Anda di halaman 1dari 20

Ganggguan Tumbuh Kembang Anak

Pendahuluan
Dalam kehidupan seorang manusia akan mengalami proses bertumbuh dan
berkembang. Masa-masa tumbuh kembang ini dipengaruhi oleh berberapa faktor yaitu, faktor
biologis, faktor kognitif, faktor sosial, dan faktor lingkungan. Yang semua faktor ini akan
menentukan

bagaimana

seorang

manusia

itu

dalam

masa

pertumbuhan

dan

perkembangannya. Bila dalam masa pertumbuhan ada faktor-faktor yang tidak terpenuhi
maka hasil pertumbuhan anak dapat terganggu dan menjadi tidak semestinya.
Seorang anak dalam banyak hal bergantung kepada orang dewasa, misalnya mengenai
makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya.
Sebuah organ yang tumbuh berarti organ itu akan menjadi besar, karena sel-sel dan jaringan
diantara sel bertambah banyak. Selama pembiakan, sel berkembang menjadi sebuah alat
(organ) dengan fungsi tertentu. Pada permulaannya, organ ini masih sederhana dan fungsinya
belum sempurna. Lambat laun organ tersebut dengan fungsinya akan tumbuh dan
berkembang menjadi organ yang matang, seperti organ yang diperlukan orang dewasa. Untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang optimum diperlukan berbagai factor misalnya
makanan harus sesuai dengan keperluan anak yang sedang tumbuh. Penyakit infeksi akut
maupun kronis dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga
pencegahan penyakit menular merupakan hal yang penting, disamping diperlukan bimbingan,
pembinaan, perasaan aman dan kasih sayang dari ayah ibu yang hidup rukun, bahagia
sejahtera dalam lingkungan yang sehat.

Skenario 4
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun datang ke Poli Psikiatri Anak dan Remaja dengan
keluhan mendapat surat teguran dari wali kelasnya karena selalu membuat onar di kelas/tidak
bisa diam di kelas.

Anamnesis
Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni autoanamnesis dan
alloanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan teknik autoanamnesis yaitu
anamnesis yang dilakukan langsung pada pasiennya.1
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam anamnesis tumbuh kembang anak adalah
sebagai berikut:
1. Identitas pasien
Menanyakan kepada pasien/orang tua dari anak: Nama lengkap pasien, umur pasien,
tanggal lahir, jenis kelamin, agama, alamat, umur (orang tua), pendidikan dan
pekerjaan (orang tua) , suku bangsa.
2. Keluhan utama: Menanyakan keluhan utama pasien datang membawa anaknya ke
dokter.
3. Anamnesis faktor prenatal dan perinatal
Merupakan faktor yang penting untuk mengetahui perkembangan anak. Anamnesis
harus menyangkut faktor resiko untuk terjadinya gangguan perkembangan fisik dan
mental anak, termasuk faktor risiko untuk buta, tuli, palsi serebralis, dan lain-lain.
Anamnesis juga menyangkut penyakit keturunan dan apakah ada perkawinan antar
keluarga.1
4. Kelahiran premature
Harus dibedakan antara bayi premature (SMK= sesuai masa kehamilan) dan bayi
dismatur (KMK= kecil masa kehamilan) dimana telah terjadi retardasi pertumbuhan
intrauterine yang tidak sempat dilalui tersebut.
5. Anamnesis harus menyangkut faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
anak.
6. Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan malnutrisi.
7. Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak
Merupakan informasi penting yang harus ditanyakan pada ibunya pada saat pertama
kali datang. Anamnesis yang teliti tentang milestone perkembangan anak, dapat
mengetahui tingkat perkembangan anak tersebut. Tidak selalu perkembangan anak
mulus seperti pada teori, ada kalanya perkembangan anak normal sampai umur
tertentu, kemudian mengalami keterlambatan.
8. Pola perkembangan anak dalam keluarga
Anamnesis tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena ada kalanya
perkembnagan motorik dalam kelurga tersebut dapat lebih cepat atau lamabat,
demikian pula dengan perkembangan bicara atau kemampuan mengontrol buang air
besar atau air kecil.
2

Pengertian Tumbuh Kembang


Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda,
akan tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan yaitu perkembang dan petumbuhan. 1
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat
kuantitatif dan dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi
dari alat tubuh, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, perkembangan lebih menitik
beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk
perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan, pertumbuhan dan
perkembangan memiliki makna yang berbeda akan tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan,
pertumbuhan menunjukkan arti perubahan kuantitatif.2

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tumbuh Kembang

Faktor Biologis

Pertumbuhan

dan

perkembangan

termasuk

suatu

proses

yang

berubah-ubah,

pembentukan jaringan, pembesaran kepala, tubuh serta anggota badan lain seperti tangan dan
kaki, peningkatan yang drastis dalam kekuatan dan kemampuan untuk mengendalikan otototot yang besar maupun kecil, perkembangan hubungan sosial, pemikiran dan bahasa, serta
munculnya kepribadian. Terbukanya proses-proses tersebut dan interaksinya tergantung pada
kondisi biologis dan fisik anak tersebut dan lingkungan sosialnya. Model biopsikososial
sudah diterima keberadaannya yaitu dengan mengenal pentingnya kekuatan dari dalam
maupun dari luar. Misalnya tinggi, yaitu suatu fungsi genetika dari si anak , kebiasaan makan
dan pemberian nutrisi.
Pengaruh biologis pada perkembangan meliputi faktor- faktor genetika. Pematangan
fisik dan saraf mendorong anak untuk maju dan membuat batasan yang rendah untuk
tumbuhnya berbagai macam kepandaian. Usia saat anak dapat berjalan sendiri, rata-rata sama
diseluruh dunia, meskipun frekuensi latihan setiap anak berbeda. Perubahan-perubahan
pematangan dapat juga menciptakan suatu kemampuan untuk masalah-masalah tingkah laku
pada waktu yang dapat diramalkan. Contohnya, penurunan pertumbuhan dan jam tidur saat
usia 2 tahun umumnya menyangkut tidak adanya nafsu makan dan menolak untuk tidur
siang.3
3

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi 3
kebutuhan dasar :
1.

Kebutuhan dasar fisik-biomedis (ASUH) yang meliputi pangan gizi sebagai


kebutuhan terpenting. Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi,
pemberian ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dan
lain-lain. Selain itu papan/pemukiman yang layak, higene perorangan, sanitasi
lingkungan, sandang, kesegaran jasmani, dan rekreasi juga menjadi hal yang
penting.

2.

Kebutuhan emosi/ kasih sayang (ASIH), pada tahun-tahun pertama kehidupan,


hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak
merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik
fisik, mental maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/penggantinya
sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini
diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya
dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir. Kekurangan kasih
sayanag ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negative
pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun social emosi.

3.

Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH), stimulasi mental merupakan cikal


bakal dalam proses belajar pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan
perkembangan mental psikososial: kecerdasan, ketrampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya.

Faktor Perkembangan Kognitif


Perkembangan bahasa terjadi paling cepat antara usia 2 dan 5 tahun.
Perbendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan kalimat
meningkat dari telegrafi kalimat dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua
aturan tata bahasa pokok. Perbedaan yang penting antara percakapan, produksi suara
yang dapat dimengerti, dan bahasa mendasari tindakan mental. Bahasa mencakup
fungsi penerimaan maupun pengukapan.
Kemahiran bahasa tergantung pada lingkungan maupun faktor intrinsik. Cara
bagaimana orang dewasa mengarahkan anak, bagaimana mereka bertanya dan
memberi perintah, luasnya mereka terlibat pada pengajaran bahasa dengan harapan
untuk kemampuan berbahasa bervariasi dari budaya ke budaya. Anak-anak tidak
hanya meniru ucapan orang dewasa. Lebih tepatnya, mereka meringkas aturan tata

bahasa yang rumit dari bahasa sekitarnya dengan membuat hipotesis lengkap dan
memodifikasinya terus menerus.2,3
Bahasa adalah barometer yang kritis dari perkembangan kognitif maupun emosi.
Retardasi mental mungkin mula-mula menjadi jelas pada bicara yang tertunda pada
kira-kira usia 2 tahun, meskipun tanda-tanda yang lebih awal telah dilupakan. Anak
yang diperlakukan dengan kejam, di acuhkan, dikorelasikan dengan bahasa yang
tertunda, terutama kemampuan untuk menyampaikan keadaan emosi. Sebaliknya,
penundaan demikian dapat turut menimbulkan masalah perilaku, sosialisasi dan
pelajaran. Bahasa memainkan peran penting dalam pengaturan perilaku yang mulamula melalui pemahaman anak terhadap permintaan dan batas-batas orang dewasa
dan kemudian melalui percakapan pribadi dimana anak-anak mengulangi larangan
orang dewasa yang pertama kali didengar dan dijiwai. Bahasa juga memungkinkan
anak mengungkapkan perasaan, seperti marah atau frustasi tanpa melampiaskannya.
Buku bacaan anak-anak juga penting untuk menstimulasi perkembangan anak,
karena akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah
wawasan anak terhadap lingkungan sekitarnya.
Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoprasional Piaget
(pralogika), ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris dan pemikiran yang didominasi
oleh kesadaran. Egosentris mengacu kepada ketidakmampuan anak untuk mengambil
pandangan lain dan tidak berarti egois.
Selama periode prasekolah, bermain ditandai dengan penambahan kompleksitas
khayalan, dari tulisan-tulisan sederhana yang meniru pengalaman-pengalaman umum
seperti belanja meletakkan bayi-bayi ditempat tidur (usia 2 atau 3 tahun) ke skenario
yang lebih luas mencakup kejadian tunggal seperti pergi kekebun binatang atau pergi
berwisata (usia 3 atau 4 tahun). Gerak maju yang sama dalam hidup bermasyarakat
bergerak dari hubungan sosial yang sempit bersama teman-teman selama bermain ke
permainan kelompok seperti membangun bersama menara-menara dari balok-balok,
mengatur peran bermain dan membagi tugas yang berbeda-beda.
Bermain memungkinkan anak mengalami kemenangan menyelesaikan teka-teki,
berlatih peran orang dewasa, meniru peran penyerang bukan korban, meniru kekuatan
super, dan mendapatkan hal-hal yang ditolak dalam kehidupan nyata. Menggambar,
mewarnai, dan aktifitas artistik lain adalah bentuk permainan yang menunjukkan
kreatifitas.

Bermain bagi anak, juga bukan hanya sekedar mengisi waktu luang saja, tetapi
melalui bermain anak belajar mengendalikan dan mengkoordinasi otot-ototnya,
melibatkan perasaan, emosi dan pikirannya. Sehingga melalui bermain anak-anak
mendapat berbagai pengalaman hidup. Manfaat lain dari bermain apabila dilakukan
bersama orang tuanya maka akan meningkatkan keakraban antara anak dan orang tua.
Mendidik anak harus berarti memberi pengertian tentang kebiasaan yang baik dan
memperlakukannya dengan kasih sayang. Hal demikian dapat dicapai dengan selalu
memberikan contoh yang baik dan berwibawa. Di dalam keluarga yang tentram,
bahagia dan sejahtera, pendidikan tidak akan mengalami kesukaran. Kewibawaan
yang berlebihan akan menyebabkan anak menjadi penakut dan merasa kurang dari
anak lain, sedangkan kewibawaan yang kurang dapat menjadikan anak tidak disiplin
dan asosial.
Dasar pendidikan untuk anak adalah:
1. Membiasakan untuk melakukan sesuatu pada waktu-waktu tertentu dan teratur,
misalnya bangun, makan, tidur siang, tidur malam. Kebiasaan, demikian berarti
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2. Perasaan sejahtera dan aman. Orang tua tidak perlu selalu bermain atau sibuk
dengan anak. Hendaknya anak diberi kebebasan untuk bermain sendiri. Anak
sebagaimana layaknya setiap orang memerlukan kebebasan.
3. Memberikan kesibukan pada anak merupakan salah satu cara mendidik anak yang
baik. Hal ini dimaksudkan agar anak jangan merasa kesal dan bosan. Yang penting
ialah agar anak dapat mendapat kesempatan sendiri. Bila salah hendaknya jangan
diejek, tetapi dibimbing. Bila baik hendaknya diberi pujian. Bila anak sedang
membuat sesuatu, hendaknya jangan diganggu dan bila misalnya tiba waktu untuk
makan, maka hendaknya kepada anak diberikan cukup waktu untuk menyelesaikan
kesibukan itu dahulu.
Perasaan takut dapat timbul karena khayalan anak terlalu besar, atau karena
merasa diancam atau ditakut-takuti. Hendaknya rasa takut jangan dianggap ringan,
jangan diperbesar danjuga janganlah anak diejek. Mencegah dan memperbaikinya
ialah dengan memberikan penerangan agar supaya anak merasa aman tentram dalam
lingkungan keluarganya. Anak tidak boleh diremehkan, harus banyak dipuji pada
waktunya, agar mengenal dirinya sendiri.2

Faktor Sosial
6

Model perkembangan anak sekarang ini, mengenali akan pentingnya pengaruh


yang datang dari luar hubungan antara anak dan ibu. Pengaruh-pengaruh ini dapat
dibayangkan sebagai suatu kontribusi ketingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah
dari hubungan ibu dan anak. Fungsi keluarga sebagai suatu sistem, baik dengan lebih
atau kurang keras menetapkan batas-batas, subsistem, tugas-tugas dan aturan-aturan
untuk berinteraksi. Didalam sistem keluarga, fungsi-fungsi dalam sistem yang lebih
luas dari suatu keluarga besar, subbudaya, budaya dan social masyarakat adalah
bergantian.
Perangsangan yang datang dari luar anak atau diistilahkan dengan stimulasi.
Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak
yang banyak mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi.
Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan
anak. Berbagai macam stimulasi seperti simulasi visual, verbal, auditif, taktil, dan
lain-lain, dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Perhatian dan kasih sayang juga
merupakan stimulasi yang penting bagi awal perkembangan anak, misalnya dengan
mengajaknya bercakap-cakap, membelai, mencium, dan bermain.
Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program BKB (Bina Keluarga dan
Balita)

untuk

anak-anak

prasekolah

yang

bertujuan

untuk

menstimulasi

perkembangan anak sedini mungkin, dengan menggunakan APE (alat permainan


edukatif). APE adalah alat permainan yang berfungsi untuk mengembangkan berbagai
aspek perkembangan anak antara lain motorik, bahasa, kecerdasan, dan sosialisasi.
Karena bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah makanan yang
penting untuk perkembangan anak.4
Erickson meninjau perkembangan kepribadian dari segi psikososial tertentu yang
harus diatasi oleh anak itu agar dapat melewati stadium selanjutnya dengan atau tanpa
konflik. Ia membagi stadium perkembangan manusia, 5 masa berhubungan dengan
usia anak yaitu:
1. Stadium basic trust vs mistrust infancy
Dalam mansa ini sangat penting adanya methering process yang penuh kehangatan
dan konsisten, karena hal ini akan member landasan rasa puas, aman dan kepercayaan
kepada orang tua dan rasa toleransi terhadap frustasi. Tidak adainnya mothering
process akan merupakan dasar ketidak percayaan dan insecurity dalam masa
selanjutnya.
7

2. Stadium Autonomy vs shame and doubt


Pada masa ini teradapat 2 hal yang penting yaitu motilitas dankontrol fungsi tubuh.
Anak mulai mengeksplorasi dunia luar dengan aktifitas motorik dan dari pengalaman
itu ia akan belajar mengontrol dorongan implusifnya untuk bertindak; suatu sense of
autonomy mulai terbentuk. Konflik akan terjadi bila orang tua menghalangi aktifitas
motorik si anak dan menuntut agar anak jadi penurut. Bersamaan dengan itu biasanya
timbul masalah toilet training. Bila hal ini dilakukan terlalu dini, waktu anak masih
belum sanggup untuk mengatur sfingter karena secara fisiologis memang belum bisa
dan anak dihukum atau dipermainkan maka anak tersebut akan bereaksi dengan 2
cara, yaitu ia akan menjadi takut pada orang tua dan akan selalu berusaha agar tidak
dimarahi dengan menjadi sangat bersih, sangat rapih dan penurut atau sebaliknya ia
marah dengan cara menjadi jorok, keras kepala dan tidak dapat dipercaya. Dengan
demmikian orang tua menanamkan perasaan malu dan ragu-ragu dalam diri anak.
3. Stadium initiative vs guilt
Kemampuan anak lebih besar, ia lebih banyak berhubungan dengan dunia luar
ermaisuk ayah dan saudara-saudaranya. Terbuka kesempatan bagi si anak untuk
berhubungan dengan dunia sekitar dan mulai timbul inisiatif untuk menyelesaikan
sendiri masalah sederhana yang dihadapinya. Ia mulai berkompetisi dengan
saudaranya untuk mendapat kedudukan pertama dimata orang tua, mulai sadar bahwa
ia dan saudaranya yang lain harus membagi perhatian orang tua, juga mulai timbul
perasaan cemburu, iri dan perasaan bersalah. Persaingan ini menimbulkan fantasi
kebesaran dan juga kemudian rasa takut akan disakiti, diserang oleh orang lain.
Pengertian perbedaan seksual mulai ada dan dasar identifikaasi seksual mulai
terbentuk, demikian pula identifikasi dengan orang tua. Bersamaan dengan hal
tersebut, dorongan inisiatif, perasaan cemburu dan marah serta pembentukan ego
menjadi lebih sempurna. Bila dalam pergolakan ini anak ditekan oleh orang tuanya,
maka akan timbul perasaan benci dan perasaan takut akan disakiti. Anak tersebut
kemudian akan mengadaptasikan rasa takutnya dengan menjadi murung, pengunduran
diri dan akhirnya internalisasi dari larangan untuk ekspresi perasaan marah.
4. Stadium industriousness vs sense of inferiority
Sosialisasi anak lebih luas laagi dengan orang luar keluarganya. Pengaruh mereka
memungkinkan kesempatan identifikasi lagi yang dapat menghambat, mengubah dan
menambah tingkah laku yang telah terbentuk sebelumnya; juga kesempatan
memperoleh ketrampilan makin luas. Keinginan anak untuk berhasil dalam belajar,
8

berbuat dan berkarya sangat besar, tetapi bila ia gagal maka akan terbentuk perasaan
inferior dan inadekuat. Identifikasi lebih banyak pada orang tua dengan jenis kelamin
yang sama, jadi perlu sekali hubungan erat dengan mereka atau substitute agar si anak
lebih menetapkan maskulinitas atau feminitas. Dalam masa ini juga cita-cita mulai
terbentuk.
5. Stadium identity formation vs diffusion
Di dalam masa ini termasuk masa pubertas, saat maturasi alat kelamin terjadi. Secara
emosional banyak terjadi variasi besar antara alam perasaan, pandangan dan
hubungan. Dependensi kepada orang tua dan keinginan untuk kembali kepada masa
anak, terbentur kepada keinginan dan kemampuan untuk menjadi independent
sehingga menimbulkan konflik. Dorongan instingual yang makin besar, harus
disesuaikan dengan larangan keluarga dan masyarakat. Ia sangat prihatin terhadap
penilaian dirinya oleh orang lain dan bagaimana ia melihat dirinya sendiri. Ia sedang
dalam masa pembentukan suatu identitas diri, yang identitas niologis dan
psikologisnya harus disesuaikan dengan pekerjaan, keluarga dan peran sosial.

Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan anak.
Lingkungan

yang

cukup

baik

akan

memungkinkan

dicapainya

potensi

genetik/bawaan/bakat anak. Lingkungan yang kurang baik akan menghambat


pertumbuhan, sehingga potensi bawaan/bakat tidak dapat dicapai. Lingkungan
meliputi aspek fisis, biologis, dan social yang lazimnya disebut lingkungan
fisikobiopsikososial. Aspek-aspek tersebut tidak berdiri sendiri- sendiri, melainkan
berkaitan satu sama lain.4,5
Lingkungan fisikobiopsikososial tersebut dapat berupa:
1. Orang tua yang hidup rukun dan harmonis. Persiapan jasmani, mental, social yang
matang pada saat membina keluarga. Mempunyai pekerjaan tetap, dengan tingkat
ekonomi/ kesejahteraan yang cukup. Mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan,
membimbing dan mendidik anak. Tinggal dirumah dan lingkungan yang sehat.
Suasana damai dalam dan kasih sayang dalam keluarga sangat penting alam tumbuh
kembang anak. Interaksi orang tua anak merupakan suatu proses yang majemuk yang
dipengaruhi bayak factor, yaitu kepribadian orang tua, sifat bawaan anak, kelahiran
anak yang lain, tingkah laku setiap anggota keluarga, interaksi antar anggota keluarga,
dan pengaruh luar.4
9

2. Didaerah perkotaan maupun didaerah pedesaan diciptakan keadaan yang cukup baik
dalam segi-segi kesehatan, misalnya pengetahuan keluarga mengenai kesehatan,
penyebaran fasilitas kesehatan. Geografis, misalnya sumber alam dan komunikasi.
Demografis, misalnya komposisi penduduk menurut umur, kebijaksanaan keluarga
berencana, penyebaran penduduk, urbanisasi dan transmigrasi. Social ekonomi,
misalnya kesempatan kerja/lapangan kerja, tingkat pendapatan, perumahan, dan
lingkungan hidup. Psikokulturil, misalnya pendidikan sekolah, dirumah dan diluar
sekolah, kebiasaan, kepercayaan, tradisi, sikap terhadap masalah kesehatan.
Kebijaksanaan

politik

pemerintah,

misalnya

perencanaan

perkembangan/pembangunan ekonomi, kesejahteraan anak.


3. Pendidikan dirumah, sekolah dan luar sekolah serta luar rumah untuk pembinaan
perkembangan emosi, social, moral, etika, tanggung jawab, pengetahuan, ketrampilan
dan kepribadian.
Dengan demikian harus disadari bahwa lingkungan fisikobiopsikososial yang cukup
baik merupakan kebutuhan pokok anak untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
sebaik-baiknya. Kebutuhan pokok ini sebaiknya dipenuhi segera dan tidak dapat ditunda.
Penundaan pemenuhan kebutuhan pokok hampir pasti akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya.4,5

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Tiroid dapat menunjukkan adanya gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang
memperberat masalah.
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organik.
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,mengidentifsi
bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan mengkaji responsivitas
sosial dan perkembangan bahasa.
4. Pemeriksaan diagnostik individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya: ruam,
penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain)

10

Diagnosis Banding
Retradasi Mental
Retardasi mental adalah suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang
terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3
hal penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual,
adaptasi sosial, dan masa perkembangan.
Penurunan fungsi intelektual secara umum diukur berdasarkan tes intelegensia standar
paling sedikit satu deviasi standar (1 SD) di bawah rata-rata. Periode perkembangan mental
mulai dari lahir sampai umur 16 tahun.

Gangguan adaptasi sosial dalam definisi ini

dihubungkan dengan adanya penurunan fungsi intelektual. Retardasi Mental ini dapat terjadi
dengan atau tanpa gangguan jiwa maupun gangguan fisik lainnya.6,7
Ciri-ciri retardasi mental

Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual. Lama sebelum muncul tes
formal untuk menilai kecerdasan, orang dengan retardasi mental dianggap sebagai orang
yang tidak dapat menguasai keahlian yang sesuai dengan umurnya dan tidak bisa merawat
dirinya sendiri.7

Selain intelegensinya rendah, anak dengan retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri
dan susah berkembang. Keterampilan adaptif antara lain adalah keahlian memperhatikan
dan merawat diri sendiri dan mengemban tanggung jawab sosial seperti berpakaian,
buang air, makan, kontrol diri, dan berinteraksi dengan kawan sebaya.7

Depresi
Sindrom depresif mengacu pada suatu kelompok tingkah

laku dan emosi yang

meliputi kecemasan dan depresi yang berupa perasaan kesepian, menangis, takut melakukan
hal-hal yang buruk, perasaan tidak dicintai, perasaan bersalah, perasaan tidak berharga,
gugup, rasa sedih atau cemas. Diagnosis dari sindrom-sindrom depresif tersebut dapat

11

berupa : gangguan depresi mayor, gangguan distimik, dan gangguan depresi yang tak dapat
digolongan di tempat lain (not otherwise specified).8
Berikut ini adalah tanda-tanda apabila seorang anak mengalami depresi:
1. Uring-uringan atau gampang marah, ini adalah gejala yang paling umum dari orang yang
depresi. Bahkan dalam beberapa kasus sering terjadi ledakan amarah.
2. Merasakan sakit atau nyeri yang samar-samar, apabila seorang remaja merasakan sakit
kepala, sakit perut, dan keluhan lain yang tak nampak secara fisik penyebabnya dan tak
menunjukkan masalah medis. Maka kemungkinan si anak mengalami depresi.
3. Peka terhadap kritik, seseorang yang sensitif terhadap kritikan terkadang normal. Akan tetapi
bila seorang remaja terlalu marah ketika dikritik, bisa jadi remaja tersebut sedang mengalami
depresi.
Berkumpul dengan kenalan-kenalan baru, jika seorang remaja menjauhi teman-teman
lama, keluarga dan sahabat kemudian lebih sering berkumpul dengan komunitas yang baru
dikenalnya, ada kemungkinan si anak sedang depresi.

Diagnosis Kerja
ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder)
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik pada
kebanyakan anak-anak dan seringkali berlanjut sampai dewasa. Ada dua aspek utama dalam
ADHD. Yang pertama adalah kesulitan untuk memusatkan perhatian dan kebiasaan hiperaktif
(perilaku yang tidak bisa diam). Dan yang kedua adalah impulsif (kesulitan untuk menunda
respon / dorongan untuk melakukan / mengatakan sesuatu dengan tidak sabar).8

Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:
a. Faktor Genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan
anak hiperaktif. kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa
kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga dapat terlihat pada anak laki-

12

laki dengan ekstra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan
hiperaktif dibanding kembar dua telur.
b. Faktor Neurologik
Penelitian menunjukan, insiden anak hiperaktif lebih banyak didaptakan pada bayi
yang lahir dengan masalah-masalah prenatal yang disebabkan karena gangguan fungsi
otak akibat sulit saat kelahiran, penyakit berat, cidera otak. Disamping itu factor seperti
bayi lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan
minum alcohol juga meninggikan insiden hiperaktif. Faktor etiologi dalam bidang
neurologi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salahsatu
neorotransmiter diotak yang bernama dopamine . Dopamin merupakan zat aktif yang
berguna untuk memlihara proses konsentrasi
c. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti selisilat dan bahan bahan pengawet memiliki potensi
untuk memebentuk perilaku hiperaktif pada anak, Karena kadar timah lead dalam serum
darah anak akan meningkat. Disamping itu, ibu yang merokok dan mengonsumsi alcohol,
terkena sinar x pada saat hamil, juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif
d. Faktor Kultural dan Psikososial
1. Pemanjaan.
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis,
membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu
dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
2. Kurang disiplin dan pengawasan.
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab
perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka
hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain
termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di
tempat lain baik di sekolah.
3. Orientasi kesenangan.
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan
memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda
agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri.9
Epidemiologi

13

Angka kejadian ADHD di dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %.


Dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di Amerika
Serikat, penelitian menunjukkan kejadian ADHD mencapai 7%.

Klasifikasi ADHD
Gangguan ini dibagi menjadi beberapa tipe, yakni
1. Tipe inatentif predominan
Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian. Mereka sangat mudah terganggu
perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala
hiperaktif. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada di
awang-awang.
2. Tipe hiperaktivitas dan impulsivitas predominan
Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive. Mereka menunjukkan gejala yang sangat
hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan
pada anak- anak kecil.
3. Tipe kombinasi
Tipe gabungan. Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.
Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini.
Gejalanya akan mulai muncul dan nampak pada usia sekolah, karena pada usia inilah anak
mulai menggunakan otaknya dalam belajar dan ia mulai memiliki teman dan mengenali
lingkungan barunya.10

Gejala Klinis
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM), ada tiga gejala utama
mengenai gangguan ini, diantaranya :
1. Ketidakmampuan dalam memusatkan perhatian (Inattentiveness)
Kemampuan anak penderita gangguan ini untuk memusatkan perhatiannya pada suatu
topik agak kurang dibandingkan dengan anak seusianya yang normal. Keluhan-keluhan
yang muncul mengenai ketidakmampuan ini seperti masalah konsentrasi (kurang
konsentrasi, tidak dapat konsentrasi), sering melamun, tidak dapat menyelesaikan
tugasnya sendiri, saat belajar harus didampingi, suka berpindah kesenangan. Masalah ini
14

muncul bukan dari rangsangan atau pengaruh dari luar tetapi muncul dari dalam diri
sendiri.
2. Hiperaktivitas
Gangguan ini merupakan aktivitas yang berlebihan tidak sesuai dengan usia
perkembangannya. Hiperaktivitas ini muncul sebagai kegelisahan, tidak bisa diam, tangan
dan kakinya tidak bisa diam, tubuh bergerak tidak sesuai dengan situasi, sehingga orangorang di sekitarsering menafsirkan bahwa si anak adalah anak yang tidak bisa diam,
selalu membuat onar di kelas, selalu mengajak temannya berbicara. Penelitian
membuktikan gerakan pergelangan tangan, kaki, dan seluruh tubuh pada seluruh anak
dengan hiperaktivitas adalah berlebihan dibandingkan dengan anak normal.
3. Perilaku impulsive
Anak yang menderita ADHD umumnya tidak dapat menghambat perilakunya saat
memberikan respon terhadap lingkungan sosialnya. Kondisi inilah yang disebut dengan
impulsivitas. Gejala yang muncul seperti tingkah laku yang tidak terkendali, tidak mampu
menunda proses, ia terkadang menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan selesai
diutarakan sehingga menimbulkan kesalahan. Anak dengan gangguan tersebut tidak dapat
menilai apakah perilakunya baik atau buruk untuk orang-orang disekitarnya sehingga ia
sering mengganggu orang disekitarnya.
Adapun ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, gelisah atau sering
menggeliat.
2. Sering meninggalkan tempat duduknya, atau situasi lain dimana seharusnya duduk
tenang.
3. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak tepat
situasinya.
4. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang, sering gelisah.
5. Kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan
6. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah
habis.
7. Sering terlalu banyak bicara. dan sering menjawab pertanyaan sebelum selesai diberikan
(impulsivitas).
8. Terkadang didikuti agresivitas dalam bentuk sering medesak dan menancam atau
menintimidasi, memulai perkelahian, berlaku kasar secara fisik, menyiksa binatang dsb.9

15

Penatalaksanaan
1. Methylphenidate rnerupakan obat yang paling banyak diteliti dan paling baik untuk
mengurangi hiperaktivitas dibandingkan stimulan lain. Sayang masa kerja methylphenidate
hanya sekitar 6 jam, yang menyebabkan obat harus diberikan 2 kali per hari atau lebih. Jenis
obat yang digunakan adalah Ritalie.
2. Dextroamphetarnine mempunyai masa kerja lebih panjang dan lebih murah. Kerugian
dextroamphetarnine

adalah

risiko

gagal

tumbuh lebih besar

dan

kemungkinan

penyalahgunaan lebih besar.


3. Stirnulan dengan masa kerja panjang digunakari bila gejala sering muncul di malam hari
atau sore hari. Yang banyak digunakan adalah Ritalin-SR (sustained release), Dexedrine
Spansule(dextroamphetamine), Cylert(pemoline), Adderall (campuran garam amphetamine),
Desoxyn Gradumet(methamphetamine). Concerta, suatu preparat baru tampaknya
menjanjikan efek terapi yang lebih baik.
4. Pengobatan dimulai dengan dosis kecil dan di titrasi tiap minggu tergantung respons dan
efek samping. Pengobatan setelah makan mengurangi anoreksia. Pasien tanpa hiperaktivitas
sudah bereaksi terhadap dosis rendah. Frekuensi pemberian tergantung keadaan. Dosis
methylphenidate adalah 0,3-0,7 mg/kg per dosis, dibulatkan menjadi 2,5 atau 5 mg terdekat.
5. Kadang-kadang diperlukan kombinasi obat yang mempunyai masa kerja panjang dan
pendek.

Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali perilaku agresif dan kata-kata yang
diungkapkan)
4. IQ rendah / kesulitan belajar (anak tidak duduk tenang dan belajar)
5. Resiko kecelakaan (karena impulsivitas)
6. Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya (perilakunya membuat anak-anak
lainnya marah)

16

17

Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah ADHD. Tapi juga ada beberapa langkah yang
mungkin dapat menolong untuk mencegah penyebab ADHD dan memastikan anak-anak anda
sedapat mungkin sehat secara fisik, mental, dan emosional:

Saat hamil, hindari segala sesuatu yang dapat membahayakan perkembangan janin.
Jangan minum minuman beralkohol, merokok atau menggunakan obat-obatan.

Lindungi anak-anak anda dari polutan dan racun, termasuk asap rokok, kimia industri
dan pertanian, dan kimia cat (pada beberapa gedung tua).

Selalu konsisten, buat batasan dan konsekuensinya secara jelas dari kebiasaan yang
ditanamkan pada anak anda.

Ambil rutinitas kebersamaan anda dengan anak anda dengan ekspektasi yang jelas
termasuk halnya waktu tidur, pada pagi hari, saat makan, saat memberikan tugastugas yang sederhana, dan saat untuk menonton.

Hindari hal lain yang anda kerjakan ketika berbicara dengan anak anda, buat kontak
mata ketika memberikan petunjuk, dan puji anak anda setiap waktu setiap hari.

Berkerjasama dengan guru dan pengasuh untuk mengidentifikasi masalah sejak dini.
Jika anak anda mengalami ADHD atau kondisi lain yang mengganggu belajarnya dan
interaksi sosialnya, penanganan secara dini dapat menurunkan dampak dari kondisi
tersebut.

Prognosis
Sebanyak 30-80% kasus tetap menunjukkan gejala ADHD pada masa adolesen dan
sebanyak 65% kasus sampai dewasa.Riwayat keluarga ADHD, gangguan psikososial dan
komorbiditas dengan gangguan konduk, mood dan ansietas meningkatkan risiko menetapnya
ADHD.

18

Delikuensi atau personalitas antisosial pada masa adolesen atau dewasa terlihat pada
pemantauan 25-40% anak dengan ADHD. Penderita ADHD dilaporkan mempunyai
kecenderungan mencoba narkotika dan mengalami adiksi pada masa adolesen.
Kasus-kasus yang memperlihatkan tingkah laku agresif terhadap orang dewasa, IQ
yang rendah, hubungan dengan kawan yang buruk, dan menetapnya gejala ADHD
mempunyai prognosis yang kurang baik.

Kesimpulan
Tumbuh kembang seorang manusia sejak konsepsi sampai dilahirkan tidak lepas dari
faktor-faktor diatas. Seperti yang sudah diuraikan bahwa faktor biologis memiliki peranan
penting dalam pertumbuhan tubuh anak dan bagaimana penilaian terhadap pertumbuhan
tersebut sehingga dapat diketahui pertumbuhan tersebut berjalan normal atau mengalami
gangguan. Demikian juga dengan faktor kognitif yang berhubungan dengan perkembangan
cara berpikir anak, faktor sosial dan lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, manusia sebagai mahkluk sosial akan banyak sekali berhubungan baik
dengan lingkungan maupun orang sekitarnya. Sehingga jika ada faktor-faktor yang tidak
terpenuhi dengan baik maka pertumbuhan dan perkembangan seseorang akan terganggu.

Daftar Pustaka
1. Widyastuti D, widyani R. Panduan perkembangan bayi. Jakarta: Puspa Swara; 2008.h. 58.
2. Wahab, Samik. Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta : EGC;2002.h.91-9.
3. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2010.h.181-3.
4. Johnston DHD. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2008.h.145-75.
5. Soedjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2000.h.127.
6. Prasadio T. Gangguan Psikiatrik pada Anak-anak dengan Retardasi Mental. Universitas
Airlangga; Surabaya; 2002.
7. Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. FKUI: Jakarta; 2005.
8. Schwartz MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2005.h.283-312.
19

9. Fadhli A. Buku Kesehatan Anak. Pustaka angrek: Yogyakarta; 2010.


10. Singgih D, Gunarsa. Psikologi Anak Bermasalah: BPK Gunung Mulia: . Jakarta; 2000.

20

Anda mungkin juga menyukai