Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MEDIA KONSELING

KONSEP DASAR MEDIA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada


mata kuliah Media Konseling
Dosen Pengampu:
Hammi Latifah, S.Sos.I.M.A

Disusun oleh:
BKI D Kelompok 1
1. Dela Vranciska (1841040257)
2. Dwi Rizki Hendrawan (1841040306)
3. Heni Tia Anisa (1841040126)
4. Hidayah Wiji Hastuti (1841040252)
5. Isma Hasanah (1841040316)
6. Tyana Hagiany (1841040299)

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TA 2020/1441 H

i
KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut Asma Allah SWT yang Mahapengasih lagi


Mahapenyayang. Atas berkat limpahan berkah dan hidayah-Nya beserta ilmu
yang selalu diberikan kepada hambanya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.

Adapun makalah ini membahas tentang Konsep Dasar Media dalam


Bimbingan dan Konseling. Makalah ini telah kami kerjakan dengan semaksimal
mungkin, dan tentu dengan bantuan oleh pihak lain, sehingga terbentuklah
makalah ini. Tentu saja kami ucapkan banyak terimakasih atas bantuan para pihak
lain atas bantuanya sehingga terlaksanalah sampai tuntas tugas kami ini. Namun
tak luput dari itu manusia adalah tempatnya salah dan dosa kami menyadari dalam
makalah kami ini masih terdapat banyak sekali kekurangan maupun kesalahan.
Oleh karena itu kami selaku penyusun berlapang dada dan membuka tangan
kepada Ibu dosen atau pun teman-teman sekalian sekiranya dapat memberikan
kritik atau pun saran yang membangun, agar dapat menjadi bahan pengalaman
kami untuk kedepannya agar menjadi lebih baik.

Dan kami berharap makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat
bagi semua orang dan dapat menambah illmu pengetahuan tentang struktur hadis.

Bandar lampung, 19 Oktober 2020

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................i

Kata Pengantar..................................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................................iii

Bab I  Pendahuluan

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................2

C. Tujuan Penulisan....................................................................................2

Bab II Pembahasan

A. Hakikat Media dalam Bimbingan dan Konseling...................................3

B. Pengertian Media Bimbingan dan Konseling..........................................6

C. Manfaat dan Fungsi Media dalam Konseling........................................10

Bab III Penutup

A. Kesimpulan ...........................................................................................13

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan konseling dimaksudkan untuk membantu merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa atau peserta didik untuk tumbuh dan
berkembang secara maksimal sesuai dengan tahap perkembangan dan
kemampuan yang dimiliki pada masing-masing siswa, serta sesuai dengan
tuntutan yang positif di lingkunganya khususnnya di sekolah. Dalam
kaitan ini, bimbingan dan konseling membantu siswa untuk menjadi insan
yang berguna dalam kehidupannya.
Bimbingan konseling mempunyai beberapa layanan, layanan
tersebut akan optimal biladitunjang dengan sebuah layanan pendukung
atau fasilitas yang mendukung contohnya media BK. Gagne menyatakan
bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsangnya untuk belajar. Definisi tersebut mengarahkan
kita untuk menarik suatu simpulan bahwa media adalah segala jenis
(benda) perantara yang dapat menyalurkan informasi dari sumber
informasi kepada orang yang membutuhkan informasi.1
Media dalam pembelajaran itu terutama Bimbingan dan konseling
dapat menggunakan media cetak seperti pamflet, postest, banner, dan
elektronik seperti pemanfaatan teknologi internet (blog, facebook, dan
jejaring sosial lainnya). Media adalah sesuatu berupa peralatan yang dapat
di pakai dan dimanfaatkan untuk merangsang perkembangan dari berbagai
aspek baik itu fisik, motorik, sosial, emosi kognitif, kreativitas dan bahasa
sehingga mampu mendorong dan memudahkan terjadinya proses belajar
mengajar pada Guru BK atau konselor dan peserta didik. Banyak sekali
pendapat bahwa Guru BK atau konselor tidak perlu menggunakan media
baik cetak maupun elektronik sebagai alat untuk pembelajaran.

1 P.M Winarno (Penerjemah), 2019, Konseling: Profesi yang Menyeluruh, Edisi ke-6,
Jakarta: Permata Puri Media, hal. 27

1
Perlu diketahui setiap para pendidik atau Guru BK atau konselor
sebaiknya dapat menggunakan media yang ada agar dapat mempermudah
dalam pemberian informasi kepada para peserta didik yang bertujuan agar
peserta didik dapat memahami informasi atau pengetahuan secara baik.2
Produksi media merupakan segala upaya yang dilakukan nuntuk
menciptakan dan mengolah media (benda visual maupun non visual)
dengan cara mempergunakan segala sumberdaya (tenaga, pikiran, dana).
Dengan upaya memanfaatkan media elektronik diharapkan dapat
digunakan sebagai upaya pengembangan kemampuan peserta didik
maupun konseli untuk dapat menghadapi dan mengatasi masalah-masalah
yang sedang dihadapinya.3
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat media dalam bimbingan dan konseling?
2. Apa pengertian dari media dalam bimbingan dan konseling?
3. Apa saja manfaat serta fungsi dari media dalam bimbingan dan
konseling?
C. Tujuan Penulisan
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, berdasarkan latar belakang
dan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui seperti apa hakikat media dalam bimbingan dan
konseling.
2. Untuk mengetahui pengertian dari media dalam bimbingan dan
konseling.
3. Untuk mengetahui apa saja manfaat serta fungsi dari media dalam
bimbingan dan konseling.

2 S. Goss dan K. Anthony, (2009), “Developments in the Use of Technology in


Counselling and Psychotherapy”, British Journal of Guidance and Counselling, Vol. 37
No.3, hal. 224
3 Sally Evans, (2014), “The Challenge and Potential of the Digital Age: Young People
and the Internet”, Transactional Analysis Journal, Vol. 44(2), hal. 157

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Media dalam Bimbingan dan Konseling

1. Bimbingan dan Konseling sebagai Proses Komunikasi


Manusia selalu berkomunikasi satu dengan lainnya, karena
sesungguhnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
interaksi antara satu dengan lainnya. Individu menghabiskan 70 persen
waktunya untuk berkomunikasi, baik melalui tulisan maupun
perkacapan.
Komunikasi adalah proses penerimaan dan penyampaian pesan dan
pemahaman pada waktu yang sama tanpa ada awal dan akhir. Semua
berkomunikasi melibatkan pengiriman simbol dengan makna tertentu.
Simbol ini dapat berupa simbol verbal dan non verbal. Ketepatan
penyampaian simbol-simbol dalam komunikasi tergantung pada
seberapa jauh ketepatan penerimaan dalam menafsirkan informasi
yang diberikan pengirim pesan.
Dengan adanya ketepatan informasi ini maka terjadilah apa yang
dinamakan dengan “penerima” mengetahui apa yang diketahui
pengirim, penerima menilai sebagaimana pengirim menilai, penerima
merasakan sebagaimana yang dirasakan pengirim, dan memutuskan
apa yang ingin diputuskan oleh pengirim.4
Bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang
melibatkan seorang guru BK maupun konselor dalam upaya
memandirikan peserta didik atau klien. Bimbingan dan konseling yang
memandirikan mengamanatkan kepada guru BK atau konselor untuk
memahami tiap konseli secara utuh.
Dengan bermodalkan kesadaran diri dan kemampuan
interpesonalnya untuk memahami konseli secara empati, konselor

4 Luhur Wicaksono, “Bimbingan dan Konseling Menjawab Tantangan Abad XXI”,


Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, hal. 46

3
melakukan interaksi bimbingan dan konseling yang peduli terhadap
kebaikan. Dalam proses bimbingan dan konseling itu, konselor
memfasilitasi konseli untuk menyadari dirinya, mengeksplorasi
permasalahan yang dihadapi serta kemungkinan-kemungkinan yang
terbuka. Dari situ, selanjutnya konseli difasilitasi untuk menetapkan
pilihan atau mengambil keputusan yang baik untuk dirinya sendiri dan
orang-orang sekitarnya.5
Proses bimbingan dan konseling merupakan proses komunikasi,
artinya di dalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seseorang
(sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima
pesan). Pesan yang dikirimkan biasanya berupa informasi atau
keterangan dari pengirim (sumber pesan). Pesan tersebut diubah dalam
bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang seperti kata-kata, bunyi-
bunyi, gambar dan sebagainya.
Melalui saluran (channel) seperti powerpoint, OHP, film, pesan
diterima oleh si penerima pesan melalui indra (mata dan telinga) untuk
diolah, sehingga pesan disampaikan oleh penyampai pesan dapat
diterima dan dipahami oleh si penerima pesan.
Komunikasi merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat
beberapa komponen yang terlibat, diantaranya komunikator,
komunikan, channel, message, feedback, dan noise/barrier. Pesan
yang disampaikan oleh komunikator diteruskan oleh saluran atau
channel sampai ke komunikan sebegai penerima pesan. Dipahami atau
tidaknya sebuah pesan oleh komunikan.
Feedback positif menunjukkan bahwa pesan dipahami dengan
baik, sebaliknya feedback negatif menunjukkan pesan mungkin saja
tidak dipahami dengan benar. Untuk membantu penyampaian pesan ini
diperlukan saluran berupa media. Faktor yang dapat menyebabkan
pesan tidak dipahami dengan baik karena adanya noise dan barrier
atau hambatan dan gangguan. Noise ini dapat dipahami oleh

5 Pudji Rahmawati, (2014), Media Bimbingan dan Konseling, Surabaya: UIN Sunan
Ampel Press. hal. 5

4
komunikator, bisa terjadi pada komunikan, pada pesan juga pada
channel.
Sebagai bentuk komuikasi, layanan bimbingan konseling manapun
sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat
keefektifan pencapain tujuan. Menurut Berlo (1960), komunikasi
tersebut akan efektif jika ditandai dengan adanya “area of experience”
atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan
penerima pesan.6
2. Kedudukan Media dalam Sistem Bimbingan dan Konseling
Sebelum membahas tentang sistem bimbingan dan konseling, kita
pahami terlebih dahulu kata “sistem”. Sistem adalah suatu totalitas
yang terdiri dari sejumlah komponen atau bagian yang saling berkaitan
dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Bimbingan dan
konseling dikatakan sebagai sistem karena di dalamnya mengandung
komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan komponen-komponen tersebut meliputi: masalah,
tujuan, teknik, media dan evaluasi. Masing-masing komponen saling
berkaitan erat merupakan satu kesatuan. 7
Proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling selalu
diawali identifikasi masalah atau tugas perkembangan yang akan
dicapai. Selanjutnya akan dirumuskan tujuan yang akan dicapai,
dilanjutkan menentukan masalah/materi yang akan dibahas.
Media bimbingan konseling merupakan sarana yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan bimbingan dan konseling yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa
maupun konseli untuk memahami diri, mengarahkan diri, mengambil
keputusan serta memecahkan masalah yang dihadapi.8 Penggunaan
media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa atau
konseli tertarik pada layanan bimbingan dan konseling, serta untuk
6 Ibid., hal.6
7 A. Said hasan basri, (2010), “Peran Media Dalam Layanan BKI di Sekolah”,
Jurnal Dakwah, Vol. XI no. 1, hal. 31
8 Putra Setiawan dkk, (2018), “Media Pembelajaran yang Digunakan guru BK
dalam pelaksanaan layanan Peminatan”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling, Vol. 3 No. 4, hal. 35

5
belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik,
dan meningkatkan penampilan dalam keterampilan sesuai dengan yang
menjadi tujuan bimbingan dan konseling. Pemberian layanan
menggunakan media memberikan contoh konkret dan memberikan
banyak kesempatan pada siswa untuk turut berinteraksi dalam
pemberian layanan.
Peranan teknologi informasi dalam bimbingan dan konseling
sangatlah banyak, diantaranya mempermudah dalam merencanakan
dan merancang pelayanan bimbingan dan konseling, memproses data
terkait pelayanan bimbingan dan konseling menciptakan aplikasi
dalam membantu pelayanan bimbingan dan konseling, mengolah data
pelayanan bimbingan dan konseling, dan masih banyak hal yang
bermanfaat bagi terlaksananya bimbingan dan konseling yang efektif.
Media dengan memanfaatkan teknologi dalam layanan bimbingan
konseling memungkinkan guru dan siswa untuk dapat berinteraksi
tanpa batas dengan tetap memperhatikan asas dan kode etik bimbingan
konseling.9

B. Pengertian Media dalam Bimbingan dan Konseling


Istilah media berasal dari bahasa Latin “medius” dan merupakan
bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti
“tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Kata media dalam Bahasa Arab
juga bermakna perantara dari kata “wasaailu” atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan.10
National Education Association mendefinisikan media sebagai
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual dan
peralatannya, sehingga media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan
dibaca. Media selain berupa segala bentuk komunikasi menurut
Asosiasi teknologi dan komunikasi pendidikan Amerika (AECT:
Association of Education and Communication Technology), juga
9 Pudji Rahmawati, Op.Cit., hal. 7
10 Arief S. Sadiman, dkk. (2009), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatan, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, hal. 6

6
merupakan segenap saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi.
Media dalam aplikasinya di bidang pendidikan menurut Gagne
berkaitan dengan berbagai jenis komponen dalam lingkungan belajar
peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar.11
Briggs juga berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar,
contohnya buku, film, rekaman dan lain sebagainya. Gagne dan Briggs
secara mendalam mengatakan bahwa media pendidikan meliputi alat yang
secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang
terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film
slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer serta apa saja yang dapat
dijadikan alat bantu dalam pembelajaran.
Oleh sebab itu, media dapat dikatakan sebagai komponen sumber
belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di
lingkungan peserta didik yang dapat memberikan menstimulus untuk
belajar.12
Menurut Sertzer dan Stoure bimbingan atau guidance berasal dari
kata guide yang berarti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan,
menentukan, mengatur atau mengemudikan). Sementara konseling
menurut Shertzer dan Stone didefinisikan sebagai sebuah proses
pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami dirinya
sendiri dan lingkungannya.
Kedua kata bimbingan dan konseling tersebut memiliki arti istilah
yang tidak jauh berbeda. Bimbingan dari kata “guidance” yang bermakna
menunjukkan atau membimbing. Kemudian konseling berasal dari kata
“counselingl” yang mengandung arti menasehati atau mengarahkan. Maka
dari itu, kedua kata tersebut merupakan satu kesatuan yang saling
mengisi sebagai sebuah proses bantuan. Hubungan dan kedudukan
keduanya dipandang bermacam-macam oleh para ahli. Ada yang

11 Edy Kusnadi, (2017), “Instrumen dan Media dalam Bimbingan dan Konseling”,
Journal of Islamic Guidance and Counselling, Vol. 1 No. 1, hal. 3
12 Azhar Arsyad, (2009), Media Pembelajaran Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hal. 3

7
memandang konseling sebagai teknik dari bimbingan, artinya
konseling berada di dalam atau menjadi bagian dari bimbingan. Sedangkan
ahli yang lain memandang bimbingan lebih mengutamakan pada proses
pencegahan (preventif) munculnya masalah, sementara konseling lebih
mengutamakan pada penanganan (kuratif atau korektif) dari masalah yang
dihadapi manusia.
Menurut Mochamad Nursalim media bimbingan dan konseling
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
bimbingan dan konseling yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan klien untuk memahami diri, mengarahkan diri.
Mengambil keputusan serta memecahan masalah yang dihadapi. Di dalam
bimbingan dan konseling metode komunikasi yang digunakan ada
komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung.13
Metode langsung berarti proses komunikasi dalam bimbingan dan
konseling tersebut terjadi secara langsung tatap muka. Sedangkan metode
komunikasi tidak langsung adalah metode bimbingan dan konseling yang
dilakukan melalui media komunikasi.
Jadi, Media bimbingan dan konseling adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan bimbingan dan konseling
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa/
konseli untuk memahami diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan
serta memecahkan masalah yang dihadapi selanjutnya penggunaan media
secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa maupun klien
tertarik pada layanan bimbingan dan konseling, serta untuk belajar lebih
banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan
penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan yang menjadi
tujuan bimbingan dan konseling.
Ciri-ciri umum yang terkandung dalam pengertian media adalah: (1)
Media memiliki pengertian fisik (hardware), yaitu suatu benda yang dapat
dilihat, didengar atau diraba panca indera; (2) Media memiliki pengertian
13 Rima Hazrati, dkk, Pengaruh Media dalam Layanan Bimbingan Kelompok terhadap
Pengaturan Diri Siswa Kelas XI di SMAN 56 Jakarta, Jurnal Bimbingan Konseling, hal.
96

8
non fisik (software), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam
perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa;
(3) Penekanan media terdapat pada visual dan audio; (4) Media merupakan
alat bantu pada proses belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas;
(5) Digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi pembimbing dan
siswa dalam proses layanan; (6) Dapat digunakan secara massal (misalnya:
radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide,
video), atau perorangan (misalnya: komputer, modul, radio tape, video
recorder).14
Potensi penggunaan teknologi informasi untuk Bimbingan dan
Konseling menurut Cabanis (1999) yaitu, terdapat 8 potensi
teknologi komputer berbasis internet yang dapat digunakan untuk
Bimbingan dan Konselling yaitu :
1. Email/Surat elektronik, yang berpotensi untuk terapi, screening,
client/therapist, surat menyurat untuk penjadwalan janji, monitoring
inter-sessions, dan tindak lanjut post-therapeutic, transfer rekaman
klien, referal, masukan, pekerjaan rumah, penelitian dan colegial
professional,
2. Website/Homepages, berpotensi untuk informasi, dan publikasi,
3. Komputer konfrensi video, berpotensi penggunaan oleh konselor
antara lain, untuk terapi, pekerjaan rumah, refeal, dan konsultasi,
4. Sistem bulletin board/listservs/newsgroup, untuk konsultasi,
referal/alih tangan kasus, sumberdaya untuk informasi, dan kegiatan
asosiasi professional,
5. Simulasi terkomputerisasi, untuk supervisi dan pelatihan kompetensi,
6. Pangkalan data/FTP Sites, untuk penelitian, sumber informasi
bagi terapis, sumber informasi perpustakaan, transfer rekaman klien,
penilaian dan analisis,
7. Chat Rooms/Electronic Discussion Groups, untuk terapi kelompok,
membantu dirisendiri dan asesmen/pengukuran,

14 Hardi Prasetiawan dan Said Alhadi, (2018), “Pemanfaatan Media Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah se-Kota Yogyakarta”,
Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling 3(2), hal. 89

9
8. Software berbasis internet, berpotensi untuk pelatihan keterampilan
dan keahlian, bantuan diri sendiri dan pelatihan ketrampilan dan
pekerjaan rumah.15

C. Manfaat serta Fungsi Media dalam Bimbingan dan Konseling

Perolehan pengetahuan siswa berarti seperti yang digambarkan


dalam Kerucut Pengalaman Edgar Dale bahwa pengetahuan akan semakin
abstrak apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal ini
memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya siswa atau konseli hanya
mengetauhi tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang
terkandung di dalamnya. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan
persepsi siswa.
Oleh sebab itu, sebaiknya siswa atau konseli memiliki pengalaman
yang lebih konkrit, pesan yang ingin disampaika benar-benar dapat
mencapai sasaran tujuan.16 Secara umum media mempunyai kegunaan:
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalis,
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra,
3. Menimbulkan garah/minat siswa, interaksi lebih langsung antar siswa
dengan guru bimbingan dan konseling (guru BK),
4. Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama,
5. Proses layanan bimbingan dan konseling dapat lebih menarik,
6. Proses layanan bimbingan dan konseling menjadi lebih interaktif,
7. Kualitas layanan bimbingan dan konseling dapat ditingkatkan,
8. Meningkatkan sikap positif siswa terhadap materi layanan bimbingan
dan konseling.17
Manfaat media dalam bimbingan dan konseling sangatlah banyak,
diantaranyamempermudah dalam merencanakandan merancang pelayanan

15 Nurita Br Bangun dan Abdul Hasan Saragih, (2015), “Pengembangan Media Web
dalam Bimbingan Konseling”, Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Pendidikan, Vol. 2 No. 1, hal. 101
16 Hardi Prasetiawan, (2017), “Media dalam Layanan Bimbingan dan Konseling”, The
5th Urecol Proceeding, ISBN 978-979-3812-42-7: 1529-1536, hal. 1534
17 Eka Heriyani dan Cici Yulia, Media dalam Pelayanan Konseling, hal. 15

10
bimbingandan konseling, memproses data terkait pelayanan bimbingan
dan konseling, menciptakan aplikasi dalam membantu pelayanan
bimbingan dan konseling, mengolah data pelayanan bimbingan dan
konseling, dan masih banyak hal yang bermanfaat bagi terlaksananya
bimbingan dan konseling yang efektif. Menurut Zamroni keuntungan
Konselor dari penyelenggaraan bimbingan dan konseling berbantuan
media, yaitu:
1. Menjadikan konselor sebagai pribadi yang terlatih, efektif dan efisisen
dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
2. Menjadikan konselor sebagai pendidik yang memiliki kepedulian
terhadap pendidikan dan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
3. Menjadikan konselor lebih terampil terhadap tren penggunaan
teknologi dalam bimbingan dan konseling.
4. Menjadikan konselor memiliki kemampuan untuk menggunakan
sumber-sumber teknologi lain yang dapat dimanfaatkan dalam proses
bimbingan dan konseling. Menjadikan konselor lebih tertarik untuk
mengembangkan perencanaan penggunaan teknologi dalam
bimbingan dan konseling.
5. Meningkatkan kemampuan evaluasi (assesment) terhadap efektifitas
penggunaan media komputer dalam penyelenggaraan bimbingan dan
konseling.18
Dalam kaitannya dengan fungsi media bimbingan dan konseling,
dapat ditekankan beberapa hal berikut ini.

1. Penggunaan media bimbingan dan koseling bukan merupakan fungsi


tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantuan
untuk mewujudkan situasi bimbingan dan konseling yang lebih
efektif.

18 Triyono dan Rahmi Dwi Febriani, (2018), “Pentingnya Pemanfaatan Teknologi


Informasi oleh Guru Bimbingan dan Konseling”, Jurnal Wahana Konseling, Vol. 1.
No. 2, hal. 79

11
2. Media bimbingan dan konseling merupakan bagian internal dari
keseluruhan proses layanan bimbingan dan konseling. Hal ini
mengandung pengertian bahwa media bimbingan dan konseling
sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling
berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptkan
situasi yang diharapkan.
3. Media bimbingan dan konseling dalam penggunaannya harus relevan
dengan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dan isi layanan
bimbingan dan konseling itu sendiri. Fungsi ini mengandung makna
bahwa pemilihan dan penggunaan media dalam bimbingan
konselingsebagai harus selalu melihat pada kompetensi atau tujuan
dan bahan atau materi bimbingan dan konseling.
4. Media bimbingan dan konseling bukan berfungsi sebagai alat hiburan,
dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya sekedar
untuk permainan atau memancing perhatian siswa/klien.
5. Media bimbingan dan konseling bisa berfungsi untuk mempelancar
proses bimbingan dan konseling. Fungsi ini mengandung arti bahwa
melalui media bimbingan dan konseling siswa dapat lebih mudah
memahami masalah yang dialami atau menangkap bahan disajikan
lebih mudah dan lebih cepat.
6. Media bimbingan dan konseling berfungsi untuk meningkatkan
kualitas layanan bimbingan dan konseling. Pada umumnya hasil
bimbingan konseling yang diperoleh siswa dengan menggunakan
media bimbingan dan konseling akan tahan lama mengendap.19

BAB III

PENUTUP

19 Eka Heriyani, Op.Cit., hal. 17

12
A. Kesimpulan
Penggunaan media dalam bimbingan dan konseling islam
sangat dibutuhkan, karena media dapat memperjelas penyajian pesan
dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar, dan agar tidak terlalu bersifat verbalistik. Media
dapat juga meningkatkan dan mengarahkan perhatian audiens sehingga
dapat meningkatkan motivasi belajar. Di samping itu, media dapat
mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. Ukuran objek yang
terlalu besar atau kecil dapat digantikan dengan visualisasi gambar film
atau model. Gerak yang terlalu lambat atau cepat, atau kejadian di masa
lalu juga bisa dihadirkan lewat video, objek yang terlalu kompleks
serta konsep yang terlalu luas, dapat dengan mudah disajikan melalui
media. Selain itu, media juga dapat memberikan kesamaan persepsi dan
pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungannya,
walaupun kondisi siswa heterogen.
Berbagai manfaat penggunaan media tersebut di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa media sebagai sarana dalam bimbingan dan
konseling sangat besar perannya dalam membantu pelaksanaan layanan
bimbingan dan koseling. Peran media ini tidak hanya sebatas pada
penggunaan alat-alat media semata, tetapi juga dapat difungsikan sebagai
satu kesatuan program bimbingan dan konseling di sekolah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: PT


Rajagrafindo Persada.
Basri, A. Said Hasan. (2010). “Peran Media Dalam Layanan BKI
di Sekolah”. Jurnal Dakwah. Vol. XI No. 1: 23-40.
Rahmawati, Pudji. (2014). Media Bimbingan dan Konseling.
Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.
Sadiman, Arief S. dkk. (2009). Media Pendidikan: Pengertian,
Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Winarno, P.M (Penerjemah). (2019). Konseling: Profesi yang
Menyeluruh. Edisi ke-6. Jakarta: Permata Puri Media.
Bangun, Nurita Br dan Abdul Hasan Saragih. (2015).
“Pengembangan Media Web dalam Bimbingan Konseling”. Jurnal
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan, Vol. 2 No. 1:
2407-7488.
Evans, Sally. (2014). “The Challenge and Potential of the Digital
Age: Young People and the Internet”. Transactional Analysis Journal.
Vol. 44(2): 153-166.
Goss, S. dan K. Anthony. (2009). “Developments in the Use of
Technology in Counselling and Psychotherapy”. British Journal of
Guidance and Counselling. Vol. 37 No.3: 223-230.
Hazrati, Rima dkk. “Pengaruh Media dalam Layanan Bimbingan
Kelompok terhadap Pengaturan Diri Siswa Kelas XI di SMAN 56
Jakarta”, Jurnal Bimbingan Konseling. hal: 94-98.
Kusnadi, Edy. (2017). “Instrumen dan Media dalam Bimbingan
dan Konseling”. Journal of Islamic Guidance and Counselling. Vol. 1 No.
1: 1-13.

xiv
Prasetiawan, Hardi. (2017). “Media dalam Layanan Bimbingan dan
Konseling”. The 5th Urecol Proceeding. ISBN 978-979-3812-42-7: 1529-
1536.
Prasetiawan, Hardi dan Said Alhadi. (2018). “Pemanfaatan Media
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan
Muhammadiyah se-Kota Yogyakarta”. Jurnal Kajian Bimbingan dan
Konseling 3(2): 87-98.
Setiawan, Putra dkk. (2018). “Media Pembelajaran yang
Digunakan guru BK dalam pelaksanaan layanan Peminatan”. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Vol. 3 No. 4: 33-42.
Triyono dan Rahmi Dwi Febriani. (2018). “Pentingnya
Pemanfaatan Teknologi Informasi oleh Guru Bimbingan dan Konseling”.
Jurnal Wahana Konseling. Vol. 1. No. 2: 74-82.
Wicaksono, Luhur. “Bimbingan dan Konseling Menjawab
Tantangan Abad XXI”. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan: 40-51.

xv

Anda mungkin juga menyukai