INFANTICIDE
Disusun untuk
Disusun oleh :
Rokhayati
30101407315
Pembimbing :
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Rokhayati (30101407315)
Pembimbing,
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
2.1 Definisi dan Batasan Pengertian Pembunuhan Anak Sendiri......................................3
2.2 Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri.............................................3
2.3 Perbedaan Infantisida dengan Pembunuhan Biasa......................................................5
2.3.1 Lahir Hidup Atau Lahir Mati....................................................................................6
2.3.2 Tanda Perawatan.....................................................................................................15
2.3.3 Viabilitas.................................................................................................................16
2.3.4 Cukup Bulan Dalam Kandungan............................................................................17
2.3.5 Penentuan Usia Janin Diluar Kandungan...............................................................20
2.4 Pemeriksaan terhadap Pelaku Pembunuhan Anak Sendiri........................................24
BAB III....................................................................................................................................27
LAPORAN KASUS................................................................................................................27
3.1 Identitas Korban........................................................................................................27
3.2. Kronologi Kejadian...................................................................................................29
BAB IV....................................................................................................................................37
PEMBAHASAN.....................................................................................................................37
BAB V......................................................................................................................................38
KESIMPULAN.......................................................................................................................38
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu dan
terjadi dimana saja. Infantisida sendiri merupakan pembunuhan bayi dibawah satu tahun
yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri, segera atau beberapa saat setelah bayi
tersebut dilahirkan, dimana kejahatan ini bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan
pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk
melakukan kejahatan tersebut adalah karena ibu kandungnya takut ketahuan bahwa dia
telah melahirkan anak, salah satunya karena anak tersebut adalah hasil hubungan gelap.
Selain itu, keunikan lainnya adalah saat dilakukannya tindakan menghilangkan nyawa
anaknya, yaitu saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian. Patokannya dapat dilihat
apakah sudah atau belum ada tanda-tanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat,
dari ibu, seperti rasa malu, takut, benci, serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu,
sehingga perbuatannya dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang,
Untuk dapat menuntut seorang ibu telah melakukan tindak pidana pembunuhan anak
sendiri, haruslah terbukti bahwa bayi tersebut hidup pada saat dilahirkan. Sebagai dokter
forensik, tanda-tanda kehidupan sudah tidak ditemukan lagi pada saat otopsi. Tanda yang
1
masih dapat ditemukan adalah tanda pernah bernapas di luar rahim. Hal tersebut menjadi
sulit bila saat otopsi dilakukan, jenazah bayi sudah berada dalam keadaan membusuk.
Kesulitan juga dijumpai pada saat menentukan sebab kematian bayi. Pada umumnya tidak
terdapat keterangan apapun mengenai jalannya persalinan dan keadaan bayi setelah
dilahirkan. Bila ditemukan tanda kematian akibat asfiksia, maka penyebabnya harus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Pembunuhan anak sendiri tersering terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan,
dengan prevalensi terbanyak pada tahun pertama. Pembunuhan anak sendiri yang
dilakukan dengan sengaja dengan cara maupun metode apapun disebut sebagai
infantisida. Sedangkan istilah filisida diartikan pembunuhan anak yang dilakukan oleh
orang tua kandung. Pengertian infantisida berdasarkan beberapa literatur dibagi atas : 1
Neonatisida
Dapat didefinisikan sebagai pembunuhan anak secara sengaja dalam 24 jam pertama
kehidupannya, yang umumnya dilakukan oleh sang ibu, dan dilakukan segera setelah
anak dilahirkan. Umumnya neonatisida merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh satu individu tanpa saksi yang melihat. Tujuan dari tindakan neonatisida ialah
untuk menyembunyikan fakta bahwa seseorang pernah melahirkan anak, atau untuk
membunuh anak yang tidak diinginkan.1
Infantisida dan Pembunuhan Anak
Didefinisikan sebagai pembunuhan anak secara sengaja yang dilakukan diatas 24 jam
pertama kehidupannya. Metode yang digunakan biasanya jauh berbeda dengan kasus
neonatisida, serta biasanya terdapat campur tangan pihak lain meliputi suami, teman
laki-laki, ataupun babysitter dalam pembunuhannya. 1
3
Alasan melakukan neonaticide antara lain adalah rasa takut akan kehilangan
pekerjaan, tidak ingin untuk mengurus anak, kemiskinan, dan psikosis. Wanita muda
yang masih lajang biasanya takut untuk mengungkapkan tentang kehamilannya
kepada keluarga oleh karena malu dan rasa takut akan hukuman dan penolakan yang
akan dia terima.2
Substansi infanticide diatur dalam English Infanticide Act 1938 (Section 1):
“Di mana seorang wanita baik secara sengaja atau karena kelalaian menyebabkan
kematian pada bayi berusia kurang dari 12 bulan. Namun jika pada saat itu juga
keseimbangan pikirannya terganggu oleh karena pengaruh setelah melahirkan atau
efek laktasi, dia bisa dihukum seolah melakukan pembunuhan secara tidak sengaja
pada bayi.” 3,4
Hal tersebut hanya berlaku bagi ibu – bukan ayah, atau orang lain.
Bayi tersebut harus berusia kurang dari 1 tahun, meskipun faktanya kebanyakan
infanticide terjadi pada beberapa jam bahkan menit setelah ibu melahirkan bayi.
Harus menjadi ‘bayi’ – yaitu, orang yang dapat hidup sendiri di luar tubuh ibu.
Kematian disebabkan karena kesengajaan atau kelalaian ibu.3,4
Ibu. Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan bagi orang lain
yang melakukan atau turut membunug anak tersebut dihukum karena pembunuhan
atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat.5
Waktu. Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi
hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”. Sehingga boleh
dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.
4
Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan bukan
membunuh anaknya.5
Psikis. Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui
orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh tersebut didapat dari
hubungan yang tidak sah.5
5
Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut adalah sebagai berikut,6
Pasal 305
“Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk ditemukan
atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya,
diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.” 6
Pasal 306
“(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan luka-
luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.” 6
Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi atau
anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu.
Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan tindakan membunuh, maka hal ini bukanlah
pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah bayi
yang dilahirkan merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup bulan, maupun
viable atau non-viable. 6
6
KUHP Pasal 338
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.6
KUHP Pasal 340
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.6
1. Altruism
Adalah pembunuhan anak yang dilakukan berdasarkan motif rasa tidak tahan melihat
atau membayangkan anaknya menderita. Jenis pembunuhan ini dilakukan dengan
tujuan menghilangkan penderitaan dari anaknya, biasanya pembunuhan dengan motif
ini akan disertai dengan bunuh diri dari pelaku. Misal anak yang dibunuh oleh ibunya
karena mempunyai penyakit yang tidak dapat sembuh atau anak yang dibunuh oleh
ibunya karena selalu disiksa oleh keadaan atau seseorang.7
2. Acute Psychosis
Adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan berdasarkan motif orang tua yang
mengalami gangguan kejiwaan.7
3. Unwanted children
7
Adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan karena orang tua tidak
mengharapkan anak tersebut. Pembunuhan anak berdasarkan motif ini biasanya sering
terjadi pada pernikahan yang tidak dinginkan atau pada kasus pemerkosaan.7
4. Accidental
Adalah pembunuhan anak sendiri secara tidak sengaja. Pembunuhan jenis ini sering
berkaitan dengan penyiksaan terhadap anak yang berujung ke kematian anak tersebut.
Biasa pembunuhan dengan motif ini akan tampak tanda-tanda battered child
syndrome, cedera yang dihasilkan dari penyiksaan secara fisik bisa berupa bengkak,
luka bakar, patah tulang dan lain-lain.7
5. Spousal Revange
Adalah pembunuhan terhadap anak sendiri dengan tujuan untuk balas dendam
terhadap pasangannya atau untuk memberi hukuman terhadap pasangannya.7
Dalam KUHP, belum terdapat pasal yang mengatur secara langsung
pembunuhan anak biasa (non infanticida). Oleh karena itu, pembunuhan anak biasa
dapat dimasukkan dalam bab kejahatan terhadap nyawa orang. Selain itu, pada
Undang-Undang juga terdapat pasal yang mengatur mengenai perlindungan anak.
Berikut merupakan isi-isi pasal tersebut.7
Pasal 338
“ Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.”
Pasal 339
“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana,
yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang
yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.”
Pasal 340
“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana
rnati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua
puluh tahun.”
Pasal 344
8
“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang
jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.”
Peran dokter pada kasus pembunuhan anak sendiri adalah memeriksa jenazah
bayi. Dokter akan diminta oleh penyidik secara resmi guna membantu penyidikan
Visum et Repertum (VeR) itu juga mengandung makna sebagai pengganti barang
bukti. Oleh karena itu, segala hal yang terdapat dalam barang bukti, dalam hal ini
yaitu tubuh anak, harus dicatat dan dilaporkan. Dengan demikian, selain ketiga
kejelasan di atas, masih ada dua hal lagi yang harus diutarakan dalam VeR, yaitu:
9
4. Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan?
dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu (separate
existence). Selain itu, viabilitas dan maturitas bayi juga perlu ditentukan untuk
menerangkan sebab lahir mati. Bila bayi tersebut lahir mati kemudian dibuang,
maka hal tersebut bukanlah kasus pembunuhan anak sendiri, melainkan kasus
Pada saat pemeriksaan jenazah bayi pada kasus curiga infanticide , dokter harus
memeriksa beberapa hal yaitu:8
Viabel adalah keadaan bayi atau janin yang dapat hidup di luar kandungan
lepas dari ibunya tanpa bantuan alat yang canggih. Bayi dikatakan viabel dengan
melihat tanda-tanda yang dapat diukur dan tanda-tanda yang tidak dapat diukur.
Tanda dapat diukur antara lain :8
10
- Inti penulangan sudah terbentuk minimal pada tulang kalkaneus atau kalus
(menandakan usia kehamilan kurang lebih 7 bulan)
- Pertumbuhan gigi sudah sampai tahap kalsifikasi.8
11
potongan paru tersebut sehingga udara hasil pembusukan akan keluar sedangkan
udara pernafasan akan tetap berada pada alveolus.8
Namun, hasil uji apung paru ini tetap meragukan, karena masih ada kemungkinan
bayi bernafas meskipun masih didalam uterus atau vagina (vaginitus uterus atau
vaginitus vaginalis) kemudian meninggal saat dilahirkan secara lengkap sehingga bayi
tetap dinyatakan lahir mati. hasil yang meragukan juga bida terjadi pada bayi yang telah
diberikan nafas buatan sehingga terjadi pernafasan parsial. Oleh karena itu, dibutuhkan
pemeriksaan lain, yaitu :8
Setelah diketahui bayi lahir hidup, maka selanjutnya perlu diamati berapa usia bayi
dan berapa lama bayi hidup diluar kandungan. Usia bayi dapat dihitung menggunakan
rumus de Hass yaitu untuk 5 bulan pertama panjang kepala sampai tumit (cm) adalah
kuadrat dari umur (bulan). Untuk mengetaui lama bayi hidup diluar kandungan dapat
dinilai juga dari :8
12
4. Sebab kematian
Penentuan sebab kematian dapat dilihat dari tanda-tanda jeratan, luka atau pun tanda
kekerasan lain pada tubuh bayi. Cara yang paling sering dilakukan adalah dengan
pembekapan dan penjeratan.8
Jika sudah tampak tanda perawatan maka pembunuhan yang dilakukan oleh ibu tidak dapat
dikatakan sebagai infanticide, tetapi pembunuhan biasa. Tanda perawatan tersebut antara lain:
Pemotongan tali pusat dengan alat : dapat dilihat pada ujung pemotongan tali pusat
terlihat rata, apabila tidak dapat dinilai karena sudah mengelisut penilaian dilakukan
dengan memasukan ujung tali pusat didalam air. Sehingga dapa terlihat apakak ujung
pemotongan tersebut rata atau terkoyak.
Verniks kaseosa pada leher, lipat ketiak dan lipat paha sudah dibersihkan
Adanya makanan atau susu dalam labung
Adanya pakaian yang dikenakan oleh bayi.8
Lahir hidup atau Live Birth adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang
lengkap, yang setelah pemisahan tersebut, bernafas atau menunjukkan tanda kehidupan lain
seperti denyut atau detak jantung, denyut nadi tali pusat, gerakan otot volunter (otot rangka),
tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan ari
dilahirkan.7,8
Lahir mati atau Still Birth adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau
dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun
sesudah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin
yang tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung,
denyut nadi tali pusat, atau gerakan otot rangka.7,8,9
Berikut adalah tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan :7,8,9
Pernafasan (paru mengembang dan terdapat udara dalam lambung atau usus).
Menangis.
Pergerakan otot.
Sirkulasi darah, dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin.
13
Isi usus.
Keadaan tali pusat.
1. Pernafasan7
Pernafasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan sirkulasi
plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru. Pernafasan
setelah bayi lahir mengakibatkan perubahan letak diafragma dan sifat paru-paru.
a. Letak diafragma
Pada bayi yang sudah bernafas, letak diafragma setinggi iga ke-5 atau ke-6. Sedangkan pada
yang belum bernafas setinggi iga ke-3 atau ke-4.
b. Gambaran makroskopik paru
Paru-paru bayi yang sudah bernafas berwarna merah muda tidak homogeny namun
berbercak-bercak. Konsistensinya adalah seperti spons dan berderik pada perabaan.
Sedangkan, pada paru-paru bayi yang belum bernafas berwarna merah ungu tua seperti warna
merah hati bayi dan homogeny, dengan konsistensi kenyal seperti hati atau limpa.7,8,9
c. Uji apung paru2,10
Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh, paru-paru tidak disentuh untuk
menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan histopatologi jaringan paru
akibat manipulasi berlebihan. Lidah keluarkan seperti biasa dibawah rahang bawah, ujung
lidah dijepit dengan pinset atau klem, kemudian ditarik kearah ventrokaudal sehingga
tampak palatum mole. Dengan scalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang
perbatasannya dengan palatum durum. Faring, laring, esophagus bersama dengan trakea
dilepaskan dari tulang belakang. Esophagus bersama dengan trakea diikat dibawah
kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi
berikutnya cairan ketuban, meconium, atau benda asing lain tidak mengalir keluar melalui
trakea, bukan untuk mencegah masuknya udara kedalam paru.
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah
dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esophagus diikat diatas
diafragma dan dipotong diatas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak
masuk kedalam lambung dan uji apung lambung-usus tidak memberikan hasil
meragukan. Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan
kedalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan
kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali kedalam air, dilihat apakah mengapung atau
14
tenggelam. Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan kedalam air, dan dilihat
apakah mengapung atau tenggelam. Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus
dimasukkan ke dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam. Hingga tahap
ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya
pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan diantara dua karton dan
ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk mengeluarkan gas
pembusukan yang terdapat pada jaringan interstitial paru, lalu masukkan kembali ke
dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam.
Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan keluar. Namun,
terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk
lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru
negatif.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat
kemungkinan adanya pernafasan sebagian yang dapat bersifat buatan atau alamiah yaitu
bayi yang sudah bernafas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam vagina.
Hasil negatif belum tentu pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan
hidup tapi kemudian berhenti nafas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara
dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik paru harus
dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup. Bila sudah jelas terjadi
pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan
untuk dilakukan.10
d. Mikroskopik paru-paru10
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan
larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan
cairan fiksatif melekat dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam,
kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan pewarnaan HE dan bila
paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernafas, tetapi
merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas
untuk paru janin belum bernafas adalah adanya tonjolan yang berbentuk seperti bantal
yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga akan tampak
seperti ganda. Pada permukaan ujung bebas tonjolan tampak kapiler yang berisi banyak
darah. Pada paru bayi belum bernafas yang sudah membusuk dengan pewarnaan gomori
15
atau ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-
kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada tonjolan berjalan dibawah kapiler
sejajar dengan permukaan tonjolan dan membentuk gelung-gelung terbuka.
Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion
yang luas karena asfiksia intrauterine, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio
plasenta sehingga terjadi pernafasan janin prematur. Tampak sel-sel verniks akibat
deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik
berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari atas samping terlihat seperti bawang. Juga tampak
sel-sel amnion bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik
dengan batas yang juga tidak jelas.
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat
dalam bronkioli dan alveoli. Kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus
yang merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding
alveoli.10
Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya
kehidupan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan atau
tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterine, kelainan kongenital yang fatal
seperti anensefalus.10
16
Gambar 2.3 Mikroskopis Paru Bayi Lahir Hidup ( Live Born)
Tabel 1. Penentuan lahir hidup atau mati
Tanda-tanda Lahir hidup Lahir mati
Tanda-tanda maserasi - Baru terlihat
setelah 8-10 hari kematian
inutero.
- Bila kematian
baru terjadi 3 atau 4 hari:
Perubahan berupa vesikel
atau bula yang berisi cairan
kemerahan, epidermis
bewarna putih dan
berkeriput, bau tengik, dan
tubuh mengalami
perlunakan.
- Organ-organ
tampak basah tetapi tidak
berbau busuk
Pengembangan dada - Dada sudah - Iga masih
mengembang mendatar dan diafragma
- Diafragma masih setinggi iga 3-4.
sudah turun sampai sela iga
4-5
Pemeriksaan makroskopik - Paru sudah - Paru-paru
paru mengisi rongga dada dan masih tersembunyi
menutupi sebahagian dibelakang kandung jantung
17
kandung jantung. atau telah mengisi rongga
- Paru berwarna dada.
merah muda tidak merata - Paru-paru
dengan pleura tegang. bewarna kelabu ungu merata
- Menunjukkan seperti hati, konsistensi
gambaran mosaic kerana padat,tidak teraba derik
alveoli telah berisi udara. udara dan pleura yang
- Gambaran longgar
marmer akibat pembuluh
daran interstitial berisi darah
- Konsistensi
seperti spons dan teraba derik
udara.
- Pengirisan
paru dalam air : terlihat jelas
keluarnya gelembung udara
dan darah.
- Berat paru
bertambah 2 kali kerana
berfungsinya sirkulasi darah
jantung paru.
Uji apung paru - Hasil positip - -Hasil
negatip
Pemeriksaan mikroskopik - Alveoli paru - Tanda khas
paru mengembang sempurna untuk paru bayi yang belum
dengan atau tanpa emfisema bernafas adalah adanya
obstruktif tonjolan yang berbentuk
- Tidak terlihat seperti bantal yang akan
projection. bertambah tinggi dan dasar
- Perwarnaan menipis sehingga tampak
Gomori atau Ladewig: seperti dada (club –like)
serabut retikulin tampak - Pada paru
tegang. bayi yang belum bernafas
dan sudah membusuk
18
dengan pewarnaan Gomori
atau Ladewig: Tapak serabut
retikulin pada permukaan
dinding alveoli berkelok-
kelok seperti rambut yang
kerinting
2. Menangis
Bernafas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa bernafas.
Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena suara tangisan
dapat terjadi dalam uterus atau vagina. Yang merangsang bayi menangis dalam uterus adalah
masuknya udara ke dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah menurun dan atau kadar CO2
dalam darah meningkat.10
3. Pergerakan otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat dibuktikan.
Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati, maupun yang lahir
mati.10
4. Peredaran darah, denyut jantung, dan perubahan pada hemoglobin
Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada saksi mata) dan
bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan dalam duktus arteriosus,
foramen ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena umbilikalis yang langsung masuk
vena cava inferior). Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat / detak jantung pada
bayi yang sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup. Foramen
ovale tertutup bila telah terjadi pernafasan dan sirkulasi (satu hari sampai beberapa minggu).
Duktus arteriosus perlahan-lahan menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam). Duktus
venosus menutup dalam 2-3 hari sampai beberapa minggu.10
5. Isi usus dan lambung
Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat reflek
menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup). Udara dalam lambung dan usus
dapat terjadi akibat pernafasan wajar, pernafasan buatan atau tertelan. Keadaan-keadaan
tersebut tidak dapat dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu esophagus diikat, dikeluarkan
bersama lambung yang diikat pada jejunum pada lekuk pertama, kemudian dimasukkan
kedalam air. Makin jauh udara usus masuk kedalam usus, makin kuat dugaan adanya
19
pernafasan 24-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar semua seluruhnya dari usus
besar.10
6. Keadaan tali pusat
Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut tali pusat
setelah kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata. Kedua, pengeringan tali
pusat, letak dan sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu diputus (secara tajam atau tumpul).10
7. Keadaan kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi lahir,
sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup
yaitu maserasi yang dapat terjadi bila bayi sudah mati didalam uterus beberapa hari (8-10
hari). Hal ini harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi tidak terbentuk
gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu dilahirkan, sebelum
dilahirkan, atau setelah terpisah sama sekali dari ibu.10
Kematian pada bayi dapat terjadi saat bayi dilahirkan, sebelum dilahirkan, atau setelah
terpisah sama sekali dari si ibu. Bukti kematian dalam kandungan adalah:10
Antepartum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu melahirkan.
Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri :
Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).
Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.
Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.
Tidak ada gas, baunya khas.
Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan.
VIABILITAS 8,9
Bayi yang viable adalah bayi yang sudah mampu untuk hidup diluar kandungan ibunya atau
sudah mampu untuk hidup terpisah dari ibunya. Viabilitas mempunyai beberapa syarat, yaitu
1. Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan.
2. Panjang badan ≥ 35 cm.
3. Berat badan ≥ 2500 gram.
4. Tidak ada cacat bawaan yang berat.
5. Lingkaran fronto-oksipital ≥ 32 cm.
20
Selain itu juga dilihat adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup bayi, seperti kelainan jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus atau
mikrosefalus), dan aluran pencernaan (stenosis esophagus, gastroskizis).9
PENYEBAB KEMATIAN
Bila terbukti bayi lahir hidup (sudah bernafas), maka harus ditentukan penyebab
kematiannya. Bila terbukti bayi lahir mati (belum bernafas) maka ditentukan sebab lahir mati
atau sebab mati antenatal atau sebab mati janin (fetal death).8,9
Ada berbagai penyebab kematian pada bayi, yaitu:
a. Kematian wajar
1. Kematian secara alami
Imaturitas
Terjadi jika bayi yang lahir belum cukup matang dan mampu hidup di luar
kandungan sehingga mati setelah beberapa saat sesudah lahir.
Penyakit kongenital
Seringkali terjadi jika ibu mengalami sakit ketika sedang mengandung seperti
sifilis, tifus, campak sehingga anak memiliki cacat bawaan yang menyebabkan
kelainan pada organ internal seperti paru-paru, jantung dan otak.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi dari umbilikus, perut, anus dan organ genital.
3. Malformasi
Kadangkala bayi tumbuh dengan kondisi organ tubuh yang tidak lengkap seperti
anensefali. Jika kelainan tersebut fatal, maka bayi tidak akan bisa bertahan hidup.
4. Penyakit plasenta
Penyakit plasenta atau pelepasannya secara tidak sengaja dari dinding uterus akan
dapat menyebabkan kematian dari bayi dan ibu, dan dapat diketahui jika sang ibu
meninggal dan dilakukan pemeriksaan dalam.
5. Spasme laring
Hal ini dapat terjadi karena aspirasi mekonium ke dalam laring atau akibat
pembesaran kelenjar timus.
6. Eritroblastosis fetalis
Ini dapat terjadi karena ibu yang memiliki rhesus negatif mengandung anak dengan
rhesus positif, sehingga darah ibu akan membentuk antibodi yang menyerang sel
21
darah merah anak dan menyebabkan lisisnya sel darah merah anak, sehingga
menyebabkan kematian anak baik sebelum maupun setelah kelahiran.8,9
b. Kematian akibat kecelakaan
1. Akibat persalinan yang lama
Ini dapat menyebabkan kematian pada bayi akibat ekstravasasi dari darah ke selaput
otak atau hingga mencapai jaringan otak akibat kompresi kepala dengan pelvis,
walaupun tanpa disertai dengan fraktur tulang kepala.
2. Jeratan tali pusat
Tali pusat seringkali melingkar di leher bayi selama proses kelahiran. Hal ini dapat
menyebabkan bayi menjadi tercekik dan mati karena sufokasi.
3. Trauma
Hantaman yang keras pada perut wanita hamil dengan menggunakan senjata tumpul,
terjatuhnya ibu dari ketinggian juga merupakan penyebab kematian bayi intrauterin.
Untuk kasus seperti ini harus diperiksa tanda-tanda trauma pada ibu.
4. Kematian dari ibu
Ketika ibu mati saat proses melahirkan ataupun sebelum melahirkan, maka anak tidak
akan bertahan lama di dalam kandungan sehingga harus dilahirkan sesegera mungkin.
Jika kematian disebabkan oleh penyakit kronis, seperti perdarahan kronis, maka kese
mpatan untuk menyelamatkan nyawa anak sangatlah kecil. Sedangkan jika kematian
disebabkan karena kejadian akut seperti kecelakaan, dimana ibu sebelumnya sehat,
maka kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa bayi lebih besar.8,9
c. Kematian karena tindakan pembunuhan
1. Pembekapan (sufokasi)
Penekanan yang ringan pada mulut dan hidung bayi yang baru saja dilahirkan dengan
menggunakan bantal atau telapak tangan sebenarnya sudah cukup untuk
mematikannya tanpa meninggalkan jejas. Namun umunya si ibu menjadi panik pada
saat mendengar tangisan bayi sehingga ia cepat-cepat membekap hidung dan mulut
bayi.
Tindakan yang tergesa-gesa dengan tenaga yang berlebihan itu dapat
meninggalkan jejas pada muka bayi. Pada pembekapan dengan tangan dapat
ditemukan luka-luka memar dan lecet yang masing-masing disebabkan oleh tekanan
bagian lunak ujung jari dan oleh tekanan kuku. Pembekapan dengan menggunakan
selimut atau bantal mungkin tidak menimbulkan luka namun serabut-serabut benang
atau kapuk dapat tertinggal pada muka bayi.
22
Gambar 2.5 Korban pembekapan
2. Penjeratan (strangulasi)
Penjeratan juga merupakan cara pembunuhan anak yang cukup sering ditemui. Sering
ditemukan tanda-tanda kekerasan yang sangat berlebihan dari yang dibutuhkan untuk
membuat bayi mati. Tanda-tanda bekas jeratan akan ditemukan di daerah leher
disertai dengan memar dan resapan darah. Kadang juga ditemukan penjeratan dengan
menggunakan tali pusat sehingga terlihat bahwa bayi mati secara alami.
3. Penenggelaman (drowning)
Ini dilakukan dengan membuang bayi ke dalam penampungan berisi air, sungai dan
bahkan toilet.
4. Pencekikan
Pada pemeriksaan mayat baru lahir, daerah leher dan tengkuk harus diperiksa dengan
teliti karena pencekikan merupakan cara yang sering dilakukan dalam pembunuhan
anak sendiri. Pada pencekikan dengan kedua tangan dan dari depan dapat ditemukan
luka-luka lecet di daerah tengkuk dan luka memar di daerah leher. Luka lecet bekas
tekanan kuku dapat berbentuk garis lengkung atau garis lurus. Untuk meredam
tangisan bayi, si ibu mungkin akan membekap mulut bayinya sehingga luka-luka
memar dan lecet dapat ditemukan disekitar mulut.
23
Gambar 4. Korban pencekikan manual (tampak bekas kuku pelaku pada leher korban)9
Terdapat pusat penulangan episisis didistal femur dan proksimal tibia ( merah ukuran
5x5 mm). Cara pemeriksaannya dengan uji radiologik atau dengan memeriksa
langsung pada tulang tersebut. Bila pada proksimal tibia, maka kulit daerah lutut
diinsisi melintang , patella dilepaskan, dan ujung distal femur diiris melintang sejajar
tipis-tipis. Pusat penulangan tampak sebagai merah tua pada dasarnya putih ( rawan ).
24
Bedakan dengan warna merah yang ditemukan pada diafisa tulang. Pusat penulangan
epifisis ini juga sudah ditemukan disternum, kuboid, tibia dan lain-lain.
Lanugo tinggal sedikit, kuku-kuku sudah melewati ujung jari dan telah cukup kaku,
kemudian juga daun telinga tidak cukup kaku, daktilografi telah jelas, kedua testis
telah turun bila tidak ada kelainan atau labia mayor telah menutupi labia minor.
Disebut belum cukup bulan jika belum memenuhi ciri-ciri diatas. Bila belum cukup bulan,
selanjutnya ditentukan berapakah usia kehamilannya dengan menggunakan rumus Haase:5,8
Usia kehamilan 1-5 bulan : panjang tubuh = bulan kuadrat cm
Usia kehamilan > 5 bulan : panjang tubuh = bulan x 5 cm
Bulan pada rumus ini = 4 minggu, dan usia kehamilan yang didapat harus ditulis dalam
satuan minggu. Bayi yang cukup bulan (matur, term) adalah bayi yang lahir setelah
dikandung selama 37 minggu atau lebih tetapi kurang dari 42 minggu penuh. Pengukuran
bayi cukup bulan dapat dinilai dari:5,8
Ciri-ciri eksternal
- Daun telinga
Pada bayi yang lahir cukup bulan, daun telinga menunjukkan pembentukan tulang
rawan yang sudah sempurna, pada helix teraba tulang rawan yang keras pada bagian
dorsokranialnya dan bila dilipat cepat kembali ke keadaan semula.
- Susu
Pada bayi yang matur putting susu sudah berbatas tegas, areola menonjol diatas
permukaan kulit dan diameter tonjolan susu itu 7 milimeter atau lebih.
- Kuku jari tangan
Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya tegas dan
relatif keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak tangan pelaku autopsi. Kuku
jari kaki masih relatif pendek. Pada bayi yang prematur kuku jari tangan belum
melampaui ujung jari dan relatif lebih lunak sehingga ujungnya mudah dilipat.
- Garis telapak kaki
Pada bayi yang matur terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki, dari depan
hingga tumit. Yang dinilai adalah garis yang relatif lebar dan dalam. Dalam hal kulit
telapak kaki itu basah maka dapat juga tampak garis-garis yang halus dan superfisial.
- Alat kelamin luar
25
Pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan sempurna yakni pada dasar
skrotum dan rugae pada kulit skrotum sudah lengkap. Pada bayi perempuan yang
matur, labia minor sudah tertutup dengan baik oleh labia mayor.
- Rambut kepala
Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama lain dan tampak
mengkilat. Batas rambut pada dahi jelas. Pada bayi yang prematur rambut kepala
halus seperti bulu wol atau kapas, masing-masing helai sulit dibedakan satu sama lain
dan batas rambut pada dahi tidak jelas.
- Skin opacity
Pada bayi matur, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal sehingga pembuluh darah
yang agak besar pada dinding perut tidak tampak atau tampak samar-samar. Pada bayi
prematur pembuluh-pembuluh tersebut tampak jelas.
- Processus xiphoideus
Pada bayi yang matur processus xiphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan pada
yang prematur membengkok ke ventral atau satu bidang dengan korpus manubrium
sterni.
- Alis mata
Pada bayi yang matur, alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah
terdapat, sedangkan pada yang prematur bagian itu belum terdapat.
- Pusat penulangan
Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (femur) mempunyai arti yang
cukup penting. Bagian distal femur dan proksimal tibia akan menunjukkan pusat
penulangan pada umur kehamilan 36 minggu. Demikian juga pada cuboideum dan
cuneiform. Sedangkan, talus dan calcaneus pusat penulangan akan tampak pada umur
kehamilan 28 minggu.5,8
26
Umur (bulan) = panjang kepala - tumit (cm) x 0,2
Umur (bulan) = panjang kepala - bokong (cm) x 0,3
- Rumus Finnstrom
Menggunakan panjang lingkar kepala oksipito-frontal.
Umur gestasi = 11,03 + 7,75 (panjang lingkar kepala)
Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan
(ossification centers) sebagai berikut:
Pusat penulangan pada: Umur (bulan)
Klavikula 1,5
Tulang panjang (diafisis) 2
Iskium 3
Pubis 4
Kalkaneus 5-6
Manubrium sterni 6
Talus Akhir 7
Sternum bawah Akhir 8
Distal femur Akhir 9/ setelah lahir
Proksimal tibia Akhir 9/ setelah lahir
Kuboid Akhir 9/ setelah lahir
Bayi perempuan lebih
cepat
27
b. Bila mekonium telah keluar seluruhnya berarti telah 24 jam atau lebih
c. Perubahan tali pusat. Bila kemerahan dipangkalnya berarti telah 36 jam. Bila kering
berarti 2-3 hari. Bila puput artinya telah 6-8 hari, atau kadang sampai 20 hari. Bila
sembuh berarti telah 15 hari. Bila arteri atau vena umbilikalis tertutup berarti 2 hari
d. Duktus arteriosus menutup berarti 3-4 minggu
e. Duktus venosus menutup berarti lebih dari 4 minggu
f. Sel darah merah berinti hilang berarti 24 jam (masih ada jika diambil disinusoid
hati).5
Penentuan umur bayi ekstra uterin didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi setelah bayi dilahirkan, misalnya:5,8
a. Udara dalam saluran cerna. Bila hanya terdapat dalam lambung atau duodenum
berarti hidup berarti saat, dalam usus halus berarti telah hidup 1-2 jam, bila dalam
usus besar, telah hidup 5-6 jam dan bila telah terdapat dalam rectum berarti telah
hidup 12 jam.
b. Mekonium dalam kolon. Meconium akan keluar kira-kira dalam waktu 24 jam setelah
lahir.
c. Perubahan tali pusat setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan tali pusat
baik di lahirkan hidup maupun mati. Pada tempat lekat akan terbentuk lingkaran
merah setelah bayi hidup kira-kira 36 jam. Kemudian tali pusat akan mnegering
menjadi seperti benang dalam waktu 6 hingga 8 hari dan akan terjadi peneymbuhan
luka yang sempurna bila tidak terjadi infeksi dalam waktu 15 hari. Pada pemeriksaan
mikroskopik daerah yang akan melepas akan tampak reaksi inflamasi yang mulai
timbul setelah 24 jam berupa sebukan sel-sel leukosit berisi banyak, kemudian akan
terlihat sel-sel limfosit dan jaringan granulasi.
d. Eritrosit berini akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun kadangkala
masih dapat ditemukan dalam sinusoid hati.
e. Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang berwarna jingga
berbentuk kipas (fan-shaped) lebih banyak dalam pyramid daripada medulla ginjal.
Hal ini akan menghilang setelah hari ke 4 saat metabolisme telah terjadi.
f. Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi obliterasi arteri dan vena
umbilikus dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup setlah 3-4 minggu dan
foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi kadang-kadang tidak
28
menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi. Duktus arteriousus akan tertutup
setelah 3 minggu-1 bulan.
Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta pada darah yang berasal dari rahim.
29
Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang diperiksa
adalah suatu hal yang paling sukar. Beberapa cara yang paling sering digunakan yaitu:5,8
a. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak.
Ibu diperiksa apakah memang baru melahirkan (tinggi uteri, striae gravidarum,
dinding perut kendor, payudara besar dan kencang, robekan perineum, lochia,
kolostrum). Sedangkan saat lahir si anak dilihat dari usia pasca lahir ditambah lama
kematian.
b. Memeriksa golongan darah ibu dan anak.
Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah, akan tetapi sekarang
pemeriksaan golongan darah ini merupakan prosedur standard yang digunakan.
Eksklusi hanya dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat bersama-sama pada
satu individu sedangkan individu lain tidak mempunyai sama sekali. Contohnya
adalah bila ibu golongan darah AB sedangkan anak O atau sebaliknya. Penggunaan
banyak jenis golongan darah akan lebih memungkinkan mencapai tujuan.5,8
Pemeriksaan DNA
Cara ini merupakan cara yang meskipun canggih namun harus
diinterpretasikan dengan hati-hati. Hanya separuh DNA inti sel anak yang berasal dari
ibu, sedangkan yang lainnya berasal dari ayah, sehingga apabila identitas ayah tak
ditemukan makan interpretasi hasil menjadi sangat sulit. Penggunaan DNA
mitokondria yang memiliki cara yang persis sama anatara ibu dan anak juga kurang
memiliki kemampuan determinasi.5,8
30
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pengertian infantisida
Infantisida merupakan pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri,
segera atau beberapa saat setelah dilahirkan karena takut ketahuan bahwa ia
melahirkan bayi.
2. Landasan hukum infantisida
Dasar hukum yang menyangkut pembunuhan anak sendiri, yaitu:
- Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan pembunuhan anak;
yaitu : pasal 341, 342 dan 343.
- Kinderdoodslag dilakukan tanpa rencana, sedangkan kindermoord dilakukan
dengan rencana, sehingga hukuman kindermoord lebih berat dari
kinderdoodslag. Kesimpulannya, tindak pidana merampas nyawa bayi harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
Pelaku harus ibu kandung
Korban harus bayi anak kandung sendiri
31
Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian
Motif pembunuhan karena takut ketahuan telah melahirkan anak
3. Pemeriksaan kedokteran forensik infantisida (Bayi Post Mortem)
Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga
kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai
berikut:
Bayi viabel atau tidak
Bayi lahir hidup atau mati
Sebab kematian bayi
Lama hidup diluar kandungan
32
BAB III
LAPORAN KASUS
33
3.2 Kronologi
Pada tanggal 26 Oktober 2020 pukul 15.30 ada seorang warga yang beralamat
Jl. Cempaka Indah No. 13, Genuk, Kota Semarang, Kota Semarang. Pada saat ingin
membuang sampah tanpa sengaja melihat sebuah bungkusan kardus yang berada di
tempat sampah, awalnya mengira itu adalah sebuah bungkusan biasa akan tetapi dia
merasa ada yang aneh dengan bungkusan tersebut. Lalu kemudian dia mencoba
mendekatinya dan akhirnya terkejut ternyata di dalam nya ada seorang mayat bayi.
Warga tersebut kemudian melapor ke RT setempat pada akhirnya ketua RT tersebut
melapor ke kantor Polsek Genuk.
PROJUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Nomor : R/1/VER/IX/2020/BIDDOKKES
Atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Sektor Genuk melalui suratnya tanggal 27
Oktober 2020, Nomor Polisi: R/1/IX/2020/RESKRIM yang ditandatangani oleh Agus Prasetyo,
S.H pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi, NRP.72060856, dan diterima tanggal 27 Oktober
34
2020 jam 16.00 WIB, maka dengan ini saya dr. Rokhayati, Sp.FM, sebagai dokter yang bekerja
di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Polda Jawa Tengah menerangkan bahwa pada tanggal
27 Oktober 2020 jam 16.30 WIB, di kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara telah memeriksa
jenazah, yang berdasarkan surat tersebut di atas nama tidak diketahui, usia tidak diketahui, jenis
kelamin laki-laki, alamat tidak diketahui, ditemukan didalam kardus di bak sampah rumah warga
yang beralamat di Jl. Cempaka Indah no. 13, Genuk, Kota Semarang, Jawa Tengah dan diduga
meninggal dunia akibat pembunuhan.-----------------------------------------------------------------------
Dari pemeriksaan luar dan dalam atas tubuh jenazah tersebut di atas ditemukan fakta- fakta
sebagai berikut :
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
35
c. Perhiasan : tidak ada --------------------------------------------------------------------------------
d. Tanda lahir : terdapat sebuah tanda lahir pada lutut kanan, bentuk menyerupai huruf S
dengan ukuran panjang dua sentimeter dan lebar satu sentimeter berbatas tegas dan
berwarna kecokelatan ------------------------------------------------------------------------------
e. Tahi lalat: tidak ada --------------------------------------------------------------------------------
f. Benda di samping jenazah : tidak ada ------------------------------------------------------------
g. Pembungkus jenazah : terdapat sebuah kardus berwarna putih dengan tulisan “pop mie
rasa ayam bawang” dengan ukuran panjang enam puluh sentimeter, lebar tiga puluh
sentimeter
---------------------------------------------------------------------------------------------
h. Alas Jenazah: sebuah kain batik motif parang warna cokelat, bahan katun,tanpa merek,
ukuran panjang seratus limapuluh sentimeter, lebar seratus sentimeter ---------------------
B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA KEMATIAN : -------
a. Kepala: -----------------------------------------------------------------------------------------------
Daerah berambut : rambut warna hitam, dan mudah dipilah -----------------------------
Wajah : sembab, tidak ada tanda kekerasan -------------------------------------------------
b. Leher : terdapat lapisan lemak warna putih pada lipatan leher --------------------------------
a. Terdapat tiga buah luka memar pada leher, bentuk tidak teratur, warna merah gelap,
batas tidak tegas. Luka memar pertama pada leher kanan, satu koma lima sentimeter
disebelah kanan garis tengah tubuh, empat sentimeter dibawah garis yang melewati
kedua liang telinga, panjang luka dua sentimeter lebar satu sentimeter. Luka memar
36
kedua pada leher kiri, dua koma lima sentimeter di sebelah kiri garis tengah tubuh,
empat sentimeter di bawah garis yang melewati kedua liang telinga, panjang luka
dua koma lima sentimeter lebar satu sentimeter. Luka memar ketiga nol koma tiga
sentimeter dibawah luka memar kedua, panjang luka dua koma delapan sentimeter
lebar satu sentimeter ----------------------------------------------------------------------------
c. Bahu : tidak ada tanda kekerasan -----------------------------------------------------------------
d. Dada: cembung, sela iga melebar rata - rata satu koma tiga sentimeter, puting susu
sudah terbentuk dengan diameter nol koma tujuh sentimeter dan dapat dibedakan
dengan warna kulit sekitar
-------------------------------------------------------------------------------------------
e. Punggung : terdapat lemak putih, sedikit bulu halus, tidak ada tanda kekerasan.-----------
f. Pinggang : tidak ada tanda kekerasan.------------------------------------------------------------
i. Perut : terdapat tali pusat yang masih utuh bersama ari-ari, panjang tali pusat empat
puluh sentimeter, diameter dua sentimeter, tidak dipotong, warna kemerahan, ari-ari
berukuran diameter dua puluh satu sentimeter, tebal dua sentimeter, berat empat ratus
lima puluh satu gram, perabaan kenyal
------------------------------------------------------------------------
g. Bokong : tidak ada tanda kekerasan --------------------------------------------------------------
h. Dubur : tidak ada tanda kekerasan.----------------------------------------------------------------
a. Lingkaran dubur : terdapat kotoran berwarna hijau gelap konsistensi lunak, tidak
ada tanda kekerasan -----------------------------------------------------------------------
b. Liang dubur : terdapat kotoran berwarna hijau gelap konsistensi lunak, tidak ada
tanda kekerasan ----------------------------------------------------------------------------
i. Anggota gerak: --------------------------------------------------------------------------------------
1) Anggota gerak atas: jaringan bawah kuku tampak kebiruan, kuku telah melewati
ujung jari, garis telapak tangan terdapat pada dua pertiga bagian depan ---------------
2) Anggota gerak bawah : jaringan bawah kuku tampak kebiruan, kuku telah melewati
ujung jari,garis telapak kaki terdapat pada dua pertiga bagian depan -------------------
2. Bagian Tubuh tertentu : ----------------------------------------------------------------------------
1. Mata: --------------------------------------------------------------------------------------------------
a. Alis mata : warna hitam, tidak ada kelainan ------------------------------------------------
b. Bulu mata : warna hitam, tidak ada
kelainan------------------------------------------------
37
c. Kelopak mata :tidak ada tanda kekerasan
---------------------------------------------------
d. Selaput kelopak mata : ------------------------------------------------------------------------
1) Kanan: terdapat bintik perdarahan --------------------------------------------------
2) Kiri: terdapat bintik perdarahan -----------------------------------------------------
e. Selaput bening mata : tidak ada tanda kekerasan ------------------------------------------
f. Selaput biji mata :------------------------------------------------------------------------------
a) Kanan: tampak bintik perdarahan dan pelebaran pembuluh darah ------------
b) Kiri: tampak bintik perdarahan dan pelebaran pembuluh darah ---------------
g. Manik mata : bentuk bulat, dengan ukuran nol koma empat sentimeter, kanan dan
kiri sama -----------------------------------------------------------------------------------------
h. Pelangi mata : warna cokelat, tidak ada kelainan.------------------------------------------
2. Hidung : -------------------------------------------------------------------------------
1) Bentuk hidung: tidak ada kelainan
-----------------------------------------------------------
2) Permukaan kulit hidung: tidak ada tanda kekerasan
-------------------------------------
3) Lubang Hidung: tidak ada tanda kekerasan ----------------------------------------------
3. Telinga : terdapat lapisan putih kekuningan pada daerah belakang telinga, tulang rawan
sudah terbentuk sempurna, kedua daun telinga kembali ke posisi semula setelah
dilakukan penekukan -------------------------------------------------------------------------------
a) Bentuk telinga : tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------
b) Permukaan telinga : ----------------------------------------------------------------------------
a) Kanan: tidak ada tanda kekerasan --------------------------------------------------
b) Kiri: tidak ada tanda kekerasan -----------------------------------------------------
c) Lubang telinga : tidak ada tanda kekerasan ------------------------------------------------
4. Mulut : -------------------------------------------------------------
1) Bibir : tampak kebiruan -----------------------------------------------------------------------
2) Selaput lendir mulut: tidak ada tanda kekerasan--------------------------------------------
3) Lidah: tidak ada tanda kekerasan -------------------------------------------------------------
4) Rongga Mulut: terdapat buih halus berwarna putih ----------------------------------------
5) Gigi-geligi : belum tumbuh--------------------------------------------------------------------
6) Langit - langit mulut : tidak ada tanda kekerasan -----------------------------------------
38
7) Dagu: tidak ada tanda kekerasan -------------------------------------------------------------
5. Alat kelamin : laki laki------------------------------------------------------------------------------
a. Rambut kemaluan: tidak ada ----------------------------------------------------------------
b. Pelir : tidak ada tanda kekerasan ------------------------------------------------------------
c. Biji pelir: biji pelir kanan dan kiri sudah turun --------------------------------------------
d. Kantung biji pelir : tidak ada tanda kekerasan --------------------------------------------
3. Tulang - Tulang : ---------------------------------------------------------------------------------------
1. Rongga Kepala :
---------------------------------------------------------------------------------------
39
c. Otot leher bagian dalam : terdapat resapan darah pada otot leher kanan dengan panjang
dua koma delapan sentimeter, lebar nol koma enam sentimeter --------------------------------
d. Pembuluh darah besar : tidak ada kelainan --------------------------------------------------------
e. Kerongkongan : kosong, tidak ada tanda kekerasan ---------------------------------------------
f. Tenggorokan : terdapat buih halus ------------------------------------------------------------------
g. Tulang rawan cincin : tidak ada tanda kekerasan -------------------------------------------------
h. 3. Rongga Dada : ---------------------------------------------------------------------------------------------
1) Tulang dada : tidak ada tanda kekerasan.-----------------------------------------------------------
2) Tulang-tulang iga : mendatar, sela iga kanan dan kiri melebar satu koma tiga sentimeter--
3) Dinding dada : tidak ada tanda kekerasan ---------------------------------------------------------
4) Rongga dada : cembung, tidak ada tanda kekerasan ---------------------------------------------
5) Diafragma: sudah turun sampai sela iga empat sampai lima------------------------------------
6) Paru: ----------------------------------------------------------------------------------------------------
1) Paru kanan : paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung
jantung, terdiri dari tiga baga, terdapat bintik perdarahan pada selaput pembungkus
paru dan permukaan paru, permukaan rata, tepi tumpul, terdapat gambaran marmer,
perabaan seperti spons, warna merah gelap, terdapat gambaran seperti bercak,
berukuran panjang sembilan sentimeter, lebar lima sentimeter dan tebal dua
sentimeter,berat paru kanan tujuh puluh gram,dan pada pengirisan terdapat buih dan
darah warna merah gelap dan encer
------------------------------------------------------------------------------------------------
2) Paru kiri : paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung,
terdiri dari dua baga, terdapat bintik perdarahan pada selaput pembungkus paru dan
permukaan paru, permukaan rata, tepi tumpul, terdapat gambaran marmer, perabaan
seperti spons, warna merah gelap, terdapat gambaran seperti bercak, berukuran
panjang sepuluh sentimeter, lebar enam sentimeter dan tebal dua setengah sentimeter,
berat paru enam puluh dua gram, pada pengirisan terdapat buih dan darah warna
merah gelap dan encer
------------------------------------------------------------------------------------------------
7) Jantung : berat jantung dua puluh lima gram, dengan ukuran panjang tiga koma lima
sentimeter, lebar tiga sentimeter, tinggi dua sentimeter. Katup antara serambi dan bilik
kanan berjumlah tiga buah, tidak ada kelainan. Tebal otot jantung bilik kanan nol koma
empat sentimeter. Panjang lingkar katup pembuluh nadi paru nol koma tujuh sentimeter,
40
katup terdiri dari tiga buah. Katup antara serambi kiri dan bilik kiri berjumlah dua buah,
dengan panjang lingkar katup nol koma sepuluh sentimeter, tebal otot bilik kiri satu koma
dua sentimeter. Katup pembuluh nadi utama jantung terdiri dari tiga buah katup dengan
panjang nol koma delapan sentimeter---------------------------------------------------------------
4. Rongga Perut : ---------------------------------------------------------------------------------------------
2) Ginjal kiri : warna merah kecoklatan, perabaan kenyal, selaput pembungkus ginjal
mudah dilepas, panjang dua koma lima sentimeter, lebar satu koma tujuh sentimeter,
berat dua puluh satu gram, pada pengirisan terdapat darah warna merah gelap dan
encer
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
41
-------------------------------------------------------------------------------------------
a) Darah: Tes golongan darah didapatkan hasil golongan darah A, pemeriksaan mikroskopik
darah terdapat sel eritrosit berinti -------------------------------------------------------------------
b) Pemeriksaan apung paru: kedua paru mengapung saat dimasukkan ke dalam air, tes
apung paru positif------------------------------------------------------------------------------------
c) Tes apung lambung-usus: lambung dan usus mengapung saat dimasukkan kedalam air,
tes apung usus positif----------------------------------------------------------------------------------
d) Pemeriksaan patologi anatomi : paru didapatkan jaringan paru dengan gelembung paru
yang telah terbuka dan dinding gelembung paru yang tipis, perdarahan intraalveolar,
hiperinflasi duktus, kolapsnya alveolus, edema interstisial, konstriksi bronkiolus ----------
KESIMPULAN-----------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada pemeriksaan jenazah tersebut, maka dapat saya
simpulkan bahwa telah diperiksa jenazah seorang laki-laki, cukup bulan, mampu hidup di luar
kandungan tanpa bantuan alat bantu, pernah bernafas, tidak didapatkan tanda-tanda perawatan,
umur diluar kandungan kurang dari satu hari, dan golongan darah A. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan tanda-tanda pencekikan. Didapatkan tanda-tanda mati lemas. Sebab kematian adalah
pencekikan yang menyebabkna mati lemas. Waktu kematian diperkirakan dua belas hingga tiga
puluh enam jam sebelum pemeriksaan dilakukan.---------------------------------------------------------
PENUTUP:-----------------------------------------------------------------------------------------------------
- Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat
sumpah sewaktu menerima jabatan sebagai
dokter------------------------------------------------------------------
Dokter pemeriksa,
BAB IV
PEMBAHASAN
42
Berdasarkan surat permintaan Visum et Repertum dari Kepolisian, jenazah bayi
ditemukan di tempat yang tidak semestinya, yaitu di Pantai Hyang Sangkur Lembeng, yang
terletak di Jl. Kijang Utara 1 no. 6, Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Jenazah bayi
tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak sendiri (pasal 341, 342), pembunuhan
(pasal 338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang (pasal 181), atau bayi yang
diterlantarkan sampai mati (pasal 308). Pada kasus ini, harus dibedakan apakah bayi lahir
mati atau lahir hidup, karena bila bayi lahir mati maka kasus tersebut bukan merupakan kasus
pembunuhan atau penelantaran anak hingga menimbulkan kematian. Si ibu hanya dapat
dikenakan tuntutan menyembunyikan kelahiran dan kematian orang.
Hal yang ditentukan pertama adalah apakah bayi tersebut baru dilahirkan. Bayi yang
tidak lama setelah dilahirkan adalah keadaan bayi baru lahir dan belum dirawat. Jika sudah
dirawat, maka bayi tersebut bukanlah bayi yang baru lahir. Pada kasus ini terdapat tali pusat
yang masih utuh bersama ari-ari, panjang tali pusat empat puluh sentimeter, diameter dua
sentimeter, tidak dipotong, warna kemerahan, ari-ari berukuran diameter dua puluh satu
sentimeter, tebal dua sentimeter, berat empat ratus lima puluh satu gram, perabaan kenyal.
Hal ini menunjukkan bayi tersebut belum dirawat.
Selanjutnya adalah menentukan bayi tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati. Tanda-
tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan adalah pernapasan (paru mengembang dan
terdapat udara dalam lambung atau usus), menangis, adanya pergerakan otot, sirkulasi darah
dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin, isi usus, dan keadaan tali pusat. Karena bayi
tersebut ditemukan dalam keadaan sudah menjadi jenazah, maka tanda kehidupan sudah tidak
ada lagi selain tanda pernah bernapas di luar rahim. Untuk menentukan hal tersebut, maka
perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Pernapasan mengakibatkan perubahan sifat dan struktur
jaringan paru yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, serta
tes apung paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan dalam, didapatkan gambaran makroskopik
dari paru kanan dan kiri sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung,
43
terdapat bintik perdarahan pada selaput pembungkus paru dan permukaan paru, permukaan
rata, tepi tumpul, terdapat gambaran marmer, perabaan seperti spons, warna merah gelap,
terdapat gambaran seperti bercak,dan pada pengirisan terdapat buih dan darah warna merah
gelap dan encer. Sekat rongga dada (diafragma) kanan dan diafragma kiri setinggi sela iga
ke4-5. Hal ini menunjukkan kedua paru sudah mulai mengembang. Kemudian, dilakukan tes
apung paru yang diambil dari kedua lobus paru dan diperoleh hasil positif, yaitu paru
terapung. Ini membuktikan bahwa telah terjadi pengembangan paru atau respirasi yang
menandakan bayi tersebut sudah sempat bernafas atau menghirup udara, sehingga dapat
menunjukkan bahwa bayi tersebut lahir hidup.
Kemudian, menentukan apakah bayi tersebut mampu hidup diluar kandungan ibunya
(viable) atau tidak. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, didapatkan ukuran panjang
badan (kepala-tumit) 51 cm, berat badan 3200 gram, dan tidak ditemukan cacat bawaan yang
berat. Kondisi ini sesuai dengan kriteria bayi yang viable, berarti bahwa bayi tersebut mampu
hidup di luar kandungan setelah dilahirkan.
Setelah itu, menentukan apakah bayi tersebut cukup bulan dalam kandungan. Umur
bayi dapat ditentukan dari ciri-ciri eksternal, yaitu tulang rawan daun telinga tipis dan setelah
dilipat cepat kembali, diameter puting susu 3 mm, garis telapak tangan dan telapak kaki 2/3
depan, dan dapat juga dengan menggunakan rumus De Haas. Berdasarkan tanda-tanda yang
didapatkan pada pemeriksaan yaitu jaringan bawah kuku tampak kebiruan, kuku telah
melewati ujung jari,garis telapak kaki terdapat pada dua pertiga bagian depan dan panjang
badan 51 cmgaris kaki dapat diperkirakan bahwa umur bayi dalam kandungan berkisar antara
37-38 minggu yang dapat diartikan bahwa bayi tersebut dilahirkan cukup bulan (matur).
Karena bayi tersebut terbukti lahir hidup, maka sebab kematiannya harus ditentukan,
apakah kematian wajar, akibat kecelakaan, atau karena tindakan pembunuhan. Pada
pemeriksaan jenazah bayi tersebut ditemukan tiga buah luka memar pada leher, bentuk tidak
teratur, warna merah gelap, batas tidak tegas. Luka memar pertama pada leher kanan, satu
koma lima sentimeter disebelah kanan garis tengah tubuh, empat sentimeter dibawah garis
yang melewati kedua liang telinga, panjang luka dua sentimeter lebar satu sentimeter. Luka
memar kedua pada leher kiri, dua koma lima sentimeter di sebelah kiri garis tengah tubuh,
empat sentimeter di bawah garis yang melewati kedua liang telinga, panjang luka dua koma
lima sentimeter lebar satu sentimeter. Luka memar ketiga nol koma tiga sentimeter dibawah
luka memar kedua, panjang luka dua koma delapan sentimeter lebar satu sentimeter. Selain
44
itu Kulit leher bagian dalam terdapat dua resapan darah, bentuk tidak teratur, batas tegas,
warna merah kebiruan. Resapan darah pertama pada leher sisi kanan dengan panjang tiga
sentimeter, lebar nol koma tujuh sentimeter. Resapan darah kedua pada leher sisi kiri dengan
panjang tiga koma lima sentimeter, lebar dua koma delapan sentimeter. Otot leher bagian
dalam terdapat resapan darah pada otot leher kanan dengan panjang dua koma delapan
sentimeter, lebar nol koma enam sentimeter. Sebab kematian jenazah bayi tersebut adalah
mati lemas akibat dicekik karena ditemukan kekerasan tumpul berupa luka memar di leher,
leher bagian kanandan kiri , dan bagian dalam leher terdapat resapan darah pada bagian
kanan dan kiri serta pada otot leher kanan terdapat resapan darah yang mana tanda-tanda
tersebut menyerupai luka memar karena pencekikan. Bila pelaku nantinya adalah ibu
kandung korban, maka akan dikenakan pasal 341 atau pasal 342 KUHP.
45
BAB V
KESIMPULAN
Pembunuhan anak sendiri (infanticide) adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena takut ketahuan telah
melahirkan anak. Berdasarkan undang-undang, terdapat tiga faktor penting mengenai
pembunuhan anak sendiri, yaitu faktor ibu, waktu, dan psikis.
Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga
kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan mengenai anak tersebut
dilahirkan hidup atau lahir mati, adanya tanda-tanda perawatan, luka-luka yang dapat
dikaitkan dengan penyebab kematian, anak tersebut dilahirkan cukup bulan dalam
kandungan, dan adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
Pemeriksaan terhadap kasus pembunuhan anak sendiri dilakukan terhadap
pelaku/tertuduh (ibu kandung yang baru melahirkan) dan korban (bayi yang baru dilahirkan).
Pada ibu, diperiksa tanda telah melahirkan anak, berapa lama telah melahirkan, adanya tanda-
tanda partus precipitates, pemeriksaan golongan darah, dan pemeriksaan histopatologi
terhadap sisa plasenta dalam darah yang berasal dari rahim. Sedangkan, pada korban
diperiksa viabilitas, penentuan umur, pernah atau tidak pernah bernapas, umur ekstrauterin,
dan sebab kematian. Sebab kematian dapat berupa akibat penyakit, kecelakaan, dan tindakan
kriminal. Salah satu contoh kematian akibat tindakan criminal adalah tindakan pembunuhan
berupa sufokasi (pembekapan).
Pada kasus ini, Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada pemeriksaan jenazah
tersebut, maka dapat saya simpulkan bahwa telah diperiksa jenazah seorang laki-laki, cukup
bulan, mampu hidup di luar kandungan tanpa bantuan alat bantu,pernah bernafas, tidak
didapatkan tanda-tanda perawatan, umur kurang dari satu hari di luar kandungan, dan
golongan darah A. Dan juga dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda pencekikan
berupa luka akibat kekerasan tumpul berupa tiga buah luka memar di leher,didapatkan tanda
mati lemas, Sebab kematian adalah pencekikan yang menyebabkna mati lemas. Waktu
kematian diperkirakan dua belas hingga dua puluh empat jam sebelum pemeriksaan
dilakukan. Oleh karena itu, bila pelakunya adalah ibu kandung korban, maka akan dikenakan
pasal 341 atau pasal 342 KUHP.
46
DAFTAR PUSTAKA
47