Anda di halaman 1dari 10

Nama : Okky Alexander Kumesan

NRI : 120111301
Ruang : 17
1. Malnutrisi pada usis lanjut
- Penyebab kehilangan berat badan
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan
jugakarena gangguan penyakit.Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak
dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
Faktor Fisiologis

Faktor Patofisiologis

Faktor Sosioekonomi
Perubahan terkait yang mempengaruhi keadaan gizi seorang lansia
Perubahan komposisi tubuh
Dicirikan dengan kehilangan secara progresif Lean Body Mass,
peningkatan relatif massa lemakdan redistribusi lemak dari perifer
ke lokasi sentral tubuh
Perubahan nafsu makan dan regulasi ambilan energi
Keterkaitan psikologis, sosial ekonomi, kultural dan bermacammacam penyakit memperberat disregulasi keseimbangan masukan
energi
Perubahan patofisiologi yang menyebahbkan kehilangan
pengecapan lidah, penciuman dan dan nafsu makan
Keterkaitan saluran cerna dan keterkaitan absorbsi
Keterkaitan psikologis, sosial ekonomi dan kultural dalam
pengurangan selera makan
-

Penapisan malnutrisi
Mini Nutritional Assesment
Mini Nutritional Assesment (MNA) merupakan bentuk screening gizi
yang dilakukan untuk mengetahui apakah seorang lansia mempunyai
resiko mengalami malnutrisi akibat penyakit yang diderita dan atau
perawatan di rumah sakit. MNA ini merupakan metoda yang banyak
dipakai karena sangat sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya.
Darmojo (2010) dalam studinya mengemukakan bahwa Mini
Nutritional Assessment (MNA) ini meliputi wawancara dan pengamatan
mengenai berat badan dan perubahan berat badan 6 bulan atau 2 minggu
terakhir, ada tidaknya gangguan gastrointestinal, ada tidaknya ggangguan
fungsional, status metabolik dari penyakit,ada tidaknya muscle wasting
dan edema. , Kuesioner MNA terdiri atas 18 pertanyaan yang terbagi
dalam empat komponen: penilaian antropometri, penilaian asupan

makanan, penilaian secara umum mengenai gaya hidup dan penilaian


secara subjektif. Skor MNA bersifat reliabel dan dapat diandalkan untuk
mendeteksi risiko terjadinya malnutrisi yang kemudian dihubungkan ke
dalam penilaian kualitas hidup dari lansia (Agustiana, 2007).
Kesimpulan pemeriksaan MNA adalah menggolongkan pasien dalam
keadaan status gizi baik, beresiko malnutrisi atau malnutrisi berat. MNA
mempunyai 2 bagian besar yaitu screening dan assesment, dimana
penjumlahan semua skor akan menentukan seorang lansia pada status gizi
baik, beresiko malnutrisi atau beresiko underweight (Darmojo,2010).
-

Diagnosis malnutrisi
a. Anamnesis
Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: Identitas, orang terdekat
yang dapat dihubungi, keluhan dan riwayat penyakit, riwayat asupan
makanan, riwayat operasi yang mengganggu asupan makanan, riwayat
penyakit keluarga, aktivitas sehari-hari, riwayat buang air besar atau buang
air kecil, dan kebiasaan lain yang dapat mengganggu asupan makanan
(Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002).
b. Pengukuran antropometri
Tinggi badan
Berat badan
Tinggi lutut
Dari tinggi lutut dapat dihitung tinggi badan sesungguhnya dengan
rumus persamaan Chumlea (1988):

Sumber: prediksi tinggi badan lansia berdasarkan tinggi lutut dalam


Fatimah (2010)
Tebal lipatan kulit
Hasil pengukuran tebal lipatan lemak bawah kulit pada empat
sisi tubuh yakni trisep, bisep, suprailiaka, dan subskapula dapat
digunakan untuk melihat presentase lemak tubuh melalui rumus
matematis menurut Durmin & Wormersley dalam Budiharjo,
Romi, & Prakosa (2004).
Persen lemak tubuh :

Lingkar lengan atas


Menurut Depkes RI (1994), nilai normal lingkar lengan atas
pada lansia adalah 21 hingga 22 cm.
Indeks Massa Tubuh

c. Pemeriksaan Biokimia
Dalam pengkajian nutrisi umumnya digunakan nilai-nilai biokimia
seperti kadar total limposit, serum albumin, zat besi, serum transferin,
kreatinin, hemoglobin, dan hematokrit. Nilai-nilai ini, bersama dengan

hasil pemeriksaan antropometrik akan membantu memberi gambaran


tentang status nutrisi dan respon imunologi seseorang (Arisman,2004).
1) Hemoglobin dan Hematokrit
Pengukuran Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) adalah
pengukuran yang mengindikasikan defisiensi berbagai bahan
nutrisi. Pada malnutrisi berat, kadar hemoglobin dapat
mencerminkan status protein.

2) Transferrin
Nilai serum transferin adalah parameter lain yang digunakan
dalam mengkaji status protein viseral. Serum transferin
dihitung menggunakan kapasitas total ikatan zat besi atau total
iron binding capacity (TIBC), dengan menggunakanrumus
dibawah ini (Nurachmah,2001)

3) Serum Albumin
Nilai serum albumin adalah indikator penting status nutrisi dan
sintesa protein. Kadar albumin rendah sering terjadi pada
keadaan infeksi, injuri, atau penyakit yang mempengaruhi kerja
hepar, ginjal, dan saluran pencernaan.
4) Keseimbangan nitrogen
Pemeriksaan keseimbangan nitrogen digunakan untuk
menentukan kadar pemecahan protein di dalam tubuh. Dalam
keadaan normal tubuh memperoleh nitrogen melalui makanan
dan mengeluarkannya melalui urine
dalam jumlah yang relatif sama setiap hari.
d. Mini Nutritional Assesment
e. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis adalah penilaian keadaan fisik yang berhubungan
dengan adanya malnutrisi. Prinsip pemeriksaan yang digunakan adalah
cephalo caudal atau head to feet yaitu dari kepala ke kaki. Tanda-tanda
dan gejala gejala klinik defisiensi nutrisi

Penatalaksanaan malnutrisi
Tujuan Gizi pada Lansia
a. Menjadikan lansia yang dapat terpenuhi akan kebutuhan gizinya
b. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut
usia secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia
lanjut.
c. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah
d. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.

PEMENUHAN NUTRISI UNTUK LANSIA


Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan sehingga
prevelansi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah menjadi sorotan dalam
sejumlah survei (DHSS, 1997; Coates, 1985; Lehman, 1889) karna terdapat fakta bahwa
sebagian besar lansia di komunitas mengalami masalah nutrisi.
A. Gizi tepat untuk lansia
B. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi
memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan
protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat
cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda.
Atau dengan cara praktis melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan)

C. Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni
mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.
Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna.
D. Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan
tekstur atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi
(gigi tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk
dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling)
E. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti
seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit
ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip
yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami
perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi
lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan
kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah digoreng, maka
sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau
tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau
ditim.
F. Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang
mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing,
jerohan, atau makanan yang banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin,
ikan pindang. Mengapa lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium
yang tinggi ? Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti
yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di
dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera
pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang
cukup-pun terasa masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal
ini akan meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada
lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila dengan
panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin sekali.
G. Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah
banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang
konstipasi/susah buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan
serat maka akan melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa
dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan
buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
H. Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan
air yakni 1500 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air
menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing
batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi
bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang.
Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk penyerapan makanan dalam usus
memerlukan air.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menu makanan bagi lansia,
sebagaimana ditulis dalam situs Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
1 Membuat masakan dengan bumbu yang tidak merangsang, seperti pedas atau asam, karena
dapat mengganggu kesehatan lambung dan alat pencernaan.
2. Mengurangi pemakaian garam, yakni tidak lebih dari 4 gram per hari, untuk mengurangi
risiko tekanan darah tinggi.
3. Mengurangi santan, daging yang berlemak, dan minyak agar kolesterol darah tidak tinggi.
Memperbanyak makanan yang berkalsium tinggi, seperti susu dan ikan. Pada orang lanjut
usia, khususnya ibu-ibu yang menopause, sangat perlu mengkonsumsi kalsium untuk
mengurangi risiko keropos tulang.
4. Memperbanyak makanan berserat, seperti sayuran mentah, agar pencernaan lancar dan
tidak sembelit.
5. Mengurangi konsumsi gula dan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi agar gula
darah normal, khususnya bagi penderita kencing manis agar tidak terjadi komplikasi lain. 6.
Menggunakan sedikit minyak untuk menumis dan kurangi makanan yang digoreng.
Perbanyak makanan yang diolah dengan dipanggang atau direbus karena makanan tersebut
mudah dicerna.
7. Membuat masakan yang lunak dan mudah dikunyah sehingga kesehatan gigi terjaga.
Kebutuhan gizi :
1. ENERGI : disesuaikan dg umur, jen kel, aktifitas, kondisi fisik dll..
Kebutuhan energi: 40-49 th turun 5 %, 50-69 turun 10 %
2. PROTEIN : untuk menggantikan sel-sel rusak/mati. Kelebihan akan
memberatkan kerja ginjal & hati
- Kebutuhan protein berubah menurut usia ~1 g/kg BB/hari (1416% dari
energi
total)
- Pemberian tidak boleh >1,5 g/kg BB/hari
- Pada keadaan infeksi berat atau
trauma A 1,21,5 g/kg BB/hari
3.LEMAK: 25% kebutuhan energi
- 25% dari energi total sehari
- Kurangi asupan lemak jenuh
- Tingkatkan asupan lemak tak jenuh
4.KARBOHIDRAT : kh kompleks
- 50-60% dari energi total sehari
- KH kompleks >> KH sederhana
- Hati-hati, sering terjadi intoleransi laktosa F berikan susu rendah/ bebas
laktosa

5.VITAMIN : meningkatkan kons makanan kaya vit A, vit D & E, vit B 12, B1,
as folat
6.MINERAL : meningkatkan kons makanan kaya zat besi, Zn, Se, Ca (500 mg)

7. AIR & SERAT :


- air minimal 8 gelas/hari
serat 10 g/1000 kal
- Konsumsi serat dibiasakan jumlahnya 1013 g per 1000 kkal
(25 g/hari ~ 5 porsi buah & sayur)

Malnutrisi akut & kronik


Malnutrisi adalah keadaan gizi individu akibat kekurangan maupun kelebihan
asupan energi- protein- atau zat gizi tertentu yang berdampak pada perubahan
komposisi tubuh, fungsi organ, dan penyakit.
Dikenal 3 tipe malnutrisi:

1. Malnutrisi kronik merupakan suatu keadaan akibat berkurangnya asupan zat gizi dalam
jangka waktu panjang. Pada keadaan ini tubuh telah mengalami adaptasi progresif; terjadi
penurunan basal metabolisme yang bertujuan melindungi cadangan energi dan protein.
Kondisi ini dikenal sebagai marasmus
2. Malnutrisi akut merupakan keadaan yang umumnya terjadi akibat trauma atau insidens
penyakit akut, seperti tindakan operasi, panas tinggi dll, dimana pasien berada dalam
keadaan hipermetabolisme. kebutuhan energi dan protein meningkat dengan cepat dalam
waktu singkat. Kondisi ini dikenal sebagai kwashiorkor
3. Di klinik sering didapatkan bentuk campuran (kronik ditambah defisit energi secara akut)
dimana pasien menunjukkan tanda malnutrisi kronik yang diperberat oleh adanya stres
(penyakit).
-

Komplikasi malnutrisi

a. Memperberat penyakit yang diderita


b. Infeksi, paling mungkin ISPA

Anda mungkin juga menyukai