Oleh :
IVAN SYAHDILA (11940211336)
Dosen Pengampu :
RAHMAD M.Pd
PENDAHULUAN
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menamakan teknik konseling yaitu
keterampilan konseling, strategi konseling dan teknik teknik konseling. Semua istilah tersebut
mengandung pengertian yang sama yakni cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam
hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu
mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan yakni nilai
sosial, nilai budaya dan nilai agama.
Bagi seorang konselor, mengatasi teknik konseling adalah hal yang mutlak
diperlukan. Sebab dalam proses konseling, penguasaan teknik merupakan kunci keberhasilan
untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespons
klien dengan teknik yang benar sesuai dengan keadaan klien saat itu.
Jadi, seorang konselor yang profesional harus mampu menggunakan teknik teknik
konseling dengan semestinya, jangan sampai seorang konselor salah menggunakan teknik
dalam proses konseling yang nantinya menyebabkan proses konseling tersebut tidak berjalan
dengan efektif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
PEMBAHASAN
(TEKNIK UMUM)
Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahapan-
tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum,
diantaranya:
1. Menerima Klien
Kesediaan klien dalam proses konseling akan tergantung pada seberapa baik konselor
dapat menerima klien sebagaimana adanya secara positif. Dalam arti konselor tidak menuntut
klien tampil dengan kondisi, cara, sikap tertentu, dan tidak memberikan label-label tertentu
pada klien. Konselor meyakini dan tidak mempermasalahkan adanya perbedaan dengan klien
dalam beberapa hal, seperti perbedaan latar belakang, status ekonomi, usia, profesi,
pendidikan, norma dan nilai-nilai yang dimiliki, dan sebagainya.
Konselor yang dapat menerima klien secara positif dengan sikap ramah tamah, hangat
dan penuh perhatian akan memberikan dampak positif kepada klien. Klien akan merasa
bahwa dia benar-benar diterima, dipahami, diperhatikan, dan merasa bahwa konselor benar-
benar siap membantunya.
M. Surya (1988) penerimaan terhadap klien berkaitan dengan pemahaman dan sangat
mempengaruhi hubungan antar manusia yaitu hubungan antara konselor dengan klien.
Menerima klien berkaitan dengan rasa hormat tehadap individu sebagai pribadi yang
memiliki harga diri. Sejalan dengan itu Taylor (dalam M. Surya: 1988) mengidentifikasi ada
dua komponen penerimaan.
a. Kepala : kaku
b. Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat
klien sedang bicara, mata melotot.
c. Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien
menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
d. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk
memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
e. Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar
Penerimaan menggambarkan menerima individu sebagaimana adanya, dengan
menghormati individu sebagai manusia yang memiliki martabat, akan membantu
memperlancar hubungan konseling. Contoh:
Cara konselor seperti ini akan menggambarkan penerimaan yang positif dari konselor,
dan akan menimbulkan rasa diterima secara penuh pada diri klien.
Posisi duduk antara konselor dan klien haruslah berhadapan secara sejajar. dalam
menyelenggarakan konseling, jarak duduk yang sebaiknya adalah antara 80 cm sampai 100
cm, dengan tidak memakai pembatas atau meja. Tujuan jarak duduk yang demikian agar
konselor dapat dengan mudah menangkap isyarat-isyarat yang ditampilkan klien, baik
gerakan-gerakan atau isyarat non verbal, sehingga konselor dapat memberikan respon secara
tepat, mulai dari awal konseling sampai terakhirnya konseling.
Salah satu factor yang mempengaruhi suasana konseling adalah sikap duduk konselor
selama menghadapi klien. Konselor yang duduk dengan seenaknya akan memberi kesan
santai, dan ini akan ditangkap oleh klien bahwa konselor kurang serius dan kurang menerima
klien. Klien tidak serius diperhatikan dan merasa konselor tidak serius serta kurang siap
untuk memberikan bantuan kepada klien. Sikap duduk yang terlalu tegap juga akan
memberikan kesan tertentu kepada klien, klien merasa bahwa dirinya sedang berhadapan
dengan orang yang mengadili atau mengintrogasinya. Keadaan ini akan membuat klien takut
dan ragu-ragu untuk mengemukakan masalahnya.
W. S. Wingkel (1991:332) menjelaskan jarak dan cara duduk yang diharapkan dalam
konseling perorangan adalah sebagai berikut :
Sikap dan jarak duduk yang demikian akan memberikan kesan bahwa konselor
memiliki perhatian yang besar terhadap klien, dan benar-benar siap untuk memberikan
bantuan.
Walaupun sikap dan jarak duduk yang diharapkan adalah seperti yang diuraikan
terdahulu, namun perlu disadari bahwa sikap duduk yang demikian tidaklah kaku. Selama
proses konseling berlangsung, konselor dapat saja menggerak-gerakkan tangan untuk
memberikan respon terhadap isi pembicaraan klien, baik untuk tujuan memberi penguatan
maupun mempertegas isi pembicaraan. Sikap duduk yang baik memberikan kesan positif
kepada klien, disamping konselor juga lebih bebas untuk memberikan respon yang bersifat
non verbal.
3. Kontak Mata
Kontak mata adalah pusat pandangan konselor yang tertuju pada sasaran yang tepat
pada klien. Sasaran yang tepat adalah bila pandangan konselor ditunjukan pada sesuatu
secara wajar, sehingga menimbulkan kesan bahwa konselor manaruh perhatian penuh kepada
klien. Winkel (1991) mengemukakan bahwa kontak mata dapat mendorong tanggapan verbal
dan atau menyatakan sikap dasar konselor pada klien.
Pandangan yang tertuju pada bagian tertentu saja pada diri klien atau pandangan yang
selalu berpindah-pindah pada bagian-bagian diri klien, akan mempengaruhi sikap klien.
Biasanya klien akan canggung berbicara, tidak lancar mengemukakan masalahnya, risih,
bahkan bisa menjadi salah tingkah, keadaan ini jelas menggangu jalannya konseling.
Lebih jauh Winkel (1991) menjelaskan bahwa kontak mata harus dapat
menghindarkan kesan bahwa konselor memaksa, mengejar atau mempermasalahkan klien.
Kontak mata yang memandang daerah pas foto klien secara wajar, akan memberi kesan
bahwa konselor benar-benar memberikan kesempatan kepada klien untuk mengutarakan
masalah dan klien merasa bahwa ia diterima apa adanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dan beberapa teknik diatas hanya sebagian kecil dari teknik umum yang harus
dipahami oleh konselor saat melaksanakan konseling perorangan. Teknik-teknik umum
dalam konseling perorangan akan mempermudah konselor dalam memahami dan
memberikan layanan, sehngga proses konseling pun akan berjalan dengan baik dan lebih
efektif.
B. Saran
Jadi mahasiswa BK yang nantinya akan menjadi seorang konselor harus benar-benar
memahami setiap teknik yang ada dalam konseling perorangan sehingga pelaksanaan
konseling perorangan nya berjalan dengan efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Juntika, Achmad. 2007. Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung: Reflika Aditama
Karneli, Yeni. 2000. Teknik dan Laboratorium Konseling 1. Padang : DIP UNP
Mampiare, Andi. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta
Sofyan S. Willis. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2009. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Remaja Rosdakarya.