` Rahmahastuti (11940221830)
Dosen Pengampu
M. Sangap Siregar, S.Pd. M.A.
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin,
rahmat, dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
dengan judul “Pelayanan Konseling Terpadu Bagi Pemulihan Pecandu Narkoba” ini
disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas semester kelima untuk mata kuliah
Konseling Penyalahgunaan Narkoba.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam proses penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen Konseling
Penyalahgunaan Narkoba, yaitu M. Sangap Siregar, S.Pd. M.A. yang bersedia
membimbing dan mengarahkan kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap agar makalah yang telah kami susun ini dapat memberikan
inspirasi bagi pembaca dan penulis yang lain. Kami juga berharap agar makalah ini
menjadi acuan yang baik dan berkualitas.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Maraknya narkoba berkaitan pula dengan budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) dari para pejabat negara, sehingga narkoba mudah beredar. Akibat KKN hukum
di negeri ini tidak berfungsi, sering pengedar narkoba hanya dihukum ringan saja.
Berbagai upaya untuk mengatasi berkembangnya pecandu narkoba telah dilakukan,
namun terbentur pada lemahnya hukum. Beberapa bukti lemahnya hukum terhadap
narkoba adalah sangat ringan hukuman bagi pengedar dan pecandu, bahkan minuman
beralkohol di atas 40 persen (minol 40 persen) banyak diberi kemudahan oleh
pemerintah. Sebagai perbandingan, di Malaysia jika kedapatan pengedar atau pecandu
membawa dadah 5 gr ke atas maka orang tersebut akan dihukum mati (Republika, 25-5-
2001).
Saat ini narkoba telah meluas ke seluruh dunia dan dikonsumsi oleh berbagai
kalangan, terutama remaja, terutama di Amerika Serikat dan Afrika. Kedua benua ini
lebih banyak mengkonsumsi marijuana. Diperkirakan terdapat 200 juta pemakai
marijuana hingga tahun 1977 (Kisker, 1977), dan angka tersebut diperkirakan akan
meningkat dua kali pada abad ke 21.
Upaya pemulihan (recovery) pecandu narkoba secara medis dan psikologis di
negara kita pada umumnya berpedoman pada cara-cara yang dilakukan Amerika
Serikat. Di negara itu sejak tahun 60-an telah ada beberapa panti rehabilitasi. Panti
rehabilitasi yang terkemuka adalah St. Mary’s Hospital and Rehabilitation Center
(SHRC), Minneapolis, Minnesota. Pada tahun 1967 panti rehabilitasi itu hanya memiliki
16 tempat tidur, namun 9 tahun kemudian panti tersebut telah memiliki 112 tempat
tidur. Hal ini berarti, telah terjadi peningkatan pecandu secara berarti setiap tahun.
Model pemulihan yang ada saat ini sangat berorientasi medis dan psikologis.
Artinya, pada tahap awal pecandu dibawa ke Rumah Sakit Ketergantungan Obat atau
RSKO (Mann, 1979).
3
Konseling Terpadu (KT) adalah upaya memberikan bantuan kepada klien
kecanduan narkoba dengan menggunakan beragam pendekatan konseling dan
memberdayakan klien terhadap lingkungan sosial agar klien segera menjadi anggota
masyarakat yang normal, bermoral, dan dapat menghidupi diri dan keluarga. Syarat
utama KT adalah klien telah selesai dengan program detoxification dari RSKO.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konseling terpadu?
2. Bagaimana metode konseling terpadu, konseling inidividu, konseling
kelompok dan konseling keluarga?
3. Bagaimana pendidikan dan pelatihan?
4. Bagaimana Kunjungan (visiting)?
5. Bagaimana partisipasi sosial?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu konseling terpadu
2. Untuk mengetahui bagaimana metode konseling terpadu, konseling individu,
konseling kelompok dan konseling keluarga
3. Untuk mengetahui bagiamana pendidikan dan pelatihan
4. Untuk mengetahui bagaimana kunjungan (visiting)
5. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi sosial
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseling Terpadu
Istilah Konseling berasal dari kata “counseling” adalah kata dalam bentuk
masdhar dari “to counsel” secara etimologis berati “give advice” atau memberikan
saran dan nasihat. Konseling juga memiliki arti memberikan nasihat, atau anjuran
kepada orang lain secara tatap muka (face to face).1 Konseling merupakan alat yang
penting dari usaha pelayanan bimbingan. Konseling merupakan alat yang penting dari
usaha pelayanan bimbingan.
5
Sedangkan pengertian dari Konseling Terpadu itu sendiri adalah upaya
memberikan bantuan kepada klien kecanduan narkoba dengan menggunakan
beragam pendekatan konseling dan memberdayakan klien terhadap lingkungan
sosial agar klien segera menjadi anggota masyarakat yang normal, bermoral, dan
dapat menghidupi diri dan keluarga.4
Jadi, dari penjelasan diatas merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada
klien agar dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk
dimafaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.
Menurut Willis, (2010; 174) Metode Konseling Terpadu (MKT) adalah upaya
memberikan bantuan kepada klien kecanduan narkoba dengan menggunakan beragam
pendekatan konseling dan memberdayakan klien terhadap lingkungan sosial agar klien
segera menjadi anggota masyarakat yang normal, bermoral, dan dapat menghidupi diri
dan keluarga. Syarat utama MKT adalah klien telah selesai dengan program
detoxification di RSKO.
a. Konseling Individual
Menurut Ivey & Downing dalam Willis, (2010; 175) Konseling Individual (KI)
Penerapan KI adalah upaya membantu klien oleh konselor secara individual dengan
mengutamakan hubungan konseling antara konselor dengan klien yang bernuansa
emosional (dan keagamaan, jika konselor mampu), sehingga besar kepercayaan klien
terhadap konselor. Pada gilirannya klien akan bicara jujur membuka rahasia batinnya
(disclosure) yang selama ini tidak pernah dikemukakan kepada orang lain termasuk
keluarga.
KI bertujuan menanamkan kepercayaan diri klien atas dasar kesadaran diri untuk :
1. Tidak menyalahkan orang lain atas kecerobohan dan kesalahannya
mengkonsumsi narkoba.
4
Robert L.Gibson & Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling Islam, (jakarta,
2017), h. 246-249
6
2. Menumbuhkan kesadaran untuk mengambil tanggung jawab atas perbuatannya
yang destruktif yang dilakukan selama ini dengan menerima segala akibatnya
(seperti; keluar dari sekolah/kuliah, kehilangan pekerjaan, dijauhi orang-orang
yang dicintai)
3. Menerima realitas hidup dengan jujur.
4. Membuat rencana-rencana hidup secara rasional dan sistematik untuk keluar
dari cengkeraman setan narkoba dan menjadi manusia yang baik.
5. Menumbuhkan keinginan dan kepercayaan diri untuk melaksanakan rencana
hidup tersebut
Jika konselor menguasai pendidikan agama akan lebih baik KI diiringi dengan
ajaran-ajaran agama seperti; penyerahan diri kepada Allah, menerima cobaan hidup
dengan tawakal, taat ibadah, dan berbuat baik terhadap sesama. Jika konselor tidak
menguasai soal agama, konselor harus mamasukkan seorang ahli agama kedalam tim
konselor.
7
b. Bimbingan Kelompok (Bkl)
Menurut Yalom dalam Willis, (2010; 176) Bimbingan kelompok bertujuan
memberi kesempatan klien untuk berpartisipasi dalam memberi ceramah dan diskusi
dengan berbagai kelompok masyarakat seperti mahasiswa, sarjana, tokoh-tokoh
masyarakt, guru BK disekolah, para siswa, anggota DPR, ibu-ibu pengajian dan
sebagainya, melalui interpersonal relation, akan tumbuh kepercayaan diri klien.
c. Konseling Keluarga
Menurut Willis, (2008; 173) Pemulihan klien terhadap narkoba sangat amat
diperlukan dukungan keluarga seperti ayah, ibu, saudara istri, suami, pacar, keluarga
terdekat. Fasilitator konseling keluarga adalah konselor, sedangkan pesertanya adalah
klien, orang tua, saudara, suami/istri, dan sebagainya. Anggota keluarga mempunyai
peran penting untuk pemulihan klien. Dampaknya tumbuh rasa aman, percaya diri, rsa
tanggung jawab klien terhadap diri dan keluarga.
9
dalam nuansa bimbingan dan konseling diberikan pula program pendidikan dan
pelatihan, serta program partisipasi terhadap kegiatan-kegiatan di masyarakat.
D. Kunjungan (Visiting)
Menurut Willis, (2009; 184) Proses pemulihan dengan program kunjungan
diperlukan. Konselor harus mampu memilih objek kunjungan agar substansinya dapat
mempercepat pemulihan. Misalnya pesantren dan lembaga-lembaga keterampilan. Pada
kunjungan ke pesantren makna akan diperoleh klien terutama makna ketuhanan, hidup,
10
dan ibadah. Khusus makna hidup, dipesantren diajarkan tentang hidup sederhana,
kebersamaan, demokratis, dan etika moral-agama.
E. Partisipasi Sosial
Menurut jourard & Landsman dalam Willis, (2010; 182) Kegiatan ini bertujuan
untuk menanamkan kesadaran sosial atau hidup bermasyarakat secara wajar dan
produktif. Secara wajar artinya klien terlepas dari kebergantungan narkoba ia harus
kembali ke masyarakatnya dengan memenuhi nilai, norma, dan tuntutan sosial yang
demokratis dan bersahabat.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Narkoba atau bisa juga disebut NAPZA yaitu narkotika, psikotropika, zat
adiktif, merupakan obat yang berbahaya dimana jika dikonsumsi secara terus menerus
akan menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa, dan menimbulkan
ketergantungan, merusak otak, daya pikir, daya mengingat, menyimpan berkurang, dan
bisa berujung kematian.
Pemulihan para pecandu narkoba tidak bisa secara langsung dan harus melalui
berbagai tahap, seperti halnya para pecandu tidak bisa langsung sembuh dengan cara
mengonsumsi obat secara terus menerus karena akan mengalami ketergantungan, maka
dari itu para pecandu harus diarahkan pada hal kesibukan yang positif, konseling sangat
diperlukan dalam menangani pecandu narkoba, dengan metode konseling terpadu
diharapkan para pecandu narkoba bisa sadar, bisa bersosialisasi terhadap lingkungan
sekitar, menjadi anggota masyarakat yang normal, bermoral, dan bisa menghidupi
dirinya maupun keluarganya.
Konseling terpadu di dalamnya ada konseling individual, bimbingan kelompok,
konseling keluarga, pendidikan dan pelatihan, kunjungan (visiting), partisipasi sosial, di
dalam berbagai konseling tersebut ada prosedur pelaksanaan agar konselor dan klien
dapat terarah sesuai dengan yang diinginkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13