BIOETIK, MEDIKOLEGAL
DAN HAM
Penyusun
Anwar Wardy W
Modul Tutorial dan Manual Field Skill ini untuk dipergunakan oleh Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
Buku Modul Tutorial dan Manual Field Skill Bioetika, Medikolegal dan
HAM ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa Program Studi Kedokteran
dalam cara berpikir ilmiah, sistematis, dan juga dalam keterampilan
pengelolaan Bioetika, Medikolegal dan Keselamatan Pasien-HAM.
Di dalamnya terdapat tiga modul tutorial masing-masing; Bioetika,
Medikolegal dan HAM serta manual field skill atau daftar tilik ketrampilan.
Terima kasih kepada prodi-kedokteran FKK UMJ khususnya para
Dosen dan Mahasiswa yang menggunakan manual ini, semoga bermanfaat
untuk kita semua. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..
2
Daftar Isi
3
Tata Tertib ...
4
Kelompok Tutorial & Field Skill .... 11
Jadwal Tutorial & Field Skill . 12
Modul Tutorial
MODUL I (Bioetika)
13
Materi
Waktu
Kelompok
KETERANGAN:
TUTORIAL I MODUL I KEL A DAN B MENGERJAKAN KASUS 1
TUTORIAL I MODUL II KEL A DAN B MENGERJAKAN KASUS 2
Ruang
pakaian
3.
4.
5.
6.
7.
Memakai papan nama resmi yang dikeluarkan dari PSPD FKK UMJ di
setiap kegiatan akademik kecuali perkuliahan. Jika papan nama rusak
atau dalam proses pembuatan, maka mahasiswa wajib membawa
surat keterangan dari bagian pendidikan.
8.
pakaian
ketertiban
dan
kebersihan
lingkungan
ruang
diskusi.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tidak
diperkenankan
menghilangkan,
mengambil
atau
meminjam tanpa ijin setiap alat dan bahan yang ada pada ruang CSL.
10.
11.
yang akan diulang dan jumlah peserta yang akan ikut paling
lambat 3 hari sebelum hari pelaksanaan.
b. Pengulangan CSL dilaksanakan pada saat tidak ada jadwal
perkuliahan dengan atau tanpa pendamping dari instruktur.
c. Pengulangan CSL dilaksanakan sampai maksimal pukul 21.00
WIB.
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB PERKULIAHAN
1.
1.
Bagi mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib umum tidak dapat
mengikuti setiap kegiatan akademik.
2.
3.
4.
1.
2.
10
1.
1.
2.
3.
dari
seluruh jumlah tatap muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian
CSL.
4.
Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum
yang terjadi karena ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa
yang bersangkutan.
5.
6.
dari seluruh jumlah tatap muka praktikum tidak dapat mengikuti ujian
praktikum.
MODUL
BIOETIKA, MEDIKOLEGAL
DAN HAK AZASI MANUSIA
12
Keselamatan pasien & HAM dan modul ini disajikan agar dapat dimengerti secara
menyeluruh tentang konsep dasar penanganan integral Bioetika, Medikolegal dan
Keselamatan Pasien-Hak Azasi Manusia yang terjadi dalam masyrakat.
Sebelum menggunakan modul ini, anda diharapkan membaca TIU dan
TIK sehingga tidak terjadi penyimpangan
tercapainya
kompetensi minimal yang diharapkan. Bahan untuk diskusi dapat diperoleh dari
bacaan yang tercantum pada modul ini dan lain-lain sumber informasi. Kuliah pakar
akan diberikan atas permintaan anda yang berkaitan dengan Bioetika, Medikolegal
dan Keselamatan Pasien-HAM ataupun penjelasan akan hal-hal yang masih belum
jelas.
Setelah selesai pembelajaran dengan modul ini diharapkan mahasiswa sudah
dapat
menyelesaikan masalah
mahasiswa dalam
Penyusun
Anwar Wardy W
13
MODUL
BIOETIKA, MEDIKOLEGAL DAN HAM
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU) :
Agar mahasiswa setelah menyelesaikan mkodul ini lebih berperilaku
professional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan
sesuai Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan
Pasien
Sasaran Pembelajaran:
1. Menunjukkan sikap profesional
Diharapkan mahasiswa mampu
1.1. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Dokter Indonesia
1.2. Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien
1.3. Menunjukkan kepercayaan dan saling menghormati dalam hubungan
dokter pasien
1.4. Menunjukkan rasa empati dengan pendekatan yang menyeluruh,
1.5. Mempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain dalam
memberikan pelayanan kesehatan serta dampaknya
1.6. Mempertimbangkan aspek etis dalam penanganan pasien sesuai
standar profesi
1.7. Mengenal alternatif dalam menghadapi pilihan etik yang sulit
1.8. Menganalisis secara sistematik dan mempertahankan pilihan etik
dalam pengobatan setiap individu pasien
2. Berperilaku profesional dalam bekerja sama
2.1. Menghormati setiap orang tanpa membedakan status sosial
2.2. Menunjukkan pengakuan bahwa tiap individu mempunyai kontribusi
dan peran yang berharga, tanpa memandang status sosial
14
2.3. Berperan serta dalam kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan
para petugas kesehatan lainnya
2.4. Mengenali dan berusaha menjadi penengah ketika terjadi konflik
2.5. Memberikan tanggapan secara konstruktif terhadap masukan dari
orang lain
2.6. Mempertimbangkan aspek etis dan moral dalam hubungan dengan
petugas kesehatan lain, serta bertindak secara professional
2.7. Mengenali dan bertindak sewajarnya saat kolega melakukan suatu
tindakan yang tidak profesional
3. Berperan sebagai anggota tim pelayanan kesehatan yang profesional
3.1. Berperan dalam pengelolaan masalah pasien dan menerapkan nilainilai profesionalisme
3.2. Bekerja dalam berbagai tim pelayanan kesehatan secara efektif
3.3. Menghargai peran dan pendapat berbagai profesi kesehatan
3.4. Berperan sebagai manager baik dalam praktik pribadi maupun dalam
sistem pelayanan kesehatan
3.5. Menyadari profesi medis yang mempunyai peran di masyarakat dan
dapat melakukan suatu perubahan
3.6. Mampu mengatasi perilaku yang tidak profesional dari anggota tim
pelayanan kesehatan lain
4. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di
Indonesia
4.1. Menghargai perbedaan karakter individu, gaya hidup, dan budaya dari
pasien dan sejawat
4.2. Memahami heterogenitas persepsi yang berkaitan dengan usia, gender,
orientasi seksual, etnis, kecacatan dan status sosial ekonomi
5. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya, sejawat,
masyarakat dan dengan anggota profesi lain
5.1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya
5.1.1. Bersambung rasa dengan pasien dan keluarganya
5.1.1.1.
Memberikan situasi yang nyaman bagi pasien
5.1.1.2.
Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya
5.1.1.3.
Menyimpulkan kembali masalah pasien,
kekhawatiran, maupun harapannya
5.1.1.4.
Memelihara dan menjaga harga diri pasien, halhal yang bersifat pribadi, dan kerahasiaan pasien
sepanjang waktu
5.1.1.5.
Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan
meminta persetujuannya dalam memutuskan suatu
terapi dan tindakan
5.1.2.
Mengumpulkan Informasi
5.1.2.1.
Meminta penjelasan pada pasien pada
pernyataan yang kurang dimengerti
5.1.2.2.
Tidak memberikan nasehat maupun penjelasan
yang prematur saat masih mengumpulkan data
15
5.1.3.
5.1.4.
16
profesi lain
5.2.1. Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi
pasien baik secara lisan, tertulis, atau elektronik pada saat yang
diperlukan demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran
5.2.2. Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan
benar, demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran
5.2.3. Melakukan presentasi laporan kasus secara efektif dan jelas,
demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran
5.2.4. Menggunakan bahasa yang dipahami oleh masyarakat
5.2.5. Menggali masalah kesehatan menurut persepsi masyarakat
5.2.6. Menggunakan teknik komunikasi langsung yang efektif agar
masyarakat memahami kesehatan sebagai kebutuhan
5.2.7. Memanfaatkan media dan kegiatan kemasyarakatan secara
efektif ketika melakukan promosi kesehatan
5.2.8. Melibatkan tokoh masyarakat dalam mempromosikan kesehatan
secara profesional
5.2.9. Mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberi waktu
cukup kepada profesi lain untuk menyampaikan pendapatnya
5.2.10. Memberi informasi yang tepat waktu dan sesuai kondisi yang
sebenarnya ke perusahaan jasa asuransi kesehatan untuk
pemrosesan klaim
5.2.11. Memberikan informasi yang relevan kepada penegak hukum atau
sebagai saksi ahli di pengadilan (jika diperlukan)
6. Menjelaskan Aspek Medikolegal dalam praktik kedokteran
6.1.
Menjelaskan tentang Hak asasi manusia
6.2.
Menjelaskan aspek medikolegal pemberian Resep obat
6.3.
Menjelaskan aspek medikolegal penyalahgunaan tindakan fisik dan
seksual
6.4.
Menjelaskan tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia
6.5.
menjelaskan aspek medikolegal pembuatan surat keterangan sehat,
sakit atau surat kematian
6.6.
Menjelaskan proses di pengadilan
6.7.
Menjelaskan tentang UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
6.8.
Menjelaskan tentang peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai
badan yang mengatur praktik kedokteran
6.9.
Menentukan, menyatakan dan menganalisis segi etika dalam
kebijakan kesehatan
7. Menjelaskan Aspek keselamatan pasien dalam praktik kedokteran
7.1. Menerapkan standar keselamatan pasien :
7.1.1. Hak pasien
7.1.2. Mendidik pasien dan keluarga
7.1.3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
7.1.4. Penggunaan metoda peningkatan kinerja untuk
17
K AS U S
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN-UMJ
Tutorial Bioetika
Kasus
Kasus13: Bioetika
: HAM
Korban, Julia Fransiska Makatey (25) merupakan wanita yang sedang hamil anak
keduanya. Ia masuk ke RS Dr Kandau Manado atas rujukan puskesmas. Pada waktu
itu, ia didiagnosis sudah dalam tahap persalinan pembukaan dua.
Namun setelah delapan jam masuk tahap persalinan, tidak ada kemajuan dan justru
malah muncul tanda-tanda gawat janin, sehingga ketika itu diputuskan untuk
dilakukan operasi caesar darurat.
Saat itu terlihat tanda tanda gawat janin, terjadi mekonium atau bayi mengeluarkan
feses saat persalinan sehingga diputuskan melakukan bedah sesar, ujarnya.
Tapi yang terjadi menurut dr Nurdadi, pada waktu sayatan pertama dimulai, pasien
mengeluarkan darah yang berwarna kehitaman. Dokter menyatakan, itu adalah tanda
bahwa pasien kurang oksigen.
Tapi setelah itu bayi berhasil dikeluarkan, namun pasca operasi kondisi pasien
semakin memburuk dan sekitar 20 menit kemudian, ia dinyatakan meninggal dunia,
ungkap Nurdadi, seperti ditulis Senin (18/11/2013).
Tanggal 15 September 2011
Atas kasus ini, tim dokter yang terdiri atas dr Ayu, dr Hendi Siagian dan dr Hendry
Simanjuntak, dituntut Jaksa Penuntut Umum (JPU) hukuman 10 bulan penjara karena
laporan malpraktik keluarga korban. Namun Pengadilan Negeri (PN) Manado
menyatakan ketiga terdakwa tidak bersalah dan bebas murni.
Dari hasil otopsi ditemukan bahwa sebab kematiannya adalah karena adanya emboli
udara, sehingga mengganggu peredaran darah yang sebelumnya tidak diketahui oleh
dokter. Emboli udara atau gelembung udara ini ada pada bilik kanan jantung pasien.
Dengan bukti ini PN Manado memutuskan bebas murni, tutur dr Nurdadi.
Tapi ternyata kasus ini masih bergulir karena jaksa mengajukan kasasi ke Mahkamah
Agung yang kemudian dikabulkan.
18 September 2012
Dr. Dewa Ayu dan dua dokter lainnya yakni dr Hendry Simanjuntak dan dr Hendy
Siagian akhirnya masuk daftar pencarian orang (DPO).
11 Februari 2013
Keberatan atas keputusan tersebut, PB POGI melayangkan surat ke Mahkamah Agung
dan dinyatakan akan diajukan upaya Peninjauan Kembali (PK).
Dalam surat keberatan tersebut, POGI menyatakan bahwa putusan PN Manado
menyebutkan ketiga terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan kalau ketiga
dokter tidak bersalah melakukan tindak pidana. Sementara itu, Majelis Kehormatan
dan Etika Profesi Kedokteran (MKEK) menyatakan tidak ditemukan adanya
kesalahan atau kelalaian para terdakwa dalam melakukan operasi pada pasien.
8 November 2013
19
Dr Dewa Ayu Sasiary Prawan (38), satu diantara terpidana kasus malapraktik
akhirnya diputuskan bersalah oleh Mahkamah Agung dengan putusan 10 bulan
penjara. Ia diciduk di tempat praktiknya di Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Hati,
Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) oleh tim dari Kejaksaan Agung (Kejagung)
dan Kejari Manado sekitar pukul 11.04 Wita.
Kronologi Menurut Yulin Mahengkeng, ibu Julia Fransiska Makatey seperti
dilansir dari detik
Saat itu anaknya, masuk ke Puskesmas di Bahu Kecamatan Malalayang jelang
melahirkan. Tanda-tanda melahirkan terlihat pukul 04.00 WITA, keesokan harinya,
setelah pecah air ketuban dengan pembukaan 8 hingga 9 Centimeter.
Tapi dokter Puskemas merujuk ke RS Prof dr Kandou Malalayang karena Fransiska
mempunyai riwayat melahirkan dengan cara divakum pada anak pertamanya. Kami
tiba pukul 07.00 WITA, lalu dimasukkan ke ruangan Irdo, kata Yulin kepada
detikcom, Senin (25/11/2013) malam.
Karena hasil pemeriksaan terjadi penurunan pembukaan hingga 6 cm, pagi itu
Fransiska lalu diarahkan ke ruang bersalin. Yulin lalu mengatakan, saat itulah seakan
terjadi pembiaran terhadap anaknya, karena terkesan mengulur waktu menunggu
persalinan normal.
Padahal anak saya harus dioperasi karena air ketuban sudah pecah dan kondisinya
sudah lemah, terangnya.
Hingga malam hari sekitar pukul 20.00 WITA, tindakan melakukan operasi baru
dilakukan dr Ayu dan dua rekannya. Keluarga pun bolak-balik ruang operasi dan
apotek untuk membeli obat. Dengan kondisi tidak membawa uang cukup, tawarmenawar obat dan peralatan terjadi.
Bahkan saya coba menjamin kalung emas yang saya pakai, sambil menunggu uang
yang masih dalam perjalanan, tapi tetap tidak dihiraukan. Operasi pun akhirnya
mengalami penundaan, beber Yulin.
Lanjutnya, pada pukul 22.00 WITA, uang dari adiknya pun tiba. Jumlahnya pun tidak
mencukupi seperti permintaan pihak rumah sakit. Setelah bermohon berulang kali,
operasi kemudian dilaksanakan. 15 menit kemudian, dokter keluar membawa bayi dan
memberi kabar anaknya dalam keadaan sehat. Tapi hanya berselang 20 sampai 30
menit kemudian, dokter bawa kabar lagi kalau anaknya sudah meninggal dunia.
Kami kecewa terjadi pembiaran selama 15 jam terhadap anak saya. Kenapa tindakan
operasi baru dilakukan setelah kondisi anak saya sudah menderita dan tidak berdaya?
tandasnya.
Ini jelas ada kesalahan yang dilakukan dokter, itu makanya kami keluarga
melaporkan ke polisi, tambah Yulin.
Menurutnya, kejadian itu sudah beberapa kali diceritakannya ke berbagai pihak untuk
membuktikan adanya pembiaran yang dilakukan para dokter yang menangani
anaknya.
20
Makanya saya menangis saat dengar, putusan bebas Pengadilan Negeri Manado. Tapi
Tuhan dengar doa kami, karena kasasi kami dan Kejaksaan diterima Mahkamah
Agung dan mengabulkan tuntutan 10 bulan penjara, tutupnya.
Kasus 2 : Bioetika
No
.
1.
KDB
Paragraf
Konteks
Prima Facie
-J
21
Kasus 1 : HAM
Kasus Prita
seorang ibu rumah tangga bernama Prita Mulyasari yang dipenjara Prita
Mulyasari, ibu dengan dua anak, ditahan sejak 13 Mei 2009 di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Tangerang sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik
Rumah Sakit Internasional Omni, Alam Sutera, Serpong, Tangerang Selatan.
Prita, warga Vila Melati Mas Residence, Serpong, itu divonis terbukti melanggar
Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, yang isinya, Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik.
Kenapa dia dianggap mencemarkan nama baik?
Kasus ini bermula dari surat elektronik Prita pada 7 Agustus 2008. Email itu
berisi keluhannya ketika dirawat di Omni. (isi lengkap emailnya bisa liat disini ) Surat
yang semula hanya ditujukan ke beberapa temannya itu ternyata beredar ke pelbagai
milis dan forum di Internet, dan diketahui oleh manajemen Rumah Sakit Omni.
PT Sarana Mediatama Internasional, pengelola rumah sakit itu, lalu merespons
dengan mengirim jawaban atas keluhan Prita ke milis dan memasang iklan di harian
nasional. Belakangan, PT Sarana juga menggugat Prita, baik secara perdata maupun
pidana, dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Pengadilan Negeri Tangerang memutuskan perkara gugatan perdata nomor
300/PDG/6/2008/PN-TNG
, ibu beranak dua ini dibidik oleh jaksa penuntut umum dengan tiga dakwaan
alternatif. Pertama, penuntut umum menjerat dengan Pasal 45 ayat (1) jo Pasal 27 ayat
(3) UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Sementara
dakwaan kedua dan ketiga, penuntut umum menjerat dengan Pasal 310 ayat (2) dan
pasal 311 ayat (1). Sebagaimana diketahui, ketiga pasal tersebut dirancang untuk
menjerat bagi pelaku yang diduga melakukan pencemaran nama baik dan
penghinaan.
beranak dua ini dituntut oleh penuntut umum yang diketuai oleh jaksa Riyadi
selama enam bulan penjara. Dalam tuntutannya, terdapat hal yang memberatkan.
Bahwa perbuatan Prita dengan mengirimkan surat elektronik (email) kepada 20
alamat dinilai tidak akan hilang terkecuali dihapus oleh penerima. Alasan kedua,
bahwa tidak terjadi kesepakatan untuk berdamai di dalam persidangan meskipun ada
upaya dari pihak Walikota Tangerang Selatan HM Sholeh dengan manajemen RS
Omni.
hakim melihat unsur dalam dakwaan pertama. Untuk unsur setiap orang, dinilai
majelis terpenuhi karena Prita diajukan ke persidangan dalam keadaan sehat. Lalu,
unsur dengan sengaja, majelis berpendapat, perbuatan Prita dengan mengirimkan
email berbunyi Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM juga. Saya tidak
22
mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter
ini adalah perbuatan yang dikehendaki. Sehingga, majelis berpendapat perbuatan
Prita
telah
tercapai
alias
terpenuhi.
Ketiga, unsur mendistribusikan akses elektronik. Ketidakpuasan Prita atas pelayanan
dan tidak transparansinya dokter yang merawat menjadi pemacu mengirimkan
keluhan melalui email kepada sejumlah temannya. Namun majelis justru
mempertanyakan apakah isi dari keluhan email tersebut berupa muatan pencemaran
dengan judul Penipuan RS Omni Internasional. Majelis hakim tentu menelaah
dengan tidak sepotong kalimat. Tapi harus dilihat hubungan hukum terdakwa
dengan
dr
Hengki
dan
dr
Grace,
ujarnya
Arthur.
Dalam uraian pertimbangannya, majelis berpendapat Prita mengirimkan email kepada
sejumlah temannya bukan pencemaran, melainkan sebatas kritikan kepada dokter
Hengki dan dokter Grace. Setelah berpidah ke RS Bintaro Internasional, hasil deteksi
menyatakan Prita menderita penyakit Gondongan dan menular. Gara-gara diagnosis
itu Prita dimasukkan ke dalam ruang isolasi. Setelah tiga hari, Prita kembali ke rumah.
Dengan demikian, pernyataan Prita dalam email hanya sebatas kritikan kepada sang
dokter. Kalimat terdakwa merupakan satu cara agar masyarakat terhindar dan tidak
mendapat pelayanan medis dari dokter yang tidak baik. Demikian halnya kalimat
terdakwa terhadap dr Grace adalah kritikan sebagai customer service, ujarnya.
Dengan demikian, menurut pendapat hakim, perbuatan dr Grace dapat dikatakan tidak
profesional. Bahkan tidak menghargai hak seorang pasien yang berharap sembuh dari
penyakit. Berdasarkan uraian unsur ketiga, majelis berpendapat bahwa email
terdakwa Prita Mulya Sari tidak bermuatan penghinaan atau pun pencemaran nama
baik. Dalam kalimat tersebut adalah kritik dan demi kepentingan umum agar
masyarakat terhindar dari praktek-praktek dari rumah sakit dan dokter yang tidak
memberikan
pelayanan
medis
yang
baik,
ujarnya.
Dalam pertimbangannya, majelis tidak sependapat dengan penuntut umum, bahwa
jika terdakwa tidak puas atas pernyataan dokter, pasien dapat mengadukan dokter
bersangkutan ke majelis kehormatan kedokteran. Sebab, sambung Arthur, kasus ini
telah menjadi perhatian publik. Namun sayangya, belum adanya tindakan dari majelis
kehormatan kedokteran disiplin. Dalam pertimbangannya, lantaran salah satu unsur
dakwan pertama tidak terpenuhi, maka Prita tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan pertama. Oleh karena itu
terdakwa
harus
dibebaskan
dari
dakwaan
tersebut,
ujarnya.
Sedangkan pada dakwaan kedua dan ketiga, yakni Pasal 310 ayat (2) dan Pasal 311
ayat (1) KUHP, dalam pertimbangan majelis pada pokoknya sama yakni tindak pidana
menyerang kehormatan orang lain dengan tulisan. Sedangkan Dalam Pasal 310 ayat
(2) menyerang kehormatan dengan tulisan dan gambar. Dalam Pasal 310 ayat (3),
sambung Arthur, menyebutkan Tidak termasuk pencemaran atau pencemaran
tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa
untuk
membela
diri.
Majelis berpendapat perbuatan terdakwa semata-mata demi kepentingan umum.
Majelis merujuk pada Pasal 310 ayat (3) KUHP. Sehingga, perbuatan Prita Mulya Sari
23
tidak secara sah dan meyakinkan sebagaimana dakwaan kedua dan ketiga. Oleh
karena itu terdakwa harus dibebaskan dari kedua dakwaan tersebut, ujarnya.
Dan akhirnya, Prita Mulyasari terdakwa dalam kasus pencemaran nama baik terhadap
Rumah Sakit Omni Internasional, Alam Sutera Tangerang, dapat menghirup udara
bebas. Tetes air mata mengalir dari pipinya saat mendengar majelis hakim yang
dipimpin Arthur Hangewa membacakan amar putusan. Duduk di kursi pesakitan, Prita
mendengarkan dengan seksama ketika Arthur membacakan putusan. Menyatakan
terdakwa Prita Mulyasari tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak
pidana pencemaran nama baik. Membebaskan terdakwa Prita Mulyasari dari
dakwaan, ujar Arthur, di Pengadilan Negeri (PN) Tangerang, Selasa (29/12).
sumber
1.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b3ac59e39184/pn-tangerang-vonisbebas-prita-buka-perdamaian-dengan-rs-omni
2.http://suarapembaca.detik.com/read/2008/08/30/111736/997265/283/rs-omnidapatkan-pasien-dari-hasil-lab-fiktif
Kasus 2: HAM
Wanita datang ke dokter puskesmas mengatakan dirinya telah diperkosa dan tidak
mau melapor pada polisi dan hanya meminta pemeriksaan dokter. 3 hari kemudian
polisi datang dan meminta visum pada dokter berdasarkan pemeriksaan yang lalu
dokter memberikan hasil pemeriksaan yang dibutuhkan.
24
TUGAS MAHASISWA
1. Setelah memahami dengan teliti skenario di atas, mahasiswa harus
mengidentifikasi hal-hal penting yang patut didiskusikan dalam skenario di
atas.
2. Sebagai patron mahasiswa
PROSES PEMBELAJARAN
NO.
STRATEGI
PEMBELAJARA
N
Tatap
muka Kuliah
satu dua arah
FASILITATOR
Dosen
ALAT BANTU
PEMBELAJARA
N
Hand out kuliah,
buku ajar, diktat
tentang bioetik &
humaniora
25
SARANAPRASARANA
PEMBELAJARAN
Ruang
kuliah
besar kapasitas
(200-300
mahasiswa), AC
LCD, Komputer,
White
board,
Pakar
Pakar
Modul
Hand out kuliah,
buku ajar, diktat
tentang bioetik &
humaniora
Brain storming,
Diskusi, tanyajawab terpimpin
Tutorial
Diskusi l
Tutor
Modul
Hand out kuliah,
buku ajar, diktat
tentang bioetik &
humaniora
Brain storming,
Diskusi tanyajawab
Madiri
Clinical
training
Belajar mandiri
skill
Instruktur
Manual
Forensic Wound
Simulation Kit
Role play
Instruktur
Modul
Literature
searching
Electronic learning
26
Kantor, telephon
(HP)
Ruang
kuliah
besar kapasitas
(200-300
mahasiswa), AC
LCD, Komputer,
flip chard, kertas
manila,
spidol
permanent, White
board,
spidol
white board
Ruang
Tutorial
(13-17
mahasiswa), AC,
LCD, Komputer,
flip chard, kertas
manila,
spidol
permanent, White
board,
spidol
white board
Dimana
saja,
Komputer
(lap
top),
kertas
manila,
Ruang CSL (1317 mahasiswa),
AC,
LCD,
Komputer,
flip
chard,
kertas
manila,
spidol
permanent, White
board,
spidol
white board
Ruang
kuliah
besar kapasitas
(200-300
mahasiswa), AC,
LCD, Komputer,
flip chard, kertas
manila,
spidol
permanent, White
board,
spidol
white board, Alatbantupermainan:
kertas , ball point
Perpustakaan
Dimana saja
Lab/perpustakaan
electronic,
Komputer,
ditemukan.
27
DAFTAR TILIK
KAIDAH DASAR BIOETIKA I (ALTRUISME DALAM BERPRAKTEK)
BENEFICENCE
Kriteria
1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih,
rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin bilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh
menguntungkan dokter
4. Mngusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan keburukannya.
5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih saying
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goalbase
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi
pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. memberikan obat berkhasiat namun murah
16. menerapkan Golden Rule Principle
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
28
Ada
Tidak Ada
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Berterus terang
Menghargai privacy
Menjaga rahasia pasien
Menghargai rasionalitas pasien
Melakukan informed consent
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil
keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi
pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam
membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien
pada kasus emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien mjeskipun demi kebaikan
pasien
13. Menjaga hubungan ( kontrak)
Bahan Bacaan : Basic of Bioethics ( Robert Mc Veath )
29
Ada
Tidak Ada
ANALISA
QUALITY`OF LIFE
No
PERTANYAAN ETIK
1
Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan untuk
kembali ke kehidupan normal?
2
Apakah gangguan fisik, mental dan social yang pasien alami
bila pengobatannya berhasil?
3
Apakah ada prasangka yang mungkin menimbulkan kecurigaan
terhadap evaluasi pemberi pelayanan terhadap kualitas hidup
pasien?
4
Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan, apakah
kehidupan pasien selanjutnya dapat dinilai seperti yang
diharapkan?
5
Apakah ada rencana alasan rasional untuk pengobatan
selanjutnya.
6
Apakah ada rencana untuk kie2nyamanan dan perawatan
paliatif?
PATIENT PREFERRENCES
No
PERTANYAAN ETIK
1
Apakah secara mental pasien mampu dan kompeten secara
legal? Apakah ada keadaan yang menimbulkan
ketidakmampuan?
2
Bila berkompeten apa yang pasien katakan mengenai pilihan
pengobatannya??
3
Apakah pasien telah diinformasikan mengenai keuntgungan dan
risikonya, mengerfti atau tidak terhadap informasi yang
diberikan dan memberikan persetujuan?
4
Apakah pasien tersebut telah menunjukan sesuatu yang lebih
disukainya?
5
Bila`tidak kompeten siapa yang pantas menggantikannnya?
apakah yang gantikan gunakan standart yang sesuai dalam
penagmbilan keputusannya?
6
Apakah pasien tidak berkeinginan/tidak mampu untuk bekerja
sama dengan pengobatan yang diberikan? Kalau ya, kenapa?
7
Sebagai tambahan, apakah hak pasien untuk memilih untuk
dihormati tanpa memandang etnis dan agama?
CONTEXTUAL FEATURES
No
PERTANYAAN ETIK
1
Aapakh ada masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi
pengambilan keputusan pengobatan?
2
Apaqkah ada masalah sumber data (klinisi dan perawat) yang
mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan?
3
Apakah ada masalah factor keuangan?
4
Apakah ada factor religius dan budaya?
ANALISA
ANALISA
ANALISA
31
5
6
7
8
9
ANALISA
ANALISA
ANALISA
32
JADWAL KEGIATAN
Sebelum dilakukan pertemuan antara kelompok mahasiswa dan tutor, mahasiswa
dibagi menjadi kelompok-kelompok diskusi yang terdiri dari 15-17 orang tiap
kelompok.
1. Pertemuan pertama dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah untuk
penjelasan dan tanya jawab. Tujuan : menjelaskan tentang modul dan cara
menyelesaikan modul, dan membagi kelompok diskusi. Pada pertemuan pertama
buku modul dibagikan.
2. Pertemuan kedua :
menjadi ketua dan penulis kelompok, serta difasilitasi oleh tutor Tujuan :
*
Pembagian tugas
menyelesaikan masalah pada skenario. Bila ada masalah yang belum jelas atau
kesalahan persepsi, bisa diselesaikan oleh para pakar yang hadir pada pertemuan
ini. Laporan penyajian dibuat oleh kelompok dalam bentuk sesuai urutan yang
tercantum pada buku kerja.
7. Masing-masing mahasiwa kemudian diberi tugas untuk menuliskan laporan tentang
semua hal mengenai penyakit TB paru, serampah, diarea, dan scabies dengan
pendekatan dokter keluarga.. Laporan ditulis dalam bentuk laporan lengkap.
33
Catatan :
Semua mahasiswa wajib menyalin laporan dari kelompok dan mahasiswa lain
untuk dipakai sebagai salah satu bahan ujian.
TIME TABLE
I
II
III
IV
VI
Pertemuan I
(Penjelasan)
Tutorial I
Mandiri
Mencari
tambahan
informasi
Tutorial II
(Laporan
informasi
baru
KlassifikasiA
nalisa &
sintese)
Kuliah
kosultasi
Diskusi panel
Tanya pakar
(Brain
Stroming
KlassifikasiAnal
isa & sintese)
STRATEGI BELAJAR :
1. Diskusi kelompok difasilitasi oleh tutor
2. Diskusi kelompok tanpa tutor
3. FSL : Keterampilan menyuluh
4. Role play
5. Konsultasi pada pakar
6. Kuliah khusus dalam kelas
7. Aktivitas pembelajaran individual diperpustakaan dengan menggunakan buku ajar
Majalah,slide, tape atau video dan internet
34
35
II.
EVALUASI
1.
Penilaian pelaksanaan
1.1. Monitoring perkuliahan, tutorial/diskusi dan CSL
1.2. Evaluasi mahasiswa terhadap pelaksanaan
2.
ujian
remedial. Bila seorang mahasiswa pada ujian final teori (MCQ) mendapat nilai
dibawah NBL yang ditetapkan untuk blok tersebut, maka ia harus mengikuti
ujian remedial untuk teori.. Nilai ahir teori untuk mahasiswa tersebut adalah
nilai dari ujian final ditambah nilai ujian remedial dibagi dua. Demikian juga
untuk CSL dan Praktikum. Tutorial dan penugasan tidak ada ujian karena semua
kompetensi keilmuan sudah diujikan pada MCQ.
STRATEGI
Kuliah
Tutorial
CSL
Penugasan
BOBOT
METODE
PENGETAHUAN
Ya
Ya
Ya
Ya
100
MCQ
PENILAIAN KOMPETENSI
KETERAMPILAN
Tidak
Ya
Ya
Ya
100
DAFTAR TILIK
Kompetensi Pengetahuan
36
PERILAKU
Baik
Sedang
Kurang
OBSERVASI
Kompetensi
keterampilan klinis
pelatihan
NO.
1.
2.
3.
1.
PENILAIAN
Perlu perbaikan
Mampu
Mahir
ANGKA
30-50
51-70
71-90
Pada Tutorial/Diskusi:
komunikasi
2.
3.
Pada
Penugasan:
Kompetensi
keterampilan
yang
dinilai
adalah
NO.
PENILAIAN
Baik
Sedang
Kurang baik
ANGKA
71-90
51-70
31-50
Semua nilai dicantumkan dalam Loog book, dan diharapkan untuk mahasiswa
dengan perilaku sedang atau kurang harus menjadi perhatian dari fasilitator blok
berikutnya untuk usaha untuk memperbaiki perilaku yang bersangkutan.
STRATEGI PENILAIAN
Knowledge
Essay
MCQ
Oral examination
SOCA
Portofolio
Skills
OSCE
Observasi oleh instruktur
Behavior
Observasi oleh instruktur
Observasi oleh peer group
Interdisciplinary team observasI
Self and peer assessment
Bertens. K. Etika. Seri filsafat Atma Jaya : 15. Cetakan kesembilan. Gramedia
pustaka utama. Jakarta. Desember 2005.
Guwandi J. Informed Consent. Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2004.
Hanfiah Y, Amir A, Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan. EGC. Jakarta.
1999.
Jonsen AR, Siegler M, Winslade WJ. Clinical Ethics : A Practical Approach to
ethical decisions in clinical medicine. 5th ed. New York, NY:McGraw-Hill. 2002
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) & Ikatan Dokter
Indonesia(IDI). Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman pelaksanaan
KODEKI. Jakarta. 2002
Nazif Amru H. Bioetika dan Hak-hak Asasi Manusia menuju standar
pengaturan Nasional. Komisi Bioetika Nasional. Jakarta. 2007.
Robert MC Veacth. Basic of Bioethics. BabIV hal 65-74
Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Ul,
Jakarta, 1994
Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2001
Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran ;
Pengantar bagi mahasiswa kedokteran dan hukum. Cetakan pertama.
Pustaka Dwipar. Jakarta. 2005
Kode Etik : International code of medical ethics & Kode Etik Kedokteran
Indonesia serta Pedoman pelaksanaan KODEKI. 2002
Diktat Kuliah dan Hand out Para Nara sumber /Dosen Pengampu
Sumber Lain : VCD, Film, tape, Internet, dan koran
39