Abstrak: Pada dasarnya, manusia yang terlahir itu pasti mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang pastinya dimulai dari masa bayi, batita, balita, anak-anak, remaja sampai
masa dewasa. Pada setiap masa tersebut, tentu akan banyak pula proses-proses pematangan yang
terjadi baik itu secara fisik maupun psikis. Pada keadaan tertentu, proses pertumbuhan dan
perkembangan ini tentu saja dapat mengalami keterlambatan atau bahkan gagal bertumbuh dan
berkembang, tentu mempunyai penyebab, gejala dan faktor tertentu yang menyebabkan
keterlambatan atau kegagalan tumbuh kembang tersebut. Retardasi mental gangguan
perkembangan otak yang ditandai dengan nilai IQ di bawah rata-rata orang normal dan
kemampuan untuk melakukan keterampilan sehari-hari yang buruk. Retardasi mental juga
dikenal dengan nama gangguan intelektual. Butuh waktu dan keterlibatan banyak pihak untuk
membantu pasien retardasi mental beradaptasi dengan kondisinya.
Kata kunci: proses pertumbuhan dan perkembangan, retardasi mental, gangguan intelektual,
nilai IQ
Abstract: Basically, a born human must experience a process of growth and development which
certainly starts from infancy, toddlers, toddlers, children, adolescents to adulthood. At each
period, of course there will be many maturation processes that occur both physically and
psychologically. In certain circumstances, the process of growth and development of course can
experience delays or even fail to grow and develop, of course have causes, symptoms and certain
factors that cause delays or failure of growth and development. Mental retardation of brain
development disorders characterized by IQ scores below the average normal person and the
ability to do bad daily skills. Mental retardation is also known as intellectual disorder. It takes
time and involvement of many parties to help retarded patients mentally adapt to their
conditions.
Keywords: growth and development process, mental retardation, intellectual disorders, IQ
scores.
Pendahuluan
Keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap atau tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan anak seusianya. Hal ini ditandai oleh adanya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat intelegensia anak yaitu pada kemampuan
kognitif, bahasa, motorik dan sosial anak.Retardasi mental bukan suatu penyakit melainkan suatu
kondisi yang timbul pada usiayang dini (biasanya sejak lahir) dan menetap sepanjang hidup
individu tersebut. Retardasi mental dapat terjadi karena otak tidak berkembang secara
optimaldengan latar belakang adanya masalah dalam kandungan (berupa masalah pada ibuseperti
kekurangan gizi, ketergantungan alkohol, dan penyakit infeksi tertentu),masalah pada saat anak
dilahirkan ( adanya kesulitan dalam proses persalinan, lilitantali pusat sehingga mengganggu
dalam proses persalianan, dsb).Retardasi mental tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dicegah
dengan adanya antenatal care yang baik, persalinan yang aman dan stimulasi anak yang
adekuat.Deteksi dini sangat penting, karena dengan adanya pelatihan orang tua maka outcome
dari perkembangan anak selanjutnya akan lebih baik
Pembahasan
Faktor Biologis
Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang berubah-ubah,
pembentukan jaringan, pembesaran kepala, tubuh serta anggota badan lain seperti tangan dan
kaki, peningkatan yang drastis dalam kekuatan dan kemampuan untuk mengendalikan otot-otot
yang besar maupun kecil, perkembangan hubungan sosial, pemikiran dan bahasa, serta
munculnya kepribadian. Terbukanya proses-proses tersebut dan interaksinya tergantung pada
kondisi biologis dan fisik anak tersebut dan lingkungan sosialnya. Model biopsikososial sudah
diterima keberadaannya yaitu dengan mengenal pentingnya kekuatan dari dalam maupun dari
luar. Misalnya tinggi, yaitu suatu fungsi genetika dari si anak , kebiasaan makan dan pemberian
nutrisi.
Pengaruh biologis pada perkembangan meliputi faktor- faktor genetika. Pematangan
fisik dan saraf mendorong anak untuk maju dan membuat batasan yang rendah untuk tumbuhnya
berbagai macam kepandaian. Usia saat anak dapat berjalan sendiri, rata-rata sama diseluruh
dunia, meskipun frekuensi latihan setiap anak berbeda. Perubahan-perubahan pematangan dapat
juga menciptakan suatu kemampuan untuk masalah-masalah tingkah laku pada waktu yang dapat
diramalkan. Contohnya, penurunan pertumbuhan dan jam tidur saat usia 2 tahun umumnya
menyangkut tidak adanya nafsu makan dan menolak untuk tidur siang.1
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi 3
kebutuhan dasar :
1. Kebutuhan dasar fisik-biomedis (ASUH) yang meliputi pangan gizi sebagai
kebutuhan terpenting. Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian
ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dan lain-lain.
Selain itu papan/pemukiman yang layak, higene perorangan, sanitasi lingkungan,
sandang, kesegaran jasmani, dan rekreasi juga menjadi hal yang penting.
2. Kebutuhan emosi/ kasih sayang (ASIH), pada tahun-tahun pertama kehidupan,
hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak
merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,
mental maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/penggantinya sedini dan
selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan
kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya dengan menyusui bayi
secepat mungkin segera setelah lahir. Kekurangan kasih sayanag ibu pada tahun-
tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negative pada tumbuh kembang anak
baik fisik, mental maupun social emosi.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH), stimulasi mental merupakan cikal bakal
dalam proses belajar pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan
mental psikososial: kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya.
Faktor Kognitif
Perkembangan bahasa terjadi paling cepat antara usia 2 dan 5 tahun. Perbendaharaan kata
bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan kalimat meningkat dari telegrafi kalimat
dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua aturan tata bahasa pokok. Perbedaan yang
penting antara percakapan, produksi suara yang dapat dimengerti, dan bahasa mendasari
tindakan mental. Bahasa mencakup fungsi penerimaan maupun pengukapan.
Kemahiran bahasa tergantung pada lingkungan maupun faktor intrinsik. Cara bagaimana
orang dewasa mengarahkan anak, bagaimana mereka bertanya dan memberi perintah, luasnya
mereka terlibat pada pengajaran bahasa dengan harapan untuk kemampuan berbahasa bervariasi
dari budaya ke budaya. Anak-anak tidak hanya meniru ucapan orang dewasa. Lebih tepatnya,
mereka meringkas aturan tata bahasa yang rumit dari bahasa sekitarnya dengan membuat
hipotesis lengkap dan memodifikasinya terus menerus.1,2
Bahasa adalah barometer yang kritis dari perkembangan kognitif maupun emosi.
Retardasi mental mungkin mula-mula menjadi jelas pada bicara yang tertunda pada kira-kira
usia 2 tahun, meskipun tanda-tanda yang lebih awal telah dilupakan. Anak yang diperlakukan
dengan kejam, di acuhkan, dikorelasikan dengan bahasa yang tertunda, terutama kemampuan
untuk menyampaikan keadaan emosi. Sebaliknya, penundaan demikian dapat turut menimbulkan
masalah perilaku, sosialisasi dan pelajaran. Bahasa memainkan peran penting dalam pengaturan
perilaku yang mula-mula melalui pemahaman anak terhadap permintaan dan batas-batas orang
dewasa dan kemudian melalui percakapan pribadi dimana anak-anak mengulangi larangan orang
dewasa yang pertama kali didengar dan dijiwai. Bahasa juga memungkinkan anak
mengungkapkan perasaan, seperti marah atau frustasi tanpa melampiaskannya.
Buku bacaan anak-anak juga penting untuk menstimulasi perkembangan anak, karena
akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan anak
terhadap lingkungan sekitarnya.
Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoprasional Piaget (pralogika),
ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran.
Egosentris mengacu kepada ketidakmampuan anak untuk mengambil pandangan lain dan tidak
berarti egois.
Bermain bagi anak, juga bukan hanya sekedar mengisi waktu luang saja, tetapi melalui
bermain anak belajar mengendalikan dan mengkoordinasi otot-ototnya, melibatkan perasaan,
emosi dan pikirannya. Sehingga melalui bermain anak-anak mendapat berbagai pengalaman
hidup. Manfaat lain dari bermain apabila dilakukan bersama orang tuanya maka akan
meningkatkan keakraban antara anak dan orang tua.
Mendidik anak harus berarti memberi pengertian tentang kebiasaan yang baik dan
memperlakukannya dengan kasih sayang. Hal demikian dapat dicapai dengan selalu memberikan
contoh yang baik dan berwibawa. Di dalam keluarga yang tentram, bahagia dan sejahtera,
pendidikan tidak akan mengalami kesukaran. Kewibawaan yang berlebihan akan menyebabkan
anak menjadi penakut dan merasa kurang dari anak lain, sedangkan kewibawaan yang kurang
dapat menjadikan anak tidak disiplin dan asosial.
Dasar pendidikan untuk anak adalah:
1. Membiasakan untuk melakukan sesuatu pada waktu-waktu tertentu dan teratur,
misalnya bangun, makan, tidur siang, tidur malam. Kebiasaan, demikian berarti
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2. Perasaan sejahtera dan aman. Orang tua tidak perlu selalu bermain atau sibuk dengan
anak. Hendaknya anak diberi kebebasan untuk bermain sendiri. Anak sebagaimana
layaknya setiap orang memerlukan kebebasan.
3. Memberikan kesibukan pada anak merupakan salah satu cara mendidik anak yang
baik. Hal ini dimaksudkan agar anak jangan merasa kesal dan bosan. Yang penting
ialah agar anak dapat mendapat kesempatan sendiri. Bila salah hendaknya jangan
diejek, tetapi dibimbing. Bila baik hendaknya diberi pujian. Bila anak sedang
membuat sesuatu, hendaknya jangan diganggu dan bila misalnya tiba waktu untuk
makan, maka hendaknya kepada anak diberikan cukup waktu untuk menyelesaikan
kesibukan itu dahulu.
Perasaan takut dapat timbul karena khayalan anak terlalu besar, atau karena merasa diancam
atau ditakut-takuti. Hendaknya rasa takut jangan dianggap ringan, jangan diperbesar danjuga
janganlah anak diejek. Mencegah dan memperbaikinya ialah dengan memberikan penerangan
agar supaya anak merasa aman tentram dalam lingkungan keluarganya. Anak tidak boleh
diremehkan, harus banyak dipuji pada waktunya, agar mengenal dirinya sendiri.2
Faktor Sosial
Model perkembangan anak sekarang ini, mengenali akan pentingnya pengaruh yang
datang dari luar hubungan antara anak dan ibu. Pengaruh-pengaruh ini dapat dibayangkan
sebagai suatu kontribusi ketingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari hubungan ibu dan
anak. Fungsi keluarga sebagai suatu sistem, baik dengan lebih atau kurang keras menetapkan
batas-batas, subsistem, tugas-tugas dan aturan-aturan untuk berinteraksi. Didalam sistem
keluarga, fungsi-fungsi dalam sistem yang lebih luas dari suatu keluarga besar, subbudaya,
budaya dan social masyarakat adalah bergantian.
Perangsangan yang datang dari luar anak atau diistilahkan dengan stimulasi. Stimulasi
merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang banyak mendapat
stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau
bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang
bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti simulasi visual, verbal,
auditif, taktil, dan lain-lain, dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Perhatian dan kasih
sayang juga merupakan stimulasi yang penting bagi awal perkembangan anak, misalnya dengan
mengajaknya bercakap-cakap, membelai, mencium, dan bermain.
Erickson meninjau perkembangan kepribadian dari segi psikososial tertentu yang harus
diatasi oleh anak itu agar dapat melewati stadium selanjutnya dengan atau tanpa konflik. Ia
membagi stadium perkembangan manusia, 5 masa berhubungan dengan usia anak yaitu:
1. Stadium basic trust vs mistrust infancy
Dalam mansa ini sangat penting adanya methering process yang penuh kehangatan dan
konsisten, karena hal ini akan member landasan rasa puas, aman dan kepercayaan kepada
orang tua dan rasa toleransi terhadap frustasi. Tidak adainnya mothering process akan
merupakan dasar ketidak percayaan dan insecurity dalam masa selanjutnya.
Faktor Lingkungan
Differential Diagnosis
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi Ke II, retardasi mental
adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama
ditandai oleh adanya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh
pada semua tingkat inteligensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social. Retardasi
mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Namun
demikian, penyandang retardasi mental bisa mengalami semua gangguan jiwa yang ada.
Prevalensi dari gangguan jiwa yang lainnya sekurang-kurangnya 3-4 kali lipat pada populasi ini
dibandingkan dengan populasi umum. Selain itu penyandang retardasi mental mempunyai resiko
lebih besar untuk dieksploitasi dan diperlakukan salah secara fisik ata seksual. Selalu ada
hendaya perilaku adaptif, tetapi dalam lingkungan social terlindung dengan sarana pendukung
yang baik, hendaya ini mungkin tidak tampak sama sekali pada penyandang retardasi mental
ringan.5
Pedoman Diagnostik
IQ dibawah 20. Pemahaman dan penggunaan bahasa bersifat terbatas, kemampuan
tertinggi hanyalah mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana.
Ketrampilan visuo-sosial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan
mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan dengan pengawasan dan petunjuk yang
tepat penyandang mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas rumah tangga dan praktis.
Etiologi organik dapat diidentifikasikan pada sebagian besar kasus. Biasanya ada
disabilitas nerologis dan fisik lain yang berat yang mempengaruhi mobilitas, seperti
epilepsy dan hendaya daya lihat dan daya dengar. Sering ada gangguan perkembangan
persuasive dalam bentuk sangat berat khususnya autism yang tidak khas terutama pada
penyandang yang dapat bergerak.5
Epidemiologi
Dengan pendekatan modern yang menggunakan IQ dan perilaku adaptif sebagai parameter
dan populasi yang tidak diseleksi maka prevalensi RM adalah 1% pada populasi umum.
Prevalensi untuk RM ringan 0,37-0,59% sedangkan untuk RM sedang, berat, danh sangat berat
adlah 0,3-0,4%. Prevalensi yang tertinggi dengan sendirinya terdapat pada anak sekolah karena
mereka dihadapkan pada tugas belajar akademik yang memerlukan kemampuan kognitif. Pada
usia dewasa prevalensi menurun karena khususnya untuk bekerja dibutuhkan ketrampilan adaptif
yang baik, RM lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Menurut suatu survey yang dilakukan di Amerika Serikat maka prevalensi gangguan yang
merupakan kombinasi antara RM dan gangguan perkembangan lainnya adalah 1.58% sedangkan
RM saja adalah 0.78%. Pasien yang menderita RM seringkali juga menderita gangguan medis
lainnya yaitu gangguan nerologis dan panca indera yang diperkirakan sebesar 15-30%. Cacat
motorik termasuk cerebral palsy diperkirakan sebesar 20-30%.5
Penatalaksanaan
Ada yang menganggap bahwa terapi RM kurang memuaskan berhubung gangguan ini
tidak dapat disembuhkan. Perlu diingat tugas seorang dokter bukan hanya untuk menyembuhkan
tetapi juga meningkatkan kualitas hidup pasiennya. Penatalaksanaan RM meliputi 3 aspek yaitu :
1. Pendekatan yang berhubungan dengan etiologi, misalnya menetapkan diet secara dini untuk
pasien yang penyebabnya adalah fenilketonuria atau substansi hormone tiroid untuk defisiensi
hormone ini.
2. Terapi untuk gangguan fisik dan mental yang menyertai retardasi mental.
3. Pendidikan yang sesuai dan rehabilitasi.
Sebelum tahun 1975 penyandang retardasi mental dirawat dalam institusi atau lembaga-
lembaga karena dianggap mereka tidak mampu merawat diri sendiri. Dewasa ini di Indonesia
masih ada lembaga yang merawat pasien dengan retardasi mental dan juga masih banyak
Sekolah Luar Biasa. Pendekatan yang terbaru adalah dengan system INKLUSI yaitu pendidikan
yang sebagian menyatu dengan sekolah biasa dan disamping itu ada program khusus untuk
mengatasi keterbatasan mereka. Setelah dewasa mereka diharapkan juga dapat bekerja dalam
lingkungan kerja yang biasa tetapi dibawah supervise. Dengan demikian diharapkan supaya
pasien dengan retardasi mental dapat hidup dengan bermanfaat dalam masyarakat.5
Perasaan : Depresi
Gejala depresi adalah perasaan tidak mempunyai harapan untuk memperbaiki keadaan
semasa lagi. Seolah-olah sesuatu masalah tidak boleh diselesaikan. Kedua, mereka akan hilang
minat untuk menjalani kehidupan seharian. Sepertinya sudah tidak dapat menikmati lagi
sebarang aktiviti. Seterusnya, hilang selera makan, atau kurang berat badan. Keempat, akan
menyalahkan diri sendiri. 6
Farmako, ADD memiliki pengobatan secara farmako yang sama dengan ADHD, yaitu
menggunakan psikostimulan, antidepresan, obat anti-kecemasan, antipsikotik, dan suasana hati
stabilisator. Serta obat utama untuk ADD sama seperti ADHD, yaitu psikostimulan, dan obat-obat
psikostimulan tersebut adalah methylphenidate (gold standard), kombinasi d,l amphetamine, dan
pemoline.7,8
Non farmako, Pengobatan secara non farmako pada ADD juga sama dengan pengobatan untuk
ADHD, yaitu menggunakan teknik pendekatan perilaku, teknik tersebut diantara lain strategi spesifik,
reward system, time out, social reinforcement, behaviour modelling, dan dukungan bagi orang tua. Serta
dalam terapi perilaku pada ADD, sebaiknya orangtua juga menunjukkan perilaku yang baik yang dapat
ditiru anak.7,8
ADHD adalah hambatan pemusatan perhatian disertai kondisi hiperaktif (aktivitas cenderung berlebihan).
Anak ADHD menunjukkan berbagai keluhan, yaitu perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk
dengan tenang dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk atau sedang berdiri.
Beberapa gejala lain yang sering terlihat adalah aktivitas berlebihan dan suka membuat keributan. Tiga
gejala pokok yang sering terlihat pada anak ADHD adalah kesulitan memusatkan perhatian, hiperaktivitas
dan impulsivitas.
Gangguan ADHD pada anak sering terlambat diketahui oleh orang tua, terutama orang tua yang bekerja
sehingga tidak terlalu memperhatikan perkembangan anaknya. Orang tua baru sadar bahwa anak memiliki
gangguan ADHD setelah adanya laporan dari guru atau teman- teman penderita yang terganggu oleh
perilaku penderita.
Penyebab pasti dari ADHD sampai saat ini belum ditemukan. Faktor risiko yang diduga meningkatkan
kejadian ADHD adalah genetik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bila orang tua mengalami
ADHD, sebagian anak mereka dijumpai mengalami gangguan tersebut. Riwayat berat bayi lahir ringan
(BBLR) juga diduga dapat meningkatkan risiko kejadian ADHD pada anak, meskipun belum diketahui
apakah gejala ADHD akan ada sampai anak menjadi dewasa. 9
Tidak hanya faktor hereditas saja, dalam penelitian yang lain memper- lihatkan bahwa lingkungan sosial
ternyata juga memiliki peran dan andil yang cukup besar. Pemanfaatan teknologi informasi audio-visual
berupa televisi, komputer, dan gadget secara tidak tepat disinyalir ikut berperan memperburuk timbulnya
sindrom tersebut. Perlu diketahui bahwa gejala ini juga bisa muncul pada anak yang mempunyai kondisi
neurologis normal. Faktor penyebabnya bisa disebabkan oleh pola asuh orangtua kepada anak. 10
Penatalaksanaan
Non-Farmakologi
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan ADHD, namun ada berbagai treatment untuk
menangani gejala ADHD beberapa treatment dan layanan yang dilakukan untuk mengatasi kasus anak-
anak yang tergolong hiperaktif diantaranya: 9
a. Orang tua perlu menambah pengetahuan mengenai gangguan hiperkatifitas serta mengenali bakat
anak
c. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktifitas anak serta membangkitkan rasa percaya diri
anak
d. Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya
tidak pecah.
e. Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi
atau musik keras
f. Menatap anak saat berkomunikasi, dan sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang
bahu atau menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya.
Secara Farmakologi
Terapi farmakologi tetap menjadi salah satu bentuk yang paling umum, namun yang paling kontroversial,
pengobatan ADHD. Penting untuk dicatat bahwa keputusan untuk meresepkan obat apapun adalah
tanggung jawab medis. Setelah berkonsultasi dengan keluarga dan kesepakatan tentang rencana
pengobatan yang paling tepat. terapi farmakologi termasuk penggunaan psikostimulan, antidepresan, obat
anti-kecemasan, antipsikotik, dan suasana hati stabilisator. Stimulan mendominasi penggunaan klinis dan
telah ditemukan efektif dengan presentase 75 sampai 90 persen anak-anak dengan ADHD. Stimulan
tersebut antara lain methylphenidate (Ritalin), Dextroamphetamine (Dexedrine), dan pemoline (Cylert). 9
Gangguan perilaku menentang dalam istilah psikologi klinis disebut dengan Oppositional Defiant
Disorder (ODD). Gangguan ini merupakan gangguan yang biasanya paling banyak ditemui pada masa
anak-anak bahkan pada masa dewasa. Gangguan perilaku menentang (ODD) ditandai dengan adanya
perilaku menentang dan melanggar aturan. Biasanya muncul dalam bentuk perilaku menolak mengikuti
aturan dan otoritas dari orang dewasa seperti orangtua, guru, ataupun orang dewasa lainnya. Selain itu,
mereka seringkali dengan sengaja mengganggu orang lain, mudah marah, sensitif atau mudah
tersinggung, menyalahkan orang lain sebagai penyebab kesalahan atau perilaku buruk mereka, benci
kepada orang lain atau dengki dan dendam pada orang lain. Gangguan ini biasanya dimulai sebelum usia
8 tahun dan berkembang secara bertahap selama beberapa bulan atau tahun, biasanya bermula di
lingkungan rumah tetapi dapat meluas ke lingkungan lain seperti di sekolah.
Lingkungan Keluarga
Sebagai lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak, keluarga memiliki pengaruh yang
demikian penting dalam membentuk kepribadian pada anak. Keluargalah peletak dasar perasaan aman
pada anak, dalam keluarga pula memperoleh pengalaman pertama mengenai perasaan aman, dasar
perkembangan sosial, dasar perkembangan emosi dan perilaku yang baik. Kesalahan dalam keluarga
dapat menimbulkan gangguan emosi dan perkembangan perilaku pada seorang anak, contohnya ketidak
harmonisan dalam keluarga, orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjannya sehingga tidak memberikan
perhatian dan kasih sayang sepenuhnya kepada anaknya.
Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah keluarga. Timbulnya gangguan perilaku yang
disebabkan lingkungan sekolah antara lain berasal dari guru sebagai tenaga pelaksana pendidikan dan
fasilitas penunjang yang dibutuhkan anak didik. Perilaku guru yang otoriter mengakibatkan anak merasa
tertekan dan takut menghadapi pelajaran sehingga anak akan lebih memilih membolos dan keluyuran
pada saat dimana seharusnya ia berada dalam kelas.
Lingkungan Masyarakat
Salah satu yang mempengaruhi pola perilaku anak dalam lingkungan sosial adalah keteladan yaitu
menirukan perilaku orang lain. Masuknya budaya asing yang kurang sesuai dengan tradisi yang dianut
masyarakat pada umumnya pun akan menyebabkan pola perilaku anak yang menyimpang.
Penatalaksanaan
Pendekatan kognitif-behavioral
Penanganan anak dengan gangguan tingkah laku dilakukan dengan terapi kognitif behavioral, yaitu
melatih anak dengan gangguan tingkah laku untuk berpikir bahwa konflik sosial adalah masalah yang
dapat diselesaikan dan bukan merupakan tantangan yang harus diselesaikan dengan kekerasan. Anak anak
ini dilatih menggunakan calming self talk, yaitu teknik untuk berfikir dan berbicara kepada diri sendiri,
tujuannya adalah menghambat perilaku impulsive, mengendalikan kemarahan dan mencoba solusi yang
yang tidak mengandung kekerasan dalam emnghadapi konflik sosial. 11
Parent Management Training (PMT)
Hal tersebut diciptakan sebagai program di mana orangtua dilatih menggunakan keterampilan
untuk memanejemen atau mengatur anak- anak mereka. Dalam hal ini, orang tua diintruksikan bagaimana
menjalankan peranan atau sikap yang konsisten dalam melakukan prosedur seperti bagaimana
memberikan penguatan positif, atau teknik-teknik time out dan lain sebagainya. 11
Kesimpulan
Seperti yang sudah diuraikan bahwa faktor biologis memiliki peranan penting dalam
pertumbuhan tubuh anak dan bagaimana penilaian terhadap pertumbuhan tersebut sehingga dapat
diketahui pertumbuhan tersebut berjalan normal atau mengalami gangguan. Demikian juga
dengan faktor kognitif yang berhubungan dengan perkembangan cara berpikir anak, faktor sosial
dan lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, manusia
sebagai mahkluk sosial akan banyak sekali berhubungan baik dengan lingkungan maupun orang
sekitarnya. Sehingga jika ada faktor-faktor yang tidak terpenuhi dengan baik maka pertumbuhan
dan perkembangan seseorang akan terganggu
Daftar Pustaka
1. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2010.h.181-3.
2. Wahab AS. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi ke-15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2000.
3. Johnston DHD. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2008.h.145-75.
4. Soedjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2000.h.127.
5. Setiyohadi B. Kesehatan remaja. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrahata
M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5, Jilid I. Jakarta:
InternaPublishing; 2009. Hal.93-6.
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid 1.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2007. Hal.65-70, 156-7.
7. Wahidah EY. Identifikasi dan psikoterapi terhadap ADHD (attention deficit hyperactivity
disorder) perspektif psikologi pendidikan islam konyemporer. Millah 2018:17(2);297-318
8. Setyawan AB. Aspek neurologis attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Diunduh
dari http://www.academia.edu/download/36952415/ASPEK_NEUROLOGIS.docx diakses
pada tanggal. 14 januari 2019.
9. Adiputra MS, Sutarga IM, Pinatih GNI. Faktor risiko attention deficit hyperactivity disorder
(ADHD) pada anak di denpasar. Public health and preventive medicine archive
2015:3(1);43-48
10. Mahabbati A. mengenali gangguan attention deficit hyperactive disorder (ADHD) pada
anak. Wuny 2013:15(2);14-26
11. Hairina Y. Intervensi untuk mengatasi gangguan perilaku menentang anak dengan parent
management training. Jurnal studi gender dan anak 2013:1(1);81-89.