DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Riwayat:
Wanita 42 tahun - Nenek pasien mengalami hal yang sama
- Menstruasi pada usia 11 tahun
- Anak 1
- Diameter 6,4 cm
- batas tidak jelas
- konsistensi padat
- permukaan berulkus
- peau de orange (+)
- retraksi papilla mammae (+)
- pembesaran KGB aksila
kanan
DD:
Ca mammae
Fibroadenoma mammae
Tumor phyllodes
Mamografi,
Pemeriksaan Penunjang: imunohistoimia, USG
dan Biopsi
1.6 Hipotesis
Wanita usia 42 tahun menderita Ca mammae
1.7 Pertanyaan Diskusi
1. Neoplasma
a. Definisi
b. Tatanama
c. Karakteristik neoplasma jinak dan ganas
2. Jelaskan mengenai
a. Tumor
b. Kanker
3. Mammae (payudara)
a. Anatomi
b. Histologi
c. Fisiologi
4. Ca mammae
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Patofisiologi
e. Manifestasi klinis
f. Faktor risiko
g. Pemeriksaan fisik
h. Pemeriksaan penunjang
i. Diagnosis
j. Tatalaksana
k. Prognosis
l. Komplikasi
5. Fibro Adenoma Mamaae
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Manifestasi klinis
e. Patofisiologi
f. Faktor risiko
g. Diagnosis
h. Tatalaksana
6. Tumor phyllodes
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Manifestasi klinis
e. Patofisiologi
f. Faktor risiko
g. Diagnosis
h. Tatalaksana
7. Lympedema
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
8. Pemeriksaan SADARI
9. Patofisiologi lymphedema terkait Ca mammae
10. Studi kasus
a. Hubungan riwayat keluarga dengan kasus
b. Hubungan pembesaran KGB di aksila kanan dengan kasus
c. Hubungan menarche dini (menstruasi sejak 11 tahun) dengan kasus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Neoplasma
a. Definisi
Menurut Rupert Willis, neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang
pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan
jaringan normal serta terus demikian walaupun rangsangan yang memicu
perubahan tersebut telah berhenti. Neoplasma dapat bersifat benign (bukan kanker)
atau malignant (kanker). Neoplasma sering juga disebut tumor.1
b. Tatanama2
1. Tumor jinak (benigna)
Secara umum, tumor jinak diberi nama dengan menambahkan akhiran
–oma pada sel asalnya. Contohnya tumor jinak yang berasal dari sel
fibroblastic disebut fibroma, tumor tulang rawan disebut kondroma, dan tumor
osteoblast disebut osteoma. Adenoma merupakan kata yang digunakan untuk
neoplasma epitel jinak yang berbentuk kelenjar, papiloma untuk epitel jinak
yang berbentuk tonjolan atau biasa disebut kutil, kistadenoma untuk neoplasma
jinak yang berbentuk kantung besar berisi cairan.
2. Tumor ganas (maligna)
Tumor ganas yang timbul pada jaringan mesenkim biasanya disebut
sarkoma, misalnya : fibrosarkoma dan liposarkom. Sedangkan neoplasma
ganas yang berasal dari salah satu dari tiga lapisan germinativum disebut
Karsinoma
Gambar 1. Tatanama Neplasma2
c. Karakteristik neoplasma jinak dan ganas3
Tumor adalah gangguan patologis pertumbuhan sel, ditandai dengan
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak normal. Tumor adalah massa jaringan
yang abnormal yang mungkin padat atau berisi cairan. Ketika pertumbuhan sel-sel
tumor terbatas pada tempat asal dan memiliki fisik normal mereka disimpulkan
sebagai tumor jinak. Ketika sel-sel abnormal dan dapat tumbuh tanpa terkendali,
mereka disimpulkan sebagai sel kanker yaitu tumor ganas. Tumor juga disebut
sebagai neoplasma.
1. Tumor jinak: Non-kanker
Jika sel-sel tersebut bukan kanker, tumor tersebut disimpulkan sebagai
jinak. Tumor tersebut tidak akan menginvasi jaringan terdekat atau menyebar
ke area lain dari tubuh (bermetastasis). Tumor jinak kurang berbahaya kecuali
ada di sekitar organ, jaringan, saraf, atau pembuluh darah penting dan
menyebabkan kerusakan. Fibroid di rahim dan payudara, polip usus besar dan
tahi lalat adalah beberapa contoh tumor jinak. Tumor jinak dapat diangkat
dengan operasi. Tumor jinak bisa tumbuh sangat besar dan bisa berbahaya,
seperti ketika terjadi di otak dan memadati struktur normal di ruang tertutup
tengkorak. Tumor tersebut dapat menekan organ vital atau memblokir saluran.
Juga, beberapa jenis tumor jinak seperti polip usus dianggap sebagai prekanker
dan segera diangkat untuk mencegahnya menjadi ganas. Tumor jinak biasanya
muncul kembali setelah diangkat, tetapi jika tumor muncul kembali biasanya
di tempat yang sama. Contoh: Tahi lalat, Kista fibroid di payudara atau rahim,
polip usus besar.
2. Tumor ganas: Kanker
Tumor ganas/maligna berarti tumor tersebut terdiri dari sel kanker dan
dapat menginvasi jaringan di sekitarnya. Beberapa sel kanker dapat berpindah
ke aliran darah atau kelenjar getah bening, menyebar ke jaringan lain di dalam
tubuh, hal ini disebut metastasis. Kanker dapat terjadi di mana saja di tubuh
termasuk payudara, paru-paru, usus, organ reproduksi, darah, atau kulit.
Sebagai contoh, kanker payudara dimulai di jaringan payudara dan dapat
menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak jika tidak diketahui cukup awal
dan diobati. Setelah kanker payudara telah menyebar ke kelenjar getah bening,
sel-sel kanker dapat melakukan perjalanan ke area lain dari tubuh, seperti
tulang atau hati. Sel-sel kanker payudara kemudian dapat membentuk tumor
di lokasi-lokasi yang disebut sebagai tumor sekunder. Biopsi tumor ini
mungkin menunjukkan karakteristik tumor kanker payudara asli. Contoh:
Kanker payudara, kanker kulit.
2.2 Jelaskan menegenai
a. Tumor
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat
berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat
gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor dibagi menjadi
tumor jinak dan ganas. Daya tumbuh tumor jinak terbatas, biasanya tumbuh
ekspansif lokal, dan laju pertumbuhannya relatif lambat. Sedangkan tumor ganas
tumbuh pesat, bersifat invasif, dan bermestastasis. Tumor ganas inilah yang disebut
dengan kanker.4
b. Kanker
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali. Peningkatan jumlah sel tak normal ini umumnya
membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker.5
Menurut National Cancer Institute, kanker adalah suatu istilah untuk penyakit
di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang
jaringan di sekitarnya. Kanker, yang juga dikenal sebagai tumor atau penyakit
ganas, merupakan sebuah istilah umum yang digunakan untuk sekelompok besar
penyakit yang dapat menyerang bagian tubuh mana saja. Istilah lain yang
digunakan adalah tumor ganas.6
2.3 Mammae (payudara)7
a. Anatomi
Setiap payudara terdapat papilla mammae, ductus lactifeous, kelenjar
mammae. Payudara ditopang oleh jaringan lemak dan jaringan ikat. Kelenjar
mammae akan memproduksi asi selama kehamilan dan menyusui yang kemudian
akan disalurkan ke papilla mammae melalui ductus lactifeous dan sinus lactifeous.
Di sekitar papilla mammae terdapat kulit yang terpigmentasi yang disebut areola.
Jaringan ikat pada payudara dapat menjadi longgar dengan bertambahnya usia. 7
b. Histologi
Kelenjar payudara terbentuk secara embriologis sebagai invaginasi
ektoderm permukaan di sepanjang garis ventral, garis laktasi, dari aksila hingga
selangkangan. pada manusia, satu set kelenjar yang menyerupai kelenjar keringat
apokrin yang termodifikasi menetap di setiap sisi dada. Setiap kelenjar payudara
terdiri atas 15-25 lobus dari jenis tubuloalveolar kompleks, yang berfungsi
menyekresi air susu untuk memberi nutrisi neonatus. Setiap lobus, yang dipisahkan
satu sama lain oleh jaringan ikat padat dan banyak jaringan adiposa, merupakan
suatu kelenjar tersendiri dengan ductus lactiferi ekskretorisnya sendiri (Gambar 1.
Duktus ini, dengan panjang 2-4,5 cm, berkumpul secara terpisah di papila mammae
yang memiliki 15-25 muara masing-masing berdiameter 0,5 mm. Struktur
histologi kelenjar payudara bervariasi sesuai dengan jenis kelamin, usia, dan status
fisiologis.
Gambar 2. Kelenjar mammae7
1. Perkembangan Payudara Selama pubertas
Sebelum pubertas, kelenjar mammae pada kedua jenis kelamin
terdiri atas sinus lactiferi di dekat puting, dengan cabang duktus kecil dari
sinus ini. Pada gadis yang mengalami pubertas dan kadar estrogen sirkulasi
yang lebih besar, payudara membesar akibat akumulasi adiposit di jaringan
ikat dan meningkatnya pertumbuhan dan percabangan sistem duktus.
Puting membesar seiring pertumbuhan sinus lactiferi. Pada wanita dewasa
yang tidak hamil, struktur parenkim khas pada kelenjar, lobus, terdiri atas
banyak lobulus, yang terkadang disebut unit lobular ductus terminalis.
Setiap lobulus memiliki sejumlah duktus bercabang kecil tetapi unit
sekretoris yang melekat berukuran kecil dan rudimenter. Sistem duktus
terbenam dalam jaringan ikat vaskular longgar dan jaringan ikat padat yang
lebih sedikit mengandung sel dan memisahkan lobus. Sinus lactiferi
dilapisi oleh epitel kuboid berlapis dan lapisan ductus lactiferi dan ductus
terminalis adalah epitel kuboid selapis yang dilapisi oleh sel mioepitel yang
berhimpitan erat. Sebaran serat otot polos juga mengelilingi duktus yang
lebih besar. Sel epitel duktus menjadi sedikit lebih kolumnar pada saat
kadar estrogen mencapai puncak di sekitar ovulasi dan pada fase
pramenstruasi siklus, jaringan ikat payudara menjadi agak edematosa, yang
membuat payudara agak lebih besar.
Kulit yang melapisi puting membentuk areola dan merupakan kulit
yang cukup tipis dengan kelenjar sebasea. Epidermis berlanjut dengan
lapisan sinus lactiferi. Areola mengandung lebih banyak melanin
ketimbang kulit di bagian lain payudara dan bertambah gelap selama
kehamilan. Kulit puting banyak disuplai ujung sara{ sensorik. Jaringan ikat
puting kaya akan serabut otot polos yang berjalan sejajar dengan sinus
lactiferi dan menimbulkan ereksi puting ketika berkontraksi.
2. Payudara Selama Kehamilan & Laktasi
Kelenjar payudara mengalami pertumbuhan selama kehamilan
sebagai akibat kerja sinergis beberapa hormon, terutama estrogen
progesteron, prolaktin, dan laktogen plasenta manusia. Salah satu efek
hormon ini adalah proliferasi alveoli sekretoris di ujung ductus
intralobularis. Alveoli sferis terdiri atas epitel kuboid dengan sel mioepitel
stelata di antara sel-sel sekretoris dan lamina basal. Derajat perkembangan
kelenjar bervariasi antar lobulus dan bahkan di dalam setiap lobulus. Ketika
alveoli dan sistem duktus tumbuh dan berkembang selama kehamilan
sebagai persiapan .untuk laktasi, stroma menjadi kurang mencolok.
|aringan ikat longgar dalam lobulus terinfiltrasi oleh limfosit dan sel
plasma; sel plasma menjadi lebih banyak pada kehamilan lanjut ketika sel-
sel ini mulai memproduksi imunoglobulin (IgA sekretoris).
Pada kehamilan lanjut, alveoli dan duktus kelenjar melebar oleh
tumpukan kolostrum, suatu cairan yang kaya akan proteiry vitamin A, dan
elektrolit tertentu yang dihasilkan dalam pengaruh prolaktin. Antibodi
disintesis dalam jumlah banyak oleh sel plasma dan diangkut ke dalam
kolostrum; dari kolostrum ini, neonatus yang menyusui memperoleh
kekebalan pasif. Setelah kelahiran, kadar estrogen dan progesteron dalam
darah menurun dan alveoli kelenjar payudara menjadi sangat aktif
memproduksi air susu, yang terutama dipengaruhi oleh prolaktin dari
hipofisis anterior.
Sel epitel alveoli membesar dan berperan aktif pada sintesis protein
dan lipid untuk disekresi. Sejumlah besar protein dibentuk dalam RE kasar,
yang diproses melalui apparatus Golgi dan d'ikemas ke dalam vesikel
sekretoris, yang mengalami eksositosis selama sekresi merokrin ke dalam
lumen. Droplet lipid sferis, yang terutama mengandung trigliserida netral
dan kolesterol, terbenfuk di sitoplasma sel alveolar, tumbuh pesat melalui
pertambahan lipid, dan akhirnya menghantarkan sel ke dalam lumen
melalui proses sekresi apokrin; selama sekresi ini, droplet menjadi
terselubungi oleh sebagian membran sel apikal.
Selama laktasi, sekresi protein droplet lipid terikat membran dan
komponen lain berlangsung dengan produk yang menumpuk sebagai air
susu di lumen sistem duktus. Protein normalnya membentuk sekitar 1,5%
air susu manusia dan mencakup berbagai kasein yang menggumpal sebagai
misel, dan B-laktoglobulin sertaa lakto-albumin yang larut; kesemuanya
dicerna sebagai sumber asam amino oleh bayi. Protein yang lebih sedikit
dalam air susu mencakup protein yang membantu pencernaan dan
kegunaan nutrien air susu lain imunoglobulin dan sejumlah protein dengan
aktivitas antimikroba, dan berbagai faktor pertumbuhan mitogenik. Lipid
normalnya membentuk sekitar 4% air susu manusia, sementara gula utama,
laktosa, membentuk sebanyak 7-8 % dan merupakan sumber utama energi.
Laktosa disintesis dalam apparatus Golgi dan juga berfungsi membantu
menarik air secara osmotik ke dalam vesikel sekretoris yang sangat
menambah volume air susu.
c. Etiologi17
Etiologi dari kanker payudara berkaitan erat dengan faktor risiko yang selama
ini diketahui. Faktor risiko paling signifikan untuk perkembangan kanker payudara
adalah usia. Risiko seorang wanita terkena kanker payudara meningkat dengan
cepat sampai awal 60-an, memuncak di usia 70-an, dan kemudian menurun.
Riwayat keluarga yang signifikan dari kanker payudara atau ovarium juga dapat
menunjukkan risiko tinggi terkena kanker payudara. Mutasi germline dalam
keluarga gen penekan tumor BRCA menyumbang sekitar 5-10% diagnosis kanker
payudara dan cenderung mengelompok dalam kelompok etnis tertentu, termasuk
wanita keturunan Yahudi Ashkenazi. Wanita dengan mutasi pada gen BRCA1,
yang terletak pada kromosom 17, memiliki peluang 85% untuk terkena kanker
payudara dalam hidup mereka. Gen lain yang terkait dengan peningkatan risiko
payudara dan kanker lainnya termasuk BRCA2 (terkait dengan gen pada
kromosom 13); mutasi ataksia-telangiektasia; dan mutasi gen penekan tumor p53.
Jika seorang wanita memiliki riwayat keluarga yang meyakinkan (seperti kanker
payudara didiagnosis pada dua kerabat tingkat pertama, terutama jika didiagnosis
lebih muda dari usia 50 tahun; kanker ovarium; kanker payudara pria; atau kerabat
tingkat pertama dengan kanker payudara bilateral), pengujian genetik mungkin
sesuai. Secara umum, yang terbaik bagi seorang wanita yang memiliki riwayat
keluarga yang kuat untuk bertemu dengan konselor genetika untuk menjalani
penilaian risiko dan memutuskan apakah tes genetik diindikasikan.
d. Patofisiologi 18
Dari tiga subtipe utama dari kanker payudara diakibatkan adanya peningkatan
reseptor hormon dan HER2 yang dapat muncul yang melibatkan jalur mutasi pada
sel epitel dari sistem lobulus atau ductus.
2. Investigasi Radiologis
Mamografi dan ultrasonografi merupakan andalan pencitraan rutin
benjolan payudara. Wurdinger et al menunjukkan bahwa bentuk bundar
atau berlobus, batas yang terdefinisi dengan baik, struktur internal yang
heterogen, dan septasi internal yang tidak meningkat merupakan temuan
yang lebih umum pada tumor phyllodes daripada pada fibroadenoma.
a. Ultrasonografi
Bentuk lobulated (dalam beberapa kasus bulat atau oval) dibatasi
dengan baik dengan margin halus, tepi echogenik, dan gema internal
homogen tingkat rendah. Celah berisi cairan dalam massa yang
didominasi padat (sangat menunjukkan tumor phyllodes) dengan
transmisi menyeluruh yang baik dan kurangnya mikrokalsifikasi
terlihat.
b. Ultrasonografi Doppler Warna
Fitur yang menunjukkan perilaku ganas adalah ditandai
hypoechogenisitas, bayangan akustik posterior, margin tumor tidak
jelas. nilai RI yang lebih tinggi (indeks resistensi), peningkatan PI
(indeks pulsasi), peningkatan Vmax (kecepatan aliran puncak sistolik).
c. Mamografi
1.1 Kesimpulan
Wanita 42 tahun diduga mengalami Ca Mammae dan diperlukan pemeriksaan
penunjang
DAFTAR PUSTAKA
1. Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9.
Singapura: Elsevier Saunders; 2015
2. Adjisuwandono. Introducing Neoplasma. 2010. Diakses tanggal 7 Mei 2020.
3. Sinha T. Tumors: Benign and Malignant. CTOIJ [Internet]. 1 Mei 2018 [dikutip 7 Mei
2020];10(3). Tersedia pada:
https://juniperpublishers.com/ctoij/CTOIJ.MS.ID.555790.php
4. Desen. Buku ajar onkologi medik. Edisi 2. Jakarta : Balai penerbit FKUI; 2008
5. Tjahdadi, V. Kanker Payudara. Jakarta: Penebar Swadaya. 2008.
6. NCI. Tumor Grade Fact Sheet. National Cancer Institute U.S Department of Health
and Human Services. 2013. https://www.cancer.gov/aboutcancer/diagnosis-
staging/prognosis/tumor-grade-fact-sheet
7. Tortora, Gerard J and Bryan Derrickson. Pinciples of Anatomy & Physiology 13th
Edition. USA: John Wiley & Sons Inc. 2012.
8. Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira Teks & Atlas Ed.12. Jakarta : EGC; 2011.
9. Soetrisno E, 2010. Payudara. Dalam: Nasar IM, Himawan S, Marwoto W. Buku ajar
patologi II. Edisi ke–1. Jakarta: Sagung Seto. hlm. 156–78.
10. Sabiston, David C, 2011. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC. hlm. 322–47.
11. Sjamsuhidajat & de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC. 2010.
12. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Payudara. Jakarta : Kemenkes.
13. Arafah, A., Basuki, H. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga
Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Surabaya: The Indonesian
Journal of Public Health; 2017: 12(2): 143-153.
14. Alkabban FM, Ferguson T. Cancer, Breast. [Updated 2019 Jun 4]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482286/
15. Ghoncheh, M, et al. Epidemiology, Incidence, and Mortality of Breast Cancer in Asia.
Iran : Asian Pacific Journal of Cancer Prevention; 2016: Vol 17: 47-52.
16. Humaera, R., Mustofa, S. Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Mammae
Stadium 2. Lampung : J Medula Unila; 2017: 7(2): 103-107.
17. A, maxine et al. current medical diagnosis & treatment. 54th ed. New York; 2015.
18. Kumar, Vinay, Abul K Abbas and Jon C Aster. Robbins Basic Pathologic 10 th Edition.
USA: Elsevier. 2018.
19. Arafah, Alvita B. R. dan Hari Basuki N. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Ibu Rumah Tangga Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). The
Indonesian Journal of Public Health. 2017. Vol. 12(2): 143-153.
20. Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
Jakarta:Erlangga.
21. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W. Prasetyono TOH, Rudiman R, penyunting. Buku
ajar ilmu bedah Sjamsuh idajat-dejong. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit EGC: 2010.
22. WHO Regional Office for the Eastern Mediterranean (EMRO). Guidelines for
management of breast cancer. Kairo: EMRO Technical Publications Series: 2006.
23. Edge SB. Byrd DR. Compton CC. Fritz AG. Greene FL. Trotti A, penyunting. Breast.
Dalam: AJCC cancer staging manual.Edisi ke-7. New York: Springer: 2010. h.34 7 -
76.
24. Kementrian Kesehatan RI. Panduan nasional penanganan kanker payudara.
Jakarta:Komite penanggulangan kanker nasional; 2015.
25. Haryono SJ, Sukasah C, Swantari N. 2011. Payudara. Dalam: Sjamsuhidayat R,. De
jong WD. Buku ajar ilmu bedah Edisi ke-3. Jakarta: EGC.
26. Ajmal M, Van Fossen K. Breast Fibroadenoma. [Updated 2019 Nov 11]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535345/
27. Breast Cancer Care. Fibroadenoma, London: 2010. ,Cited: 20 Juli 2014. Available at:
http://www.breastcancercare.org.uk/upload/pdf/fibroadenoma_web l.pdf
28. Fadjari, H.Pendekatan Diagnosis Benjolan di Payudara: 2012 CDK-192; 39(4) : 308-
10.
29. Alini dan Lise Widya. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kejadian Fibroadenoma
Mammae (FAM) pada Pasien Wanita yang Berkunjung di Poliklinik Spesialis Bedah
Umum RSUD Bengkalis. Jurnal NERS. 2018. Vol. 2(1): 1-10.
30. Bidgoli SA, Ahmadi R, Zafarhei MD. Role of hormonal and environmental factors on
early incidence of breast cancer in Iran. Sci Total Environ, 2010. 408: 4056–61.
31. Pamungkas, Z. 2011, Deteksi Dini Kanker Payudara, Ed. 1, Buku Biru, Yogyakarta.
32. Suyatno. Peran Pembedahan Pada Tumor Jinak Payudara. Majalah Kedokteran
Andalas. 2015; Vol. 38, No. Supl. 1.
33. Jing P, Wei B, Yang X. Phyllodes tumor of the breast with nipple discharge: A case
report. Medicine (Baltimore). 2018 Dec;97(52):e13767.
34. Adesoye T, Neuman HB, Wilke LG, Schumacher JR, Steiman J, Greenberg CC.
Current Trends in the Management of Phyllodes Tumors of the Breast. Ann. Surg.
Oncol. 2016 Oct;23(10):3199-205.
35. Kuijper A BH, Simon R, Schaefer K, Croonen A, Boecker W. Analysis of the
progression of fibroepithelial tumours of the breast by PCR-based clonality assay. J
Pathol 2002;197:6
36. Flynn LW, Borgen PI. Phyllodes tumor: About this rare cancer. Community Oncology.
2006;3:46-8.
37. Calhoun KE, et al. Phyllodes tumors. In: Harris JR, Lippman ME, Morrow M, Osborne
CK, editors. Diseases of the breast. 4th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2009. p.
781-92.
38. Limaiem, Faten. Cancer, Phyllodes Tumor Of The Breast. NCBI;2019
39. Mishra, S. P., Tiwary, S. K., Mishra, M., & Khanna, A. K. (2013). Phyllodes tumor of
breast: a review article. ISRN surgery, 2013, 361469.
https://doi.org/10.1155/2013/361469
40. Mishra, S. P., Tiwary, S. K., Mishra, M., & Khanna, A. K. Phyllodes tumor of breast:
a review article. ISRN surgery, 2013.
41. Telli, Melinda L et al. Phyllodes Tumors of the Breast: Natural History, Diagnosis,
and Treatment. Journal of the National Comprehensive Cancer Network. 2007;
5(3):324-330
42. Kayiran O, Cruz CDL, Tane K, Saron A. Lymhedema : From diagnosis to trearment.
Turkish Journal of Surgery. 2017; 33(2) : 51-57
43. Bryan C. Sleigh. Lymphedema. NCBI: statpearls ; 2019
44. International Society of Lymphology. The diagnosis and treatment of peripheral
lymphedema: 2016 consensus document of the International Society of Lymphology.
Lymphology. 2016 Dec;49(4):170-84.
45. Saito Y, Nakagami H, Kaneda Y, Morishita R. Lymphedema and therapeutic
lymphangiogenesis. BioMed research international. 2013;2013.
46. Smeltzer, Bare. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC, 2002.
47. Ridner, S. Pretreatment lymphedema education and identified educational resources in
breast cancer patients. Patient Educational and Conselling. 61(1) : 72-79. 2006.
48. Isnaini, Nurul dan Elpiana. Hubungan Usia, Usia Menarche dan Riwayat Keluarga
dengan Kejadian Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Daerah DR. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Jurnal Kebidanan. 2017. Vol. 3(2): 103-109.
49. Shah, R., Rosso, K., & Nathanson, S. D. Pathogenesis, prevention, diagnosis and treatment of
breast cancer. World journal of clinical oncology, 2014. 5(3), 283–298.
50. American Cancer Society (ACS). Breast Cancer: Fact and Figure. Jurnal Bio Medical
Central Vol. 6 Januari 2011.