Oleh Kelompok II :
Dosen Pengampu :
2021 / 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah
Konseling Trauma dengan judul “Teknik Dasar dan Aplikasi Konseling Pasca
Trauma” ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kelompok II
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, proses konseling tidak bisa berjalan sendiri
perlu adanya dukungan dari berbagai pihak untuk menciptakan suasana konseling
yang representatif. Teknik dan keterampilan konselor harus benar-benar dimiliki
oleh setiap konselor. Dalam menumbuhkan klien pasca-trauma, seorang konselor
harus dapat berorientasi pada klien semaksimal mungkin. Metode-metode yang
digunakan konselor dalam menangani klien juga berbeda, hal ini wajar karena
setiap orang berbeda-beda dalam memahami orang lain. Dalam menumbuhkan
klien pasca trauma, konselor tidak hanya memiliki satu teknik dan strategi saja,
namun harus mengglobal agar dalam menghadapi dan menyikapi konseli tepat
sesuai dengan yang diharapakan. Maka dari itu sangat diperlukan teknik dan
strategi yang relevan dalam menumbuhkan klien pasca trauma.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konseling trauma ?
2. Bagimana teknik dasar dan aplikasi konseling pasca-trauma ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konseling trauma
2. Untuk mengetahui teknik dasar dan aplikasi konseling pasca-trauma
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
a. Berpikir realistis, bahwa trauma yang dihadapi klien adalah bagian dari
kehidupan.
b. Memperoleh pemahaman tentang peristiwa dan situasi yang
menimbulkan trauma.
c. Memahami dan menerima perasaan yang berhubungan dengan trauma.
d. Belajar keterampilan baru untuk mengatasi trauma.1
1
Nurihsan Juntika Achmad, Bimbingan Dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan,
(Bandung : PT Refika Aditama, 2009), Hlm. 112
2
Kusmawati Hatta. TRAUMA DAN PEMULIHANNYA (Suatu Kajian Berdasarkan Kasus Pasca Konflik
dan Tsunami). (Dakwah Ar-Raniry Press : Aceh). 2016. Hlm,19
3
Nandang Rusmana. TEKNIK DASAR DAN APLIKASI KONSELING PASCA-TRAUMA. Universitas
Pendidikan Indonesia. 2009. Hlm, 6
3
Stres pasca trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) merupakan
suatu kondisi atau keadaan yang terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa
traumatik atau kejadian buruk dalam hidupnya. Orang yang mengalami stres
pasca traumatik merespon peristiwa traumatik yang dialami dengan ketakutan
dan keputus asaan, individu akan terus mengenang peristiwa itu dan selalu
menghindari hal-hal yang dapat mengingatkan kembali ke peristiwa tersebut.
Menurut Kembaren, stressor atau faktor primer yang menyebabkan timbulnya
stres pasca trauma dapat berupa bencana alam, perang, kekerasan fisik atau
kekerasan seksual dan berbagai peristiwa menakutkan lainnya. Peristiwa
menakutkan yang mengancam tersebut akan meninggalkan bekas menyakitkan
dalam hidup seseorang.
4
d. Gejala-gejala tambahan lainnya, meliputi: rasa berdosa dan menyalahkan
diri, depresi, anxietas, marah, berduka, perilaku impulsif (compulsive
shopping, eating, changes in sexual behavior), keluhan somatik kronis
(sakit kepala, gangguan lambung), perilaku destruktif/menyakiti terhadap
diri sendiri, dan perubahan kepribadian.
Ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan penderita stres
pasca trauma, yaitu dengan menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi.
Pengobatan farmakoterapi dapat berupa terapi obat (terapi anti depresiva).
Sedangkan pengobatan psikoterapi, ada tiga tipe psikoterapi, yaitu: anxiety
management, cognitive therapy, dan exposure therapy.
1. Anxiety Management.
5
seorang korban kejahatan mungkin menyalahkan diri sendiri karena tidak hati-
hati. Tujuan kognitif terapi adalah untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran
yang tidak rasional dan mengadopsi pikiran yang lebih realistik untuk
mencapai emosi yang lebih seimbang.
3. Exposure Therapy
4
Wardhani, Y.F. dan Lestari, W. 2013. Gangguan Stres Pasca Trauma pada Korban Pelecehan
Seksual dan Perkosaan. Journal unair.ac.id . Hlm,20
6
b. Protective behaviours counseling
c. Survivor/self-esteem counseling
d. Feeling counseling
7
e. Cognitive Therapy
8
mempelajari gejala PTSD dan bermacam treatment (terapi dan pengobatan) yang
cocok untuk PTSD. Walaupun seseorang mempunyai gejala PTSD dalam waktu
lama, langkah pertama yang pada akhirnya dapat ditempuh adalah mengenali
gejala dan permasalahannya sehingga dia mengerti apa yang dapat dilakukan
untuk mengatasinya.
9
bila dalam terapi non directive anak kemudian diam tidak mau melanjutkan
permainan, terapis dapat membantu dengan terapi directive.
Penerapan Play therapy dalam makalah ini akan difokuskan pada kasus anak
yang mengalami stress pasca trauma bencana Merapi. Anak-anak yang selamat
dari gempa Bencana Merapi mengalami peristiwa emosional yang menyakitkan,
dimana mereka harus kehilangan salah satu atau kedua orangtuanya dan beberapa
saudara atau anggota keluarga yang lain, tempat tinggal yang rusak, serta kondisi
sekolah yang tidak mendukung. Shock akibat peristiwa tersebut, adanya
perpindahan yang mendadak dari rumah ke tempat pengungsian yang sangat
ramai, diyakini dapat berperan sebagai kondisi yang beresiko tinggi yang dapat
menyakitkan secara emosional. Beberapa gejala yang menonjol yang terjadi pada
anak pasca trauma berdasarkan hasil pengamatan anak-anak di kampung
pengungsian menunjukkann bahwa mereka takut berpisah dari orang tua,
berteriak-teriak, trembling, whimpering, excessive clinging, mengalami gangguan
tidur, nightmares, ketakutan yang irrasional, dan sakit perut tanpa didasari kondisi
medis.
10
Anak-anak yang mengalami peristiwa traumatik tidak saja menjadi
terganggu secara fisik dan psikis saat kejadian, tetapi justru yang menjadi
ancaman adalah gangguan tersebut termanifestasi dalam bentuk dan waktu yang
berbeda. Pengalaman yang tidak menyenangkan akan tersimpan dalam alam
bawah sadar yang dapat mempengaruhi dinamika kepribadian. Menurut Knudson
(dalam Shaw, dkk, 1995) ketepatan dalam mendiagnosa dan memperlakukan
anak-anak yang mengalami gangguan stress pasca trauma merupakan hal yang
sangat penting karena jika perlakuannya tidak tepat dapat mempengaruhi aspek -
aspek perkembangan individu selanjutnya. Anak memiliki resiko terbesar untuk
mengalami efek trauma sebab mereka belum memiliki kematangan identitas diri
dan kemampuan mereka untuk melakukan coping terhadap stres masih sangat
terbatas, sehingga jika trauma psikis terjadi pada masa kanak-kanak, biasanya
akan terjadi penghentian perkembangan emosional.
6
Imas Maspupatun. Keefektifan play thrapy untuk penanganan stress pasca trauma bencana
alam. PROCEEDINGS INTERNATIONAL CONFERENCE. 2017. Hlm, 104-108
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Layanan konseling trauma pada prinsipnya dibutuhkan oleh semua
korban selamat yang mengalami stres dan depresi berat, baik itu orang tua
maupun anak-anak. Anak-anak perlu dibantu untuk bisa menatap masa
depannya dan membangun harapan baru dengan kondisi yang baru pula.
Bagi orang tua, layanan konseling trauma akan membantu mereka
memahami dan menerima kenyataan hidup saat ini, untuk selanjutnya
mampu melupakan semua tragedi dan memulai kehidupan baru. Di
samping untuk menstabilkan kondisi emosional, layanan konseling trauma
bagi orang tua idealnya juga memberikan keterampilan yang dapat
dijadikan modal awal memulai kehidupan baru dengan pekerjaan-
pekerjaan baru sesuai kapasitas yang dimiliki dan daya dukung
lingkungan. Dengan demikian, mereka bisa sesegera mungkin menjalani
hidup secara mandiri sehingga mereka tidak terus-menerus menyandarkan
kehidupannya pada orang lain, termasuk pada pemerintah.
12
DAFTAR PUSTAKA
Maspupatun, Imas. 2017. Keefektifan play thrapy untuk penanganan stress pasca
trauma bencana alam. PROCEEDINGS INTERNATIONAL CONFERENCE
13