dan non-verbal konseli.
Contoh: “Mungkin yang anda utarakan adalah ...” atau “apakah yang anda
maksudkan ...”.

7
Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktik, hal.162.

6
c. Refleksi pengalaman, merupakan sebuah kemampuan atau prosedur untuk
mencerminkan pengalaman-pengalaman konseli karena cara memperhatikan
perilaku verbal dan non-verbal konseli.
Contoh: “Tampaknya yang Anda katakan/kemukakan sesuatu ....” Atau
“Adakah yang Anda maksudkan suatu peristiwa ...”.
4. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran
klien.Eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut,
tertekan, dan terancam. Eksplorasi ada tiga macam yaitu a) eksplorasi perasaan,
b) eksplorasi pengalaman, dan c) eksplorasi pikiran.
a) Eksplorasi perasaan, sebagai strategi untuk menyelidiki perasaan konseli
yang disembunyikan.
Contoh: “Bisakah anda menjelaskan lebih rinci apa perasaan yang
dimaksud ...”.
b) Eksplorasi pikiran, sebagai teknik untuk menyelidiki pikiran, ide dan
gagasan konseli.
Contoh: “Saya yakin anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda
mengenai sekolah sambil bekerja ...”
c) Eksplorasi pengalaman, sebagai teknik untukmenyelidiki pengalaman dari
konseli.
Contoh: “Saya terkesan dengan pengalaman yang anda alami, namun, saya
ingin memahami lebih jauh lagi mengenai pengalaman tersebut dan
pengaruhnya dengan pendidikan anda.”8
5. Menangkap Pesan Utama (Parapharasing)
Menangkap pesan (parapharasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali
esensi atau inti yang diungkapkan oleh klien dengan teliti mendengark Sering
kali klien mengemukakan pikiran, ide, perasaan, pengalaman secara berbelit-
belit dan tidak terarah sehingga intinya sulit dipahamian pesan utama klien,
mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana.

8
Ulul Azam, Bimbingan dan konseling perkembangan di sekolah teori dan praktik, (Deepublish, 2016), hal. 35.

7
6. Pertanyaan Terbuka (Open Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik umum untuk memancing klien agar mau
berbicara mengungkapkan perasaan pengalaman dan pemikirannya dapat
digunakan dengan teknik pertanyaan terbuka.Pertanyaan terbuka yang baik
dimulai dengan kata-kata; apakah, bagaimana, adakah, bolehkah, dan dapatkah.
7. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Bentuk-bentuk pertanyaan yang sering dimulai dengan kata-kata; apakah,
adakah, dan harus dijawab oleh klien dengan kata ya atau tidak atau dengan
kata-kata singkat. Pertanyaan tertutup bertujuan guna (1) merangkum data
informasi; (2) menjernihkan atau menjelaskan sesuatu; dan (3) menghentikkan
diskusi konseli yang melantur atau mengembara tanpa henti.
8. Dorongan Minimal
Dalam proses konseling, konselor harus mengupayakan agar klien selalu
terlibat dalam pembicaraan. Konselor harus mampu memberikan dorongan
minimal kepada klien atau suatu dorongan langsung yang dikatakan dengan
klien. Suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang dikatakan klien,
dan memberikan dorongan singkat seperti oh..., ya..., terus...,,lalu..., dan...
9. Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan perilaku atau
pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif
konselor.
10. Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan
sesuatu.Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau
menghayalkan sesuatu.
11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Pembicaraan antara konselor dan klien maju secara bertahap ke arah
pembicaraan yang makin jelas maka setiap periode waktu tertentu konselor
bersama klien menyimpulkan pembicaraan yang telah dilakukan. Menyimpulkan
sementara bertujuan untuk (1) memberikan kesempatan kepada konseli untuk
mengingat kembali hal-hal yang telah disampaikan; (2) menyelesaikan kemajuan

8
dari konsekuensi percakapan secara efisien; (3) meningkatkan kualitas dalam
diskusi; (4) berpusat pada proses dilaksanakannya konseling. 9
12. Memimpin (Leading)
Yaitu teknik untuk mengarahkan pembicaraan dalam wawancara konseling
sehingga tujuan konseling tercapai.
13. Fokus
Yaitu teknik membantu klien memusatkan perhatian pada pokok
pembicaraan. Fokus merupakan teknik untuk membantu konseli memusatkan
pada topik utama pembicaraan ketika semua dikatakan selesai, dalam pertemuan
pengarahan, konseli akan menggambarkan berbagai masalah yang dia hadapi.
Dengan cara ini, konselor dapat membantu konseli sehingga dapat menentukan
memutuskan titik fokus masalahnya.
14. Konfrontasi
Teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inskonsistensi antara
perkataan dengan bahasa tubuh, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dan
kepedihan dan sebagainya. Konfontasi ialah mempertentangkan dua hal yang
berbeda. Seringkali klien tidak menyadari ada berbagai pertentangan dalam
dirinya baik itu menyangkut dengan perkataannya, perilakunya dan sikapnya.
Ada klien yang memiliki keinginan tertentu, namun dia tidak melakukan
kegiatan yang mengarahkan pada pencapaian keinginan tersebut. Ada klien yang
tidak konsisten dalam arti berbeda tentang apa yang dinyatakan dulu dengan
sekarang. Juga ada klien yang cenderung mempertahankan diri terhadap
kekeliruan yang dilakukannya, sementara dia ingin menjadi baik. Kondisi yang
semacam inilah yang perlu dikonfontasikan oleh konselor.10
15. Menjernihkan
Teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang
jelas dan agak meragukan.

9
Ibid, 38.
10
Arif Ainur Rofiq, TEORI DAN PRAKTIK KONSELING, (Surabaya: Raziev Jaya, 2017), hal. 53.

9
16. Memudahkan (Facilitating)
Yaitu teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara,
menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas.
17. Diam
Dalam konseling adanya suasana diam, memberi arti bahwa konselor
memberikan kesempatan kepada klien untuk memikirkan, merasakan,
memahami, menghayati dan memproses suasana yang terjadi terutama dalam
diri klien. Jika konselor dapat menerima adanya suasana diam ini, akan
memperlihatkan kepada klien bahwa klien diberi hak untuk menentukan
jalannya konseling. Bagi klien keadaan ini dapat menimbulkan rasa percaya diri,
memberikan kesempatan berbicara secara leluasa, mengatur pikiran dan diri.
Sedangkan bagi konselor, suasana diam dapat memberi kesempatan untuk
berfikir lebih lanjut. Konselor menunggu klien yang sedang berfikir sejenak
antara 5-10 detik. Untuk dapat menggunakan suasana diam secara efektif,
tergantung kepada manfaat dan makna yang ada dalam diamnya klien. Misalnya,
klien merasa sulit mengungkapkan perasaannya, malu dan gelisah untuk
berbicara, enggan menjalani konseling atau bingung dan mengharapkan sesuatu
dari konselor atau mungkin juga lega setelah mengungkapkan perasaannya.
18. Mengambil Inisiatif
Dilakukan konselor manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara,
sering diam, dan kurang berpartisipatif. Konselor mempersilahkan konseli untuk
melangkah dalam menyelesaikan diskusi. Teknik ini menunjukkan; (1)
berinisiatif kedepan jika konseli kurang bersemangat; (2) menetapkan pilihan
jika konseli terlambat berpikir, (3) memperbaiki jika konseli kehilangan arah
diskusi.
19. Memberikan Nasehat
Jika klien meminta nasehat konselor harus mempertimbangkan apakah pantas
atau tidak.11

11
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah, Bimbingan Konseling Konsep, Teori dan Aplikasinya, (Medan: LPPPI,
2019), hal. 100.

10
20. Pemberian Informasi
Dalam hal ini informasi yang diminta klien sama halnya dengan pemberian
nasehat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan
tidak mengetahuinya, namun bila konselor mengetahui informasi upayakan klien
supaya tetap mengusahakannya.
21. Merencanakan
Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konseling untuk membantu agar
klien dapat membuat rencana atau tindakan, perbuatan yang produktif untuk
kemajuan klien. Rencana yang baik harus merupakan hasil kerja sama antara
konselor dengan klien.
22. Menyimpulkan
Bersamaan dengan berakhirnya sesi konseling, maka sebaiknya konselor
dapat menyimpulkan hasil pembicaraan secara keseluruhan yang menyangkut
tentang pikiran, perasaan klien sebelum dan setelah mengikuti proses konseling.
Selain itu bantulah klien untuk memantapkan rencana- rencana yang telah
disusunnya.
23. Mengakhiri (Menutup Sesi Konseling)
Untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan konselor dengan cara
mengatakan bahwa waktu sudah habis, merangkum isi pembicaraan,
menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang (menetapkan jadwal
pertemuan sesi berikutnya), mengajak klie berdiri dengan isyarat gerak tangan,
menunjukkan catatan-catatan sigkat hasil pembicaraan konseling, dan
memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan dengan pokok
pembicaraan apabila diperlukan.12
Teknik umum konseling yang telah dijelaskan diatas sangatlah penting dalam proses
konseling. Karena teknik ini dapat dijadikan panduan bagi konselor dalam membantu klien
untuk mengatasi masalah yang dihadapi serta konselor dapat mengidentifikasi masalah
klien.

12
Ibid, 101.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Materi yang kami sampaikan yaitu mengenai keterampilan dasar dalam hubungan
konseling berkenaan dengan 3-M yaitu mendengar dan memperhatikan, memahami dan
merespon secara tepat dan positif. Ketika konselor melakukan konseling maka konselor
harus dapat mendengar, memahami dan merespon konseli yang sedang melakukan proses
konseling. Mendengar dan memperhatikan, yaitu mendengar dan memperhatikan apa
yang ditangkap dari: isi pembicaraan, makna pembicaraan. Memahami, yaitu konselor
memahami apa yang didengar dan dikatakan oleh klien serta mampu
mengkomunikasikan pemahaman konselor itu kepada klien. Merespon secara tepat,
positif dan dinamis. Hal ini menunjukkan tentang bagaimana konselor memberikan
tanggapan yang hendaknya secara tepat direspon permasalahan yang dialami klien.
Memberikan tanggapan positif kepada klien sehingga klien merasa ada yang
memahami dan mau membantunya. Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor
selain 3M yaitu, keterampilan latihan membuka diri. Keterampilan membuka diri
merupakan keterampilan konselor dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan
perasaan, pikiran, pengalaman kehidupan yang penting yang dimiliki oleh konselor
selama sesi konseling. Lalu adapun teknik-teknik keterampilan dasar yang harus dimiliki
oleh konselor yaitu: Attending, Empati, Refleksi, Eksplorasi, Menangkap Pesan Utama,
Pertanyaan Terbuka, Pertanyaan Tertutup, Dorongan Minimal, Interpretasi,
Mengarahkan, Menyimpulkan Sementara, Memimpin, Fokus, Konfrontasi,
Menjernihkan, Memudahkan, Diam, Mengambil Inisiatif, Memberi Nasihat, Pemberian
Informasi, Merencanakan, Menyimpulkan, Mengakhiri. Teknik-teknik konseling harus
dapat dikuasai oleh konselor agar terciptanya suasana konseling yang nyaman dan sesuai
dengan tujuan dilakukannya konseling.
B. Saran
Mengenai pemaparan diatas bahwasannya perlu bagi kita sebagai calon Guru BK
atau Konselor nantinya untuk dapat memahami keterampilan dasar yaitu 3M, latihan

12
membuka diri, dan juga mengetahui lebih dalam mengenai teknik-teknik dalam konseling
agar pada dunia kerja kita dapat sedikit mengetahui keterampilan dasar konselor, namun
untuk itu ada baiknya jika bukan hanya dari pemaparan makalah ini kita belajar namun
kita bisa membaca, mencari buku-buku referensi sebagai gambaran walaupun hanya
berupa teori.

13
DAFTAR PUSTAKA

Suwandi, Achmad dkk. TEKNIK DAN PRAKTIK LABORATORIUM KONSELING

(Konseling Perorangan). Bandung: Mujahid Press.

Rofiq, Arif Ainur. 2017. TEORI DAN PRAKTIK KONSELING. Surabaya: Raziev Jaya.

Nasution, Henni Syafriana dan Abdillah. Bimbingan Konseling Konsep, Teori dan

Aplikasinya. Medan: LPPPI.

Rosita. 2010. KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI,

MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN

MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN. Depok: Universitas Negeri

Yogyakarta. hal. 3.

Paramitha, Siska Dwi dkk. 2022. Teknik Laboratorium Konseling Pendekatan dan

Aplikasi dalam Pendidikan Islam. Banten: MEDIA EDU PUSTAKA.

S. Willis, Sofyan. Konseling Individual Teori dan Praktik. hal.162.

Azam, Ulul. 2016. Bimbingan dan konseling perkembangan di sekolah teori dan praktik.

Deepublish.

14

Anda mungkin juga menyukai