FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA NOVEMBER 2016
OLEH :
Andi Anugerah Suci (110 209 0142)
PEMBIMBING :
dr. Fadillah Maricar, Sp.JP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
jantung menjadi faktor utama pada peningkatan CO. Denyut jantung mulai
meningkat saat usia kehamilan 20 minggu dan terus meningkat hingga usia
kehamilan 32 minggu. Hal ini terus bertahan tinggi hingga 2-5 hari setelah
persalinan. Peningkatan CO terjadi oleh karena 3 faktor yaitu peningkatan preload
dikarenakan volume darah yang bertambah, pengurangan afterload dikarenakan
penurunan resistensi vaskular sistemik, dan peningkatan denyut jantung maternal
10-15 denyut permenit. SV meningkat selama trimester pertama dan kedua, tetapi
menurun saat trimester ketiga dikarenakan kompresi vena kava inferior oleh
uterus. Tekanan darah menurun sekitar 10 mmHg di bawah baseline pada akhir
trimester kedua dikarenakan oleh vasodilatasi aktif melalui aksi mediator lokal
seperti prostasiklin dan nitric oxide, serta penurunan resistensi vaskular sistemik
akibat penambahan pembuluh darah baru di uterus dan plasenta.(4,5)
Kontraksi uterus, posisi (miring kiri atau supinasi), nyeri, cemas,
perdarahan, dan involusi uterus menyebabkan perubahan hemodinamik yang
cukup bermakna pada saat inpartu dan pasca persalinan. Peningkatan CO terjadi
sekitar 15% pada awal inpartu, 25% saat kala I, dan 50% selama usaha mengedan.
Setiap uterus berkontraksi, akan dialirkan 300-500 ml darah ke sirkulasi umum.
Tiap kontraksi SV meningkat, dengan resultan peningkatan CO bertambah 50%.
Konsumsi oksigen meningkat 3 kali lipat. Perubahan curah jantung kurang
memberikan gejala jika pasien dalam posisi terlentang dan menerima analgesia
yang memadai.(4,5)
Peningkatan keseluruhan denyut jantung pada trimester ketiga rata-rata 10
sampai 20 kali permenit. Tekanan arteri sistemik turun selama trimester pertama,
tetap stabil selama trimester kedua, dan kembali ke tingkat pregestational sebelum
persalinan. Penurunan tekanan diastolik yamg melebihi penurunan tekanan
sistolik menyebabkan pelebaran tekanan nadi. Sindrom supine hipotensi atau
uterocaval terjadi pada 0,5-11% kehamilan dan berhubungan dengan oklusi akut
vena cava inferior oleh uterus gravid dalam posisi terlentang, dan itu ditandai
dengan penurunan signifikan tekanan darah dan detak jantung. Pasien biasanya
mengeluh sakit kepala ringan, mual, pusing, bahkan sinkop pada kasus yang
ekstrim. Gejala dapat berkurang dengan mengubah ke posisi telentang kiri lateral.
3
Segera setelah melahirkan, tekanan pengisian jantung (cardiac filling
pressure) meningkat karena adanya dekompresi vena kava inferior dan
kembalinya darah dari uterus ke dalam sirkulasi sistemik. Hal ini mencapai
peningkatan 80% CO pada awal pasca persalinan dikarenakan autotransfusi yang
berhubungan dengan involusi uterus dan resorpsi dari edema tungkai. Hal ini juga
menyebabkan suatu diuresis. Sebagian besar perubahan hemodinamik kembali ke
tingkat sebelum hamil setelah 2 minggu postpartum.(5)
Kehamilan juga mengawali suatu perubahan dari hemostasis, yaitu
peningkatan konsentrasi faktor koagulasi, fibrinogen, dan adhesi platelet serta
berkurangnya fibrinolisis yang menyebabkan hiperkoagulabilitas dan peningkatan
risiko kejadian tromboemboli. Selain itu, hambatan dari kembalinya aliran darah
vena oleh pembesaran uteus meningkatkan tromboembolisme.(4)
4
Regurgitasi trikuspid dan mitral
2.2. Definisi
2.3. Epidemiologi
Penyakit kardiovaskuler menyebabkan sekitar 1/3 kasus kematian, menjadi
penyebab utama kematian pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika Utara,
sekitar 38,2 juta wanita (34%) hidup dengan penyakit kardiovaskuler. Beberapa
jenis penyakit kardiovaskuler yang dialami wanita sama dengan pria, yakni
penyakit jantung koroner untuk kasus terbanyak, penyakit jantung katup, penyakit
jantung reumatik, penyakit pembuluh darah, kelainan irama jantung, penyakit
5
jantung kongenital dan penyakit yang mengenai miokardium. Gagal jantung
berjumlah 35% dari mortalitas kardiovaskular wanita. Secara keseluruhan, 2%
dari kehamilan melibatkan wanita dengan penyakit jantung.(3,4)
Di negara maju, penyakit jantung bawaan adalah penyebab utama dari
penyakit jantung maternal dalam kehamilan, berjumlah hingga 75%. Penelitian
telah menunjukkan bahwa tingkat komplikasi ibu dan bayi adalah tinggi pada
wanita hamil dengan penyakit jantung bawaan.(4)
2.4. Etiologi
Penyebab gagal jantung kongestif dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyakit
miokard sendiri dan gangguan mekanik pada miokard. Penyakit pada miokard
sendiri, antara lain : penyakit jantung koroner (penyakit jantung iskemik),
kardiomiopati, miokarditis, penyakit infiltratif. Gangguan mekanik pada miokard,
jadi miokard sendiri tidak ada kelainan, antara lain : kelebihan beban tekanan
(pressure overload) seperti hipertensi, stenosis aorta, kelebihan beban volume
(volume overload) seperti insufisiensi aorta atau mitral, penyakit jantung bawaan,
dan hambatan pengisian seperti tamponade.(4,5)
2.5. Patofisiologi
Pada awal gagal jantung, akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi
peningkatan aktivitas saraf simpatis dan system Renin Angiotensin Aldosteron
(RAA), serta pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat.(5,6)
6
Respon neurohumoral ini akan membawa keuntungan untuk sementara
waktu. Namun setelah beberapa saat, kelainan sistem neurohumoral ini akan
memacu perburukan gagal jantung, tidak hanya karena vasokonstriksi serta retensi
air dan garam yang terjadi, akan tetapi juga karena adanya efek toksik langsung
dari noradrenalin dan angiotensin terhadap miokard.(6)
7
Gambar 1. Patofisiologi Gagal Jantung
Akibat bendungan di berbagai organ dan low output, pada penderita gagal
jantung kongestif hampir selalu ditemukan :(3,6)
Gejala paru berupa : dyspnea, orthopnea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
Seain itu batuk-batuk non produktif yang timbul pada waktu berbaring.
Gejala dan tanda sistemik berupa lemah, cepat capek, oliguri, nokturi, mual,
muntah, desakan vena sentralis meningkat, takikardi, pulse pressure sempit,
asites, hepatomegali, dan edema perifer.
Gejala susunan saraf pusat berupa : insomnia, sakit kepala, mimpi buruk
sampai delirium.
Pada kasus akut, gejala yang khas ialah edema paru yang meliputi :
dyspnea, orthopnea, tachypnea, batuk-batuk dengan sputum berbusa, kadang-
kadang hemoptisis, ditambah gejala low output seperti : tachycardia, hipotensi,
8
dan oliguri, beserta gejala-gejala penyakit penyebab atau pencetus lainnya seperti
keluhan angina pektoris pada infark miokard akut. Apabila terjadi gangguan
fungsi ventrikel kiri yang berat, maka dapat ditemukan pulsus alternans. Pada
keadaan sangat berat akan terjadi syok kardiogenik.(6)
Ternyata kelas NYHA bersifat reversibel artinya pasien dapat naik kelas
dari kelas II ke III, namun dapat juga turun kelas dari III menjadi kelas II setelah
pengobatan. Akan tetapi kerusakan struktur jantung bersifat ireversibel artinya
sekali rusak maka tetap rusak.
2.7. Diagnosis
Jika seorang wanita hamil muncul dengan riwayat dispneu saat istirahat
atau dispneu yang memburuk, tanda-tanda gagal jantung, pada auskultasi
ditemukan bunyi jantung ketiga (diastolic gallop), dapat pula terdengar bising
apabila terjadi dilatasi ventrikel. Sedangkan pada paru hampir selalu terdengar
ronki basah. (7)
9
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk gagal jantung
kongestif. Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium tergantung dari penyakit
dasar dan komplikasi yang terjadi. Seperti adanya peninggian enzim creatine
kinase (CK) pada infark miokard, atau kultur darah positif pada endocarditis.
Walaupun demikian, hampir semua penderita ditemukan adanya peningkatan sel-
sel darah merah, dan penurunan PO2 dan asidosis pada analisis gas darah akibat
kekurangan oksigen.(6,7)
Gambaran EKG pada penderita gagal jantung kongestif tidak khas dan
tergantung penyakit dasar, namun hampir semua EKG ditemukan takikardi
(kecuali yang sudah diobati). Pada gagal jantung kongestif akut karena selalu
terjadi iskemik dan gangguan fungsi ventrikel, maka selain takikardi, dapat pula
ditemukan gambaran left-bundle-branch-block (LBBB), perubahan segmen ST
dan gelombang T.(5)
2.8. Penatalaksanaan
10
diberikan pada penderita gagal jantung kongestif, karena hampir semua penderita
mengeluh sesak napas. Oksigen konsentrasi tinggi mutlak diberikan pada
penderita yang PO2 kurang dari 70 % atau terdapat tanda-tanda edema paru yang
berat.(7,8)
Obat yang digunakan untuk mengurangi preload yang lain adalah nitrat
intravena yang sangat efektif dalam menanggulangi gagal jantung kongestif akut
yang disebabkan karena infark miokard dengan dosis nitrogliserin mulai dari 10-
20 mikrogram/menit sampai 200 mikrogram/menit pada pasien dengan tekanan
darah sistolik >110 mmHg dan dapat diberikan dengan pemantauan pada pasien
dengan tekanan darah sistolik 90-110 mmHg.(8)
11
Inhibitor Angiotensin-converting enzyme (ACE) (Captopril, enalapril,
lisinopril, dan lainnya) atau angiotensin II receptor blocker (ARB) efektif dalam
mengurangi afterload dan harus dianggap sebagai andalan pengobatan untuk
PPCM setelah melahirkan, karena apabila dalam kehamilan, penggunaan ACE
Inhibitor dan angiotensin-II receptor blocker mengganggu pembentukan ginjal
janin di trimester pertama, selain itu sistem renin-angiotensin janin akan
terganggu dan terjadi iskemia fetal yang dapat menurunkan tekanan darah,
mengganggu aliran darah plasenta, dan menyebabkan oligohidramnion yang
berkomplikasi pada kecacatan janin (cacat anggota gerak, gangguan pematangan
paru-paru, serta gangguan penulangan). Oleh karena itu seluruh ACE Inhibitor
digolongkan FDA (Food and Drug Administration) dalam pregnancy safety index
kategori D.(7,8)
12
Tirah Baring Berkepanjangan
2.9. Prognosis
Morbiditas dan mortalitas Ibu dan janin pada gagal jantung berhubungan
dengan status fungsional NYHA ibu. Bagi wanita dengan NYHA kelas I atau
gejala kelas II, kematian ibu adalah <1%, dan untuk kelas gejala III atau IV
kenaikan angka kematian ibu sampai 7%. Tingkat Kematian janin setinggi 30%
bagi wanita pada NYHA kelas IV. Insiden penyakit jantung bawaan pada anak
perempuan dengan penyakit jantung bawaan adalah sekitar 5%.(4,8)
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
4. Zimmerman H, et al. Bridge to Recovery With a Thoratec Biventricular Assist Device for
Postpartum Cardiomyopathy. ASAIO Journal 2010; 56:479–480 4. Rasjad Chairuddin.
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ketiga. Yarsif Watampore. Jakarta. 2012; 273
15