Anda di halaman 1dari 13

Penstrukturan Dalam Konseling

Dosen Pengampu : Wahyu Nanda Eka Saputra, M.Pd., Kons

Kelas A

Disusun oleh :

Chasnah Mustakfi Billah (1700001007)

Alifa Nurul Karima (1700001012)

Tri Hendrati (1700001053)

Intan Nur Sakina (1700001045)

Giovanni Nugroho (1700001022)

Febri Arifianto (1700001048)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya
dengan judul “Penstrukturan dalam Konseling”.
Harapan kami semoga tugas ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari sempurna,maka dari
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah
ini dan kedepannya dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Yogyakarta, 13 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................... 6
A. Pengertian Penstrukturan ....................................................................................................... 6
B. Tujuan Penstrukturan ............................................................................................................. 6
C. Fungsi penstrukturan .............................................................................................................. 6
D. Model Penstrukturan .............................................................................................................. 7
E. Kelebihan dan Kekurangan Penstrukturan ........................................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan............................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penstrukturan adalah salah satu cara yang digunakan untuk membantu siswa
mengentaskan permasalahannya dibidang bimbingan dan konseling dan dilakukan pada
saat proses konseling. Bimbingan dan konseling merupakan usaha untuk membantu
siswa dalam perkembangan kepribadian siswa, mengembangkan potensi yang dimiliki,
membantu menyelesaikan permasalahan siswa, meminimalkan potensi negative
didalam diri siswa baik saat ini ataupun dimasa yang akan datang. Layanan bimbingan
dan konseling tidak hanya diarahkan kepada siswa yang bermasalah saja melainkan
untuk kesuluruhan siswa. Sejalan dengan visi tersebut, maka bimbingan dan konseling
harus mampu menjadi jembatan bagi anak dalam mengembangkan kepribadian atau
bakatnya seoptimal mungkin, sehingga anak bisa menghadapi masa sekarang dan masa
depannya yang tergantung kepada dirinya sendiri.

Bimbingan dan konseling disekolah tidak hanya meminimalisir kenakalan anak


saja, tetapi memiliki peran penting dalam mendorong kualitas diri anak. Hal itu,
pastinya tidak terlepas dari peran konselor yang memang sangat dibutuhkan dan
tentunya multifugsi. Seorang konselor adalah seseorang yang mampu memahami dunia
anak secara lebih mendalam, tugasnya yang bukan hanya sekedar memberikan
hukuman kepada anak nakal saja tetapi tugas yang sebenarnya adalah dimana ia harus
mampu menemukan factor penyebab terjadinya suatu permasalahan, setelah itu
menyiapkan formula untuk menangani permasalahan tersebut yang didasarkan pada
teknik-teknik yang telah dipelajari. Penerapan teknik-teknik didalam konseling juga
bukan merupakan hal yang mudah jika tidak ada pembiasaan praktik didalamnya serta
beragam teknik yang tentunya harus mahir ia terapkan sesuai dengan kondisi dan
permasalahan anak. Selain itu dibutuhkan juga keberanian dari dalam diri konselor
untuk mempraktikkan dari setiap teknik yang ada. Dalam makalah ini kami akan
membahas lebih dala mengenai penstrukturan dalam konseling.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penstrukturan dalam konseling ?
2. Apa tujuan penstrukturan dalam konseling ?
3. Apa fungsi penstrukturan dalam konseling ?
4. Apa saja model-model yang terdapat didalam penstrukturan ?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan penstrukturan dalam konseling ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian penstrukturan dalam konseling.
2. Untuk mengetahui tujuan penstrukturan dalam konseling.
3. Untuk mengetahui fungsi penstrukturan dalam konseling.
4. Untuk mengetahui model-model yang terdapat pada penstrukturan dalam konseling.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penstrukturan dalam konseling.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penstrukturan
Dalam kegiatan konseling, seorang konselor sering menemui klien yang belum
mengetahui apa yang dimaksud dengan konseling, atau masih ragu tentang beberapa
aspek yang ada dalam konseling. Misalnya klien tidak mengetahui pengertian, tujuan,
prinsip, asas, proses dan peranan konselor dan klien dalam hubungan konseling. Atau
klien ragu tentang salah satu aspek konseling, seperti ragu tentang asas kerahasiaan.
Untuk klien seperti ini perlu diberikan penstrukturan.Penstrukturan adalah penetapan
batasan oleh konselor tentang hakekat, batas-batas dan tujuan konseling pada umumnya
dan hubungannya dengan aspek-aspek khususnya. Dalam melakukan penstrukturan
konselor memberikan petunjuk tentang apa itu konseling, urutan langkah berfikir atau
urutan tahap yang sebaiknya diikuti (Winkel 1991), sehingga dapat membantu klien
memahami proses yang diikuti- nya sampai pemecahan masalah yang menjadi tujuan
konseling dapat dicapai.

B. Tujuan Penstrukturan
Tujuan penstrukturan adalah untuk menjelaskan peranan konselor, peranan klien,
dan proses konseling yang akan dijalani oleh klien. Atau dengan kata lain penstrukturan
bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada klien tentang pengertian, tujuan, sifat,
asas, prinsip dan prosedur penyelenggaraan konseling (M.Surya, 1988). Penjelasann ini
dimaksudkan agar klien siap menjalani proses konseling secara sukarela, terlibat
langsung, dan aktif dalam konseling. Lebih jauh melalui proses konseling diharapkan
klien dapat menjalankan proses konseling dan melaksanakan hasil-hasil konseling
dengan penuh kesadaran dan bertanggungjawab atas hasil yang diperoleh.
C. Fungsi penstrukturan
Penstrukturan dapat berisi pengertian dan tujuan konseling, bentuk dan proses
konseling, asas dan prinsip konseling, teknik-teknik konseling, peranan konselor dan
klien dalam konseling. Isi penstrukturan yang akan diberikan tergantung kepada
kebutuhan klien. Apakah penstrukturan akan diberikan secara penuh atau hanya
sebagian saja, lebih banyak ditentukan oleh sejauh mana klien membutuhkan sehingga
proses konseling dapat berjalann lancar. Bagi klien yang belum mengetahui hakekat
pelayanan bantuan melalui konseling, perlu diberikan penstrukturan penuh. Sedangkan
terhadap klien yang masih ragu tentang aspek tertentu dari konseling dapat diberikan
penstrukturan sebagian sesuai dengan aspek yang diragukannya itu. Misalnya untuk
klien yang meragukan asas kerahasiaan, konselor cukup melakukan dengan isi asas
kerahasiaan saja. Dilihat dari segi waktu penstrukturan dapat diberikan pada awal, di
tengah proses atau di akhir konseling sesuai dengan kebutuhan klien. Penstrukturan
dapat diberikan langsung oleh konselor tanpa persetujuan klien, diminta oleh klien,
atau diberikan langsung jika ada perta- nyaan dari klien.
Penggunaan teknnik penstrukturan ini akan turut mewarnai proses konseling
yang akan atau sedang dilakukan. Klien yang telah memahami secara baik apa itu
konseling, akan mau terlibat langsung, aktif menjalani proses dan dan melaksanakan
6
hasil konseling. Sementara klien yang belum mengerti atau masih ragu-ragu tentang
konseling akan enggan dan merasa terpaksa mengikuti proses konseling. Keadaan ini
jelas akan mengganggu pencapaian tujuan yang diharapkan. Sehubungan dengan hal
itu, maka penstrukturan hendaknya diberikan dalam bentuk kalimat pernyataan yang
singkat, sederhana, jelas dan mudah dimengerti klien. Melalui penstrukturan yang
diberikan, diharapkan klien terdorong untuk menjalani proses konseling dengan penuh,
yang paada akhirnya klien dapat menjalankan dan menggunakan hasil konseling untuk
mengatasi masalahnya.
Day&Sparacio,1980 (dalam buku Keterampilan-keterampilan Dasar Dalam Konseling)
mengungkapkan bahwa fungsi structuring dibagi menjadi 3,yaitu:
a. Fungsi fasilitatif yaitu untuk memfasilitasi munculnya rasa tanggung jawab,
komitmen, dan keterlibatan atau partisipasi aktif klien dalam proses konseling.
b. Fungsi terapeutik yaitu untuk memecahkan masalah klien dan menyehatkan mental
individu yang bermasalah.
c. Fungsi protektif yaitu untuk melindungi klien agar merasa nyaman dalam
melakukan proses konseling, menjamin kerahasiaan.
D. Model Penstrukturan
Sama seperti banyak interaksi profesional dan sosial memiliki sifat normal, tidak
wajib urut, ritual, atau mengatur fase, begitu juga dengan wawancara klinis. Shea
(1998) mengidentifikasi fase ini sebagai:

1. Pengenalan (Introduction)
Dalam beberapa situasi, fase pengenalan benar-benar dimulai sebelum Anda
melihat klien. Anda dapat mengatur janji awal Anda dengan klien melalui telepon.
Apakah Anda melakukan ini sendiri atau resepsionis membuat panggilan,
menyadari bahwa hubungan terapeutik dimulai dengan kontak awal. Telepon
panggilan, dokumen, dan kejelasan dan kehangatan yang klien akan disambut bisa
membuat mereka merasa nyaman atau membingungkan dan mengintimidasi.
Pewawancara sangat bervariasi dalam bagaimana mereka memberitahu klien dari
pengaturan keuangan, durasi sesi, dan prosedur asupan. Beberapa meninggalkan
tugas ini untuk personil kantor terlatih. Beberapa memberikan informasi dalam
bentuk tertulis. Lainnya pergi secara lisan dengan klien sebelum sesi pertama. Yang
lain memberikan informasi ini selama wawancara. Titik penting adalah bahwa
kontak pertama, apakah melalui surat, telepon, kuesioner, atau secara pribadi,
secara langsung mempengaruhi hubungan Anda dengan klien.
Ketika Anda mengamati perilaku klien Anda, klien Anda secara bersamaan
mengamati Anda dan situasi. Untuk meningkatkan konsistensi persepsi klien,
beberapa profesional selalu mengikuti ritual pengantar yang mencakup beberapa
atau semua hal berikut:

1. Berjabat tangan.
2. Menawarkan sesuatu untuk minum.
3. Mengobrol tentang cuaca atau subjek netral lain saat mereka pergi ke ruang
wawancara pribadi

7
Tugas fase perkenalan akhir melibatkan pendidikan klien dan evaluasi harapan
klien. Beberapa aturan berlaku. Pertama, klien harus diberitahu kerahasiaan dan
batas-batasnya. Proses ini harus sederhana, mudah, dan interaktif. Anda harus jelas
tentang konsep kerahasiaan sebelum memulai wawancara sehingga Anda dapat
menjelaskannya dengan jelas. Anda harus memeriksa dengan klien untuk
menentukan apakah mereka memahami kerahasiaan. Aturan kedua berkaitan
dengan pendidikan dan evaluasi harapan klien klien adalah untuk memberitahu
klien tujuan wawancara ini. Jelas, penjelasan yang Anda berikan mengenai tujuan
wawancara bervariasi tergantung pada jenis wawancara Anda melakukan. Sebuah
pernyataan umum mengenai tujuan wawancara ini membantu menempatkan klien
nyaman dengan mengklarifikasi harapan mereka tentang apa yang akan terjadi
selama sesi. Aturan ketiga adalah untuk melihat apakah harapan klien untuk
wawancara konsisten dengan harapan atau tujuan. Biasanya pertanyaan langsung
yang sederhana, seperti yang pada akhir contoh sebelumnya, melayani tujuan ini.
Pada dasarnya, Anda ingin memastikan klien memahami tujuan wawancara dan
bahwa mereka merasa bebas untuk mengajukan pertanyaan tentang apa yang akan
terjadi.
2. Pembukaan (Opening)

Shea (1998) menulis bahwa pembukaan dimulai dengan pertanyaan pertama


pewawancara tentang masalah klien saat ini dan berakhir ketika pewawancara
mulai menentukan fokus wawancara ini dengan mengajukan pertanyaan spesifik
tentang topik tertentu.

Dalam (1998) Model Shea, pembukaan adalah fase wawancara non-direktif


berlangsung sekitar lima sampai delapan menit. Selama fase ini, pewawancara
menggunakan keterampilan menghadiri dasar dan tanggapan mendengarkan non-
direktif untuk mendorong pengungkapan klien. Tugas pewawancara utama adalah
untuk tetap keluar dari jalan sehingga klien dapat menceritakan kisah mereka.
Pernyataan pembukaan sinyal klien yang basi, perkenalan, dan penjelasan
kerahasiaan dan wawancara lebih dan sekarang saatnya untuk mulai. Sebuah
pernyataan pembukaan terdiri dari pewawancara penyelidikan langsung pertama ke
apa yang membawa klien untuk mencari bantuan profesional. Pernyataan tersebut
biasanya dapat disampaikan dalam tenang, dengan cara yang mudah, sehingga tidak
merasa seperti gangguan dalam aliran. Namun, kadang-kadang, Anda akan perlu
bersikap tegas Anda mulai wawancara.
Ada berbagai pendekatan untuk merumuskan pernyataan pembukaan. Pada
dasarnya, pernyataan pembukaan harus mencakup baik pertanyaan terbuka (yaitu,
pertanyaan yang diawali dengan apa atau bagaimana) atau prompt lembut.
Pernyataan pembukaan dijelaskan adalah contoh dari prompt lembut, yang
merupakan direktif yang biasanya dimulai dengan kata-kata “Katakan padaku.”
Pernyataan pembukaan populer lainnya adalah sebagai berikut:

1. Apa yang membawamu kemari?


2. Bagaimana saya bisa membantu?

8
3. Mungkin Anda bisa mulai dengan menceritakan hal-hal tentang diri Anda,
atau situasi Anda, yang Anda percaya adalah penting.
4. Jadi, bagaimana kabarmu?
5. Apa adalah beberapa tekanan Anda telah mengatasi baru-baru ini? (Shea,
1998)

3. Tubuh (Body)
Tubuh wawancara ditandai terutama oleh pengumpulan informasi.
Kualitas dan kuantitas informasi yang dikumpulkan hampir seluruhnya
tergantung pada tujuan wawancara ini. Jika tujuan wawancara khusus berkaitan
dengan apakah klien akan membuat calon yang baik untuk psikoterapi
psikoanalitik, maka tubuh wawancara akan mencakup mengajukan pertanyaan
yang dirancang untuk membantu Anda menilai, antara lain, apakah klien secara
psikologis pikiran, termotivasi, dan mampu, baik secara finansial dan
psikologis, untuk mencari pengobatan tersebut (J. Gustafson, 1997).

Selama fase tubuh, pewawancara mengumpulkan informasi untuk


membuat kesimpulan profesional tentang klien. Tergantung pada tujuan
wawancara ini, kesimpulan akan berhubungan dengan beberapa hal sebagai
berikut:

-Laporan tentang klien gaya kepribadian dan fungsi.


-Rekomendasi apakah psikoterapi diperlukan.
-Rekomendasi mengenai pendekatan psikoterapi yang paling tepat.
-Pernyataan tentang diagnosis klien, termasuk tayangan diagnostik.
-Perkiraan intelektual klien atau fungsi kognitif.
-Laporan yang berkaitan dengan kemampuan orang tua, sikap, dan kecukupan.
-Laporan mengenai kemungkinan kecanduan, perilaku kriminal masa lalu,
pekerjaan masa lalu, dan hubungan dan pengalaman pendidikan.

4. Penutupan (Closing)
Dengan berjalannya waktu selama wawancara, baik pewawancara dan
klien mungkin merasa tekanan. Biasanya, pewawancara tergoda untuk memecat
beberapa pertanyaan lebih relevan pada klien; itu menjadi perlombaan untuk
melihat apakah Anda dapat menyesuaikan segala sesuatu ke dalam sesi 50- atau
90 menit. Salah satu kunci untuk penutupan halus adalah untuk secara sadar dan
terampil berhenti mengumpulkan informasi baru di suatu tempat antara 5 dan
10 menit sebelum waktu wawancara Anda berakhir.

Klien perlu diyakinkan dan didukung dalam setidaknya dua bidang


utama. Pertama, klien perlu memiliki kemampuan ekspresif mereka memuji.
Hampir semua klien yang secara sukarela mencari bantuan profesional
melakukan yang terbaik yang mereka bisa selama wawancara asupan. Shea
(1998) menunjukkan, mungkin tugas yang paling penting dari penutupan adalah
“memperkuat keinginan pasien untuk kembali untuk janji kedua atau mengikuti
arahan klinisi” (hlm. 125). Salah satu metode terbaik untuk meningkatkan
kemungkinan klien untuk kembali untuk terapi adalah untuk secara jelas
9
mengidentifikasi, selama fase penutupan, tepatnya mengapa klien telah datang
untuk bantuan profesional.

Kebanyakan klien datang ke profesional karena mereka berharap


kehidupan mereka dapat meningkatkan. Jika Anda dapat meringkas bagaimana
mereka ingin memperbaiki kehidupan mereka, klien Anda lebih mungkin untuk
kembali untuk melihat Anda atau mengikuti rekomendasi Anda; mereka melihat
Anda sebagai otoritas kredibel dengan informasi yang berguna dan
keterampilan. Tugas resmi akhir dari pewawancara adalah untuk
mengklarifikasi apakah akan ada kontak profesional lebih lanjut. Hal ini
melibatkan langkah-langkah spesifik dan konkret seperti menjadwalkan janji
temu tambahan, berurusan dengan pembayaran biaya, dan penanganan masalah
administrasi lain yang terkait dengan bekerja di lingkungan tertentu Anda.

5. Penghentian (Termination)
Penghentian merupakan komponen penting dan sering diabaikan dari
wawancara klinis.
a. Melihat Jam
Tentu saja, pewawancara tidak harus benar-benar melihat jam; Namun,
mereka harus mempromosikan ujung sesi tepat waktu. Hal ini penting untuk
memulai fase penutupan cukup awal sehingga ada waktu untuk mengakhiri sesi
dengan baik. Jika tidak ada waktu yang cukup dan klien dan pewawancara yang
bergegas melalui penutupan, fase terminasi mungkin akan terpengaruh. ideal
adalah untuk menyelesaikan dengan semua bisnis klinis pada waktu sehingga
perilaku pemutusan klien dapat diamati dan dievaluasi.

b. Membimbing dan Melakukan Wawancara

Pewawancara perlu kontrol atas sesi pemutusan. Sesi pemutusan terjadi


karena kedua belah pihak mengakui bahwa pertemuan itu berakhir. Ini mungkin
melibatkan mengawal klien keluar bersama dengan sikap perpisahan nyaman
atau ritual. Sebagai aturan, sesi wawancara memiliki ditunjuk waktu berakhir,
dan klien tidak boleh dimaafkan awal (meskipun klien tertentu, seperti remaja,
umumnya mengklaim bahwa mereka memiliki apa-apa lagi untuk berbicara
tentang dan permintaan untuk membiarkan keluar dari sesi mereka awal).
Ketika klien dewasa ingin meninggalkan awal, mungkin sinyal bahwa materi
penting tetapi kecemasan-merangsang dekat permukaan; keinginan untuk
meninggalkan mungkin pertahanan sadar atau tidak-yang dirancang untuk
menghindari mengalami dan berbicara tentang kecemasan mereka. Sebagai
pewawancara, bersiaplah untuk klien yang ingin pergi lebih awal, serta klien
yang ingin tetap terlambat. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat
digunakan sendiri atau dalam kombinasi ketika Anda menemukan klien yang
ingin mengakhiri wawancara awal.

a) Tanyakan mengapa klien ingin pergi lebih awal.

10
b) Minta klien untuk berbicara tentang nya pikiran atau perasaan
sebagai reaksi terhadap proses antar-view atau reaksi terhadap
Anda.
c) Cari tahu apakah klien Anda biasanya berakhir hubungan atau
mengatakan selamat tinggal cepat.
d) Lembut meminta klien untuk hanya “mengatakan apa pun yang
datang ke pikiran” sekarang.
e) Menghadapi Pemutusan

Seringkali, masalah kita sendiri mempengaruhi cara kita mengakhiri


dengan klien. Jika kita khas mendadak dan terburu-buru, itu menunjukkan
dalam cara kita mengucapkan selamat tinggal. Jika kita tidak yakin diri atau
tidak yakin kami melakukan pekerjaan yang cukup baik, kita bisa berlama-lama
dan “tidak sengaja” pergi dari waktu ke waktu. Jika kita biasanya cukup tegas,
dan klien mencoba untuk berbagi satu bit terakhir dari informasi, kita dapat
mengungkapkan iritasi serius dan berakhir di perebutan kekuasaan.batas waktu
yang penting dari kedua praktis dan perspektif interpretif. Untuk kelangsungan
hidup profesional Anda sendiri, tinggal di batas berkaitan dengan awal dan akhir
waktu.
E. Kelebihan dan Kekurangan Penstrukturan
Beberapa kelebihan dari penstrukturan, antara lain:
1. Bagi konseli yang masih ragu dengan asas kerahasiaan ,maka dengan adanya
penstrukturan didalam konseling ini akan lebih meyakinkan konseli.
2. Beberapa konseli ada yang belum mengerti mengenai
tujuan,prinsip,asas,proses,dan peranan konselor dan konseli didalam proses
konseling,maka didalam penstrukturan inilah konseli dapat lebih memahami
beberapa hal tersebut.
3. Lebih melancarkan proses konseling.

Beberapa kekurangan dari penstrukturan, antara lain:


1. Terlalu banyak structuring yaitu konseli akan terdorong untuk merasa dihambat
dalam mengekspresikan dirinya pada pelaksanaan konseling individu.
2. Terlalu sedikit structuring yaitu konseli akan merasa cemas dan bingung tentang
bentuk kegiatan konseling individu yang akan dilaksanakan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penstrukturan adalah penetapan batasan oleh konselor tentang hakekat, batas-
batas dan tujuan konseling pada umumnya dan hubungannya dengan aspek-aspek
khususnya. Dalam melakukan penstrukturan konselor memberikan petunjuk tentang
apa itu konseling, urutan langkah berfikir atau urutan tahap yang sebaiknya diikuti
(Winkel 1991), sehingga dapat membantu klien memahami proses yang diikuti- nya
sampai pemecahan masalah yang menjadi tujuan konseling dapat dicapai.
Day&Sparacio,1980 (dalam buku Keterampilan-keterampilan Dasar Dalam Konseling)
mengungkapkan bahwa fungsi structuring dibagi menjadi 3,yaitu: Fungsi fasilitatif
yaitu untuk memfasilitasi munculnya rasa tanggung jawab, komitmen, dan keterlibatan
atau partisipasi aktif klien dalam proses konseling, Fungsi terapeutik yaitu untuk
memecahkan masalah klien dan menyehatkan mental individu yang bermasalah,
Fungsi protektif yaitu untuk melindungi klien agar merasa nyaman dalam melakukan
proses konseling, menjamin kerahasiaan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Shea, S. C. (1998). Psychiatric interviewing: The art of understanding. Philadelphia: W. B. Saunders. Chapter 2 of Shea’s
book is titled “The Dynamic Structure of the Interview” and provides a thorough and practical discussion of the temporal
structure typical of most diagnostic clinical interviews.
Supriyono dan Mulawarman. Ketrampilan Dasar Konseling. (Semarang: Bimbingan dan Konseling UNNES). 2006.Hal: 45

13

Anda mungkin juga menyukai