Kelompok B10
1. Afifah Novita Y.
G0011006
7. Silvia P. Kumalasari
G0011198
2. Astridia M. P.D.
G0011042
8. Andrio Palayukan
G0011002
3. Desy Mila P.
G0011068
9. Farchan Azzumar
G0011090
G0011096
G0011158
G0011174
G0011168
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses kelahiran bayi merupakan suatu proses yang kompleks.
Dalam beberapa saat, janin berubah menjadi bayi yang hidup bebas.
Transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin merupakan
hal yang vital dan merupakan fase yang sangat penting, rentan, dan sensitif
terhadap berbagai keadaan. Selama proses kelahiran, janin harus dapat
beradaptasi secara fisiologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
barunya sehingga dapat terhindar dari potensi kerusakan. Setelah
kelahiran, bayi harus dapat beradaptasi untuk menghindarkan diri dari
bahaya lingkungan seperti hipotermia dan infeksi.
Periode intrapartum dan neonatal awal merupakan masa yang amat
rawan bagi bayi yang mengalami hipoksia atau malnutrisi, dan kelainan
lain. Hampir semua mortalitas dan morbiditas yang terjadi pada periode
perinatal ini dapat dicegah, maka periode perinatal merupakan saat untuk
menerapkan ilmi kedokteran dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin.
Seperti dalam skenario berikut ini:
Bayiku
Seorang ibu G1P0A0 berusia 25 tahun dengan usia kehamilan 38
minggu melahirkan seorang bayi laki-laki dengan berat 3 kg, panjang 49
cm secara spontan, warna ketuban keruh, tidak ada mekonium.
Saat bayi lahir didapatkan bayi tidak bernapas, tonus otot kurang
baik. Setelah dilakukan resusitasi sampai dengan pemberian ventilasi
tekanan positif didapatkan bayi bernapas spontan, tidak ada retraksi,
denyut jantung 100 kali per menit, skor APGAR 5-7-10.
Dari anamnesis riwayat kehamilan didapatkan ANC tidak teratur,
ketuban pecah 24 jam, riwayat demam sebelum melahirkan. Catatan
kesehatan ibu menunjukkan bahwa tanda vital ibu normal, pemeriksaan
TORCH negatif, HbsAg negatif, gula darah normal. Selanjutnya bayi dan
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. Fisiologi Fetus
1. Pertumbuhan Badan
Selama 2-3 minggu pertama kehamilan, panjang badan fetus hanya
berukuran
mikroskopik,
pertumbuhan
dan
perkembangan
masih
difokuskan pada plasenta. Setelah itu ukuran panjang dari fetus meningkat
hampir sebanding dengan usianya. Pada usia 12 minggu, panjang fetus
hampir 10 cm. Pada minggu ke 20, panjang fetus bisa encapai 25 cm, dan
pada saat aterm, panjang fetus bisa mencapai 53 cm (Panjang normal BBl
di Indonesia dalah 48-52 cm). Demikian juga dengan berat badannya,
yang hanya berukuran 0,5 kg sewaktu berusia 23 minggu dan terus
meningkat hingga bisa mencapai rata-rata 3,5 kg saat aterm.
2. Perkembangan Organ
Dalam waktu 1 bulan, karakteristik umum dari semua organ telah
berkembang, dan mencapai 4 bulan setelah fertilisasi, organ-organ pada
fetus secara kasar sama dengan organ-organ pada neonatus. Dalam waktu
5 bulan berikutnya terjadi penyempurnaan perkembangan organ.
3. Sistem Sirkulasi
Jantung fetus mulai berdenyut pada minggu ke 4 setelah fertilisasi
dan berkontraksi dengan frekuensi 65 denyut/menit. Frekensi ini akan
meningkat menjadi 140 denyut/menit sebelum lahir. Pada minggu ke 3
yolk sac mulai memproduksi sel-sel darah merah berinti. Produksi sel
darah merah juga dilakukan oleh hati pada minggu ke 6 dan oleh limpa
pada bulan ke 3. Sejak bulan ke 3 sumsum tulang belakang menjadi
sumber utama dari sel darah merah. Sementara itu, alur sistem sirkulasi
darah fetus adalah sebagai berikut : darah kembali dari plasenta melalui
vena umbilikalis melewati duktus venosus, lalu ke vena cava inferior. Dari
vena cava inferior darah teroksigenasi ini masuk ke atrium kanan. Dari
atrium kanan, darah langsung masuk ke atrium kiri melalui foramen ovale,
lalu ke ventrikel kiri dan dipompa ke
neonatus.
7. Ginjal
Ginjal fetus mulai memproduksi urin selama trimester ke 2
kehamilan dan urin ini menyumbang 70%-80% komposisi cairan amnion.
Akan tetapi, mekanisme keseimbangan elektrolit dan asam basa fetus
hampir tidak ada selama masa kehamilan.
8. Metabolisme
Fetus terutama menggunakan glukosa untuk energi dan memiliki
kemampuan yang tinggi untuk menyimpan lemak dan protein. Fetus juga
memiliki kemampuan untuk menyimpan fosfat dan kalsium, dan
kebutuhan zat tersebut hanya sekitar 2% dari jumlah zat tersebut pada
tulang ibu. Osifikasi tulang-tulang baru terjadi pada sekitar bulan ke 4
kehamilan.
Selain itu fetus juga menimpan zat besi, terutama dalam bentuk Hb
mulai minggu ke 3 setelah fertilisasi dan sepertiganya disimpan dalam
hati untuk membantu kebutuhan Hb neonatus di beberapa bulan awal
kehidupan. Fetus juga membutuhkan vitamin dalam jumlah yang sama
dengan yang dibutuhkan orang dewasa, bahkan terkadang lebih banyak.
Vitamin B dan asam folat penting untuk pembentukan sel darah
merah dan jaringan saraf. Vitamin C digunakan untuk pembentukan
vitamin D digunakan
untuk pembentukan tulang fetus dan membantu absorbsi kalsium pada ibu.
Selain itu, vitamin E sangat penting untuk membantu perkembangan awal
embrio dan mempertahankannya, dan vitamin K digunakan untuk
membentuk faktor koagulasi darah. (Guyton and Hall, 2008)
B. Fisiologi Neonatus
Bayi yang baru lahir kehilangan dukungan metabolisme, oleh karena itu ia
harus mengalami banyak penyesuaian baru.
1. Sistem Pernafasan
Saat bayi lahir, dinding alveoli masih diselimuti cairan kental yang
bertekanan permukaan dan harus dilawan dengan tekanan negatif minimal
sebesar 25 mmHg. Tekanan negatif yang kuat diperlukan neonatus untuk
pertama kali bernafas. Setelah paru-paru mengembang, hanya dibutuhkan
sedikit tekanan untuk mengambang dan mengempiskan paru-paru.
Pada bayi normal umumnya inspirasi pertama sangat kuat dan bisa
menghasilkan tekanan negatif sebesar 60 mmHg serta didukung oleh
surfaktan yang menurunkan tekanan permukaan cairan penutup alveoli
sehingga bayi dapat bernafas dan sekitar 40 mL udara masuk ke paru-paru.
Surfaktan merupakan sejenis zat yang disekresikan oleh epitel pernafasan
yang dapat mempermudah pengembangan dan pengempisan paru-paru.
Pada bayi-bayi prematur, terjadi kesulitan bernafas karena cairan surfaktan
belum diproduksi banyak. Akibatnya pada bayi-bayi prematur sering
terjadi kesulitan bernafas.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan bayi baru lahir secara
spontan bernafas :
a. Pada ibu yang melahirkan pervaginam terjadi kompresi pada toraks
janin. Hal ini menyebabkan terjadinya ekspulsi cairan dalam paru
keluar dan kemudian terisi udara.
b. Akibat terputusnya ibu dengan plasenta menyebabkan terjadinya
asfiksia ringan. Hal ini akan memberikan impuls pada pusat pusat
pernafasan untuk mulai bernafas.
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 360C atau kedua
kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia
dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
(Irawan, 2008)
Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena ada penurunan suhu
tubuh yang dapat terjadi akibat :
1. Radiasi, yaitu panas tubuh bayi memancar ke lingkungan di sekitar
bayi yang lebih dingin. Misalnya, bayi baru lahir diletakkan di tempat
yang dingin.
2. Evaporasi, yaitu cairan ketuban yang membasahi kulit bayi
menguap. Misalnya, bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari air
ketuban.
3. Konduksi, yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi
langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin, Misalnya,
popok/ celana bayi basah yang tidak langsung diganti.
4. Konveksi, yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara
sekeliling bayi. Misalnya, bayi diletakkan dekat pintu / jendela terbuka.
(RSCM FKUI, 2010)
Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi
hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis
anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat
hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan
yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.
Etiologi dan faktor presipitasi dari hipotermia antara lain :
prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan
perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran
dan eksposure suhu lingkungan yang dingin. (Irawan, 2008)
Tanda-tanda klinis hipotermia:
a. Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C <360C ), tanda-tandanya
antara lain: kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah,
tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis
marmorata.
b. Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C ), tanda-tandanya antara lain :
sama dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan
4. Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,50C/ jam,
cari tanda sepsis.
5. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum
dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerllukan
perawatan rumah sakit, bayi dapat dipulangkan. Nasihati ibu
cara menghangatkan bayi di rumah.
6. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum
dengan baik serta tidak ada masalah yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan. (Irawan,
2008)
2. Hipertermia
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau
menyerap lebih banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika
suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis
dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan
kematian.
Penyebab paling umum adalah heat stroke dan reaksi negatif
obat. Heat stroke adalah kondisi akut hipertermia yang disebabkan oleh
kontak yang terlalu lama dengan benda yang mempunyai panas
berlebihan. Sehingga mekanisme penganturan panas tubuh menjadi
tidak terkendali dan menyebabkan suhu tubuh naik tak terkendali.
Hipertermia karena reaksi negatif obat jarang terjadi.
Tanda dan gejala : panas, kulit kering, kulit menjadi merah dan
teraba panas, pelebaran pembuluh darah dalam upaya untuk
meningkatkan pembuangan panas, bibir bengkak. Tanda-tanda dan
gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya. Dehidrasi yang terkait
dengan serangan panas dapat menghasilkan mual, muntah, sakit kepala,
dan tekanan darah rendah. Tachycardia dan tachypnea dapat juga
muncul sebagai akibat penurunan tekanan darah dan jantung.
Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah
menyempit, mengakibatkan kulit pucat atau warna kebiru-biruan dalam
kasus-kasus lanjutan stroke panas.
Tatalaksana hipertermia:
a. Jangan memberi obat antipiretik kepada bayi yang suhu tubuhnya
tinggi.
b. Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebihan:
Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25
280C)
Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu
Periksa suhu aksilar setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas
normal
Bila suhu sangat tinggi (>390C), bayi dikompres atau dimandikan
selama 10 -15 menit dalam air yang suhunya 4 0C lebih rendan
dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakkan air dingin atau air
digunakan.
Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas
normal.
Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan
sesuaikan pengatur suhu. (Irawan, 2008)
b. Glukosa
1. Hipoglikemi
Hipoglikemi adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa)
secara abnormal rendah. Atau keadaan hasil pengukuran kadar glukosa
darah kurang dari 45 mg/dl (2.6 mmol/L).
Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana
jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon
insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi
hipoglikemi.
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup
selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress
yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena
3. Gejala Klinis
-
Tremor
Jittery
Keringat dingin
Letargi
Kejang
Distress nafas
Sianosis
Apnea
Hipotermia
4.
Penanganan hipoglikemi pada neonatus adalah dengan:
Monitoring
1.
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM)
2.
3.
4.
5.
hipoglikemia.
Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari
ml/menit
Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa
6-8 mg/kg/menit).
3.
Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
4.
Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala,
ulangi seperti diatas
5.
Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
5. Infus D10 diteruskan
6. Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
7. ASI diberikan bila bayi dapat minum
6.
c. Ikterus
1. Ikterus Hemolitik
9. Ikterus Hemolitik adalah ikterus yang timbul < 24 jam pada
bayi baru lahir. Tanda klinis yang tampak adalah pucat saat lahir, HB <
13 g/dl, dan Test Comb (-).
10. Penanganan untuk ikterus hemolitik adalah:
1. Terapi sinar bila kadar bilirubin sesuai indikasi. Setelah terapi sinar
dihentikan, observasi 24 jam, lalu cek kadar bilirubin. Apabila masih
terjadi ikterus, lihat kadar bilirubin apakah perlu terapi sinar lagi.
Ulangi hingga kadar bilirubin normal.
2. Bila kencing gelap, feces pucat tangani sebagai prolonged jaundice
3. Follow up cek Hb/mg selama 4 mgg
4. Rujuk untuk transfusi tukar.
11.
Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan
sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengambilan darah
dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang
sampai
sebagian
besar
darah
penderita
tertukar.
Pada
15. Kern
ikterus
adalah
suatu
kerusakan
otak
akibat
tidak
stabil
dan
hipotermia
dapat
memperberat
atau
perawatan
rutin
dengan
memberikan
kehangatan,
2.
tekanan.
Rangsangan
ini
dapat
memulai
kebocoran.
Bila dada mengembang:
1.
Lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air
2.
dalam 30 detik.
Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan
dan teratur.
4. Kecukupan ventilasi dinilai dengan memperhatikan gerakan
dinding dada dan auskultasi bunyi napas. Bila bayi bernafas,
FJ > 100x/menit, dan berwarna kemerahan, maka dilakukan
perawatan lanjutan.
C. CIRCULATION
26.
Apabila setelah dilakukan VTP frekuensi jantung
masih kurang dari 60x/menit, maka dilakukan kompresi dada.
Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari
dinding dada dengan kedua tangan dan menggunakan ibu jari
untuk menekan sternum atau dengan menahan punggung bayi
dengan satu tangan dan menggunakan ujung dari jari telunjuk dan
jari tengah dari tangan yang lain untuk menekan sternum.
27.
Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum
dengan kedalaman 1,5 cm dan dengan frekuensi 90x/menit.
Dalam 3x penekanan dinding dada dilakukan 1x ventilasi
sehingga didapatkan 30x ventilasi per menit. Perbandingan
kompresi dinding dada dengan ventilasi yang dianjurkan adalah
3 : 1.
28.
D. Skor APGAR
a.
Pengertian Skor APGAR
31.
Skor APGAR adalah suatu metode sederhana yang
digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran.
Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau
tidak.
32.
33.
34.
tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (vigorous baby = nilai apgar
7-10), asfiksia ringan (nilai apgar 4-6), dan asfiksia berat (nilai apgar 0-3).
c.
1.
(Stoll, 2007)
Interpretasi Skor APGAR
Skor 0-3: Asfiksia Berat.
35.
Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif. Afiksia
berat, nilai Apgar menit pertama 3 atau kurang menunjukkan bayi
mengalami depresi pernapasan yang berat dan orofaring harus cepat
diisap. Ventilasi tekanan positif dengan oksigen 100% sebanyak 40-50
kali per menit harus segera dilakukan.
2.
Skor 4-6: Asfiksia Ringan.
36.
Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan
lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk
membantu bernapas. Hendaknya orofaring cepat diisap dan diberikan
oksigen 100%. Bayi diberi stimulasi sensorik dengan tepukan atau
sentilan di telapak kaki dan gosokan selimut kering ke punggung.
dilakukannya
pemeriksaan
pada
neonatus
adalah
Pengukuran Antropometri
42.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dimulai dari pengukuran
berat badan, panjang badan dan lingkar kepalanya. Bayi baru lahir
2.
baru lahir biasanya agak kemerahan. Jari-jari tangan dan kaki nampak
agak kebiruan karena sirkulasi darah yang kurang baik. Pada persalinan
normal akan mengakibatkan bentuk kepala bayi berubah dan memetap
selama beberapa hari. Hal ini disebabkan karena pada persalinan normal
yang keluar dahulu adalah bagian kepala bayi. Sedangkan pada
persalinan
yang
sungsang
anggota
tubuh
yang
mengalami
pembengkakan dan memar adalah bokong, alat kelamin dan kaki karena
bokong keluar lebih dulu.
3.
dari tulang kepala dan lapisan penutupnya (periosteum) hal ini bisa
mengakibatkan timbulnya benjolan di kepala (sefal hematom) yang
akan menghilang dalam beberapa minggu. Selain itu penekanan selama
proses persalinan normal juga bisa menyebabkan memar pada wajah.
Sehingga wajah terlihat tidak simetris. Tetapi asimetri wajah ini juga
bisa disebabkan karena kerusakan saraf pada wajah dan bisa sembuh
dalam beberapa minggu.
4.
160 kali/menit dan pernafasan 60 - 40 kali/menit. Jantung dan paruparu perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya kelainan
yang biasanya dapat terlihat melalui warna kulit bayi dan keadaannya
secara umum.
5.
6.
47.
Anamnesis
51.
riwayat
kehamilan,
persalinan,
dan
nifas
II,
III,
IV dan
4.
5.
Pemeriksaan laboratorium
56.Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin darah,
hematokrit, dan hitung leukosit. Dari urin diperiksa beta-hCG, protein
dan glukosa. Bila perlu, lakukan pemeriksaan golongan darah, faktor
Rhesus, reaksi Wasserman, Kahn, serologi, berat jenis urin, sitologi
vaginal. (Masjoer et al., 2001)
F. Rawat Gabung
57.Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak
bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan
sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui anaknya. Rawat gabung
adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak
dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat
bersama-sama selama 24 jam penuh seharinya. Ada dua jenis rawat gabung :
a. Rawat gabung kontinu: bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam.
b. Rawat gabung parsial: ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam
beberapa jam seharinya.
58. Tujuan diadakannya rawat gabung, antara lain:
a. Memberikan bantuan emosional
- Ibu dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada bayi.
- Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarawat gabung untuk
mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi.
b. Penggunaan ASI
- Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI.
- Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering
mungkin.
c. Pencegahan infeksi
59.
Mencegah terjadinya infeksi silang.
d. Pendidikan kesehatan
60.
Dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada
ibu.
e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi.
61.
c. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, rawat
gabung dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak
d.
e.
f.
g.
h.
64. b. Bayi
-
Bayi kejang
Sakit berat pada jantung
Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu
65. Keuntungan dan kerugian dilakukannya rawat gabung, antara lain:
66. a. Keuntungan
a. Kerugian
-
orang lain
Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung
Pada pelaksanaan ada hambatan teknis/fasilitas
67.
(IDAI, 2013)
68.
G. Laktasi
a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
69.
pada satu jam pertama, bayi dibiarkan merangkak mencari payudara ibu
dan membiarkan kulit bayi kontak langsung dengan kulit ibu. Manfaat
pentingnya pemberian IMD bagi bayi baru lahir adalah menekan dan
menurunkan penyebab kematian bayi karena hipotermia (kedinginan). Hal
ini karena dalam proses IMD bayi merangkak didada mencari payudara
sang ibu untuk menyusu maka kehangatan ibu akan memberikan
kenyamanan pada bayi.
70.
sebagai berikut :
-
manusia.
Kegiatan
manajeman
laktasi
adalah
sebagai
berikut:
1. Masa Antenatal
75.
76.
77.
78.
3.
Masa Neonatal
81. Menjamin pelaksanaan ASI ekslusif
82. Rawat gabung ibu - bayi
83. Jaminan asupan ASI setiap bayi membutuhkan (on demand)
84. Melaksanakan tehnik menyusui yang benar
85. Vitamin A dosis tinggi (20.000 SI) bagi ibu nifas
86. Membimbing ibu untuk mengenali tanda jika bayi sudah
mendapatkan ASI yang cukup
87. Anjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup
88. Perhatikan kecukupan gizi ibu
89. Merujuk ke konselor ASI apabila ibu mengalami masalah laktasi
90.
97.
98.
BAB III
99. PEMBAHASAN
100.
kuning transparan, agak keruh, albuminous berada di sekitar fetus, di dalam ruang
yang diliputi oleh selaput janin, yaitu selamut amnion dan chorion. Fungsi air
ketuban bagi janin antara lain: sebagai proteksi terhadap injury janin, membantu
mempertahankan temperature, mencegah kulit fetus dari pergesekan amnion,
untuk pergerakan bayi, sebagai medium apabila terjadi perubahan kimiawi dan
membantu mempertahankan supply oksigen fetus.
102.
cerna (isi usus janin) yang dapat diamati pada bayi baru lahir, mempunyai
konsistensi sangat kental, berwarna hijau tua, terdiri dari sel epitel skuamosa,
lanugo, mukosa, dan sekresi saluran pencernaan seperti enzim, empedu, protein
plasma, mineral, lipid, debris seluler, benang mucus, darah, dan vernik.
Mekonium ini mulai ada pertama kali di ileum fetus kira-kira minggu ke-10 dan
ke-16 kehamilan. Secara fisiologis, keluarnya mekonium dikarenakan kematangan
saraf saluran cerna. Mendekati aterm, saluran cerna telah matang, sehingga setelah
usia kehamilan 37 minggu, kemungkinan keluarnya mekonium dalam ketuban
meningkat.
103.
Air ketuban keruh merupakan air ketuban yang tidak jernih atau
mengalami pewarnaan oleh karena adanya darah bila didapatkan warna merah
atau merah jambu atau karena mekonium bila didapatkan warna amber sampai
hijau gelap. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan air ketuban keruh
kulit antara iga (interkostal) dan atau di bawah sternum (substernal). Keadaan
retraksi interkostal ini biasa terjadi pada saat inspirasi.
109.
robek dan pecah-disediakan oleh amnion. Jaringan avascular ini sangat tahan
terhadap penetrasi oleh leukosit, mikroorganisme, dan sel-sel neoplastik.
110.
Ketuban
Pecah
Dini/
Artinya ketuban pecah dini ini bisa terjadi sebelum usia kehamilan
37 minggu bisa juga terjadi ketika usia kehamilan sudah memasui 37 minggu
(aterm) tetapi belum ada tanda-tanda akan melahirkan dan selaput amnion sudah
pecah. Pecah tersebut mungkin memiliki berbagai penyebab, tetapi banyak orang
percaya infeksi intrauterin menjadi acara predisposisi utama. (Mercer, 2003).
113.
PPROM infeksi yang disebabkan. Kultur bakteri cairan amnion mendukung peran
infeksi pada proporsi yang signifikan. Sebuah tinjauan dari 18 studi yang terdiri
dari hampir 1.500 wanita dengan PPROM menemukan bahwa dalam ketiga,
bakteri diisolasi dari cairan amnion. (Goncalves et al., 2002)
114.
antimikroba
Karena
temuan
profilaksis
untuk
ini,
beberapa
mencegah
telah
PPROM.
diberikan
pengobatan
Meskipun
hasilnya
bertentangan, ada bukti bahwa pengobatan dini yang dipilih infeksi saluran
asimtomatik rendah genital dan peradangan periodontal aktif akan mengurangi
kejadian PPROM dan kelahiran prematur.Thus, there is compelling evidence that
infection causes a significant proportion of PPROM cases. The inflammatory
response that leads to membrane weakening is currently being defined. Research
is focused on mediators of this process with a goal of identification of early
markers for women at risk for PPROM.
115.
melahirkan bisa disebabkan oleh terjadinya infeksi pada sang ibu. Keadaan
demam ini mendukung hipotesis bahwa kejadian PPROM ini didahului oleh
infeksi pada ibu. Patensi dari saluran reproduksi wanita, meskipun penting untuk
pencapaian kehamilan dan persalinan, secara teoritis bermasalah selama fase 1
dari kelahiran . Ia telah mengemukakan bahwa bakteri dapat memperoleh akses ke
jaringan intrauterin melalui: (1) Transfer transplasenta infeksi sistemik maternal,
(2) aliran retrograde infeksi ke dalam rongga peritoneum melalui tuba falopi, atau
(3) infeksi ascending dengan bakteri dari vagina dan leher rahim.
116.
Kutub
bawah
janin
membran
desidua
persimpangan
berdampingan dengan lubang dari kanal leher rahim, yang pada gilirannya
merupakan paten untuk vagina . Susunan anatomi ini menyediakan lorong untuk
mikroorganisme, dan infeksi menaik dianggap yang paling umum. (Goncalves et
al., 2002)
117.
invasi mikroba yang meliputi bakteri vaginosis I - tahap, desidua infeksi tahap II,
amnion infeksi tahap III, dan akhirnya, janin sistemik infeksi stadium IV. Seperti
yang diharapkan, perkembangan tahap ini dianggap meningkatkan efek pada
kelahiran prematur dan morbiditas neonatal .
118.
artinya tubuh ibu tidak mengandung agen infeksi toksoplasma, virus rubella,
CMV dan HSV. Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapat menyebabkan
keguguran, bayi lahir prematur dan dapat juga menyebabkan kelainan pada bayi
yang dikandungnya. Kelainan yang muncul dapat bersifat ringan atau berat,
kadang-kadang baru timbul setelah remaja.
119.
120.
121.
122.
Kelainan Jantung
123.
Gangguan pertumbuhan
124.
125.
126.
Keterbelakangan Mental
127.
128.
Keguguran berulang
129.
berarti dalam darah ibu tidak ditemukan antigen maupun antibodi spesifik
Hepatitis B. Apabila seorang ibu menderita HBV akut pada perinatal yaitu pada
trisemester ketiga kehamilan, maka bayi yang baru dilahirkan akan tertulari.
Penularan semacam ini disebut penularan vertikal.
130.
ini diduga terkait dengan resistensi insulin. Oleh karena itu, intervensi yang
menunjukkan peningkatkan sensitivitas insulin dapat membantu mencegah
komplikasi ini. Selain itu, wanita dengan riwayat GDM memiliki peningkatan
risiko diabetes setelah kehamilan dibandingkan dengan populasi umum, dengan
tingkat konversi hingga 3% per tahun.
131.
dikandung oleh ibu hamil dengan kadar gula darah tinggi antara lain makrosomia,
hipoglikemia neonatal, kematian perinatal, kelainan bawaan, hiperbilirubinemia,
polisitemia, hypocalcemia, dan sindrom gangguan pernapasan. Makrosomia, yang
didefinisikan sebagai berat lahir> 4.000 g, terjadi pada 20-30% bayi yang ibunya
menderita GDM. Faktor-faktor lain yang dapat diperlihat pada ibu yang
memicukan
peningkatan
insiden
kelahiran
janin
makrosomia
termasuk
hiperglikemia, Body Mass Index (BMI) tinggi, usia yang lebih tua, multiparitas.
Dengan ini, kasus makrosomia dapat menyebabkan untuk morbiditas janin
meningkat sewaktu dilahirkan, seperti distosia bahu, dan meningkatkan risiko
kelahiran secara sactio caesaria. Hipoglikemia neonatal dapat terjadi dalam
beberapa jam setelah dilahirkan . Hal ini adalah karena ibu yang hiperglikemia
dapat menyebabkan janin hiperinsulinemia.
132.
sedini mungkin kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara
perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai
pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit dan
ibu memperoleh bekal keterampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah
pulang dari rumah sakit. Rawat gabung juga memungkinkan suami dan keluarga
dapat terlibat secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui
dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu ibu mendapatkan
kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati yang
sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya.
133.
manfaat yang akan diperoleh si bayi. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO)
hal ini untuk menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi secara optimal.
Karena di usia ini, bayi belum memiliki enzim pencernaan sempurna untuk
mencerna makanan atau minuman lain. Meski begitu, kebutuhan si buah hati akan
zat gizi akan terpenuhi jika mengonsumi ASI.
134.
mana pun yang biasanya berbahan susu sapi. Kandungan protein dan laktosa pada
susu manusia dan susu sapi itu berbeda. Susu sapi kadar proteinnya lebih tinggi,
yakni 3,4 persen sedangkan susu manusia hanya 0.9 persen. Kadar laktosa susu
manusia lebih tinggi yakni 7 persen sedangkan susu sapi hanya 3,8 persen. Fungsi
dari kedua zat gizi ini bertolak belakang. Laktosa sangat penting dalam proses
pembentukan myelin otak. Myelin atau pembungkus saraf ini bertugas
mengantarkan rangsangan yang diterima si bayi.
135.
mencium bau ibunya serta mendengar dan merasakan napas sang bunda.
Sementara susu sapi, kandungan protein yang tinggi diperlukan untuk membantu
pembentukan otot. Sapi, memang butuh otot kuat untuk melakukan pekerjaan
berat, seperti menarik gerobak. Hasil penelitian dari Oxford University dan
Institute for Social and Economic Research sebagaimana dilansir Daily Mail,
menyebutkan bahwa anak bayi yang mendapat ASI Eksklusif akan tumbuh
menjadi anak yang lebih pintar dalam membaca, menulis, dan matematika. Salah
satu peneliti, Maria Iacovou mengemukakan asam lemak rantai panjang (long
chain fatty acids) yang terkandung di dalam ASI membuat otak bayi berkembang.
136.
137.
138.
BAB II
PENUTUP
1. Simpulan
a. Ibu mengalami infeksi yang ditandai dengan terjadinya ketuban pecah
dini, warna ketuban keruh, dan adanya riwayat demam sebelum
melahirkan.
b. Bayi mengalami asfiksia setelah proses kelahiran dan menjadi normal
dengan penanganan.
2. Saran
a.
Sebaiknya seorang ibu hamil melakukan pemeriksaan ANC
secara teratur.
139.
140.
141.
142.
DAFTAR PUSTAKA
143.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 8.
Jakarta: EGC.
144.
145.
146.
147.
148.
Emergency.
Fakultas
Kedokteran
149.
Stoll, Barbara J. 2007. The Newborn Infant: Routine Delivery Room Care.
In : Kliegman, R.M., et. al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics, 18th
Edition. PA: Saunders, Elsevier Inc.
150.
151.
Masjoer, Arif et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius FK UI.
152.
153.
154.
155.
Kosim, M.S. 2010. Gangguan Napas pada Bayi Baru Lahir dalam Buku
Ajar Neonatologi. Badan Penerbit IDAI.
156.
157.