Kariadi Semarang
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Abortus provokatus sendiri terbagi menjadi dua yaitu abortus provokatus artifisial
terapeutik dan abortus provokatus kriminalis. Abortus provokatus artifisial terapeutik adalah
pengguguran kandungan menggunakan alat-alat medis dengan alasan kehamilan
membahayakan dan dapat membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu mempunyai
penyakit berat tertentu. Abortus terapeutik diizinkan menurut ketentuan profesional seorang
dokter atas indikasi untuk menyelamatkan sang ibu. Jika ditinjau dari aspek hukum dapat
digolongkan ke dalam Abortus buatan legal. Sedangkan abortus provokatus kriminalis adalah
pengguguran kandungan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang hukum karena jika
ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam abortus buatan ilegal. Termasuk
dalam abortus jenis ini adalah abortus yang terjadi atas permintaan pihak perempuan, suami,
atau pihak keluarga kepada seorang dokter untuk menggugurkan kandungannya. 1
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi dan
bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari sudut
pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
1
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
kematian ibu yang utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Diperkirakan diseluruh
dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman, 70 ribu perempuan meninggal
akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95%
(19 dari 20 kasus aborsi tidak aman) dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang. Di
Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43 kasus/100
kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi
di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000). Suatu hal yang dapat kita tengarai, kematian
akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-negara dimana aborsi dilarang keras
oleh undang-undang. 2
Permasalahan
Tujuan
BAB II
2
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Aspek medis
Kedokteran Forensik :
Keluarnya janin dari kandungan seorang wanita pada setiap saat sebelum masa
kehamilan lengkap tercapai.
Aspek hukum
3
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
o Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai
perdarahan.
o Kadar hormon hCG pada urin menentukan prognosis dari abortus imminens,
jika pemeriksaan (+) sebelum dan setelah diencerkan 1/10, prognosis
mengarah ke ad bonam dan bila (-) saat diencerkan 1/10, maka prognosis
mengarah ke ad malam.
o Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
o Tes hCG biasanya negatif namun dapat positif karena produksi hCG oleh
korion, dan bukan oleh fetus
4
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
o Pada pemeriksaan USG didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan
umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas walau
mungkin sudah mulai tidak normal, perhatikan apakah adanya perdarahan
retroplasenta dan ovum yang mati.
Abortus Kompletus : proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan
fetus) telah keluar melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong pada kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.Tanda dan Gejala3 :
o Serviks menutup.
Gejala Klinis :
o Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai stolsel (darah beku).
o Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati
serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis
servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari
seharusnya.
“Missed Abortion” : berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun
keseluruhan hasil konsepsi tertahan dalam uterus 2 bulan atau lebih. Fetus yang
meninggal ini dapat3 :
5
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
o Menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan
mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala Klinis
o Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi jika
kehamilannya berkisar antara 14 sampai 20 minggu.
6
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
Abortus Habitualis : abortus yang terjadi 3 kali berturut – turut atau lebih oleh sebab
apapun. Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk hamil kembali,
tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran secara berturut-turut. Bishop
melaporkan kejadian abortus habitualis terjadi 0,41% dari seluruh kehamilan. 3
Penyebab paling sering pada abortus ini dahulu ditetapkan karena reaksi immunologi
yaitu TLX ( lymphocyte trophoblast cross reactive), tetapi dekade belakangan ini
diketahui penyebab yang tersering dijumpai adalah inkompetensia serviks yaitu
keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan
menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana os serviks akan
membuka tanpa disertai tanda-tanda inpartu lainnya seperti perut tegang dan mules-
mules, akhirnya terjadi pengeluaran janin. Penyebab lain yang sering ditemukan
berupa kelainan anatomis, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum, kesalahan
plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron sesudah korpus
luteum atrofis. 3,4
Pemeriksaan :
o BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea.
o Psiko analisis
Abortus Infeksious : suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi
genital. Diagnosis3,4:
7
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
o Tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat
Celcius, kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan
lembek disertai nyeri tekan.
“Septic Abortion” : abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin
ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Diagnosis “septic abortion” ditegakan jika
didapatkan tanda – tanda sepsis, seperti nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan
kesadaran.3,4
Abortus Provokatus adalah abortus yang sengaja dibuat atau merupakan suatu upaya
yang disengaja, baik dilakukan oleh ibunya sendiri atau dibantu oleh orang lain, untuk
menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 20 minggu, dimana janin (hasil konsepsi)
yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar. 4,5
o Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya (yaitu seorang dokter kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai
dengan tanggung jawab profesi.
o Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
o Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
8
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa adanya indikasi medik (ilegal)
dan dilarang oleh hukum. Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan
alat-alat atau obat-obatan tertentu, atau dengan kekerasan mekanik lokal.4,5
Kekerasan dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari luar
dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan gerakan
fisik berlebihan, jatuh, pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung
pada perut atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dan sebagainya. 4,5,6
Kekerasan dari dalam yaitu dengan melakukan manipulasi vagina atau uterus.
Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air sabun atau air
panas pada porsio, aplikasi asam arsenik, kalium permanganat pekat, atau jodium
tinktur; pemasangan laminaria stift atau kateter ke dalam serviks; atau manipulasi
serviks dengan jari tangan. Manipulasi uterus, dengan melakukan pemecahan selaput
amnion atau dengan penyuntikan ke dalam uterus. 4,5,6
Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan alat apa saja
yang cukup panjang dan kecil melalui serviks. Penyuntikan atau penyemprotan cairan
biasanya dilakukan dengan menggunakan Higginson tipe syringe, sedangkan
cairannya adalah air sabun, desinfektan atau air biasa/air panas. Penyemprotan ini
dapat mengakibatkan emboli udara. 4,5,6
9
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu peluntur, nanas muda,
bubuk beras dicampur lada hitam, dan lain-lain. Ada juga yang agak beracun seperti
garam logam berat, laksans dan lain-lain; atau bahan yang beracun, seperti strichnin,
prostigmin, pilokarpin, dikumarol, kina dan lain-lain. Kombinasi kina atau menolisin
dengan ekstrak hipofisis (oksitosin) ternyata sangat efektif. Akhir-akhir ini dikenal
juga sitostatika (aminopterin) sebagai abortivum. 4,5,6
Trimester Pertama
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan
metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan
usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam
rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan
tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil
penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin
terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan
kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari
robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang
terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi
dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang
tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan
komplikasi paska-aborsi.7
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk
memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping
dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang
selama dilakukannya metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode
penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi.
Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita
dengan keluhan penyakit rahim (seperti pendarahan rahim, tidak terjadinya
10
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
Keterangan gambar:
Alat kuret dimasukkan ke dalam rahim untuk mulai mengerok janin, ari-ari, dan air ketuban dari
rahim.
PIL RU 486
11
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
operasi perlu dilakukan (5-10 persen dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius
dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44 hari kemudian,
pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian.
Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya
mengalami serangan jantung. Efek jangka panjang dari RU 486 belum diketahui
secara pasti, tetapi beberapa alasan yang dapat dipercaya mengatakan bahwa RU 486
tidak saja mempengaruhi kehamilan yang sedang berlangsung, tetapi juga dapat
mempengaruhi kehamilan selanjutnya, yaitu kemungkinan keguguran spontan dan
cacat pada bayi yang dikandung. 7,8
Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini disuntikkan
ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk menekan pertumbuhan pesat
sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan menetralisir asam folat yang berguna untuk
pemecahan sel. MTX ternyata juga menekan pertumbuhan pesat trophoblastoid -
selaput yang menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal plasenta.
Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai 'sistim penyanggah hidup' untuk janin
yang sedang berkembang, mengambil oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta
membuang karbondioksida dan produk-produk buangan lainnya, tetapi juga
memproduksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin), yang memberikan tanda
pada corpus luteum untuk terus memproduksi hormon progesteron yang berguna
untuk mencegah gagal rahim dan keguguran. 7,8,9
mau harus menjalani operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter
yang bekerja di klinik aborsi seringkali enggan untuk memberikan suntikan MTX
karena MTX sebenarnya adalah racun dan efek samping yang terjadi terkadang tak
dapat diprediksi. 7,8,9
Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa sakit,
diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi sumsum
tulang belakang, kekuragan darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam
bungkus MTX, pabrik pembuat menuliskan peringatan keras bahwa MTX memang
berguna untuk pengobatan kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis, "kematian
pernah dilaporkan pada orang yang menggunakan MTX", dan pabrik itu menyarankan
agar hanya para dokter yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang terapi
antimetabolik saja yang boleh menggunakan MTX. Meski para dokter aborsi yang
menggunakan MTX menepis efek-efek samping MTX dan mengatakan MTX dosis
rendah baik untuk digunakan dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi lainnya tidak
setuju, karena pada paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga tertera peringatan
bahaya racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah. 7,8,9
Trimester Kedua
Metode ini digunakan untuk membuang janin hingga usia 24 minggu. Metode
ini sejenis dengan D&C, hanya dalam D&E digunakan tang penjepit (forsep) dengan
ujung pisau tajam untuk merobek-robek janin. Hal ini dilakukan berulang-ulang
hingga seluruh tubuh janin dikeluarkan dari rahim. Karena pada usia kehamilan ini
tengkorak janin sudah mengeras, maka tengkorak ini perlu dihancurkan supaya dapat
dikeluarkan dari rahim. Jika tidak berhati-hati dalam pengeluarannya, potongan
tulang-tulang yang runcing mungkin dapat menusuk dinding rahim dan menimbulkan
luka rahim. Pendarahan mungkin juga terjadi. Dr. Warren Hern dari Boulder,
Colorado, Amerika Serikat, seorang dokter aborsi yang sering melakukan D&E
mengatakan, hal ini sering membuat masalah bagi karyawan klinik dan menimbulkan
kekuatiran akan efek D&E pada wanita yang menjalani aborsi. Dokter Hern juga
melihat trauma yang terjadi pada para dokter yang melakukan aborsi, ia mengatakan,
13
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
"tidak dapat disangkal lagi, penghancuran terjadi di depan mata kita sendiri.
Penghancuran janin lewat forsep itu seperti arus listrik." 7,8,9
Keterangan : Tang penjepit dan alat sedot tengah dimasukkan ke dalam rahim untuk menghancurkan
janin.
Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan saat
kandungan berusia 16 minggu, saat air ketuban sudah cukup melingkupi janin. Jarum
disuntikkan ke perut si wanita dan 50-250 ml (kira-kira secangkir) air ketuban
dikeluarkan, diganti dengan larutan konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai
bernafas, menelan garam dan teracuni. Larutan kimia ini juga membuat kulit janin
terbakar dan memburuk. Biasanya, setelah kira-kira satu jam, janin akan mati. Kira-
kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si wanita hamil itu akan
melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam karena terbakar. Kira-kira 97%
dari wanita yang memilih aborsi dengan cara ini melahirkan anaknya 72 jam setelah
suntikan diberikan. Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada
wanita pemakainya yang disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah yang
tak terkendali diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan pendarahan hebat dan efek
samping serius pada sistim syaraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma, atau
kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh darah.
14
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
Keterangan : Jarum suntik ditusuk hingga mencapai air ketuban. Jarum ini kemudian
menyedot dari sedikit air ketuban keluar, lalu diganti dengan larutan racun garam.
Urea
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai
adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus
dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai
hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam
menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti
teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-
pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua
adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim.
Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena endometriosis/peradangan
dinding rahim. 7,8,9
Prostaglandin
15
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin dikeluarkan
lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 20-32
minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan bantuan alat USG, forsep (tang
penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh
janin ditarik keluar dari jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih
dalam keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk
kepala bayi itu agar terjadi lubang yang cukup besar. Setela itu, kateter penyedot
dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu dikeluarkan
dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu ditarik keluar. 7,8,9
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia
yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di
perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang,
bayi dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir:
bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko
tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim.
Dalam 2 tahun pertama legalisasi aborsi di kota New York, tercatat 271,2 kematian
per 100.000 kasus aborsi dengan cara ini. 7,8,9
1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga
yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
b) Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan
flora normal. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada
abortus septik, virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium tuba,
parametrium dan peritonium.
c) Kerusakan organ-organ
Untuk dapat membuktikan apakah kematian seorang wanita itu merupakan akibat dari
tindakan abortus yang dilakukan atas dirinya, diperlukan petunjuk-petunjuk12 :
1. Adanya kehamilan
4. Adanya hubungan antara saat dilakukannya tindakan abortus dengan saat kematian
5. Adanya barang bukti yang dipergunakan untuk melakukan abortus sesuai dengan
metode yang dipergunakan
Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah
mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan menentukan cara pengguguran yang dilakukan.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh Sp.OG. 12
17
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
a) Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk ini diperiksa :
Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara mikroskopik
adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua
Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka, perdarahan jalan lahir
Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril. Jika digunakan
zat kimia secara lokal maka pada liang senggama atau cavum uteri dapat
ditemukan zat-zat tersebut.
Jika digunakan obat-obatan oral atau suntikan maka tentunya obat-obatan tersebut
akan dapat dilacak melalui pemeriksaan toksikologik.
18
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
Dengan otopsi yang teliti disertai pemeriksaan penunjang maka dapat diketahui
penyebab kematiannya:
Vagal refleks : Komplikasi ini terjadi karena adanya rangsangan pada permukaan
sebelah dalam dari canalis servikalis. Kematian khas terjadi di meja operasi.
Emboli udara : Komplikasi ini sering terjadi pada aborsi dengan alat semprot.
Dimana udara ikut masuk ke dalam pembukuh darah dan dapat menyebabkan
emboli udara pada arteri coronaria atau arteri otak. Kematian terjadi dalam waktu
10 menit. Jumlah udara yang mematikan tergantung dari banyak faktor. Udara
sebanyak 10 mililiter saja sudah dapat menyebabkan kematian, tetapi pernah ada
laporan bahwa penderita dapat sembuh sesudah mengalami emboli sebanyak 100
mililiter.
Sepsis : Dapat terjadi karena alat-alat yang digunakan tidak steril, uterus tidak
bersih, dan robeknya usus besar.
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
19
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a) Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b) Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
e) Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 77
-
Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa
persetujuan perempuan yang bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang tidak profesional, tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan yang
berlaku, diskriminatif, atau lebih mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi
medis.
-
Namun sayangnya didalam UU Kesehatan ini belum disinggung soal masalah
kehamilan akibat hubungan seks komersial yang menimpa pekerja seks komersial.
20
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
(3) Dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan antara
lain mengenai keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian & kewenangan bentuk persetujuan,
sarana kesehatan yang ditunjuk.
Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan abortus yaitu pasal 283,
299, 346,347,348, 349,535 KUHP.13
Barang siapa mempertunjukkan alat atau cara menggugurkan kandungan kepada anak
dibawah usia 17 tahun atau dibawah umur hukuman maksimum 9 bulan.
(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda
paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau
juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian, maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
(1) Barang siapa dngan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
21
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara
paling lima tujuh tahun.
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterapkan dalam Pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam
mana kejahatan dilakukan.
Dari Pasal 346, 347 dan 348 KHUP, jelas bahwa undang-undang tidak
mempersoalkan masalah umur kehamilan atau berat badan dari fetus yang keluar. Sedangkan
pasal 349 dan 299 KUHP memuat ancaman hukuman untuk orang-orang tertentu yang
mempunyai profesi atau pekerjaan tertentu bila mereka turut membantu atau melakukan
kejahatan seperti yang dimaksud ke tiga pasal tersebut.
22
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
Pemeriksaan oleh penyidik atau hakim di pengadilan bertujuan untuk mencari bukti-
bukti akan kebenaran bahwa pada kasus tersebut memang murni tidak ada unsur kriminalnya,
semata-mata untuk keselamatan jiwa ibu. Perlu diingat bahwa hanya Hakimlah yang berhak
memutuskan apakah seseorang itu (dokter) bersalah atau tidak bersalah. 13
UU HAM
pasal 53
ayat 1 : Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan hidup &
meningkatkan taraf kehidupannya.
Aspek Agama
Islam
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh
dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa
janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa
hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.15
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat
dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: “Dan
sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.”(QS 17:70)
2. Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
23
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki
dampak yang sangat besar. Firman Allah: “Barang siapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan
karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS
5:32)
3. Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang
cukup atau takut akan kekurangan uang.
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih
belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk
menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran
mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh
anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan
kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (QS 17:31)
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan dengan
tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal
dengan istilah “abortus provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan kriminal –
tindakan yang melawan Allah. Al-Quran menyatakan: “Adapun hukuman terhadap
orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat
bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong
tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman
yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat
mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)
5. Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Al-
Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur
tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin
24
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses
aborsi.
6. Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebetulan. Setiap
janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah.
Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi
janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah:
“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama
umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.”
(QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup
“selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin
sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa.
7. Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam
kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan.
Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas terhadap
para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW – seperti dikisahkan dalam
Kitab Al-Hudud – tidak memerintahkan seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk
menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita
dari Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.”. Dia (Nabi
yang suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau
menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik Ma’is. Demi
Allah, aku telah hamil.” Nabi berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah
sampai anak itu lahir.” Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya
(terbungkus) kain buruk dan berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini
menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap
janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.
Kristen
25
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
Dalam Alkitab dikatakan dengan jelas betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas
pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.
“Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki nyawa”
Yer 1:5 ~ “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal
engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku
telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”
Ayat – ayat lain yang berhubungan dengan abortus. Kej 16:11; Kej 25:21-26; Hos 12:2-3;
Rom 9:10-13; Kel 21-22; Yes 7:14; Yes 44:2,24; Yes 46:3; Yes 49:1-2; Yes 53:6; Ayb 3:11-16;
Ayb 10:8-12; Ef 1:4; Mat 25:34; Why 13:8; Why 17:8
Keluaran 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk
kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan,
tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah ia didenda sebanyak
yang dikenakan oleh suami perempuan itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut
putusan hakim. Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka
engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti
tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.
Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-
muridNya bertanya kepadaNya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau
orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga
orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia…”
Ayat lain yang berhubungan dengan aborsi karena alasan janin cacat : Kis 17:25-29;
Mzm 94:9; Rom 8:28; Im 19:14; Yes 45:9-12
Kel 1:15-17 ~ Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong
perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: “Apabila
kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu
anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan,
bolehlah ia hidup.” Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti
yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.
Ayat lain yang berhubungan dengan aborsi karena menyembunyikan aib : Yeh 16:20-
21; Yer 32:35; Mzm 106:37-42 ; II Raj 16:3; 17:17 ; 21:6 ; Ul 12:31; 18:10-13; Im 18:21, 24
dan 30
Kej 30:1-2 ~ Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah
ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: “Berikanlah kepadaku anak; kalau
tidak, aku akan mati.” Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata:”
Akukah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?”
Mzm 127:3-5 ~ Sesungguhnya, anak laki-laki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan
buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan,
demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh
tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara
dengan musuh-musuh di pintu gerbang.
Secara singkat di dalam Al Kitab dapat disimpulkan bahwa aborsi dalam bentuk dan alasan
apapun dilarang karena :
1. Apabila ada sperma dan ovum telah bertemu maka unsur kehidupan telah ada.
2. Abortus pada janin yang cacat tidak diperbolehkan karena Tuhan mempunyai rencana
lain pada hidup seorang manusia.
27
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
4. Bila terjadi kasus pemerkosaan, diharapkan keluarga serta orang-orang terdekat dapat
memberi semangat.
Katolik
Hampir sama dengan pernyataan agama Kristen, dalam agama katolik aborsi juga
dilarang.
Hindu
Aborsi dalam teologi Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut “Himsa karma”
yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan
menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai “menghilangkan nyawa”
mendasari falsafah “atma” atau roh yang sudah berada dan melekat
pada jabang bayi sekalipun masih berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh
manusia. Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa.
Kitab-kitab suci Hinduantara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan : “Ma no mahantam uta ma
no arbhakam” artinya : Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi. Atharvaveda X.1.29
: “Anagohatya vai bhima” artinya : Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa. Dan
Atharvave da X.1.29 : “Ma no gam asvam purusam vadhih” artinya : Jangan membunuh
manusia dan binatang.Dalam epos Bharatayuda Sri Krisna telah mengutuk Asvatama hidup
3000 tahun dalam penderitaan karena asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam
kandungan istri - istri keturaunan pandawa, serta mebuat istri – istri itu mandul selamanya.
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa agama hindu menolak praktik aborsi.
Budha
Dalam pandangan agama Buddha aborsi adalah suatu tindakan pengguguran kandungan
atau membunuh makhluk hidup yang sudah ada dalam rahim seorang ibu.
Syarat yang harus dipenuhi terjadinya makhluk hidup:
28
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
Dari penjelasan diatas agama Buddha menentang dan tidak menyetujui adanya tindakan
aborsi karena telah melanggar pancasila Buddhis, menyangkut sila pertama yaitu panatipata.
Suatu pembunuhan telah terjadi bila terdapat lima faktor sebagai berikut:
Apabila terdapat kelima faktor dalam suatu tindakan pembunuhan, maka telah terjadi
pelanggaran sila pertama. Oleh karena itu sila berhubungan erat dengan karma maka
pembunuhan ini akan berakibat buruk yang berat atau ringannya tergantung pada kekuatan
yang mendorongnya dan sasaran pembunuhan itu. Bukan hanya pelaku saja yang melakukan
tindak pembunuhan, ibu sang bayi juga melakukan hal yang sama. Bagaimanapun mereka
telah melakukan tindak kejahatan dan akan mendapatkan akibat di kemudian hari, baik dalam
kehidupan sekarang maupun yang akan datang.
Dalam Majjhima Nikaya 135 Buddha bersabda "Seorang pria dan wanita yang
membunuh makhluk hidup, kejam dan gemar memukul serta membunuh tanpa belas kasihan
kepada makhluk hidup, akibat perbuatan yang telah dilakukannya itu ia akan dilahirkan
kembali sebagai manusia di mana saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya tidaklah akan
panjang".
Hendaknya kasus aborsi yang sering terjadi menjadi pelajaran bagi semua pihak. Bagi
para remaja tidak menyalahartikan cinta sehingga tidak melakukan perbuatan salah yang
melanggar sila. Bagi pasangan yang sudah berumah tangga mengatur kelahiran dengan
program yang ada dan bagi pihak-pihak lain yang terkait tidak mencari penghidupan dengan
cara yang salah sehingga melanggar hukum, norma dan ajaran agama.
29
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
BAB III
KESIMPULAN
Banyak orang yang melakukan aborsi dengan alasan-alasan tertentu. Sebagian besar
orang yang melakukan abortus adalah karena alasan kesehatan, ekonomi, sosial. Melakukan
aborsi apapun alasannya mengandung suatu persoalan yang mengancam keselamatan dan
kesehatan ibu, yang lebih parah adalah resiko gangguan psikologis.
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan
dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Semua agama sangat tidak berkenan atas
pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi, karena ini adalah kejahatan yang
terbesar. Hidup manusia dari dalam kandungan itu layak untuk mendapatkan segala usaha
untuk memastikan kelahirannya. Kelahiran seorang bayi adalah anugerah yang teramat luar
biasa dari Allah. Aborsi menjadi fenomena dan problem sosial yang telah menjadi budaya di
masyarakat. Aborsi hukumnya haram dan merupakan tindakan kriminal atau jarimah,
kecuali dalam kondisi darurat/indikasi medis, Walaupun aborsi dilarang secara undang-
undang tapi banyak yang melakukannya secara sembunyi-sembunyi.
30
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Mun’im Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik (Edisi Pertama).
Jakarta. Binarupa Aksara
2. Chadha, PV. Abortus dalam Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologik. 1995.
Jakarta : Widya Medika. 91 – 9.
4. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 246.
5. Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC, 604-605.
6. Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC, 447-449.
8. Pradono, Julianty et al. Pengguguran yang Tidak Aman di Indonesia, SDKI 1997. Jurnal
Epidemiologi Indonesia. Volume 5 Edisi I-2001. hal. 14-19Adami Chazawi. 2002.
Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. Jakarta. Raja Grafindo Persada
10. Cunningham, Gary, F. dkk. 2006. Obstetri Williams Vol. 2. Jakarta: EGC, 951-964.
12. Apuranto, H dan Hoediyanto. 2006. Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal.
Surabaya: Bag. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
UNAIR
31
Universitas Trisakti. Coass forensik RSUP Dr.Kariadi Semarang
13. Hamzah, Andi, Dr.SH., 1984, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
14. Hanafiah, M. Yusuf., Prof.Dr.SPOG & Amri Amir, Dr.SpF., 1999, Etika Kedokteran
&Hukum Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
15. Abbas Syauman. 2004. Hukum Aborsi Dalam Islam. Jakarta. Cendekia Sentra Muslim
32