Anda di halaman 1dari 13

Gangguan Hiperaktivitas dan Pemusatan Perhatian pada Anak Usia 9

Tahun
F1
Rullyn Suzana Saputri Mandar 102010243
Tria Usma Putra 102013093
Adelia Yuantika 102013330
Fendy 102013345
Karen Denisa 102014077
Melyun Riza Ridwan 102014165
Naomi Constantia 102014205
Abstrak : Dalam kehidupan seorang manusia akan mengalami proses bertumbuh dan
berkembang. Masa-masa tumbuh kembang ini dipengaruhi oleh berberapa faktor yaitu, faktor
biologis, faktor kognitif, faktor sosial, dan faktor lingkungan. Yang semua faktor ini akan
menentukan

bagaimana

seorang

manusia

itu

dalam

masa

pertumbuhan

dan

perkembangannya. Perkembangan tersebut juga harus dibantu dari kesadaran anak itu sendiri
untuk bisa menjalani hidupnya, sehingga pertumbuhan dan perkembangan dirinya dapat
berjalan dengan baik.
Kata Kunci : anak, tumbuh, kembang
Abstract : In the life of man will undergo a process to grow and develop. Periods of growth is
influenced by a many of factors, namely, biological factors, cognitive factors, social factors,
and environmental factors. That all these factors will determine how the man was in a period
of growth and development. These developments also had to be helped from the
consciousness of the children themselves to be able to live their lives, so that growth and
development he can well.
Key Words : child, growth, development
Kasus : Skenario 4
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun datang ke Poli Psikiatri Anak dan Remaja dengan
keluhan mendapat surat teguran dari wali kelasnya karena selalu membuat onar dikelas atau
tidak bisa diam di kelas.
Pendahuluan
Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan psikiatrik yang
sering dijumpai pada anak. Gejala utama dari ADHD adalah inattentiveness (tidak bisa
memusatkan perhatian), hiperaktivitas, dan impulsivitas. Gangguan ini dapat memberikan
1

pengaruh negatif pada perkembangan kognitif, emosi, dan hubungan sosial anak. Namun,
sayangnya gangguan ini kurang dikenal oleh orangtua, guru, maupun masyarakat. Seringkali,
anak dengan gangguan ADHD hanya dianggap sebagai anak yang nakal, tidak bisa diam,
sulit diatur, malas dan egois. Dan pada kasus ini, dilihat adanya penyimpangan atau tidak dari
dinyatakannya bahwa seorang anak laki-laki berusia 9 tahun mendapat surat teguran dari wali
kelasnya bahwa ia selalu membuat onar di kelas dan juga tidak bisa diam. Dimana akan
dibahas selanjutnya apa saja yang dapat menyebabkan si anak berperilaku seperti hal
tersebut.
Pembahasan
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu siklus pasti di dalam
kehidupan manusia, dimana manusia akan terus bertumbuh hingga dewasa, dan kemudian
nantinya pada akhirnya akan meninggal. Pertumbuhan yang terjadi dapat dilihat dengan
bertambah besar, bertambah jumlah, bertambah ukuran di tingkat sel maupun organ pada
suatu individu. Sedangkan pada perkembangan yang terlihat adalah adanya perubahan dalam
struktur fungsi dan kemampuan tubuh lebih kompleks seperti dalam hal emosional di
lingkungan.
Dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan dari seorang anak ada beberapa tahap
yang akan berjalan seiring pertumbuhan yakni:
1.Tumbuh kembang fisis (pertumbuhan pada jaringan-jaringan dan fungsi tubuh hingga
sempurna)
2. Tumbuh kembang intelektual (perkembangan dalam hal berpikir/intelektual)
3. Tumbuh kembang psikoseksul
4. Tumbuh kembang psikososial (perkembangan dalam mental dan emosional)
5. Tumbuh kembang moral (proses menyesuaikan norma perilaku lingkungan)
Kelima proses tersebut tumbuh dan berkembang secara bersamaan dan saling
berkaitan satu sama lain.1

Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis
penyakit tertentu. Anamnesis pada pasien psikiatri memiliki tujuan untuk menentukan untuk
mendapatkan informasi, menilai emosi dan sikap pasien, dan untuk berperan suportif dan
mempermudah memahami pasien. Hal ini merupakan dasar hubungan kerja selanjutnya
dengan pasien. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau
terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak
memungkinkan untuk diwawancarai. Anamnesis psikiatri yang baik akan terdiri dari identitas,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat psikiatri
keluarga, riwayat pribadi, riwayat penyakit fisik terdahulu, penggunaan zat psikoaktif,
riwayat hukum dan kepribadian pramorbid.2
Anamnesis harus dilakukan dengan sangat teliti karena dengan anamnesis maka
diagnosis dapat tercapai hampir 80%. Beberapa pertanyaan yang dapat membantu diagnosis
suatu penyakit seperti dibawah ini juga perlu diajukan:
1.
2.
3.
4.
3.
4.
5.
6.
7.

Sudah sejak kapan anak tidak bisa diam atau suka membuat onar?
Bagaimana awal mula hiperaktif pada anak?
Bagaimana lingkungan tempat tinggal dan sekolahnya?
Apakah sering bermain bersama teman di lingkungannya atau di sekolah?
Apakah anak pernah mengalami penyakit yang memicu gangguan kejiwaan?
Apakah anak lahir cukup bulan?
Bagaimana proses kelahirannya?
Apakah ada masalah saat dia dalam kandungan?
Apakah di dalam keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa?

Selain itu, pada pasien psikiatri dibutuhkan juga pemeriksaan status mental.
Pemeriksaan tersebut terdiri dari penilaian penampilan dan perilaku (penampilan umum,
penampilan wajah, sikap tubuh dan gerakan, perilaku sosial, dan rapport), bicara (kecepatan
dan kuantitas, neologisme, aksen, dan bentuk), mood, isi pikiran, keyakinan dan interpretasi
peristiwa yang abnormal, pengalaman abnormal, keadaan kognitif dan tilikan (insight).2

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memungkinkan ditemukannya penyebab organik gejala-gejala
psikiatri. Bila diduga terdapat gangguan serebral organik, pemeriksaan neurologik yang lebih
lengkap perlu dilaksanakan, termasuk uji tingkat kesadaran, kemampuan bahasa, kidal atau
kinan, memori, apraxia, agnosia, fungsi angka, disorientasi kanan-kiri, dan kelancaran
verbal.2
3

Faktor-faktor Penyebab ADHD pada Anak

Faktor Biologis
Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang berubah-ubah,
pembentukan jaringan, pembesaran kepala, tubuh serta anggota badan lain seperti tangan dan
kaki, peningkatan yang drastis dalam kekuatan dan kemampuan untuk mengendalikan otototot yang besar maupun kecil, perkembangan hubungan sosial, pemikiran dan bahasa, serta
munculnya kepribadian. Terbukanya proses-proses tersebut dan interaksinya tergantung pada
kondisi biologis dan fisik anak tersebut dan lingkungan sosialnya. Model biopsikososial
sudah diterima keberadaannya yaitu dengan mengenal pentingnya kekuatan dari dalam
maupun dari luar. Misalnya tinggi, yaitu suatu fungsi genetika dari si anak , kebiasaan makan
dan pemberian nutrisi.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi 3
kebutuhan dasar :
1.
Kebutuhan dasar fisik-biomedis (ASUH) yang meliputi pangan gizi sebagai
kebutuhan terpenting. Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian
ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dan lain-lain.
Selain itu papan/pemukiman yang layak, higene perorangan, sanitasi lingkungan,
2.

sandang, kesegaran jasmani, dan rekreasi juga menjadi hal yang penting.
Kebutuhan emosi/ kasih sayang (ASIH), pada tahun-tahun pertama kehidupan,
hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak
merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,
mental maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/penggantinya sedini dan
selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan
kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya dengan menyusui bayi
secepat mungkin segera setelah lahir. Kekurangan kasih sayanag ibu pada tahun-tahun
pertama kehidupan mempunyai dampak negative pada tumbuh kembang anak baik

3.

fisik, mental maupun social emosi.


Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH), stimulasi mental merupakan cikal bakal
dalam proses belajar pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan
mental psikososial: kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya.3

Faktor Perkembangan Kognitif


Perkembangan bahasa terjadi paling cepat antara usia 2 dan 5 tahun. Perbendaharaan
kata bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan kalimat meningkat dari telegrafi
kalimat dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua aturan tata bahasa pokok. Perbedaan
4

yang penting antara percakapan, produksi suara yang dapat dimengerti, dan bahasa mendasari
tindakan mental. Bahasa mencakup fungsi penerimaan maupun pengukapan.
Kemahiran bahasa tergantung pada lingkungan maupun faktor intrinsik. Cara
bagaimana orang dewasa mengarahkan anak, bagaimana mereka bertanya dan memberi
perintah, luasnya mereka terlibat pada pengajaran bahasa dengan harapan untuk kemampuan
berbahasa bervariasi dari budaya ke budaya. Anak-anak tidak hanya meniru ucapan orang
dewasa. Lebih tepatnya, mereka meringkas aturan tata bahasa yang rumit dari bahasa
sekitarnya dengan membuat hipotesis lengkap dan memodifikasinya terus menerus.3,4
Bahasa adalah barometer yang kritis dari perkembangan kognitif maupun emosi.
Retardasi mental mungkin mula-mula menjadi jelas pada bicara yang tertunda pada kira-kira
usia 2 tahun, meskipun tanda-tanda yang lebih awal telah dilupakan. Anak yang diperlakukan
dengan kejam, di acuhkan, dikorelasikan dengan bahasa yang tertunda, terutama kemampuan
untuk menyampaikan keadaan emosi. Sebaliknya, penundaan demikian dapat turut
menimbulkan masalah perilaku, sosialisasi dan pelajaran. Bahasa memainkan peran penting
dalam pengaturan perilaku yang mula-mula melalui pemahaman anak terhadap permintaan
dan batas-batas orang dewasa dan kemudian melalui percakapan pribadi dimana anak-anak
mengulangi larangan orang dewasa yang pertama kali didengar dan dijiwai. Bahasa juga
memungkinkan anak mengungkapkan perasaan, seperti marah atau frustasi tanpa
melampiaskannya.
Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoprasional Piaget (pralogika),
ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran.
Egosentris mengacu kepada ketidakmampuan anak untuk mengambil pandangan lain dan
tidak berarti egois.
Selama periode prasekolah, bermain ditandai dengan penambahan kompleksitas
khayalan, dari tulisan-tulisan sederhana yang meniru pengalaman-pengalaman umum seperti
belanja meletakkan bayi-bayi ditempat tidur (usia 2 atau 3 tahun) ke skenario yang lebih luas
mencakup kejadian tunggal seperti pergi kekebun binatang atau pergi berwisata (usia 3 atau 4
tahun). Gerak maju yang sama dalam hidup bermasyarakat bergerak dari hubungan sosial
yang sempit bersama teman-teman selama bermain ke permainan kelompok seperti
membangun bersama menara-menara dari balok-balok, mengatur peran bermain dan
membagi tugas yang berbeda-beda..
Mendidik anak harus berarti memberi pengertian tentang kebiasaan yang baik dan
memperlakukannya dengan kasih sayang. Hal demikian dapat dicapai dengan selalu
memberikan contoh yang baik dan berwibawa. Di dalam keluarga yang tentram, bahagia dan
5

sejahtera, pendidikan tidak akan mengalami kesukaran. Kewibawaan yang berlebihan akan
menyebabkan anak menjadi penakut dan merasa kurang dari anak lain, sedangkan
kewibawaan yang kurang dapat menjadikan anak tidak disiplin dan asosial.
Perasaan takut dapat timbul karena khayalan anak terlalu besar, atau karena merasa
diancam atau ditakut-takuti. Hendaknya rasa takut jangan dianggap ringan, jangan diperbesar
danjuga janganlah anak diejek. Mencegah dan memperbaikinya ialah dengan memberikan
penerangan agar supaya anak merasa aman tentram dalam lingkungan keluarganya. Anak
tidak boleh diremehkan, harus banyak dipuji pada waktunya, agar mengenal dirinya sendiri.4

Faktor Sosial
Model perkembangan anak sekarang ini, mengenali akan pentingnya pengaruh yang
datang dari luar hubungan antara anak dan ibu. Pengaruh-pengaruh ini dapat dibayangkan
sebagai suatu kontribusi ketingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari hubungan ibu dan
anak. Fungsi keluarga sebagai suatu sistem, baik dengan lebih atau kurang keras menetapkan
batas-batas, subsistem, tugas-tugas dan aturan-aturan untuk berinteraksi. Didalam sistem
keluarga, fungsi-fungsi dalam sistem yang lebih luas dari suatu keluarga besar, subbudaya,
budaya dan social masyarakat adalah bergantian.
Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program BKB (Bina Keluarga dan
Balita) untuk anak-anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak
sedini mungkin, dengan menggunakan APE (alat permainan edukatif). APE adalah alat
permainan yang berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak antara
lain motorik, bahasa, kecerdasan, dan sosialisasi. Karena bermain, mengajak anak berbicara,
dan kasih sayang adalah makanan yang penting untuk perkembangan anak.5

Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan anak.
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan dicapainya potensi genetik/bawaan/bakat
anak. Lingkungan yang kurang baik akan menghambat pertumbuhan, sehingga potensi
bawaan/bakat tidak dapat dicapai. Lingkungan meliputi aspek fisis, biologis, dan social yang
lazimnya disebut lingkungan fisikobiopsikososial. Aspek-aspek tersebut tidak berdiri sendirisendiri, melainkan berkaitan satu sama lain.5,6
Ciri-Ciri Anak Hiperaktif (ADHD)
Tidak dapat memusatkan perhatian. Ciri-ciri: sulit menerima pelajaran, sering
seperti tidak mendengarkan orang yang berbicara kepadanya, selalu membuat kesalahan

karena kurang teliti atau ceroboh, tugas-tugas yang diberikan tidak diselesaikan dengan baik,
mudah kehilangan barang-barang, sulit mengikuti perintah atau suruhan lebih dari satu pada
saat yang bersamaan, tidak mampu menulis surat, mengeja huruf dan berkesulitan dalam
surat-menyurat, sering gagal di sekolah disebabkan oleh adanya in-atensi dan masalah belajar
karena persepsi visual dan auditory yang lemah.
Impulsif. Ciri-ciri: sering bertindak tidak dipikir lebih dahulu, tidak sabar menunggu
giliran (antrean) dalam permainan, sering menyela pembicaraan orang lain, usil dan sering
menggangu teman, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan diajukan, sulit bertahan dalam
satu kegiatan dan dengan cepat beralih ke kegiatan lain. Karena sering menurutkan kata hati
(impulsiveness), mereka sering emndapat kecelakaan dan luka.
Hiperaktif. Ciri-ciri: sulit duduk diam barang sejenak, sering melompat ke sanakemari, banyak bicara (ceriwis), di kelas dering meninggalkan tempat duduknya.7
Etiologi
Sampai pada saat ini penyebab utama dari ADHD ini sendiri belum diketahui pasti
penyebabnya, ada suatu literatur yang menyatakan bahwa ADHD ini berkaitan dengan
adanya trauma yang mempengaruhi otak pada tahap perkembangan. Ada juga yang
mengatakan disebabkan karena terpajan toksin (kemungkinan karena konsumsi rokok dan
alkohol pada saat mengandung, dan juga kemungkinan karena adanya timbal di dalam tubuh),
komplikasi perinatal, infeksi neurologis, dan gangguan mental.Selain itu, ada juga yang
menyebutkan berasal dari faktor genetik karena sering terjadi di dalam sebuah keluarga, dan
sebuah penelitian menunjukkan 25% keluarga dekat yang menderita ADHD, juga menderita
ADHD, selain itu juga ada yang disebabkan karena faktor neurologik dengan adanya
kerusakan dalam otak, dan pada penelitian terhadap 152 orang anak laki-laki dan perempuan
dan 139 anak normal yang sama seusianya dilakukan scanning otak minimal 2 kali dan
didapatkan pada anak penderita ADHD memiliki otak yang lebih kecil 3-7% pada beberapa
bagian dibandingkan dengan anak yang normal. Dan kemungkinan penyebab yang terakhir
adalah konsumsi zat aditif di dalam makanan.8
Epidemiologi
Beberapa penelitian membedakan ADHD dari gangguan tingkah laku maupun
keceamasan karena pada gangguan yang pertama banyak sekali terjadi pada laki-laki dan
terutama pada gangguan pelemahan kognitif, berbeda dengan gangguan yang lain. Para
peneliti Amerika dan Eropa berbeda dalam estimasinya tentang prevalensi ADHD. Penelitian
di Amerika Serikat telah menunjukkan angka prevalensi 1,5-4%. Laporan peneliti Kanada
baru-baru ini mendapatkan prevalensi keseluruhan adalah 9,0% pada anak laki-laki dan 3,3%
7

pada anak perempuan. Sindromnya adalah 4-6 kali lebih mungkin terjadi pada laki-laki
daripada pada wanita. Sekitar setengah kasus, usia pada saat mulai terjadi sebelum 4 tahun.
Gangguan sistem saraf sentral dan neurologis berperan sebagai faktor yang memberi
kecenderungan pada sindrom ini. ADHD, gangguan perkembangan, penyalahgunaan alkohol,
gangguan tingkah laku, dan gangguan kepribadian antisosial, kesemuanya terbukti lebih
lazim pada sanak keluarga tingkat pertama anak dengan ADHD pada populasi umum.9
Patofisiologi
Gejala ADHD sudah ada sebelum usia 7 tahun, namun umumnya diagnosis belum
ditegakkan sampai anak itu masuk sekolah, saat perilaku tersebut menganggu fungsi
akademik dan sosial anak. Anak yang mengalami ADHD mudah mengalam cedera fisik.
Koordinasi sensorimotorik mungkin terganggu, dan kejanggalan serta masalah dengan
orientasi ruang sering terjadi. Kekacauan, ledakan marah, dan aktivitas motorik yang tidak
terarah sering membuat marah teman sebaya dan anggota keluarganya. Masalah sekunder
seperti pertentangan, mood, dan ansietas, serta masalah komunikasi sering kali terjadi. Proses
pembelajaran dapat terhambat karena ketidakmampuan kronis untuk menyelesaikan tugastugas pendidikannya.9
Ketika anak memasuki masa remaja, gejala yang dapat diobservasi kurang jelas.
Kegelisahan dan kegugupan menggantikan aktivitas yang berlebihan yang terlihat semasa
kanak-kanak. Remaja dengan ADHD mempunyai kesulitan dalam mematuhi harapan perilaku
atau peraturan yang biasanya diobservasi dalam lingkungan pendidikan dan pekerjaan.
Konflik dengan pihak yang memiliki pengaruh juga terlihat. Gejala dapat terus berlangsung
sampai masa dewasa. Individu tersebut mungkin dijuluki orang yang tidak bisa diam, selalu
sibuk, dan tidak dapat duduk tenang.9
Gejala Klinik
Attention

deficit/hyperactivity

disorder

(ADHD)

atau

gangguan

pemusatan

perhatian/hiperaktivitas adalah gangguan perilaku yang timbul pada anak dengan pola gejala
restless atau tidak bisa diam, inattentive atau tidak bisa memusatkan perhatian, dan perilaku
impulsive. Secara umum pola gejala tersebut dikenal sebagai hiperaktivitas. Sesuai dengan
DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) IV, terdapat 3 gejala utama
yaitu : (1) inattentiveness atau tidak bisa memusatkan perhatian, (2) hiperaktivitas, dan (3)
impulsivitas.10

Inattentiveness sering dikeluhkan oleh orangtua dan guru dengan istilah seperti :
melamun, kurang atau tidak bisa konsentrasi, sering kehilangan barang-barang, perhatian
mudah beralih, belum dapat menyelesaikan tugas sendiri sehingga harus diawasi dalam
belajar, mudah beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, dan lambat dalam menyelesaikan
tugas. Masalah utama pada kondisi ini bukan perhatian anak yang mudah beralih karena
rangsangan dari luar, tetapi adanya penurunan persistensi upaya atau respons terhadap tugas
secara terus menerus, yang penguat intrinsik ataupun ekstrinsiknya sangat sedikit.
Gangguan hiperaktivitas adalah aktivitas yang sangat berlebihan atau tidak sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, baik aktivitas motorik maupun vokal. Hiperaktivitas
paling sering dijumpai sebagai kegelisahan, tidak bisa diam (restless), tangan dan kaki selalu
bergerak (fidgety), tubuh secara keseluruhan bergerak. Gerakan-gerakan tersebut seringkali
tidak bertujuan dan tidak sesuai dengan situasi. Orangtua atau guru sering mengeluhkan anak
tidak dapat duduk diam, banyak bicara, berlari-lari dan memanjat berlebihan, berjalan-jalan
dan banyak mengobrol di kelas.
Impulsiveness atau perilaku impulsive adalah keadaan pada anak ADHD. Pada
umumnya mereka tidak mampu menghambat tingkah lakunya pada waktu memberikan
respon pada tuntutan situasional dibandingkan anak normal dengan umur dan jenis kelamin
yang sama. Kondisi ini seringkali disebut impulsivitas. Gambaran klinis anak yang menderita
gangguan ini sering dilaporkan terlalu cepat memberikan respon, dan memberikan jawaban
sebelum pertanyaan selesai ditanyakan. Sebagai akibatnya anak sering melakukan kesalahan
yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Anak tersebut juga tidak mampu mempertimbangkan
akibat buruk dari keadaan sekitar atau perilakunya, sehingga sering mengambil resiko yang
tidak perlu. Orangtua dan guru sering mengeluhkan anak sebagai usil dan sering mengganggu
anak lain, sering menyela pembicaraan, tidak sabar dan tidak dapat menunggu giliran, cepat
bosan, sering gusar bila keinginannya tidak terpenuhi. Anak dengan gangguan ini sering
mengambil jalan pintas dalam menyelesaikan tugas, asal berbicara tanpa menghiraukan
konsekuensi dan perasaan orang lain. Dalam pandangan orang lain, anak terkesan tidak
bertanggung jawab, tidak bisa mengendalikan diri, kekanak-kanakan, egois, malas, tidak
sopan atau nakal, sehingga sering mendapatkan hukuman, kritik, teguran, bahkan
dikucilkan.10
Penatalaksanaan

Intervensi dengan psikofarmaka pada ADHD merupakan salah satu jenis terapi utama,
disamping intervensi psikososial dan edukasi. Terapi pada ADHD dimaksudkan untuk : (1)
mengurangi gejala utama ADHD, (2) memperbaiki fungsi yang mengalami kegagalan
(perilaku, kognitif, sosial-emosional).10
Obat psikostimulan adalah obat pilihan utama untuk pengobatan ADHD sejak lebih
dari 60 tahun yang lalu, dan memberikan hasil memuaskan, dimana terdapat perbaikan
perilaku dan performa akademik secara cepat dan nyata. Pengobatan dengan psikostimulan
memperbaiki

kemampuan

memusatkan

perhatian,

mengurangi

hiperaktivitas

dan

impulsitivitas, meningkatkan kepatuhan anak terhadap guru dan orangtua, mengurangi


agresivitas dan meningkatkan hasil belajar. Pengobatan psikostimulan efektif untuk semua
usia dan tidak dipengaruhi ras, tingkat sosial ekonomi, ataupun status pernikahan orangtua.
Obat yang paling sering digunakan adalah metilfenidat (Ritalin). Metilfenidat efektif
pada 70% hingga 80% anak yang mengalami ADHD, obat ini mengurangi hiperaktivitas,
impulsivitas, dan kelabilan mood serta membantu anak memberikan perhatian secara lebih
tepat. Dekstroamfetamin (Dexedrine), amfetamin (Adderall), dan pemolin (Cylert) adalah
stimulan lain yang digunakan untuk mengobati ADHD. Efek samping obat tersebut yang
paling sering terjadi adalah insomnia, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan
atau gagal menaikkan berat badan. Karena pemolin dapat menyebabkan kerusakan hati, obat
ini adalah obat terakhir yang diresepkan. Tabel 1 memuat obat, dosis, dan pertimbangan
keperawatan.10M emberikan stimulan pada siang hari biasanya efektif dalam mengatasi
insomnia. Makan sarapan yang baik dengan dosis obat pagi dan makan kudapan yang bergizi
dan banyak pada sore hari dan menjelang tidur akan membantu anak mempertahankan asupan
diet yang adekuat. Saat obat stimulan tidak efektid atau efek sampingnya tidak dapat
ditoleransi, pilihan kedua untuk terapi ADHD adalah antidepresan.10
Tabel 1: Obat Stimulan yang Digunakan untuk Mengobati ADHD10
Obat
Metilfenidat (Ritalin)

Dosis (mg/hari)
Pertimbangan Keperawatan
10-60 dalam 3 atau 4 dosis Pantau supresi nafsu makan
yang terbagi

yang turun, atau kelambatan


pertumbuhan; berikan setelah
makan; efek obat lengkap

Dekstroamfetamin

dalam 2 hari
5-40 dalam 2 atau 3 dosis Pantau adanya
10

insomnia;

(Dexedrine), Amfetamin

yang terbagi

berikan setelah makan untuk

(Adderall)

mengurangi
nafsu

Pemolin (Cylert)

efek
efek

obat

lengkap dalam 2 hari


37,5-112,5 dalam satu dosis Pantau
peningkatan

tes

harian

makan;

supresi

fungsi hati dan supresi nafsu


makan; dapat berlangsung 2
minggu untuk mencapai efek
obat yang lengkap

Obat-obatan tidak secara otomatis meningkatkan penampilan akademik anak atau


memastikan bahwa ia mendapatkan teman. Strategi perilaku diperlukan untuk membantu
anak menguasai perilaku yang tepat, dan strategi lingkungan di sekolah dan di rumah
membantu anak berhasil di lingkungan tersebut. Memberi penyuluhan kepada orang tua dan
membantu mereka dengan strategi pengasuhan adalah komponen terpenting terapi ADHD
yang efektif. Pendekatan yang efektif termasuk memberikan penghargaan dan konsekuensi
yang konsisten atas perilaku, memberikan pujian yang konsisten, menggunakan time-out, dan
memberikan teguran secara verbal. Strategi tambahan adalah memberikan kartu laporan
harian untuk perilaku dan menggunakan sistem poin untuk perilaku yang positif dan negatif.10
Komplikasi
Beberapa komplikasi pada ADHD adalah:
1.

Diagnosis sekunder seperti gangguan konduksi, depresi, dan gangguan ansietas

2.

Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan


aritmatika (sering kali akibat masalah konsentrasi).

3.

Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan katakata yang diungkapkan).11

Prognosis
Gangguan ini (ADHD), akan mendapatkan prognosis yang baik apabila gangguan ini
dapat didiagnosa dengan baik sejak dini dan dilakukan terapi yang sudah dianjurkan.
Gangguan ini akan menghilang pada usia remaja awal, remaja akhir, atau mungkin pada usia
dewasa awal. Tetapi apabila gangguan ini tidak dapat diketahui dari awal makan si pasien
akan mengalami gangguan sampai ia dewasa sampai menggunakan obat-obat terlarang untuk
membuat dirinya menjadi tenang karena kegelisahan yang ia alami.9
11

Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah pencegahan setelah sakit karena gangguan
ini agak sulit untuk didiagnosa karena gejalanya muncul pada usia pertumbuhan dan
perkembangan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan deteksi dini atau
deteksi awal dengan melihat perilaku si anak, bagaimana perkembangan si anak dibanding
anak lain. Pencegahan yang dapat dilakukan hampir sama dengan penatalaksanaan yang telah
dibahas sebelumnya, dengan menggunakan terapi agar gangguan yang dialami tidak
memperburuk kondisi si anak, dan yang terpenting adalah dari orangtua sendiri untuk
mengerti posisi dan keadaan si anak sehingga si anak tetap menganggap dan juga
membutuhkan orangtuanya.
Kesimpulan
Anak dengan kebiasaan membuat onar di kelas dan tidak bisa diam yang berada pada
skenario dianggap menderita gangguan ADHD (atau gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas) banyak faktor yang mempengaruhi anak tersebut dan jika salah satu factor
tersebut tidak segera ditangani baru akan mengakibatkan suatu patologis dan jika berlanjut
akan mengarah ke penyakit ADHD, dimana pada gangguan ini akan membuat si anak
menjadi sulit berkonsentrasi pada suatu kegiatan dan juga menyebabkan ia melakukan
aktivitas yang berlebihan dibandingkan anak pada seusianya. Tetapi gangguan ini dapat
diatasi dengan pemberian terapi, terapi psikofarmako, dan juga penyuluhan terhadap orangtua
penderita ADHD.

Daftar Pustaka
1. Fadhli A. Buku pintar kesehatan anak. Yogyakarta: Pusaka Anggrek; 2010.
2. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2011.
3.
4.

Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2010.h.181-3.
Wahab AS. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi ke-15. Jakarta: Penerbit Buku

5.

Kedokteran EGC; 2006.


Johnston DHD. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2008.h.145-75.
6.
Soedjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
7.
8.

2006.h.127.
Ingram, IM. Psikiatri: catatan kuliah. Jakarta: EGC; 2006.h.45
Muscari ME. Panduan belajar keperawatan pediatrik. Ed. 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005; h.128-131.

12

9.

Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-15. Jakarta: EGC;
2000.

10. Saputro D. ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder). Jakarta: Sagung Seto;


2009. h. 41-68.
11. Betz CL, Sowden LA. Buku saku keperwatan pediatri. Edisi ke-5. Jakarta: EGC;
2009.

13

Anda mungkin juga menyukai