Anda di halaman 1dari 29

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA TERHADAP PENINGKATAN

KESEHATAN MENTAL MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN


KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU

Proposal

IVAN SYAHDILA 6C
(11940211336)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji-pujian hanya pantas untuk Allah semata yang telah


memberikan kita kesehatan dan kesempatan sehingga kita masih bisa untuk
merasakan nikmat yang selalu di berikan oleh Allah SWT. Maka oleh sebab itu
sebagai hamba yang berserah diri kepada kuasa-Nya kita wajib untuk mengikuti
segala perintah dan menjauhi larangan-Nya sebagai bukti pemenuhan tujuan kita di
dunia ini, yakni untuk beribadah hanya kepada Allah semata. Selanjutnya shalawat
dan salam kita hadiahkan kepada kekasih Allah, nabi Muhammad SAW. Berkat jasa
dari beliau kita bisa merasakan perkembangan agama Islam sebagai satu-satunya
agama yang di ridhai Allah bisa kita rasakan pada hari ini.
Kemudian, rasa terima kasih yang besar saya ucapkan kepada orang tua saya
yang selalu mendukung saya baik dalam suka maupun duku. Atas dukungan dari
mereka saya bisa sampai pada titik ini, di mana tanpa dukungan dari mereka mustahil
bagi saya untuk menyelesaikan proposal ini dengan baik. Selanjutnya, terima kasih
saya ucapkan kepada semua pihak yang berkontribusi besar dalam penyelesaian
proposal ini, baik berkontribusi materi maupun ide serta kritik dan saran yang
membangun. Tanpa kritik dan saran dari mereka proposal ini pasti mendapati titik
buntu dalam penyelesainya.

Pekanbaru, 22 Juni 2022

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan mental merupakan sektor penting dalam mewujudkan
kesehatan secara menyeluruh. Terdapat sekitar 450 juta orang menderita
gangguan mental dan perilaku di seluruh dunia, terbanyak di India (4,5%).
Satu dari empat orang menderita satu atau lebih gangguan mental selama
masa hidup mereka. Gangguan mental jika tidak ditangani dengan tepat akan
bertambah parah, dan akhirnya dapat membebani keluarga, masyarakat, serta
pemerintah.
Pada masa sekarang ini, kesehatan mental sama pentingnya dengan
kesehatan fisik, dan harus menjadi prioritas. Perawatan kesehatan fisik
berorientasi pada jasmani, yang akan memberikan manfaat kepada tubuh agar
bebas dari berbagai macam penyakit, begitu pula perawatan kesehatan mental.
Badan dan jiwa bisa saja sehat dan juga bisa sakit, inilah yang dimaksud
dengan keseimbangan dan ketidak seimbangan tubuh. Ketidak seimbangan
pada tubuh akan mengakibatkan tubuh mudah sakit, seperti demam, sakit
kepala, dan lain sebagainya. Sedangkan ketidak seimbangan dalam jiwa akan
berkibat pada jiwa dan bisa berakibat seperti, mudah marah, kegelisahan, dan
gejala yang berhubungan dengan kejiwaan lainnya.1
Menurut WHO (World Health Organization) kesehatan mental adalah
kondisi dari kesejahteraan yang didasari individu, yang di dalamnya terdapat
kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar.
Sedangkan dalam pandangan Islam kesehatan mental adalah kemampuan diri
individu dalam mengelola fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian
dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya secara dinamis

1
Purmansyah Ariadi, “Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam”, Syifa’ MEDIKA: Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan, vol. 3, no. 2 (2019), hal. 118

1
berdasarkan Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman hidup menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang
dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan terhindarnya dari gejala
penyakit jiwa (psychose) sehingga menurut Zakiah Daradjat kesehatan mental
adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan
orang lain, dan masyarakat serta lingkungan dimana dia hidup.2 Lebih lanjut
kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa, adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.3
Dari berbagai peristiwa yang ada, bisa kita telusuri bahwa di Indonesia
masalah kesehatan mental ini sangat tinggi, berdasarkan datta dari Riskesdas
2018 menunjukan gangguan depresi sudah mulai terjadi rentang usia remaja
(15-24 tahun) dengan prevalansi 6,2%. Pola prevalansi semakin meningkat
seiring peningkatan usia, tertinggi pada umur 75 tahun keatas sebesar 8,9%,
65-74 tahun sebesar 8,0% dan 55-64 sebesar 6,5%. 4
Dalam mengatasi dan mencegahnya timbul masalah kesehatan mental
peranan keluarga sangat diperlukan. Ketidak harmonisan keluarga dapat
berdampak pada pembentukan karakter dan kesehatan mental anak, hal ini
dikarenakan lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dengan
anak. Keluarga yang tidak harmonis adalah suatu hubungan keluarga yang
didalamnya muncul sebuah konflik, biasanya dipandang sebagai sebuah
perselisihan yang bersifat permusuhan sehingga membuat hubungan dalam

2
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental , (Jakarta: Haji Mas Agung, 1988), hal. 11
3
Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (InfoDATIN)
4
Pusat Data Dan InformasiKementrian Kesehatan RI (InfoDATIN), hlm. 3

2
keluarga tersebut tidak berfungsi dengan baik.5 Maka dari itu dukungan dari
orang tua sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang.
Peranan orang tua dalam mencegah munculnya masalah juga sangat
besar dirasakan oleh mahasiswa, hal ini sesuai dengan interview dan observasi
yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 30 Maret sampai 11 April 2022
kepada beberapa mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Bedasarkan
hasil interview dan observasi singkat tersebut peneliti menarik kesimpulan,
bahwa kehadiran orang tua sebagai pendukung dalam mencegah timbulnya
masalah mental di kalangan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
memiliki peran yang sangat krusial. Dukungan dari orang tua bisa menjadi
semangat baru bagi mahasiswa yang bersangkutan, baik dukungan secara
langsung maupun dukungan secara tidak langsung. Baik itu dukungan moril
maupun dukungan finansial. Beberapa permasalahan yang paling sering
dihadapi oleh mahasiswa seperti, tugas yang menumpuk, makalah, KKN,
magang, dan skripsi. Beberapa dari mahasiswa tidak bisa menyelesaikan
tugas-tugas yang ada selama perkulliahan secara baik dikarenakan tidak
adanya support system seperti orang tua. Namun peneliti tidak menutup
kemungkinan bahwa beberapa mahasiswa memiliki mental yang kuat
sehingga bahkan tanpa adanya dukungan dari orang tua mereka tetap bisa
menyelesaikan masalah-masalah di lingkungan perkuliahan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh
mahasiswa di lingkungan fakultas dakwah dan komunikasi yang dijelaskan di
latar belakang masalah tersebutu, peneliti tertarik mengangkat judul
penelitian, yaitu “Hubungan Dukungan Orang Tua Terhadap
Peningkatan Kesehatan Mental Mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau”

5
Agus Sunardi, “Kesehatan Mental Anak dari Keluarga Broken Home” (Study Kasus di SD Juara
Yogyakarta), Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2015, hlm. 1

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
dapat dirumuskan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah
Hubungan Dukungan Orang Tua terhadap Peningkatan Kesehatan Mental
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.”

C. Tujuan Masalah
Berkorelasi dengan rumusan masalah yang telah dideskripsikan di
atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah,
“Hubungan Dukungan Orang Tua terhadap Peningkatan Kesehatan Mental
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.”

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
secara teoritis maupun praktis.
a. Manfaat Teoritis
1) Bagi ilmu pengetahuan pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memperkaya ilmu pengetahuan mengenai dukungan orang tua
terhadap kesehatan mental mahasiswa.
2) Bagi ilmu pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah
pengetahuan mengenai hubungan dukungan orang tua terhadap
peningkatan kesehatan mental mahasiswa.
3) Bagi ilmu Bimbingan dan Konseling Islam, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu di bidang psikologi
islam dalam membantu klien atau mahasiswa.
b. Manfaat Praktis

4
1) Bagi para mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
dalam mencegah dan mempertahankan kesehatan mentalnya dengan
dukungan orang tua.
2) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan menjadi penambah
pengembangan ilmu baru mengenai dukungan dari orang tua terhadap
peningkatan kesehatan mental pada mahasiswa.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Terdahulu
Pada bagian ini disebutka beberapa penelitian sebelumnya, yang
memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.
Semua ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa pokok masalah yang akan
diteliti dan dibahas belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Adapun
beberapa penelitian yang memiliki korelasi dengan penelitian ini adalah:
1. Penulis : Fatimah 2019 (Skripsi)
Judul : Pengaruh kesehatan mental terhadap hasil belajar
pendidikan agama islam di SMP Piri Jati Agung.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan pendekatan korelasi.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian, peserta didik yang
memiliki kesehatan mental baik maka dalam proses
pembelajaran PAI dapat mengakibatkan hasil belajar
pada mata pelajaran PAI.6
Perbedaan : Karya tersebut membahas terkait pengaruh kesehatan
mental terhadap hasil belajar pendidikan agama islam.
Penelitian ini dijadikan sebagai kajian terhadulu
karena memiiki kesamaan topik, dimana dalam
penelitian tersebut membahas pengaruh kesehatan
mental terhadap hasil PAI. Sedangkan dalam
penelitian ini peneliti membahas tentang hubungan
hubungan dukungan orang tua terhadap peningkatan

6
Fatimah, “Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Piri
Jati Agung”, Fakultas Terbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, (2019),
hal 1-80.

6
kesehatan mental mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim, Riau.
2. Penulis : Neni Pitriani 2020 (Skripsi)
Judul : Hubungan antar dukungan sosial orangtua dan
motivasi belajar dengan prestasi belajar matematika
siswa SMA Negeri 12 Pekanbaru
Hasil : Terdapat hubungan positif antara dukungan sosial
orangtua dan motivasi belajar dengan prestasi
matematika siswa SMA Negeri 12 Pekanbaru. Maka
semakin tinggi motivasi yang didapatkan oleh siswa
semakin tinggi juga prestasi belajar mereka.7
Perbedaan : Karya tersebut membahas terkait hubungan dukungan
sosial orang tua terhadap motivasi belajar dan prestasi
belajar siswa. Penelitian ini dijadikan sebagai kajian
terhadulu karena memiiki kesamaan topik, dimana
dalam penelitian tersebut membahas dukungan orang
tua terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan dalam
penelitian ini peneliti membahas tentang hubungan
hubungan dukungan orang tua terhadap peningkatan
kesehatan mental mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim, Riau.
B. Landasan Teori
1. Dukungan Orangtua
a. Pengertian Dukungan Orangtua

7
Neni Pitriani, “Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dan Motivasi Belajar dengan Prestasi
Belajar Matemati Siswa SMA Negeri 12 Pekanbaru”, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau, 2020, hal. 1-63

7
Dukungan orangtua adalah persepsi seseorang bahwa dirinya
menjadi bagian dari jaringan sosial yang di dalamnya tiap anggotanya
saling mendukung (Kuncoro, 2002).
Menurut Saurasan (dalam Zaenuddin, 2002), dukungan
orangtua adalah keberadaan, kesedihan, kepedulian, dari
orangorang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi
kita.
Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Cabb (dalam
Zaenuddin, 2002), mendefinisikan dukungan orang tua sebagai adanya
kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan
sikap menerima kondisinya, dukungan keluarga tersebut diperoleh dari
individu maupun kelompok.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Orangtua
Adapun faktor-faktor yang terkandung dalam dukungan
orangtua menurut Slameto (2003) terdiri dari:
1) Cara orangtua mendidik.
Cara orangtua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap cara
belajar dan berfikir anak. Ada orang tua yang mendidik secara
diktator militer, ada yang demokratis dan ada juga keluarga yang
acuh tak acuh dengan pendapat setiap keluarga.
2) Relasi antar anggota keluarga.
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi
orangtua dengan anakanaknya. Demi kelancaran belajar serta
keberhasilan anak, perlu adanya relasi yang baik di dalam keluarga
3) Suasana rumah.
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada
dan belajar. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak
akan memberi ketenangan pada anak yang belajar.

8
4) Keadaan ekonomi keluarga.
Pada keluarga yang kondisi ekonominya relatif kurang,
menyebabkan orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok
anak. Tak jarang faktor kesulitan ekonomi justru menjadi
motivator atau pendorong anak untuk lebih berhasil.
5) Pengertian Orangtua. Anak belajar perlu dorongan dan pengertian
dari orangtua. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat,
maka orangtua wajib memberi pengertian dan mendorongnya,
membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak baik di
sekolah maupun di masyarakat. Hal ini penting untuk tetap
menumbuhkan rasa percaya dirinya.
6) Latar Belakang Kebudayaan.
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam kehidupannya. Kepada anak
perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasan dan diberi contoh figur yang
baik, agar menndorong anak untuk menjadi semangat dalam meniti
masa depan dan kariernya ke depan. Hal ini juga dijelaskan oleh
Soemanto (dalam Supartono, 2004) mengatakan bahwa cara
orangtua dalam meraih suatu keberhasilan dalam pekerjaanya
merupakan modal yag baik untuk melatih minat, kecakapan dan
kemampuan nilai-nilai tertentu yang berhubungan dengan
pekerjaan yang diingini anak.
Sobur (2003) menyatakan bahwa faktor dukungan orangtua
sebagai penentu keberhasilan siswa terdiri dari (1) Kondisi
Ekonomi Keluarga. Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya
terhadap kelangsungan kehidupan keluarga. Faktor kekurangan
ekonomi menyebabkan suasana rumah menjadi muram sehingga
anak kehilangan gairah untuk belajar; (2) Hubungan emosional
orangtua dan anak. Hubungan emosional antara orangtua dan anak

9
juga berpengaruh dalam keberhasilan anak. Sebaiknya orangtua
menciptakan hubungan yang harmonis dengan anak; (3) Cara
mendidik orangtua. Ada keluarga yang mendidik anaknya secara
diktator militer, ada yang demokratis yang menerima semua
pendapat anggota keluarga, tetapi ada juga keluarga yang acuh tak
acuh dengan pendapat setiap anggota keluarga. Cara orangtua
dalam mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap cara belajar
dan hasil belajar yang diperoleh seseorang.
c. Fungsi Dukungan Orangtua
Fungsi keluarga menurut Caplan (dalam Friedman,1999)
menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi yaitu (1)
Fungsi informasional. Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
diseminator (penyebar) informasi tentang dunia; (2) Fungsi penilaian.
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan, perhatian; (3) Fungsi instrumental. Keluarga merupakan
sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya kesehatan
penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat,
terhindarnya penderita dari kelelahan; (4) Fungsi emosional. Keluarga
sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi.
Fungsi keluarga ada beberapa jenis. Fungsi keluarga menurut
Solaeman (1994) adalah (1) Fungsi edukasi. Fungsi edukasi adalah
fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan serta pembinaan
anggota keluarga pada umumnya; (2) Fungsi sosialisasi. Tugas
keluarga dalam mendidik anaknya tidak saja mencakup pengembangan
individu anak agar menjadi pribadi yang mantap, akan tetapi meliputi
pula upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota

10
masyarakat yang baik; (3) Fungsi proteksi atau fungsi lindungan.
Mendidik hakekatnya melindungi, yaitu melindungi anak dari
tindakantindakan yang tidak baik dan dari hidup yang menyimpang
norma; (4) Fungsi afeksi atau fungsi perasaan. Anak berkomunikasi
dengan lingkungannya, juga berkomunikasi dengan orang tuanya
dengan keseluruhan pribadinya terutama pada saat anak masih kecil
yang masih menghayati dunianya secara global dan belum
terdifferensiasikan; (5) Fungsi religius. Keluarga mempunyai fungsi
religius, artinya keluarga berkewajiban memperkenalkan dan
mengajak serta anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan
beragama; (6) Fungsi ekonomis. Fungsi ekonomis keluarga meliputi
pencarian nafkah, perencanaan serta pembelajarannya dan
pemanfaatannya; (7) Fungsi rekreasi. Rekreasi itu dirasakan orang
apbila ia menghayati suasana tenang dan damai, jauh dari ketegangan
batin, segar dan santai dan kepada yang bersangkutan memberikan
perasaan bebas terlepas dari segala ketegangan dan kehidupan sehari-
hari; dan (8) Fungsi biologis. Fungsi biologis keluarga berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis anggota keluarga.
Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan
kehidupannya.
d. Aspek-Aspek Dukungan Orangtua
Menurut Sarafino (1998) dukungan orangtua terdiri dari empat
aspek, yaitu (1) Dukungan emosional. Dukungan ini melibatkan
ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu, sehingga
individu tersebut merasa nyaman, dicintai, dan diperhatikan; (2)
Dukungan penghargaan. Dukungan ini melibatkan ekspresi yang
berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide,
perasaan dan performa orang lain; (3) Dukungan instrumental. Bentuk
dukungan ini melibatkan bantuan langsung misalnya yang berupa

11
bantuan financial (keuangan) atau bantuan dalam mengerjakan tugas-
tugas tertentu; (4) Dukungan informasi. Dukungan yang bersifat
informasi ini dapat berupa saran, pengarahan dan umpan balik tentang
bagaimana cara memecahkan persoalan.
2. Kesehatan Mental
a. Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan salah satu macam kesehatan
yang dibutuhkan manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Secara
etimologis kata mental berasal dari kata latin, yaitu mens atau mentis
yang berarti jiwa, nyawa, sukma, ruh dan semangat.Dan secara
etimologis juga, disebut mental hygiene yaitu nama dewi kesehatan
yunani kuno yang mempunyai tugas mengurus masalah kesehatan
manusia didunia. Dan munculnya kata hygiene untuk menunjukan
suatu kegiatan yang bertujuan mencapai kesehatan.8
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problema-problema biasa yang
terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan
dirinya. Fungsi-fungsi jiwa yang dimaksud diatas ialah seperti fikiran,
perasaan, sikap jiwa, pandangan, dan keyakinan hidup, harus dapat
membantu satu sama lain, sehingga dapat menjauhkan orang lain dari
perasaan ragu dan bimbang.9
Jadi berpijak dari pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kesehatan mental ialah suatu kondisi batin yang
senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram dan

8
Syamsu Yusuf, Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2018), h. 10
9
Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental (Jakarta: PT Gunung Agung, 2016), h. 13

12
terhindar dari berbagai penyakit mental seperti rendah diri, cemas,
ketakutan, gelisah, dan ketegangan batin lainnya.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kesehatan Mental
Di antara cara menjaga kesehatan mental khususnya pada anak
remaja adalah dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesehatan mental itu ada dua macam. Yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri (ekstern).
 Faktor yang berasal dari dalam diri (internal) meliputi: sikap
Independent( berdiri sendiri), rasa harga diri, rasa bebas, rasa
kekeluargaan, terlepas dari rasa ingin menyendiri, bebas dari
segala neuroses (gangguan jiwa).
 Faktor yang berasal dari luar diri (ekstern) meliputi: Faktor
keluarga, pendidikan di sekolah.
c. Tolak Ukur dan Indikator-indikator Kesehatan Mental
1) Tolak Ukur Kesehatan Mental
Dalam menentukan sehat atau tidaknya dalam perspektif
kesehatan mental, terdapat kriteria-kriteria yang digunakan. Menurut
Hasan Langgulung ada empat kriteria yang biasa digunakan dalam
menentukan sehat atau normal.10 Pertama, Kaidah Statistik. Dalam
kaidah ini sehat tidaknya mental seseorang diukur dengan angka-
angka statistik yang berdasarkan pada fakta dari sifat yang menyatakan
seseorang baik dari segi jasmani atau dari segi intelektual atau dari
segi emosi yang kemudian fakta-fakta itu dituangkan dalam tabel
statistik. Kedua, Kriteria Norma Sosial. Kriteria ini menyatakan orang
normal atau sehat mental adalah orang yang mengikuti pola-pola
tingkah laku, sikap-sikap sosial dan nilai-nilai lain yang telah
disepakati oleh masyarakat.
10
Achmad Mubarok, Jiwa Dalam Al-Qur'an (Jakarta: PARAMADINA, 2014. Cet.Ke--8), h.15-17

13
Ketiga, Tingkah Laku Ikut-ikutan. Menurut kriteria ini orang
yang sehat mental tidak diukur dengan kepatuhannya pada norma
sosial melainkan pada keseimbangannya menentukan pilihan untuk
mengikuti, atau pura-pura mengikuti bahkan menentang dengan alasan
bahwa sikap-sikap itu menumbuhkan potensi- potensi dirinya dan
potensi masyarakatnya. Seseorang mengikuti atau menentang norma-
norma sosial bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kepribadiannya
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor interaksi antar individu, individu
dengan kelompok dan interaksi dengan masalah yang menjadi
tumpuan dimana ia mengikuti atau menentang. Keempat, Kriteria lain.
Terdapat sifat-sifat yang dapat digunakan untuk mengukur kesehatan
mental seseorang, antara lain:
a) Seseorang menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya
b) Jarak antara aspirasi dan potensi dimiliki oleh orang itu
sesuai.
c) Seseorang memiliki keluwesan dalam hubungannya
dengan orang lain.
d) Seseorang memiliki keseimbangan emosi.
e) Seseorang memiliki sifat spontanitas yang sesuai.
f) Seseorang berhasil menciptakan hubungan sosial yang
dinamis dengan orang lain.
2) Indikator Kesehatan Mental
Dikutip dalam buku karya Ramayulis, ada beberapa pendapat
indikator-indikator dalam kesehatan mental antara lain:11
a) Indikator Kesehatan Mental menurut WHO
 Bebas dari ketegangan dan kecemasan.
 Menerima kekecewaan sebagai pelajaran dikemudian
hari.
11
Ramayulis, Psikologi Agama( Jakarta : KALAM MULIA, 2013, Cet. ke-10), h. 162-165

14
 Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif meski
kenyataan itu pahit.
 Dapat tolong menolong.
 Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
 Memiliki rasa kasih sayang dan butuh disayangi.
 Memiliki spiritual atau agama.

b) Indikator Kesehatan Mental menurut Said Hawa


 Melaksanakan habl min Allah dan habl min al-nas.
 Tidak memiliki penyakit hati, yang bertentangan
dengan keesaan Allah SWT.
 Jiwanya suci, hatinya menjadi suci, dan pandangannya
menjadi jernih.
 Seluruh anggota tubuhnya senantiasa berbuat sesuai
dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.

c) Indikator Kesehatan Mental menurut Al- Ghazali


 Keseimbangan yang terus menerus antara jasmani dan
rohani dalam kehidupan manusia.
 Memiliki kemuliaan akhlak atau memiliki kualitas iman
dan takwa.
 Memiliki makrifat tauhid kepada Allah.
 Selalu mengingat dan dekat dengan Tuhannya.
Dari beberapa pendapat mengenai indikator dalam kesehatan
mental yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan beberapa antara lain:
 Terhindar dari gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa
 Dapat menyesuaikan diri (self adjustment) dan
mengatasi kesulitan

15
 Mengembangkan potensi semaksimal mungkin
 Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
 Terhindar dari al-akhlaq al-mazmumah

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian menurut Sugiyono adalah “jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. 12 Sementara itu, Sanjaya
mengemukakan bahwa hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari
masalah dalam penelitian yang diperoleh dari hasil pengujian melalui
pengumpulan data dan analisis data. Hipotesis dikatakan sementara karena
jawaban yang diperoleh berdasarkan teori-teori yang relevan, belum teruji
kebenarannya. Ditinjau dari operasinya dikenal dua rumusan hipotesis, yaitu:
1. (𝐻𝑜), yakni hipotesis yang menyatakan ke tidak adanya hubungan
antara variabel X dan Y. Jadi hipotesis nihil ℎ𝑜 dalam penelitian ini
adalah:
Tidak adanya hubungan dukungan orang tua terhadap peningkatan
kesehatan mental mahasiswa FDK UIN SUSKA Riau.
2. (𝐻𝑎), yakni hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara
variabel. Jadi hipotesis kerja (ℎ𝑎) dalam penelitian ini adalah:
Adanya hubungan dukungan orang tua terhadap peningkatan
kesehatan mental mahasiswa FDK UIN SUSKA Riau.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan Penelitian


12
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D(Bandung:
Alfabeta, 2016), h. 96

16
Penelitian skripsi ini penulis menggunakan metode pendekatan
penelitian secara kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.13
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research).
Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan di lingkungan
masyarakat tertentu, baik di lembaga-lembaga pemerintah. 14 Penelitian
lapangan dikerjakan dengan menggali data yang bersumber dari lokasi atau
lapangan penelitian yaitu yang berkenaan dengan hubungan dukungan orang
tua terhadap peningkatan kesehatan mental mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN SUSKA Riau.
Menurut sifatnya penelitian ini bersifat deskriptif yaitu metode yang
berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek
yang diteliti melalui sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.15 Dalam
penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk mengkaji dan mengukur nilai
rata-rata dari variabel dukungan orang tua terhadap kesehatan mental
mahasiswa FDK UIN SUSKA Riau.
B. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data atau informasi dengan
cara membaca, mengutip, dan menyusunnya berdasarkan data-data yang telah

13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Alfabeta : Bandung, 2013),
h. 8.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D – Edisi revisi, (Alfabeta :
14

Bandung, 2014), h. 29.


15
Ibid, h. 29.

17
diperoleh. Dalam penulisan skripsi ini data yang peneliti peroleh berasal dari
data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data.16 Dalam penelitian ini
penulis memperoleh data langsung dari responden atau objek
penelitian. Sumber data ini diperoleh dari:
a) Hasil wawancara dari objek penelitian kepada dekan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi pada Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN SUSKA Riau mengenai jumlah mahasiswa,
dosen dan lain sebagainya
b) Kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN SUSKA Riau. Kepada mahasiswa
penulis ingin memperoleh data mengenai persepsi mereka
mengenai dukungan orang tua mahasiswa pada Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN SUSKA Riau.
Beberapa data dokumentasi yang dibutuhkan dalam penyajian
data penelitian, berupa gambaran umum tentang sejarah
berdirinya objek penelitian, visi misi, jumlah mahasiswa,
jumlah nasabah dan lain-lain.

16
Ibid, h. 225.

18
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data.17 Beberapa sumber data
sekunder yang peneliti peroleh antara lain yaitu mengumpulkan data-
data dari internet, jurnal dan buku-buku sebagai bahan pelengkap
dalam penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan penulis
untuk mengungkap atau menjaring informasi kuantitatif dari responden sesuai
lingkup penelitian.18 Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada para
responden untuk dijawab.19 Dalam penelitian ini, penulis memberikan
kuesioner kepada mahasiswa di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
SUSKA Riau.
Pengukuran kuesioner variabel independent (X) yaitu dukungan
orang tua serta variabel dependent (Y) kesehatan mental mahasiswa, pada
penelitian ini menggunakan skala Likert. Dimana sub variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Pada skala likert dilakukan
dengan menghitung respon kesetujuan atau ke tidak setujuan terhadap
objek tertentu. Artinya pernyataan yang disusun peneliti memiliki kategori

17
Ibid.
18
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi, (Yogyakarta : Pustaka
Baru Press, 2015), h. 93.
19
Ibid, h. 94.

19
positif atau negatif.20 Jawaban dari setiap item yang menggunakan skala
likert mempunyai gradasi dari sangat positif hingga sangat negatif.
Sementara untuk keperluan analisis kuantitatif diberikan skor sebagai
berikut:
a) Sangat Setuju (SS) diberi skor 5

b) Setuju (S) diberi skor 4

c) Ragu-Ragu (RR) diberi skor 3

d) Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

e) Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.21 Dalam penelitian ini,
penulis melakukan observasi langsung pada objek penelitian yaitu
rutinitas dan interaksi dengan keluarga mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN SUSKA Riau untuk mendapatkan data mengenai
kesehatan mental mahasiswa, dan lain-lain.
3. Wawancara
Wawancara adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk
menggali data secara lisan.22 Dalam penelitian ini, penulis melakukan
interview bebas dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi
juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Penulis melakukan
wawancara langsung dengan mahasiswa pada Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN SUSKA Riau mengenai rutinitas mahasiswa, hubungan

20
Sugiyono, Op. Cit, h. 93.
21
Op. Cit. h. 94.
22
Ibid.

20
mereka dengan keluarga, respon mereka terhadap stressor dalam
perkuliahan dan lain sebagainya.
D. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. 23 Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
SUSKA Riau. Secara keseluruhan jumlah mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN SUSKA Riau berjumlah 10 orang,24 demikian populasi
dalam penelitian ini berjumlah 10 orang.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.25 Menurut
Arikunto, “apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka
sampel yang diambil adalah semuanya, namun apabila populasi penelitian
berjumlah lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10-15% atau
20-25% atau lebih”. Karena populasi dalam penelitian ini berjumlah kurang
dari 100, maka sampel yang diambil adalah seluruh populasi tersebut, dengan
demikian penelitian ini merupakan penelitian populasi.26 Karena populasi
dalam penelitian ini kurang dari 100, maka sampel yang diambil adalah
seluruh populasi tersebut yakni 10 sampel.
E. Teknik Pengolahan dan Analis Data
Setelah keseluruhan dan terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis
menganalisa data tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan. Analisis data
ditarik sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian diolah dengan
statistik dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam

23
Ibid, h. 80.
24
Wawancara dengan Mat Amin, Direktur Utama Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
SUSKA Riau, (12 Mei 2016).
25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 174.
26
Ibid, h. 13-135.

21
penelitian.27 Dalam menganalisa ini penulis menggunakan metode berpikir
deduktif yakni penelitian yang mempunyai sifat umum menjadi khusus
artinya penelitian ini harus diawali dengan adanya sebuah teori yang sudah
ada tersebut.90
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif
yaitu statistik yang digunakan untuk menggambarkan berbagai karakteristik
data yang berasal dari suatu sampel.28
Sebelum melakukan analisis data tersebut, maka penulis perlu
melakukan sebuah pengujian pada instrumen pengumpulan data yang
digunakan agar data yang diperoleh tersebut benar-benar andal dan dapat
dipertanggungjawabkan. Alat uji analisis data menggunakan regresi linier
berganda, alat uji ini bertujuan untuk mengetahui dua variabel antara variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y) yang akan dikenai prosedur
analisis statistik regresi apakah menunjukkan hubungan linear atau tidak.
Untuk keabsahan data maka sebelumnya data yang diperoleh dari lapangan
akan diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas
dan uji asumsi klasik.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrumen.29 Uji validitas yang digunakan adalah
pengujian validitas konstruk (construct validity). Menurut Sugiyono
nilai r kritis yang diterapkan adalah sebesar 0.3, bila korelasi skor tiap
item instrument dengan skor totalnya adalah kurang dari 0.3, butir
instrument tersebut dinyatakan tidak memenuhi syarat validitas bentuk

27
V. Wiratna Sujarweni, Op. Cit, h.. 121. 90
Ibid, h. 17.
28
Ibid, h. 113.
29
Suharsini Arikunto, Op. Cit, h. 211.

22
dan validitas isi atau dengan kata lain, butir tersebut dapat
dieliminasi.30
Uji validitas sebaiknya dilakukan pada setiap item pernyataan.
Hasil r hitung dibandingkan dengan r kritis dengan tingkat signifikan
0.3 atau 30%, apabila hasil yang diperoleh r hitung > r kritis maka
instrument tersebut valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah bila suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik.31 Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-
sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai Alpha > 0,60 maka
reliabel.32
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal atau tidak. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogrof Smirnov satu arah. Pengambilan
kesimpulan untuk menentukan apakah suatu data mengikuti distribusi
normal atau tidak adalah dengan menilai nilai signifikannya. Jika
signifikan > 0,05 maka variabel berdistribusi normal dan sebaliknya
jika signifikan < 0,05 maka variabel tidak berdistribusi normal.33
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan antar variabel
independen dalam suatu model. Kemiripan variabel independen akan
30
Sugiyono, Op. Cit, h. 126.
31
Suharsini Arikunto, Op. Cit, h. 221.
32
V. Wiratna Sujarweni, Op. Cit, h. 110.
33
Ibid. h. 225.

23
mengakibatkan korelasi yang sangat kuat. Selain itu untuk uji ini juga
untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan keputusan
mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Jika VIF yang dihasilkan
diantara 1-10 maka tidak terjadi multikolinieritas.34
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance
residual suatu periode pengamatan keperiode pengamatan yang lain.
Cara memprediksi ada tidaknya hetoskedastisitas pada suatu model
dapat dilihat dengan pola gambar Scatterplot, regresi yang tidak terjadi
heteroskedastisitas jika titik-titik data menyebar di atas dan di bawah
atau di sekitar angka 0, titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas
atau di bawah saja, penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk
pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar
kembali, penyebaran titik-titik data tidak berpola.35
3. Model analisis data
Model analisis yang digunakan untuk menganalisis dalam
penelitian ini adalah regresi linier berganda. Regresi linier berganda
terdiri dari satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel
independen.36 Adapun rumus regresi linear berganda adalah sebagai
berikut :37

34
Ibid. h. 226.
35
Ibid.
36
Ibid. h. 117.
37
Sugiyono, Op. Cit, h. 192.

24
Y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan:
Y : Dukungan orang tua
Mahasiswa a : Konstanta
X1 : dukungan orang tua
X2 : peningkatan kesehatan mental
4. Pembahasan Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan
dalam penelitian ini dilakukan uji f dan uji t dalam penelitian ini
ditetapkan tingkat kepercayaan (convidence interval) = 95% (𝛼=5%).
a. Uji Koefisien Regresi (Uji t)
Uji t adalah pengujian koefisien regresi parsial individual yang
digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara
individual mempengaruhi variabel dependen (Y).38 Uji t digunakan
untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen. Dengan hipotesis sebagai
berikut :
Ha : Ada pengaruh antara dukungan orang tua terhadap
peningkatan kesehatan mental mahasiswa di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN SUSKA Riau. Ho : Tidak ada pengaruh antara
dukungan orang tua terhadap peningkatan kesehatan mental
mahasiswa di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SUSKA
Riau.
Kesimpulan
Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima
Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak
Atau dapat pula sebagai berikut:

38
V. Wiratna Sujarweni, Op. Cit, h. 161.

25
Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima (Ho ditolak) atau dengan kata
lain variabel dukungan orang tua berpengaruh signifikan terhadap
kesehatan mental mahasiswa.
b. Uji Signifikansi (uji F)
Nilai statistik F adalah pengujian signifikansi persamaan yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas
(X1, X2) secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas (Y).39
Adapun untuk melakukan uji statistik tersebut adalah sebagai berikut :
1) Menemukan Ho (Hipotesis nihil) dan Ha (Hipotesis alternatif)
Ho : variabel bebas (independen) secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen)
Ha : variabel bebas (independen) secara simultan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen)
2) Menentukan nilai α, yang dalam hal ini nilai alpha adalah sebesar
0.05 atau 5% untuk melakukan uji nilai F ini, peneliti akan
menggunakan SPSS for windows 17.0 dan pada uji ini H0 akan
tertolak jika F hitung > F table atau nilai signifikansi < 0.05.
c. Uji Koefisien Determinansi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
prosentase perubahan variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh
variabel bebas (X). Jika R2 semakin besar, maka prosentase perubahan
variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X)
semakin tinggi. Jika R2 semakin kecil, maka prosentase perubahan
variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X)
semakin rendah.40

39
Ibid. h. 162.
40
Ibid, h. 164.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ariadi, Purmansyah, “Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam”, Syifa’ MEDIKA:

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, vol. 3, no. 2 (2019)

Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental , Jakarta: Haji Mas Agung, (1988)

Pusat Data Dan InformasiKementrian Kesehatan RI (InfoDATIN)

Sunardi, Agus, “Kesehatan Mental Anak dari Keluarga Broken Home” (Study Kasus

di SD Juara Yogyakarta), Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta. (2015)

Fatimah, “Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama

Islam di SMP Piri Jati Agung”, Fakultas Terbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Raden Intan Lampung, (2019)

Yusuf, Syamsu, Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, (2018)

Daradjat, Zakiyah, Kesehatan Mental (Jakarta: PT Gunung Agung, 2016)

Mubarok, Achmad, Jiwa Dalam Al-Qur'an (Jakarta: PARAMADINA. Cet.Ke—8,

(2014)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta : Bandung,

(2013)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D – Edisi revisi,

Alfabeta : Bandung, (2014)

27

Anda mungkin juga menyukai