Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KE-13

Kesehatan Mental

“PENGEMBANGAN KESEHATAN DALAM BERBAGAI SETING”

NAMA PEMBINA:

Dra. Zikra., M.Pd., Kons.

DISUSUN OLEH :

NAMA : NIA ANDINI

NIM : 18006295

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
NAMA : NIA ANDINI
NIM : 18006295
TUGAS : TUGAS 13 (KESEHATAN MENTAL)
DOSEN : Dra. Zikra, M.Pd., Kons.

Menurut Prof. dr. Sunartini Hapsara, Ph.D., Sp. A(K)


untuk mewujudkan itu sejak dalam kandungan ia berhak
mendapatkan suplai gizi & perawatan kesehatan yang memadai
dan memperoleh pendidikan secara bebas. Selain itu seorang
anak berhak pula untuk mendapat kesempatan penuh untuk
bermain dan rekreasi. "Sayang dalam kenyataan, mereka justru
terkadang harus mengerjakan Pekerjaan Rumah yang menumpuk
untuk tugas sekolah. Hal-hal semacam inilah yang membatasi
anak untuk bermain,"

SEKOLAH
PENGEMBANGAN KESEHATAN
MENTAL DALAM SETING

KELUARGA
MASYARAKAT

Data yang ada mengatakan bahwa penderita gangguan Meningkatkan Komunikasi Antar
kesehatan mental di Indonesia tidaklah sedikit sehingga Pentingnya keluarga dalam menjaga kesehatan
sudah seharusnya hal tersebut menjadi sebuah perhatian mental. Kebanyakan orangtua sering merasa
dengan tersedianya penanganan atau pengobatan yang frustasi saat harus berkomunikasi dengan anak
tepat.Di berbagai pelosok Indonesia masih ditemui cara anaknya. Kurang terbuka, tidak bisa dipercaya,
penanganan yang tidak tepat bagi para penderita tidak mau mendengarkan atau kurang memahami
menjadi alasan utamanya. Memiliki momen
gangguan kesehatan mental. Penderita dianggap sebagai
bersama pentingnya keluarga dalam menjaga
makhluk aneh yang dapat mengancam keselamatan kesehatan mental menjadi saat yang tepat untuk
seseorang untuk itu penderita layak diasingkan oleh meningkatkan komunikasi dan mempertebal
masyarakat. Hal ini sangat mengecawakan karena dapat kepercayaan di antara anggota pentingnya
mengurangi kemungkinan untuk seorang penderita keluarga dalam menjaga kesehatan mental.
pulih. Untuk itu pemberian informasi, mengedukasi Selain makan malam bersama, memiliki ritual
masyarakat sangatlah penting terkait kesehatan mental wajib yang bisa dilakukan bersama seperti
menonton film atau karaoke juga tepat dijadikan
agar stigma yang ada di masyarakat dapat dihilangkan
momen bahagia bersama pentingnya keluarga
dan penderita mendapatkan penanganan yang tepat. dalam menjaga kesehatan mental.
PENGEMBANGAN KESEHATAN MENTAL DALAM BERBAGAI SETING

A. Pengembangan Kesehatan Mental dalam Keluarga


Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah rasa dihargai dan rasa
dimiliki. Pentingnya keluarga dalam menjaga kesehatan mental akan
memenuhi kebutuhan Anda akan hal yang satu ini. Selain itu, kebutuhan
kebutuhan Anda yang lain pun akan senantiasa diusahakan.
Orangtua yang bekerja dan anak anak yang terlibat dalam kegiatan
sekolah, memiliki jadwal yang cukup sibuk, menyisakan sedikit waktu
untuk momen bersama pentingnya keluarga dalam menjaga kesehatan
mental.
Tidak harus memiliki waktu untuk berlibur bersama untuk
mendekatkan hubungan pentingnya keluarga dalam menjaga kesehatan
mental, makan malam bersama juga dapat menjadi momen pentingnya
keluarga dalam menjaga kesehatan mental yang seru. Berikut beberapa
manfaat memiliki momen pentingnya keluarga dalam menjaga kesehatan
mental untuk hidup lebih bahagia.
Meningkatkan Komunikasi Antar Pentingnya keluarga dalam
menjaga kesehatan mental. Kebanyakan orangtua sering merasa frustasi
saat harus berkomunikasi dengan anak anaknya. Kurang terbuka, tidak
bisa dipercaya, tidak mau mendengarkan atau kurang memahami menjadi
alasan utamanya. Memiliki momen bersama pentingnya keluarga dalam
menjaga kesehatan mental menjadi saat yang tepat untuk meningkatkan
komunikasi dan mempertebal kepercayaan di antara anggota pentingnya
keluarga dalam menjaga kesehatan mental. Selain makan malam bersama,
memiliki ritual wajib yang bisa dilakukan bersama seperti menonton film
atau karaoke juga tepat dijadikan momen bahagia bersama pentingnya
keluarga dalam menjaga kesehatan mental.
B. Pengembangan Kesehatan Mental di Sekolah
Setiap anak memiliki hak untuk bermain dan berekreasi. Ia berhak
pula untuk mendapatkan pendidikan dasar guna mengembangkan potensi
serta mendapatkan standar hidup yang layak. Sementara itu untuk menjaga
kesehatan mental, ia berhak memperoleh kasih sayang, cinta dan
pengertian.
Menurut Prof. dr. Sunartini Hapsara, Ph.D., Sp. A(K) untuk
mewujudkan itu sejak dalam kandungan ia berhak mendapatkan suplai gizi
& perawatan kesehatan yang memadai dan memperoleh pendidikan secara
bebas. Selain itu seorang anak berhak pula untuk mendapat kesempatan
penuh untuk bermain dan rekreasi. "Sayang dalam kenyataan, mereka
justru terkadang harus mengerjakan Pekerjaan Rumah yang menumpuk
untuk tugas sekolah. Hal-hal semacam inilah yang membatasi anak untuk
bermain,"
Berbicara dalam Lokakarya "Kesehatan Mental di Sekolah:
Pendekatan Komprehensif" yang diselenggarakan fakultas psikologi
UGM, Sunartini menjelaskan berbagai hak anak ini idealnya dapat
dipenuhi. Pemenuhan hak anak atas pendidikan, kesempatan tumbuh
kembang, kesempatan berkreasi dan berperan serta dalam kehidupan
sehari-hari.
Iapun berharap anak-anak diberi kesempatan berpendapat dan
berprestasi melalui berbagai akses tanpa diskriminasi, tanpa paksaan dan
kekerasan. "Semua diharapkan sesuai ketentuan dan perundangan yang
berlaku. Ini merupakan upaya bagi pemberdayaan anak yang sehat,"
jelasnya.
Membahas materi mengenai kontribusi aspek neuropsikologi
dalam membangun kesehatan mental siswa, Sunartini mengungkapkan tak
sedikit anak dirujuk oleh dokter, psikologi sekolah atau profesional lain
karena satu atau dua permasalahan. Entah kesulitan dalam belajar,
perhatian dan perilaku. Atau karena kesulitan sosialisasi atau kontrol
emosional, serta penyakit atau permasalahan terkait perkembangan
bawaan yang mempengaruhi otak. "Namun terkadang ditemui pula karena
cedera otak karena kecelakaan, trauma lahir, hingga tekanan fisik lain,"
ungkap spesialis neurodevelopmental FK UGM.
Untuk itu, dibutuhkan kontribusi aspek neuropsikologi berupa
evaluasi neuropsikologis. Evaluasi neurologipsikologis ini membantu
pemahaman akan fungsi otak anak dalam beberapa area seperti memori,
perhatian, persepsi, koordinasi dan personalitas lebih baik.
Carla Raymondalexas menyayangkan keterbatasan pertemuan
antara anak dan orang tua saat ini. Karena kesibukan tak jarang anak-anak
"dititipkan" di sekolah atau bersekolah sampai sore. "Waktu bertemu pun
terbatas, jika ada waktu biasanya orangtua sudah merasa lelah sehingga
kualitas pertemuan antara orangtua dan anak sangat kurang,"
Belum lagi berkembangnya era teknologi terutama internet. Anak-
anak lebih senang menghabiskan waktu di depan komputer, karena merasa
apa yang mereka butuhkan sudah terpenuhi. "Mencari hiburan dengan
bermain game on-line, mencari data untuk tugas sekolah. Apapun dengan
sekali "klik" sudah mendapatkan jawaban dalam sepersekian detik. Namun
jika orangtua tidak berhati-hati bisa-bisa mereka membuka laman
pornografi, hal ini tentu tidak diharapkan namun sangat mudah dilakukan,"
katanya lagi.
Mengupas materi mengenai siswa yang berisiko mengalami
gangguan kesehatan mental, Carla yang seorang psikiater FK UGM/
RSUP Dr. Sardjito miris dengan kehidupan kota saat ini. Meski belum ada
penelitian yang jelas benar, namun secara empiris kehidupan kota besar
lebih di warnai dengan interaksi sosial yang bersifat individualistis dan
konsumtif. Sebaliknya di kota kecil lebih bersifat kekeluargaan.

C. Pengembangan Kesehatan Mental di Masyarakat


Kesehatan mental merupakan sebuah kondisi dimana individu
terbebas dari segala bentuk gejala-gejala gangguan mental. Individu yang
sehat secara mental dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan
hidupnya khususnya saat menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-
masalah yang akan ditemui sepanjang hidup seseorang dengan
menggunakan kemampuan pengolahan stres.Kesehatan mental merupakan
hal penting yang harus diperhatikan selayaknya kesehatan fisik. Diketahui
bahwa kondisi kestabilan kesehatan mental dan fisik saling
mempengaruhi. Gangguan kesehatan mental bukanlah sebuah keluhan
yang hanya diperoleh dari garis keturunan. Tuntutan hidup yang
berdampak pada stress berlebih akan berdampak pada gangguan kesehatan
mental yang lebih buruk.Di Indonesia, berdasarkan Data Riskesdas tahun
2007, diketahui bahwa prevalensi gangguan mental emosional seperti
gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang
dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia lebih
kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan
mental emosional (Depkes, 2007). Data yang ada mengatakan bahwa
penderita gangguan kesehatan mental di Indonesia tidaklah sedikit
sehingga sudah seharusnya hal tersebut menjadi sebuah perhatian dengan
tersedianya penanganan atau pengobatan yang tepat.Di berbagai pelosok
Indonesia masih ditemui cara penanganan yang tidak tepat bagi para
penderita gangguan kesehatan mental. Penderita dianggap sebagai
makhluk aneh yang dapat mengancam keselamatan seseorang untuk itu
penderita layak diasingkan oleh masyarakat. Hal ini sangat mengecawakan
karena dapat mengurangi kemungkinan untuk seorang penderita pulih.
Untuk itu pemberian informasi, mengedukasi masyarakat sangatlah
penting terkait kesehatan mental agar stigma yang ada di masyarakat dapat
dihilangkan dan penderita mendapatkan penanganan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai