Anda di halaman 1dari 20

Faktor - Faktor Tumbuh Kembang pada Anak

Putri Nurul Aisyah


102013112 / A1
Email: putri.2013fk112@civitas.ukrida.ac.id

Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak: Pada dasarnya, manusia yang terlahir itu pasti mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang pastinya dimulai dari masa bayi, batita, balita, anak-anak, remaja sampai
masa dewasa. Pada setiap masa tersebut, tentu akan banyak pula proses-proses pematangan yang
terjadi baik itu secara fisik maupun psikis. Pada keadaan tertentu, proses pertumbuhan dan
perkembangan ini tentu saja dapat mengalami keterlambatan atau bahkan gagal bertumbuh dan
berkembang, tentu mempunyai penyebab, gejala dan faktor tertentu yang menyebabkan
keterlambatan atau kegagalan tumbuh kembang tersebut. Retardasi mental gangguan
perkembangan otak yang ditandai dengan nilai IQ di bawah rata-rata orang normal dan
kemampuan untuk melakukan keterampilan sehari-hari yang buruk. Retardasi mental juga
dikenal dengan nama gangguan intelektual. Butuh waktu dan keterlibatan banyak pihak untuk
membantu pasien retardasi mental beradaptasi dengan kondisinya.

Kata kunci: proses pertumbuhan dan perkembangan, retardasi mental, gangguan intelektual,
nilai IQ

Abstract: Basically, a born human must experience a process of growth and development which
certainly starts from infancy, toddlers, toddlers, children, adolescents to adulthood. At each
period, of course there will be many maturation processes that occur both physically and
psychologically. In certain circumstances, the process of growth and development of course can
experience delays or even fail to grow and develop, of course have causes, symptoms and certain
factors that cause delays or failure of growth and development. Mental retardation of brain
development disorders characterized by IQ scores below the average normal person and the
ability to do bad daily skills. Mental retardation is also known as intellectual disorder. It takes
time and involvement of many parties to help retarded patients mentally adapt to their
conditions.
Keywords: growth and development process, mental retardation, intellectual disorders, IQ
scores.

Pendahuluan

Keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap atau tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan anak seusianya. Hal ini ditandai oleh adanya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat intelegensia anak yaitu pada kemampuan
kognitif, bahasa, motorik dan sosial anak.Retardasi mental bukan suatu penyakit melainkan suatu
kondisi yang timbul pada usiayang dini (biasanya sejak lahir) dan menetap sepanjang hidup
individu tersebut. Retardasi mental dapat terjadi karena otak tidak berkembang secara
optimaldengan latar belakang adanya masalah dalam kandungan (berupa masalah pada ibuseperti
kekurangan gizi, ketergantungan alkohol, dan penyakit infeksi tertentu),masalah pada saat anak
dilahirkan ( adanya kesulitan dalam proses persalinan, lilitantali pusat sehingga mengganggu
dalam proses persalianan, dsb).Retardasi mental tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dicegah
dengan adanya antenatal care yang baik, persalinan yang aman dan stimulasi anak yang
adekuat.Deteksi dini sangat penting, karena dengan adanya pelatihan orang tua maka outcome
dari perkembangan anak selanjutnya akan lebih baik

Pembahasan

Faktor Biologis
Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang berubah-ubah,
pembentukan jaringan, pembesaran kepala, tubuh serta anggota badan lain seperti tangan dan
kaki, peningkatan yang drastis dalam kekuatan dan kemampuan untuk mengendalikan otot-otot
yang besar maupun kecil, perkembangan hubungan sosial, pemikiran dan bahasa, serta
munculnya kepribadian. Terbukanya proses-proses tersebut dan interaksinya tergantung pada
kondisi biologis dan fisik anak tersebut dan lingkungan sosialnya. Model biopsikososial sudah
diterima keberadaannya yaitu dengan mengenal pentingnya kekuatan dari dalam maupun dari
luar. Misalnya tinggi, yaitu suatu fungsi genetika dari si anak , kebiasaan makan dan pemberian
nutrisi.
Pengaruh biologis pada perkembangan  meliputi faktor- faktor genetika. Pematangan
fisik dan saraf mendorong anak untuk maju dan membuat batasan yang rendah untuk tumbuhnya
berbagai macam kepandaian. Usia saat anak dapat berjalan sendiri, rata-rata sama diseluruh
dunia, meskipun frekuensi latihan setiap anak berbeda. Perubahan-perubahan pematangan dapat
juga menciptakan suatu kemampuan untuk masalah-masalah tingkah laku pada waktu yang dapat
diramalkan. Contohnya, penurunan pertumbuhan dan jam tidur saat usia 2 tahun umumnya
menyangkut tidak adanya nafsu makan dan menolak untuk tidur siang.1
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi 3
kebutuhan dasar :
1. Kebutuhan dasar fisik-biomedis (ASUH) yang meliputi pangan gizi sebagai
kebutuhan terpenting. Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian
ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dan lain-lain.
Selain itu papan/pemukiman yang layak, higene perorangan, sanitasi lingkungan,
sandang, kesegaran jasmani, dan rekreasi juga menjadi hal yang penting.
2.       Kebutuhan emosi/ kasih sayang (ASIH), pada tahun-tahun pertama kehidupan,
hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak
merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,
mental maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/penggantinya sedini dan
selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan
kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya dengan menyusui bayi
secepat mungkin segera setelah lahir. Kekurangan kasih sayanag ibu pada tahun-
tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negative pada tumbuh kembang anak
baik fisik, mental maupun social emosi.
3.      Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH), stimulasi mental merupakan cikal bakal
dalam proses belajar pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan
mental psikososial: kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya.

Faktor Kognitif
Perkembangan bahasa terjadi paling cepat antara usia 2 dan 5 tahun. Perbendaharaan kata
bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan kalimat meningkat dari telegrafi kalimat
dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua aturan tata bahasa pokok. Perbedaan yang
penting antara percakapan, produksi suara yang dapat dimengerti, dan bahasa mendasari
tindakan mental. Bahasa mencakup fungsi penerimaan maupun pengukapan. 
Kemahiran bahasa tergantung pada lingkungan maupun faktor intrinsik. Cara bagaimana
orang dewasa mengarahkan anak, bagaimana mereka bertanya dan memberi perintah, luasnya
mereka terlibat pada pengajaran bahasa dengan harapan untuk kemampuan berbahasa bervariasi
dari budaya ke budaya. Anak-anak tidak hanya meniru ucapan orang dewasa. Lebih tepatnya,
mereka meringkas aturan tata bahasa yang rumit dari bahasa sekitarnya dengan membuat
hipotesis lengkap dan memodifikasinya terus menerus.1,2
Bahasa adalah barometer yang kritis dari perkembangan kognitif maupun emosi.
Retardasi mental mungkin mula-mula menjadi jelas pada bicara yang  tertunda pada kira-kira
usia 2 tahun, meskipun tanda-tanda yang lebih awal telah dilupakan. Anak yang diperlakukan
dengan kejam, di acuhkan, dikorelasikan dengan bahasa yang tertunda, terutama kemampuan
untuk menyampaikan keadaan emosi. Sebaliknya, penundaan demikian dapat turut menimbulkan
masalah perilaku, sosialisasi dan pelajaran. Bahasa memainkan peran penting dalam pengaturan
perilaku yang mula-mula melalui pemahaman anak terhadap permintaan dan batas-batas orang
dewasa dan kemudian melalui percakapan pribadi dimana anak-anak mengulangi larangan orang
dewasa yang pertama kali didengar dan dijiwai. Bahasa juga memungkinkan anak
mengungkapkan perasaan, seperti marah atau frustasi tanpa melampiaskannya.
Buku bacaan anak-anak juga penting untuk menstimulasi perkembangan anak, karena
akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan anak
terhadap lingkungan sekitarnya.
Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoprasional Piaget (pralogika),
ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran.
Egosentris mengacu kepada ketidakmampuan anak untuk mengambil pandangan lain dan tidak
berarti egois.
Bermain bagi anak, juga bukan hanya sekedar mengisi waktu luang saja, tetapi melalui
bermain anak belajar mengendalikan dan mengkoordinasi otot-ototnya, melibatkan perasaan,
emosi dan pikirannya. Sehingga melalui bermain anak-anak mendapat berbagai pengalaman
hidup. Manfaat lain dari bermain apabila dilakukan bersama orang tuanya maka akan
meningkatkan keakraban antara anak dan orang tua.
Mendidik anak harus berarti memberi pengertian tentang kebiasaan yang baik dan
memperlakukannya dengan kasih sayang. Hal demikian dapat dicapai dengan selalu memberikan
contoh yang baik dan berwibawa. Di dalam keluarga yang tentram, bahagia dan sejahtera,
pendidikan tidak akan mengalami kesukaran. Kewibawaan yang berlebihan akan menyebabkan
anak menjadi penakut dan merasa kurang dari anak lain, sedangkan kewibawaan yang kurang
dapat menjadikan anak tidak disiplin dan asosial.
Dasar pendidikan untuk anak adalah:
1.    Membiasakan untuk melakukan sesuatu pada waktu-waktu tertentu dan teratur,
misalnya bangun, makan, tidur siang, tidur malam. Kebiasaan, demikian berarti
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2.    Perasaan sejahtera dan aman. Orang tua tidak perlu selalu bermain atau sibuk dengan
anak. Hendaknya anak diberi kebebasan untuk bermain sendiri. Anak sebagaimana
layaknya setiap orang memerlukan kebebasan.
3.    Memberikan kesibukan pada anak merupakan salah satu cara mendidik anak yang
baik. Hal ini dimaksudkan agar anak jangan merasa kesal dan bosan. Yang penting
ialah agar anak dapat mendapat kesempatan sendiri. Bila salah hendaknya jangan
diejek, tetapi dibimbing. Bila baik hendaknya diberi pujian. Bila anak sedang
membuat sesuatu, hendaknya jangan diganggu dan bila misalnya tiba waktu untuk
makan, maka hendaknya kepada anak diberikan cukup waktu untuk menyelesaikan
kesibukan itu dahulu.
Perasaan takut dapat timbul karena khayalan anak terlalu besar, atau karena merasa diancam
atau ditakut-takuti. Hendaknya rasa takut jangan dianggap ringan, jangan diperbesar danjuga
janganlah anak diejek. Mencegah dan memperbaikinya ialah dengan memberikan penerangan
agar supaya anak merasa aman tentram dalam lingkungan keluarganya. Anak tidak boleh
diremehkan, harus banyak dipuji pada waktunya, agar mengenal dirinya sendiri.2

Faktor Sosial
Model perkembangan anak sekarang ini, mengenali akan pentingnya pengaruh yang
datang dari luar hubungan antara anak dan ibu. Pengaruh-pengaruh ini dapat dibayangkan
sebagai suatu kontribusi ketingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari hubungan ibu dan
anak. Fungsi keluarga sebagai suatu sistem, baik dengan lebih atau kurang keras menetapkan
batas-batas, subsistem, tugas-tugas dan aturan-aturan untuk berinteraksi. Didalam sistem
keluarga, fungsi-fungsi dalam sistem yang lebih luas dari suatu keluarga besar, subbudaya,
budaya dan social masyarakat adalah bergantian.
Perangsangan yang datang dari luar anak atau diistilahkan dengan stimulasi. Stimulasi
merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang banyak mendapat
stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau
bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang
bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti simulasi visual, verbal,
auditif, taktil, dan lain-lain, dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Perhatian dan kasih
sayang juga merupakan stimulasi yang penting bagi awal perkembangan anak, misalnya dengan
mengajaknya bercakap-cakap, membelai, mencium, dan bermain.
Erickson meninjau perkembangan kepribadian dari segi psikososial tertentu yang harus
diatasi oleh anak itu agar dapat melewati stadium selanjutnya dengan atau tanpa konflik. Ia
membagi stadium perkembangan manusia, 5 masa berhubungan dengan usia anak yaitu:
1.     Stadium basic trust vs mistrust infancy
Dalam mansa ini sangat penting adanya methering process yang penuh kehangatan dan
konsisten, karena hal ini akan member landasan rasa puas, aman dan kepercayaan kepada
orang tua dan rasa toleransi terhadap frustasi. Tidak adainnya mothering process akan
merupakan dasar ketidak percayaan dan insecurity dalam masa selanjutnya.

2.   Stadium Autonomy vs shame and doubt


Pada masa ini teradapat 2 hal yang penting yaitu motilitas dankontrol fungsi tubuh. Anak
mulai mengeksplorasi dunia luar dengan aktifitas motorik dan dari pengalaman itu ia
akan belajar mengontrol dorongan implusifnya untuk bertindak; suatu sense of autonomy
mulai terbentuk. Konflik akan terjadi bila orang tua menghalangi aktifitas motorik si anak
dan menuntut agar anak jadi penurut. Bersamaan dengan itu biasanya timbul masalah
toilet training. Bila hal ini dilakukan terlalu dini, waktu anak masih belum sanggup untuk
mengatur sfingter karena secara fisiologis memang belum bisa dan anak dihukum atau
dipermainkan maka anak tersebut akan bereaksi dengan 2 cara, yaitu ia akan menjadi
takut pada orang tua dan akan selalu berusaha agar tidak dimarahi dengan menjadi sangat
bersih, sangat rapih dan penurut atau sebaliknya ia marah dengan cara menjadi jorok,
keras kepala dan tidak dapat dipercaya. Dengan demmikian orang tua menanamkan
perasaan malu dan ragu-ragu dalam diri anak.

3.   Stadium initiative vs guilt


Kemampuan anak lebih besar, ia lebih banyak berhubungan dengan dunia luar ermaisuk
ayah dan saudara-saudaranya. Terbuka kesempatan bagi si anak untuk berhubungan
dengan dunia sekitar dan mulai timbul inisiatif untuk menyelesaikan sendiri masalah
sederhana yang dihadapinya. Ia mulai berkompetisi dengan saudaranya untuk mendapat
kedudukan pertama dimata orang tua, mulai sadar bahwa ia dan saudaranya yang lain
harus membagi perhatian orang tua, juga mulai timbul perasaan cemburu, iri dan perasaan
bersalah. Persaingan ini menimbulkan fantasi kebesaran dan juga kemudian rasa takut
akan disakiti, diserang oleh orang lain. Pengertian perbedaan seksual mulai ada dan dasar
identifikaasi seksual mulai terbentuk, demikian pula identifikasi dengan orang tua.
Bersamaan dengan hal tersebut, dorongan inisiatif, perasaan cemburu dan marah serta
pembentukan ego menjadi lebih sempurna. Bila dalam pergolakan ini anak ditekan oleh
orang tuanya, maka akan timbul perasaan benci dan perasaan takut akan disakiti. Anak
tersebut kemudian akan mengadaptasikan rasa takutnya dengan menjadi murung,
pengunduran diri dan akhirnya internalisasi dari larangan untuk ekspresi perasaan marah.

4.   Stadium industriousness vs sense of inferiority


Sosialisasi anak lebih luas laagi dengan orang luar keluarganya. Pengaruh mereka
memungkinkan kesempatan identifikasi lagi yang dapat menghambat, mengubah dan
menambah tingkah laku yang telah terbentuk sebelumnya; juga kesempatan memperoleh
ketrampilan makin luas. Keinginan anak untuk berhasil dalam belajar, berbuat dan
berkarya sangat besar, tetapi bila ia gagal maka akan terbentuk perasaan inferior dan
inadekuat. Identifikasi lebih banyak pada orang tua dengan jenis kelamin yang sama, jadi
perlu sekali hubungan erat dengan mereka atau substitute agar si anak lebih menetapkan
maskulinitas atau feminitas. Dalam masa ini juga cita-cita mulai terbentuk.

5.   Stadium identity formation vs diffusion


Di dalam masa ini termasuk masa pubertas, saat maturasi alat kelamin terjadi. Secara
emosional banyak terjadi variasi besar antara alam perasaan, pandangan dan hubungan.
Dependensi kepada orang tua dan keinginan untuk kembali kepada masa anak, terbentur
kepada keinginan dan kemampuan untuk menjadi independent sehingga menimbulkan
konflik. Dorongan instingual yang makin besar, harus disesuaikan dengan larangan
keluarga dan masyarakat. Ia sangat prihatin terhadap penilaian dirinya oleh orang lain dan
bagaimana ia melihat dirinya sendiri. Ia sedang dalam masa pembentukan suatu identitas
diri, yang identitas niologis dan psikologisnya harus disesuaikan dengan pekerjaan,
keluarga dan peran sosial.

Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan anak. Lingkungan


yang cukup baik akan memungkinkan dicapainya potensi genetik/bawaan/bakat anak.
Lingkungan yang kurang baik akan menghambat pertumbuhan, sehingga potensi bawaan/bakat
tidak dapat dicapai. Lingkungan meliputi aspek fisis, biologis, dan social yang lazimnya disebut
lingkungan fisikobiopsikososial. Aspek-aspek tersebut tidak berdiri sendiri- sendiri, melainkan
berkaitan satu sama lain.3,4
Lingkungan fisikobiopsikososial tersebut dapat berupa:
1.    Orang tua yang hidup  rukun dan harmonis. Persiapan jasmani, mental, social yang
matang pada saat membina keluarga. Mempunyai pekerjaan tetap, dengan tingkat
ekonomi/ kesejahteraan yang cukup. Mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan,
membimbing dan mendidik anak. Tinggal dirumah dan lingkungan yang sehat. Suasana
damai dalam dan kasih sayang dalam keluarga sangat penting alam tumbuh kembang
anak. Interaksi orang tua anak merupakan suatu proses yang majemuk yang dipengaruhi
bayak factor, yaitu kepribadian orang tua, sifat bawaan anak, kelahiran anak yang lain,
tingkah laku setiap anggota keluarga, interaksi antar anggota keluarga, dan pengaruh
luar.3
2.      Didaerah perkotaan maupun didaerah pedesaan diciptakan keadaan yang cukup baik
dalam segi-segi kesehatan, misalnya pengetahuan keluarga mengenai kesehatan,
penyebaran fasilitas kesehatan. Geografis, misalnya sumber alam dan komunikasi.
Demografis, misalnya komposisi penduduk menurut umur, kebijaksanaan keluarga
berencana, penyebaran penduduk, urbanisasi dan transmigrasi. Social ekonomi, misalnya
kesempatan kerja/lapangan kerja, tingkat pendapatan, perumahan, dan lingkungan hidup.
Psikokulturil, misalnya pendidikan sekolah, dirumah dan diluar sekolah, kebiasaan,
kepercayaan, tradisi, sikap terhadap masalah kesehatan. Kebijaksanaan politik
pemerintah, misalnya perencanaan perkembangan/pembangunan ekonomi, kesejahteraan
anak.
3.      Pendidikan dirumah, sekolah dan luar sekolah serta luar rumah untuk pembinaan
perkembangan emosi, social, moral, etika, tanggung jawab, pengetahuan, ketrampilan dan
kepribadian.
Dengan demikian harus disadari bahwa lingkungan fisikobiopsikososial yang cukup baik
merupakan kebutuhan pokok anak untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sebaik-baiknya.
Kebutuhan pokok ini sebaiknya dipenuhi segera dan tidak dapat ditunda. Penundaan pemenuhan
kebutuhan pokok hampir pasti akan menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.3,4

Differential Diagnosis

Kognitif : Retardasi mental

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi Ke II, retardasi mental
adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama
ditandai oleh adanya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh
pada semua tingkat inteligensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social. Retardasi
mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Namun
demikian, penyandang retardasi mental bisa mengalami semua gangguan jiwa yang ada.
Prevalensi dari gangguan jiwa yang lainnya sekurang-kurangnya 3-4 kali lipat pada populasi ini
dibandingkan dengan populasi umum. Selain itu penyandang retardasi mental mempunyai resiko
lebih besar untuk dieksploitasi dan diperlakukan salah secara fisik ata seksual. Selalu ada
hendaya perilaku adaptif, tetapi dalam lingkungan social terlindung dengan sarana pendukung
yang baik, hendaya ini mungkin tidak tampak sama sekali pada penyandang retardasi mental
ringan.5

 Kriteria diagnostic untuk Retardasi Mental


a. Fungsi intelektual dibawah rata-rata (IQ 70 atau kurang) yang telah diperiksa secara
individual
b. Kekurangan atau gangguan dalam perilaku adaptif (kekurangan individu untuk
memenuhi tuntutan standard perilaku sesuai dengan usianya dari lingkungan budayanya)
dalam sedikitnya 2 hal yaitu : komunikasi, self-care, kehidupan rumah tangga,
keterampilan social atau komunitas, mengarahkan diri sendiri, keterampilan akademis
fungsional, pekerjaan, waktu senggang, kesehatan dan keamanan.
c. Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun.

 Kode Diagnostik dan derajat Retardasi Mental


Retardasi mental ringan IQ 50-55 sampai 70

Retardasi mental sedang IQ 35-40 sampai 50-55

Retardasi mental berat IQ 20-25 sampai 35-40

Retardasi mental sangat berat IQ dibawah 20 atau 25

Retardasi mental tidak tergolongkan Tak dapat dilakukan pemeriksaan IQ

a. Retardasi Mental Ringan


Penyandang RM ringan biasanya agak terlambat dalam belajar bahasa tetapi sebagian
besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari, mengadakan
percakapan dan dapat diwawancarai. Kebanyakan dari mereka juga dapat mandiri penuh
dalam hal merawat diri sendiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar, dan kecil)
dan mencapai ketrampilan praktis serta ketrampilan rumah tangga,walaupun
perkembangannya agak lambatdibandingkan anak normal.
Kesulitan utama biasanya tampak pada pekerjaan sekolah yang bersifat akademik.
Banyak diantara mereka mempunyai masalah khusus dalam membaca dan menulis.
Namun demikian penyandang RM ringan bisa sangat tertolong dengan pendidikan yang
dirancang untuk mengembangkan keterampilan mereka dan mengkompensasi kecacatan
mereka. Kebanyakan penyandang RM ringan yang tingkat intelegensia lebih tinggi
mempunyai potensi melakukan pekerjaan yang lebih membutuhkan kemampuan paktis
daripada kemampuan akademik, termasuk pekerjaan tangan yang tidak memerlukan
keterampilan atau hanya memerlukan sedikit keterampilan saja.
Dalam konteks sosio-kultural yang memerlukan sedikit prestasi akademik, sampai
tingkat tertentu penyandang RM ringan tidak mengalami masalah. Namun demikian, bila
juga terdapat immaturitas emosional dan social yang nyata, maka tampak akibat
kecacatannya misalnya ketidakmampuan mengatasi tuntutan pernikahan, pengasuhan
anak atau kesulitan menyesuaikan diri dengan harapan dan tradisi budaya. Pada
umumnya kesulitan perilaku, emosional dan social dari penyandang RM ringan dan
kebutuhan untuk terapi dan dukungan untuk hal tersebut, timbul dari mereka sendiri.
Mereka lebih mirip dengan mereka yang normal intelegensinya daripada masalah spesifik
dari penyandang RM sedang dan berat. Etiologi organic sudah lebih banyak diidentifikasi
diantara pasien, meskipun belum merupakan mayoritas.5

b. Retardasi Mental Sedang


Penyandang retardasi mental kategori ini lambat dalam mengembangkan pemahaman
dan penggunaan bahasa, prestasi akhir yang dapat dicapai dalam bidang ini terbatas.
Keterampilan merawat diri dan keterampilan motorik juga terlambat. Sebagian dari
mereka memerlukan pengawasan seumur hidup. Kemajuan dalam pendidikan sekolah
terbatas tetapi sebagian dari mereka ini dapat belajar keterampilan dasar yang dibutuhkan
untuk membaca, menulis, dan berhitung. Program pendidikan khusus dapat member
kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan potensi mereka yang terbatas dan
memperoleh beberapa keterampilan dasar.
Ketika dewasa penyandang retardasi mental sedang biasanya mampu melakukan
pekerjaan praktis yang sederhana, bila tugas-tugasnya disusun rapi dan diawasi oleh
pengawas yang terampil. Jarang ada yang dapat hidup mandiri sepenuhnya pada masa
dewasa. Namun demikian, pada umumnya mereka dapat bergerak bebas dan aktif secara
fisik dan mayoritas menunjukkan perkembangan social dalam kemampuan mengadakan
kontak, berkomunikasi dengan orang lain dan terlibat dalam aktivitas social yang
sederhana.5
Pedoman Diagnostik
IQ biasanya berada dalam rentang 35-49. Biasanya mereka menunjukkan penampilan
kemampuan yang tidak sesuai, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam
keterampilan visuo-spatial daripada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan
yang lainnya sangat canggung tetapi dapat mengadakan interaksi social dan percakapan
sederhana. Tingkat perkembangan bahasa bervariasi : ada yang dapat mengikuti
percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk
kebutuhan dasar mereka. Ada yang tidak pernah belajar menggunakan bahasa, meskipun
mereka mungkin dapat mengerti instruksi sederhana dan belajar menggunakan isyarat
tangan untuk kompensasi diasbilitas mereka.5
Etiologi organic dapat diidentifikasi pada mayoritas penyandang RM sedang. Autism
masa anak atau gangguan perkembangan pervasif terdapat pada sebagian kecil kasus
yang mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan tipe pelaksanaan yang
dibutuhkan. Epilepsy, disabilitas nerologis dan fisik juga lazim ditemukan meskipun
kebanyakan penyandang RM sedang mampu berjalan tanpa bantuan. Karena tingkat
perkembangan bahasanya yang terbatas sulit untuk menegakkan kondisi psikiatrik lain
yang menyertainya tanpa informasi yang diperoleh dari orang lain yang menyertainya.5
c. Retardasi Mental Berat
Kategori ini pada umumnya mirip dengan Retardasi mental sedang dalam hal
gambaran klinis, terdapatnya suatu etiologi organic dan kondisi yang menyertainya.
Prestasi yang lebih rendah juga paling lazim pada kelompok ini. Kebanyakan penyandang
retardasi mental kategori ini menderita hendaya motorik yang mencolok dan defisit lain
yang menyertainya. Hal ini menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan
perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.5

d. Retardasi Mental Sangat Berat


IQ dalam kategori ini diperkirakan kurang dari 20. Secara praktis penyandang yang
bersangkutan sangat terbatas kemampuannya untuk memahami atau mematuhi
permintaan atau instruksi. Sebagian besar dari mereka tidak dapat beregerak atau sangat
terbatas dalam gerakannya, mungkin juga terdapat inkotinensia, dan hanya mampu
mengadakan komunikasi non verbal yang belum sempurna. Mereka tidak atau hanya
mempunyai sedikit sekali kemampuan untuk mengurus sendiri kebutuhan dasar mereka
sendiri, dan senantiasa memerlukan bantuan dan pengawasan.5

Pedoman Diagnostik
IQ dibawah 20. Pemahaman dan penggunaan bahasa bersifat terbatas, kemampuan
tertinggi hanyalah mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana.
Ketrampilan visuo-sosial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan
mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan dengan pengawasan dan petunjuk yang
tepat penyandang mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas rumah tangga dan praktis.
Etiologi organik dapat diidentifikasikan pada sebagian besar kasus. Biasanya ada
disabilitas nerologis dan fisik lain yang berat yang mempengaruhi mobilitas, seperti
epilepsy dan hendaya daya lihat dan daya dengar. Sering ada gangguan perkembangan
persuasive dalam bentuk sangat berat khususnya autism yang tidak khas terutama pada
penyandang yang dapat bergerak.5

 Epidemiologi
Dengan pendekatan modern yang menggunakan IQ dan perilaku adaptif sebagai parameter
dan populasi yang tidak diseleksi maka prevalensi RM adalah 1% pada populasi umum.
Prevalensi untuk RM ringan 0,37-0,59% sedangkan untuk RM sedang, berat, danh sangat berat
adlah 0,3-0,4%. Prevalensi yang tertinggi dengan sendirinya terdapat pada anak sekolah karena
mereka dihadapkan pada tugas belajar akademik yang memerlukan kemampuan kognitif. Pada
usia dewasa prevalensi menurun karena khususnya untuk bekerja dibutuhkan ketrampilan adaptif
yang baik, RM lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Menurut suatu survey yang dilakukan di Amerika Serikat maka prevalensi gangguan yang
merupakan kombinasi antara RM dan gangguan perkembangan lainnya adalah 1.58% sedangkan
RM saja adalah 0.78%. Pasien yang menderita RM seringkali juga menderita gangguan medis
lainnya yaitu gangguan nerologis dan panca indera yang diperkirakan sebesar 15-30%. Cacat
motorik termasuk cerebral palsy diperkirakan sebesar 20-30%.5

 Penatalaksanaan
Ada yang menganggap bahwa terapi RM kurang memuaskan berhubung gangguan ini
tidak dapat disembuhkan. Perlu diingat tugas seorang dokter bukan hanya untuk menyembuhkan
tetapi juga meningkatkan kualitas hidup pasiennya. Penatalaksanaan RM meliputi 3 aspek yaitu :
1. Pendekatan yang berhubungan dengan etiologi, misalnya menetapkan diet secara dini untuk
pasien yang penyebabnya adalah fenilketonuria atau substansi hormone tiroid untuk defisiensi
hormone ini.
2. Terapi untuk gangguan fisik dan mental yang menyertai retardasi mental.
3. Pendidikan yang sesuai dan rehabilitasi.
Sebelum tahun 1975 penyandang retardasi mental dirawat dalam institusi atau lembaga-
lembaga karena dianggap mereka tidak mampu merawat diri sendiri. Dewasa ini di Indonesia
masih ada lembaga yang merawat pasien dengan retardasi mental dan juga masih banyak
Sekolah Luar Biasa. Pendekatan yang terbaru adalah dengan system INKLUSI yaitu pendidikan
yang sebagian menyatu dengan sekolah biasa dan disamping itu ada program khusus untuk
mengatasi keterbatasan mereka. Setelah dewasa mereka diharapkan juga dapat bekerja dalam
lingkungan kerja yang biasa tetapi dibawah supervise. Dengan demikian diharapkan supaya
pasien dengan retardasi mental dapat hidup dengan bermanfaat dalam masyarakat.5

Perasaan : Depresi

Depresi merupakan gangguan mood yang menyebabkan perasaan terus-menerus sedih


dan kehilangan minat. Juga disebut depresi berat, gangguan depresi berat atau depresi klinis, itu
mempengaruhi bagaimana anda merasa, berpikir dan berperilaku dan dapat menyebabkan
berbagai masalah emosional dan fisik. Anda mungkin mengalami kesulitan melakukan kegiatan
normal sehari-hari, dan depresi dapat membuat anda merasa seolah-olah hidup tidak layak hidup.

Gejala depresi adalah perasaan tidak mempunyai harapan untuk memperbaiki keadaan
semasa lagi. Seolah-olah sesuatu masalah tidak boleh diselesaikan. Kedua, mereka akan hilang
minat untuk menjalani kehidupan seharian. Sepertinya sudah tidak dapat menikmati lagi
sebarang aktiviti. Seterusnya, hilang selera makan, atau kurang berat badan. Keempat, akan
menyalahkan diri sendiri. 6

Attention Dificit Disorder (ADD)


Salah satu permasalahan anak ADD adalah ketidakmampuannya untuk memusatkan perhatian
pada situasi yang sedang dihadapinya. Kesulitan anak ADD dalam memusatkan perhatian nantinya akan
berdampak pada beberapa sendi kehidupannya, antara lain dalam proses pembelajaran dan sosialisasinya.
Biasanya mereka mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Daya tangkap visual anak ADD
tidak dapat dipahami dan diolah secara benar di otaknya sehingga hal ini seringkali membuatnya
kesulitan terlebih saat belajar membaca dan menulis. Membaca merupakan ketrampilan neurologis yang
cukup kompleks, karena membutuhkan pengenalan simbol-simbol dan transmisi ke otak, dimana mereka
harus dikirimkan, diingat dan diutarakan dalam bentuk bahasa. Dalam proses tersebut diperlukan
perhatian yang baik, sedangkan anak ADD memiliki tingkat perhatian yang termasuk tidak baik. Oleh
karena itu seringkali anak ADD juga mengalami keterlambatan dalam berbicara. Kesulitan anak dalam
membaca biasanya akan berhubungan dengan kemampuan menulisnya.
Selain permasalahan pembelajaran, anak ADD juga mengalami permasalahan dalam hal
sosialisasinya. Lingkungan sekitarnya memberi cap “anak nakal“ karena anak ADD seringkali kesulitan
untuk mematuhi instruksi orang lain. Kesulitan ini merupakan salah satu akibat dari ketidakmampuan
anak untuk memberikan perhatian dengan baik pada situasi yang dihadapinya. Seringkali lingkungan
tidak mau melihat secara keseluruhan perilaku yang ditunjukkan oleh penyandang ADD. Orangtua
memarahi karena anak sangat nakal dan sikap guru yang memberi cap “ bodoh “, malas dan suka berbuat
onar pada anak ADD dapat membuat gangguan ADD ini menjadi semakin kompleks. Untuk kedepannya,
proses pendewasaan dan perubahan kelenjar yang berhubungan dengan pubertas sering menenangkan
remaja ADD yang berusia 12-18 tahun.
Secara garis besar anak ADD seringkali mengalami gangguan dalam proses pembelajaran dan
sosialisasi dengan orang lain karena kurang bisa fokus pada apa yang sedang dikerjakannya. Anak ADD
menanggapi stimulus yang diterima dengan emosi yang berlebihan, misalnya saat akan meminjam mainan
temannya, anak ADD langsung merebut mainan tanpa mengutarakan keinginannya untuk meminjam
mainan tersebut.
Salah satu penyebab gangguan ADD secara umum adalah kelainan fungsi otak yang mungkin
disebabkan oleh cedera otak. Hal ini nantinya akan mempengaruhi pemusatan perhatian anak ADD,
dimana perhatian diatur didalam otak depan sebelah kiri (Lobus Frontalis Hemisphere kiri).
Penatalaksanaan

Farmako, ADD memiliki pengobatan secara farmako yang sama dengan ADHD, yaitu
menggunakan psikostimulan, antidepresan, obat anti-kecemasan, antipsikotik, dan suasana hati
stabilisator. Serta obat utama untuk ADD sama seperti ADHD, yaitu psikostimulan, dan obat-obat
psikostimulan tersebut adalah methylphenidate (gold standard), kombinasi d,l amphetamine, dan
pemoline.7,8
Non farmako, Pengobatan secara non farmako pada ADD juga sama dengan pengobatan untuk
ADHD, yaitu menggunakan teknik pendekatan perilaku, teknik tersebut diantara lain strategi spesifik,
reward system, time out, social reinforcement, behaviour modelling, dan dukungan bagi orang tua. Serta
dalam terapi perilaku pada ADD, sebaiknya orangtua juga menunjukkan perilaku yang baik yang dapat
ditiru anak.7,8

Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD)

ADHD adalah hambatan pemusatan perhatian disertai kondisi hiperaktif (aktivitas cenderung berlebihan).
Anak ADHD menunjukkan berbagai keluhan, yaitu perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk
dengan tenang dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk atau sedang berdiri.
Beberapa gejala lain yang sering terlihat adalah aktivitas berlebihan dan suka membuat keributan. Tiga
gejala pokok yang sering terlihat pada anak ADHD adalah kesulitan memusatkan perhatian, hiperaktivitas
dan impulsivitas.

Gangguan ADHD pada anak sering terlambat diketahui oleh orang tua, terutama orang tua yang bekerja
sehingga tidak terlalu memperhatikan perkembangan anaknya. Orang tua baru sadar bahwa anak memiliki
gangguan ADHD setelah adanya laporan dari guru atau teman- teman penderita yang terganggu oleh
perilaku penderita.

Penyebab pasti dari ADHD sampai saat ini belum ditemukan. Faktor risiko yang diduga meningkatkan
kejadian ADHD adalah genetik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bila orang tua mengalami
ADHD, sebagian anak mereka dijumpai mengalami gangguan tersebut. Riwayat berat bayi lahir ringan
(BBLR) juga diduga dapat meningkatkan risiko kejadian ADHD pada anak, meskipun belum diketahui
apakah gejala ADHD akan ada sampai anak menjadi dewasa. 9

Tidak hanya faktor hereditas saja, dalam penelitian yang lain memper- lihatkan bahwa lingkungan sosial
ternyata juga memiliki peran dan andil yang cukup besar. Pemanfaatan teknologi informasi audio-visual
berupa televisi, komputer, dan gadget secara tidak tepat disinyalir ikut berperan memperburuk timbulnya
sindrom tersebut. Perlu diketahui bahwa gejala ini juga bisa muncul pada anak yang mempunyai kondisi
neurologis normal. Faktor penyebabnya bisa disebabkan oleh pola asuh orangtua kepada anak. 10

Penatalaksanaan

Non-Farmakologi
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan ADHD, namun ada berbagai treatment untuk
menangani gejala ADHD beberapa treatment dan layanan yang dilakukan untuk mengatasi kasus anak-
anak yang tergolong hiperaktif diantaranya: 9

a. Orang tua perlu menambah pengetahuan mengenai gangguan hiperkatifitas serta mengenali bakat
anak

b. Mengajarkan sikap disiplin dan selalu memonitor perilaku anak.

c. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktifitas anak serta membangkitkan rasa percaya diri
anak

d. Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya
tidak pecah.

e. Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi
atau musik keras

f. Menatap anak saat berkomunikasi, dan sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang
bahu atau menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya.

Secara Farmakologi

Terapi farmakologi tetap menjadi salah satu bentuk yang paling umum, namun yang paling kontroversial,
pengobatan ADHD. Penting untuk dicatat bahwa keputusan untuk meresepkan obat apapun adalah
tanggung jawab medis. Setelah berkonsultasi dengan keluarga dan kesepakatan tentang rencana
pengobatan yang paling tepat. terapi farmakologi termasuk penggunaan psikostimulan, antidepresan, obat
anti-kecemasan, antipsikotik, dan suasana hati stabilisator. Stimulan mendominasi penggunaan klinis dan
telah ditemukan efektif dengan presentase 75 sampai 90 persen anak-anak dengan ADHD. Stimulan
tersebut antara lain methylphenidate (Ritalin), Dextroamphetamine (Dexedrine), dan pemoline (Cylert). 9

Gangguan Perilaku Menentang

Gangguan perilaku menentang dalam istilah psikologi klinis disebut dengan Oppositional Defiant
Disorder (ODD). Gangguan ini merupakan gangguan yang biasanya paling banyak ditemui pada masa
anak-anak bahkan pada masa dewasa. Gangguan perilaku menentang (ODD) ditandai dengan adanya
perilaku menentang dan melanggar aturan. Biasanya muncul dalam bentuk perilaku menolak mengikuti
aturan dan otoritas dari orang dewasa seperti orangtua, guru, ataupun orang dewasa lainnya. Selain itu,
mereka seringkali dengan sengaja mengganggu orang lain, mudah marah, sensitif atau mudah
tersinggung, menyalahkan orang lain sebagai penyebab kesalahan atau perilaku buruk mereka, benci
kepada orang lain atau dengki dan dendam pada orang lain. Gangguan ini biasanya dimulai sebelum usia
8 tahun dan berkembang secara bertahap selama beberapa bulan atau tahun, biasanya bermula di
lingkungan rumah tetapi dapat meluas ke lingkungan lain seperti di sekolah.

Faktor penyebab gangguan perilaku menentang (ODD), antara lain: 11

Lingkungan Keluarga

Sebagai lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak, keluarga memiliki pengaruh yang
demikian penting dalam membentuk kepribadian pada anak. Keluargalah peletak dasar perasaan aman
pada anak, dalam keluarga pula memperoleh pengalaman pertama mengenai perasaan aman, dasar
perkembangan sosial, dasar perkembangan emosi dan perilaku yang baik. Kesalahan dalam keluarga
dapat menimbulkan gangguan emosi dan perkembangan perilaku pada seorang anak, contohnya ketidak
harmonisan dalam keluarga, orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjannya sehingga tidak memberikan
perhatian dan kasih sayang sepenuhnya kepada anaknya.

Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah keluarga. Timbulnya gangguan perilaku yang
disebabkan lingkungan sekolah antara lain berasal dari guru sebagai tenaga pelaksana pendidikan dan
fasilitas penunjang yang dibutuhkan anak didik. Perilaku guru yang otoriter mengakibatkan anak merasa
tertekan dan takut menghadapi pelajaran sehingga anak akan lebih memilih membolos dan keluyuran
pada saat dimana seharusnya ia berada dalam kelas.

Lingkungan Masyarakat

Salah satu yang mempengaruhi pola perilaku anak dalam lingkungan sosial adalah keteladan yaitu
menirukan perilaku orang lain. Masuknya budaya asing yang kurang sesuai dengan tradisi yang dianut
masyarakat pada umumnya pun akan menyebabkan pola perilaku anak yang menyimpang.

Penatalaksanaan

Pendekatan kognitif-behavioral

Penanganan anak dengan gangguan tingkah laku dilakukan dengan terapi kognitif behavioral, yaitu
melatih anak dengan gangguan tingkah laku untuk berpikir bahwa konflik sosial adalah masalah yang
dapat diselesaikan dan bukan merupakan tantangan yang harus diselesaikan dengan kekerasan. Anak anak
ini dilatih menggunakan calming self talk, yaitu teknik untuk berfikir dan berbicara kepada diri sendiri,
tujuannya adalah menghambat perilaku impulsive, mengendalikan kemarahan dan mencoba solusi yang
yang tidak mengandung kekerasan dalam emnghadapi konflik sosial. 11
Parent Management Training (PMT)

Hal tersebut diciptakan sebagai program di mana orangtua dilatih menggunakan keterampilan
untuk memanejemen atau mengatur anak- anak mereka. Dalam hal ini, orang tua diintruksikan bagaimana
menjalankan peranan atau sikap yang konsisten dalam melakukan prosedur seperti bagaimana
memberikan penguatan positif, atau teknik-teknik time out dan lain sebagainya. 11

Kesimpulan

Seperti yang sudah diuraikan bahwa faktor biologis memiliki peranan penting dalam
pertumbuhan tubuh anak dan bagaimana penilaian terhadap pertumbuhan tersebut sehingga dapat
diketahui pertumbuhan  tersebut berjalan normal atau mengalami gangguan. Demikian juga
dengan faktor kognitif yang berhubungan dengan perkembangan cara berpikir anak, faktor sosial
dan lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, manusia
sebagai mahkluk sosial akan banyak sekali berhubungan baik dengan lingkungan maupun orang
sekitarnya. Sehingga jika ada faktor-faktor yang tidak terpenuhi dengan baik maka pertumbuhan
dan perkembangan seseorang akan terganggu

Daftar Pustaka

1. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2010.h.181-3.
2. Wahab AS. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi ke-15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2000.
3. Johnston DHD. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2008.h.145-75.
4. Soedjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2000.h.127.
5. Setiyohadi B. Kesehatan remaja. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrahata
M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5, Jilid I. Jakarta:
InternaPublishing; 2009. Hal.93-6.
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid 1.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2007. Hal.65-70, 156-7.
7. Wahidah EY. Identifikasi dan psikoterapi terhadap ADHD (attention deficit hyperactivity
disorder) perspektif psikologi pendidikan islam konyemporer. Millah 2018:17(2);297-318
8. Setyawan AB. Aspek neurologis attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Diunduh
dari http://www.academia.edu/download/36952415/ASPEK_NEUROLOGIS.docx diakses
pada tanggal. 14 januari 2019.
9. Adiputra MS, Sutarga IM, Pinatih GNI. Faktor risiko attention deficit hyperactivity disorder
(ADHD) pada anak di denpasar. Public health and preventive medicine archive
2015:3(1);43-48
10. Mahabbati A. mengenali gangguan attention deficit hyperactive disorder (ADHD) pada
anak. Wuny 2013:15(2);14-26
11. Hairina Y. Intervensi untuk mengatasi gangguan perilaku menentang anak dengan parent
management training. Jurnal studi gender dan anak 2013:1(1);81-89.

Anda mungkin juga menyukai