Oleh :
IVAN SYAHDILA (11940211336)
Dosen Pengampu :
RAHMAD M.Pd
0
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur bagi Allah SWT Tuhan yang maha esa atas segala
nikmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebaik –
baiknya. Makalah ini berisi teknik yang dilakukan dalam bimbingan dan konseling untuk
membahas permasalahan siswa (konseli) dalam proses konseling. Teknik ini berisikan
pembatasan-pembatasan konselor berkenaan dengan sifat, kondisi, batas-batas dan tujuan
dari proses konseling.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun melibatkan berbagai pihak, baik dari
lingkungan kampus maupun dari lingkungan sekitar penyusun dan pihak lainnya. Oleh
karena itu penyusun mengucapkan terimakasih atas segala dukungan yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini. Meskipun makalah ini telah disusun secara maksimal
oleh penyusun, akan tetapi penyusun sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Karenanya
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
perbaikan makalah selanjutnya.
Besar harapan penyusun makalah ini dapat menjadi referensi untuk para pembaca
dalam dunia konseling khususnya dan masyarakat pada umumnya. Akhirnya ini yang
bisa penyusun sampaikan, mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah ini dan semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk kita semua. Aamiin
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Halaman
3. PENDAHULUAN
4. PEMBAHASAN
5. PENUTUP
Kesimpulan.............................................................................................................
11
Saran .......................................................................................................................11
2
6. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Layanan format klasikal bertujuan untuk memberi bantuan kepada seluruh peserta didik
atau klien melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur agar klien memiliki
kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial
budaya dan agama), mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi
tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan
lingkungannya, mampu memenuhi kebutuhan dan menangani masalahnya, dan mampu
mengembangkan diri secara tumbuh dan produktif. Penstrukturan merupakan salah satu
teknik yang dilakukan dalam bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan
siswa (konseli) dalam proses konseling. Ada beberapa hal yang harus diatur menyangkut
waktu, topik, problem dan perbuatan. Sebab Konseling merupakan pembicaraan yang
memiliki arah tujuan tertentu, bukanlah pembicaraan biasa.
B. Tujuan Penulisan
Semua proses konseling pada dasarnya merupakan proses yang terstruktur. Setiap proses
konseling dapat digambarkan melalui parameter, prosedur, kondisi dan karakteristiknya.
Penggunaan struktur dalam konseling penting, sebab jika struktur tidak dikembangkan
oleh konselor maka tanpa disadari struktur dapat berkembang sendiri.
1. Hakikat Penstrukturan
2. Tahapan Penstrukturan
3. Bentuk – Bentuk Penstrukturan
4. Praktik Penstrukturan
3
BAB I
Menata stuktur akan memberikan kerangka kerja atau orientasi terapi kepada klien.
Struktur konseling mempunyai dua unsur yaitu, pertama, unsure implicit dimana peranan
konselor yang secara umum diketahui klien, dan yang kedua, yaitu struktur yang formal
berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan dan membatasi proses konseling.
B. Fungsi Penstrukturan
Day & Sparacio,1980 (dalam buku Keterampilan-Keterampilan Dasar Dalam Konseling)
mengungkapkan bahwa fungsi strukturing dibagi menjadi 3:
1. Fungsi fasilitatif yaitu untuk memfasilitasi munculnya rasa tanggung jawab, komitmen,
dan keterlibatan atau partisipasi aktif klien dalam proses konseling.
2. Fungsi terapeutik yaitu untuk memecahkan masalah klien dan menyehatkan mental
individu yang bermasalah.
3. Fungsi protektif yaitu untuk melindungi klien agar merasa nyaman dalam melakukan
proses konseling,menjamin kerahasiaannya.
4
Adanya penstrukturan dapat membuat konseling menjadi lebih efisien, karena struktur
memformulasikan komponen-komponen dan atau variabel-variabel prosedur perlakuan
dirumuskan dengan jelas dan spesifik.
Penstrukturan merupakan salah satu teknik yang dilakukan dalam bimbingan dan
konseling untuk membahas permasalahan siswa (konseli) dalam proses konseling. Tujuan
dari penstrukturan yakni sebagai berikut :
1. Konseli memperoleh orientasi yang tepat terkait konseling yang ia jalani
2. Diperoleh kesamaan persepsi dan harapan yang realistik dalam konseling
3. Diperoleh kepastian bersama apakah konseli mau melanjutkan atau menghentikan
proses konseling.
4. Terbangun kesepakatan mengenai pola interaksi, tindakan, waktu, capaian, jaminan
dan konsekuensi penanyaan
5
BAB II
A. Tahapan Penstrukturan
Konseling merupakan suatu proses yang membutuhkan kerangka atau sruktur yang
koheren. Kerangka ini diperlukan sebagai panduan untuk konselor maupun klien,
meskipun hal ini tidak selalu harus diikuti.Kerangka ini menyediakan suatu peta atau
petunjuk dalam melakukan konseling. Egan (1994) membuat model struktural konseling
yang membagi proses konseling ke dalam tiga komponen utama, yaitu:
6
Model tahapan konseling lainnya dapat bermanfaat untuk melihat apa yang terjadi sebelum
klien bertemu dengan konselor.
Tahap Pertama Pre-contemplation
Klien berpikir untuk mendapatkan pertolongan
7
1. Time Limits (batasan waktu)
Batasan waktu dibutuhkan dalam proses konseling di sekolah-sekolah. Dalam setiap sesi
wawancara konseling hanya ada sejumlah waktu tertentu yang dapat diberikan konselor
kepada klien. Dalam hal ini konselor juga harus menyatakan pada awal pertemuan, berapa
lama konseling akan berlangsung. Hal ini sangat penting, karena konseli harus tahu berapa
waktu yang tersedia sehingga mereka dapat menyampaikan masalah-masalah yang
dialaminya dengan tenang karena tidak diburu-buru waktu. Menurut Brammer&Shostrom
dalam buku Keterampilan-keterampilan Dasar dalam Konseling menyatakan bahwa jika
batasan waktu diberikan maka klien seringkali memanfaatkan waktu semaksimal mungkin
untuk mempercepat proses terapeutik.
8
Masalah-masalah yang dibahas dalam konseling yang sebaiknya didahulukan adalah
masalah-masalah yang paling mendesak untuk di pecahkan. Oleh karena itu, konselor
perlu mengkomunikasikan kepada konseli terlebih dahulu jika konseli datang dengan
membawa lebih dan satu masalah, misalnya “Anda mengalami tiga masalah, yaitu masalah
belajar, masalah sosial dan masalah pembagian waktu. Dan ketiga masalah itu mana yang
mendesak untuk dibicarakan.“
BAB III
PRAKTIK PENSTRUKTURAN
Contohnya :
verbal:
“Tampaknya kita sudah lama sekali melakukan pembicaraan ini, apa yang bisa saudara
simpulkan diakhir pertemuan kita hari ini?”
Non verbal : dengan melihat jam tangan, jam dinding, menata buku, melakukan gerakan-
gerakan yang tidak biasa, mengangkat kedua tangan seperti pada saat bangun tidur
9
3. Role Limits (batasan peran)
Struktur digunakan terutama apabila klien diam karena mengalami resistensi pada
konselornya, Jika begitu Konselor lebih dahulu menggunakan keterampilan Silence
kemudian Structuring Role Limit.
Contoh : “Saudara, dalam melakukan proses konseling ini saya diikat oleh kode etik.
Percayalah pada saya, Saya akan menjaga rahasia Anda. Saya tidak dapat membantu Anda
apabila Anda tidak mau berbicara.”
10
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Penstrukturan dalam konseling penting, sebab jika struktur tidak dikembangkan oleh
konselor maka tanpa disadari struktur dapat berkembang sendiri. Oleh karena itu ada
beberapa hal yang harus diatur menyangkut waktu, topik, problem dan perbuatan
sebelum proses konseling dimulai. Agar proses konseling dapat bejalan dengan kondisi
yang tepat, sehingga tujuan dari proses konseling bisa tercapai dengan baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Day, R. W., & Sparacio, R. T. 1980. Structuring the Counseling Process. Personnel &
Guidance Journal, 59(4).
12