Anda di halaman 1dari 51

REFERAT

INFANTICIDE

Disusun untuk

Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat

Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Disusun oleh :

Rokhayati

30101407315

Pembimbing :

dr.Dian Novitasari, SP.FM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PERIODE 26


OKTOBER 2020 – 21 NOVEMBER 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG


SEMARANG

ii
HALAMAN PENGESAHAN

TINJAUAN PADA KASUS INFANTICIDE

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh

Program Pendidikan Profesi Dokter

Disusun Oleh :

Rokhayati (30101407315)

Semarang, November 2020

Pembimbing,

dr.Dian Novitasari, SP.FM

iii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
2.1 Definisi dan Batasan Pengertian Pembunuhan Anak Sendiri......................................3
2.2 Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri.............................................3
2.3 Perbedaan Infantisida dengan Pembunuhan Biasa......................................................5
2.3.1 Lahir Hidup Atau Lahir Mati....................................................................................6
2.3.2 Tanda Perawatan.....................................................................................................15
2.3.3 Viabilitas.................................................................................................................16
2.3.4 Cukup Bulan Dalam Kandungan............................................................................17
2.3.5 Penentuan Usia Janin Diluar Kandungan...............................................................20
2.4 Pemeriksaan terhadap Pelaku Pembunuhan Anak Sendiri........................................24
BAB III....................................................................................................................................27
LAPORAN KASUS................................................................................................................27
3.1 Identitas Korban........................................................................................................27
3.2. Kronologi Kejadian...................................................................................................29
BAB IV....................................................................................................................................37
PEMBAHASAN.....................................................................................................................37
BAB V......................................................................................................................................38
KESIMPULAN.......................................................................................................................38

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris dan
penerus kedua orang tuanya. Oleh karena itu, seorang anak seharusnya mendapatkan
perlindungan baik selama masih di dalam kandungan maupun sesaat setelah dilahirkan
kedunia. Namun hingga saat ini, masih banyak kasus pembunuhan bayi sendiri
(infantisida) yang terjadi di Indonesia.

Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu dan

terjadi dimana saja. Infantisida sendiri merupakan pembunuhan bayi dibawah satu tahun

yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri, segera atau beberapa saat setelah bayi

tersebut dilahirkan, dimana kejahatan ini bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan

pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk

melakukan kejahatan tersebut adalah karena ibu kandungnya takut ketahuan bahwa dia

telah melahirkan anak, salah satunya karena anak tersebut adalah hasil hubungan gelap.

Selain itu, keunikan lainnya adalah saat dilakukannya tindakan menghilangkan nyawa

anaknya, yaitu saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian. Patokannya dapat dilihat

apakah sudah atau belum ada tanda-tanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat,

atau diberikan pakaian.2

Saat dilakukannya kejahatan tersebut, dikaitkan dengan keadaan mental emosional

dari ibu, seperti rasa malu, takut, benci, serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu,

sehingga perbuatannya dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang,

sadar, serta dengan perhitungan yang matang.2

Untuk dapat menuntut seorang ibu telah melakukan tindak pidana pembunuhan anak

sendiri, haruslah terbukti bahwa bayi tersebut hidup pada saat dilahirkan. Sebagai dokter

forensik, tanda-tanda kehidupan sudah tidak ditemukan lagi pada saat otopsi. Tanda yang

1
masih dapat ditemukan adalah tanda pernah bernapas di luar rahim. Hal tersebut menjadi

sulit bila saat otopsi dilakukan, jenazah bayi sudah berada dalam keadaan membusuk.

Kesulitan juga dijumpai pada saat menentukan sebab kematian bayi. Pada umumnya tidak

terdapat keterangan apapun mengenai jalannya persalinan dan keadaan bayi setelah

dilahirkan. Bila ditemukan tanda kematian akibat asfiksia, maka penyebabnya harus

ditentukan karena penyebab asfiksia tersebut adalah penyebab kematian bayi.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Pembunuhan anak sendiri tersering terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan,
dengan prevalensi terbanyak pada tahun pertama. Pembunuhan anak sendiri yang
dilakukan dengan sengaja dengan cara maupun metode apapun disebut sebagai
infantisida. Sedangkan istilah filisida diartikan pembunuhan anak yang dilakukan oleh
orang tua kandung. Pengertian infantisida berdasarkan beberapa literatur dibagi atas : 1

 Neonatisida
Dapat didefinisikan sebagai pembunuhan anak secara sengaja dalam 24 jam pertama
kehidupannya, yang umumnya dilakukan oleh sang ibu, dan dilakukan segera setelah
anak dilahirkan. Umumnya neonatisida merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh satu individu tanpa saksi yang melihat. Tujuan dari tindakan neonatisida ialah
untuk menyembunyikan fakta bahwa seseorang pernah melahirkan anak, atau untuk
membunuh anak yang tidak diinginkan.1
 Infantisida dan Pembunuhan Anak
Didefinisikan sebagai pembunuhan anak secara sengaja yang dilakukan diatas 24 jam
pertama kehidupannya. Metode yang digunakan biasanya jauh berbeda dengan kasus
neonatisida, serta biasanya terdapat campur tangan pihak lain meliputi suami, teman
laki-laki, ataupun babysitter dalam pembunuhannya. 1

Berdasarkan Byard, dan Roger W. Pengertian Infantisida adalah pembunuhan


bayi yang terjadi antara usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kehidupannya.
Sedangkan neonatisida adalah pembunuhan bayi yang terjadi pada kurang dari 24
jam, atau kurang dari 28-30 hari setelah kelahiran (tergantung pada hukum yang
berlaku).2

Pada prakteknya, kebanyakan neonaticide terjadi langsung setelah ibu


melahirkan bayi, dilakukan oleh karena ibu berusaha menutupi kehamilan dan
kelahirannya. Pelaku biasanya adalah wanita muda, lajang, dengan tingkat pendidikan
yang rendah, dan tidak punya rekaman tindak kejahatan. Mereka biasanya akan
mencoba melakukan aborsi.2

3
Alasan melakukan neonaticide antara lain adalah rasa takut akan kehilangan
pekerjaan, tidak ingin untuk mengurus anak, kemiskinan, dan psikosis. Wanita muda
yang masih lajang biasanya takut untuk mengungkapkan tentang kehamilannya
kepada keluarga oleh karena malu dan rasa takut akan hukuman dan penolakan yang
akan dia terima.2

Substansi infanticide diatur dalam English Infanticide Act 1938 (Section 1):
“Di mana seorang wanita baik secara sengaja atau karena kelalaian menyebabkan
kematian pada bayi berusia kurang dari 12 bulan. Namun jika pada saat itu juga
keseimbangan pikirannya terganggu oleh karena pengaruh setelah melahirkan atau
efek laktasi, dia bisa dihukum seolah melakukan pembunuhan secara tidak sengaja
pada bayi.” 3,4

Perlu diperhatikan bahwa:3,4

 Hal tersebut hanya berlaku bagi ibu – bukan ayah, atau orang lain.
 Bayi tersebut harus berusia kurang dari 1 tahun, meskipun faktanya kebanyakan
infanticide terjadi pada beberapa jam bahkan menit setelah ibu melahirkan bayi.
 Harus menjadi ‘bayi’ – yaitu, orang yang dapat hidup sendiri di luar tubuh ibu.
 Kematian disebabkan karena kesengajaan atau kelalaian ibu.3,4

Yang dimaksud dengan pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang di


Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada
ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan
bahwa ia melahirkan anak.5

Ada 3 faktor penting yang dapat dilihat, yaitu:5

 Ibu. Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan bagi orang lain
yang melakukan atau turut membunug anak tersebut dihukum karena pembunuhan
atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat.5
 Waktu. Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi
hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”. Sehingga boleh
dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.

4
Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan bukan
membunuh anaknya.5
 Psikis. Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui
orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh tersebut didapat dari
hubungan yang tidak sah.5

2.2. LANDASAN HUKUM INFANTISIDA


Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan
terhadap nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya, yaitu:6
 Pasal 341
“Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7
tahun.”6
 Pasal 342
“Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.” 6
 Pasal 343
“Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain
yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.”
 Pasal 181
“Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan
mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam
dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.”6
 Pasal 308
“Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak
lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau
meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka
maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.”

5
Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut adalah sebagai berikut,6
 Pasal 305
“Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk ditemukan
atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya,
diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.” 6
 Pasal 306
“(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan luka-
luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.” 6

Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi atau
anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu.
Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan tindakan membunuh, maka hal ini bukanlah
pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah bayi
yang dilahirkan merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup bulan, maupun
viable atau non-viable. 6

Kesimpulannya, tindak pidana merampas nyawa bayi yang bersifat


Kinderdoodslag dan Kindermoord, harus memenuhi syarat sebagai berikut:6
 Pelaku harus ibu kandung
 Korban harus bayi anak kandung sendiri
 Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian
 Motif pembunuhan karena takut ketahuan telah melahirkan anak
Jika pembunuhan bayi tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai
Kinderdoodslag ataupun Kindermoord seperti yang disebutkan di atas, maka
pembunuhan tersebut dikategorikan sebagai tindak pidana perampasan nyawa yang
bersifat umum sebagaimana diuraikan dalam pasal 338 dan 340 KUHP dengan
hukuman yang jauh lebih berat.6
Bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum
karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat,
yaitu penjara 15 tahun (KUHP Pasal 338: tanpa rencana) atau 20 tahun, seumr
hidup/hukuman mati (KUHP Pasal 340). Adapun bunyi pasalnya, yaitu :6

6
 KUHP Pasal 338
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.6
 KUHP Pasal 340
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.6

2.3. PERBERDAAN INFANTICIDE DENGAN PEMBUNUHAN BIASA


Pembunuhan anak biasa adalah pembunuhan pada anak di atas usia satu hari yang
dilakukan oleh ibu, ayah, atau orang tua tiri. Pembunuhan anak biasa adalah
pembunuhan yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri dan tidak memenuhi syarat
pembunuhan infanticide. Resnick mengklasifikasikan pembunuhan terhadap anak
berdasarkan motif dari pembunuhan, yang terdiri dari altruism, acute psychosis,
unwanted child, accidental, dan sposal revenge. 7
Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat
sampah, got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban
pembunuhan anak sendiri (pasal 341, 342) pembunuhan (pasal 338, 339, 340, 343),
lahir mati kemudian dibuang (pasal 181) atau bayi yang ditelantarkan sampai mati
(pasal 308). 6
Klasifikasi pembunuhan anak berdasarkan Resnick yaitu:7

1. Altruism
Adalah pembunuhan anak yang dilakukan berdasarkan motif rasa tidak tahan melihat
atau membayangkan anaknya menderita. Jenis pembunuhan ini dilakukan dengan
tujuan menghilangkan penderitaan dari anaknya, biasanya pembunuhan dengan motif
ini akan disertai dengan bunuh diri dari pelaku. Misal anak yang dibunuh oleh ibunya
karena mempunyai penyakit yang tidak dapat sembuh atau anak yang dibunuh oleh
ibunya karena selalu disiksa oleh keadaan atau seseorang.7
2. Acute Psychosis
Adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan berdasarkan motif orang tua yang
mengalami gangguan kejiwaan.7

3. Unwanted children

7
Adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan karena orang tua tidak
mengharapkan anak tersebut. Pembunuhan anak berdasarkan motif ini biasanya sering
terjadi pada pernikahan yang tidak dinginkan atau pada kasus pemerkosaan.7
4. Accidental
Adalah pembunuhan anak sendiri secara tidak sengaja. Pembunuhan jenis ini sering
berkaitan dengan penyiksaan terhadap anak yang berujung ke kematian anak tersebut.
Biasa pembunuhan dengan motif ini akan tampak tanda-tanda battered child
syndrome, cedera yang dihasilkan dari penyiksaan secara fisik bisa berupa bengkak,
luka bakar, patah tulang dan lain-lain.7
5. Spousal Revange
Adalah pembunuhan terhadap anak sendiri dengan tujuan untuk balas dendam
terhadap pasangannya atau untuk memberi hukuman terhadap pasangannya.7
Dalam KUHP, belum terdapat pasal yang mengatur secara langsung
pembunuhan anak biasa (non infanticida). Oleh karena itu, pembunuhan anak biasa
dapat dimasukkan dalam bab kejahatan terhadap nyawa orang. Selain itu, pada
Undang-Undang juga terdapat pasal yang mengatur mengenai perlindungan anak.
Berikut merupakan isi-isi pasal tersebut.7
 Pasal 338
“ Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.”
 Pasal 339
“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana,
yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang
yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.”
 Pasal 340
“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana
rnati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua
puluh tahun.”
 Pasal 344

8
“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang
jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.”

Undang-Undang Perlindungan Anak (Pasal 13)


(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun
yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari
perlakuan:7
a. Diskriminasi
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual
c. penelantaran
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan
e. ketidakadilan
f. perlakuan salah lainnya.
(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan
hukuman.7

2.4. Peran Dokter pada Kasus Pembunuhan Anak Sendiri

Peran dokter pada kasus pembunuhan anak sendiri adalah memeriksa jenazah

bayi. Dokter akan diminta oleh penyidik secara resmi guna membantu penyidikan

untuk memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai berikut:

1. Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati?

2. Apakah terdapat tanda-tanda perawatan?

3. Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian?2,5

Visum et Repertum (VeR) itu juga mengandung makna sebagai pengganti barang

bukti. Oleh karena itu, segala hal yang terdapat dalam barang bukti, dalam hal ini

yaitu tubuh anak, harus dicatat dan dilaporkan. Dengan demikian, selain ketiga

kejelasan di atas, masih ada dua hal lagi yang harus diutarakan dalam VeR, yaitu:

9
4. Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan?

5. Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat

mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak?2,5

Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, bayi tersebut harus

dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu (separate

existence). Selain itu, viabilitas dan maturitas bayi juga perlu ditentukan untuk

menerangkan sebab lahir mati. Bila bayi tersebut lahir mati kemudian dibuang,

maka hal tersebut bukanlah kasus pembunuhan anak sendiri, melainkan kasus

lahir mati kemudian dibuang atau menyembunyikan kelahiran dan kematian.5,6

2.5. BUKTI MEDIK INFANTISIDA

Pada saat pemeriksaan jenazah bayi pada kasus curiga infanticide , dokter harus
memeriksa beberapa hal yaitu:8

1. Bayi tersebut viabel atau tidak

Viabel adalah keadaan bayi atau janin yang dapat hidup di luar kandungan
lepas dari ibunya tanpa bantuan alat yang canggih. Bayi dikatakan viabel dengan
melihat tanda-tanda yang dapat diukur dan tanda-tanda yang tidak dapat diukur.
Tanda dapat diukur antara lain :8

- Umur kehamilan >28 minggu,


- Panjang badan kepala-tumit >35 cm,
- Panjang badan kepala-bokong 30-33 cm,
- Berat badan sekitar 2500-3000 gr,
- Lingkar kepala sudah mencapai 33 cm.

Sedangkan tanda yang tidak dapat dikur antara lain :8

- Jenis kelamin sudah dapat dikenali


- Bulu badan, alis dan bulu mata sudah tumbuh
- Kuku sudah melewati ujung jari ( dapat diketahui dengan menggesek ujung kuku
pada kulit pemeriksa)

10
- Inti penulangan sudah terbentuk minimal pada tulang kalkaneus atau kalus
(menandakan usia kehamilan kurang lebih 7 bulan)
- Pertumbuhan gigi sudah sampai tahap kalsifikasi.8

Inti penulangan Lingkar kepala fronto occipital

2. Bayi lahir hidup atau mati


    Dengan melihat ada atau tidaknya tanda-tanda bayi lahir hidup dan mati. Tanda-tanda
bayi lahir hidup dengan menilai sistem pernafasannya. Pada bayi yang sistem
pernafasannya perna bernafas, ditemukan: 8

 Dada sudah mengembang


 Tulang iga terlihat lebih mendatar
 Sela iga melebar
 Paru-paru telah memenuhi rongga dada
 Tepi paru tumpul
 Warna paru berubah dari livid menjadi bercak-bercak pink seperti mozaik (mottled
pink) karena terisinya alveolus dengan udara maka membuat darah mengalir pada
pembuluh darah
 Uji apung paru (Docimasia Hidrostatica Pulmonum) hasilnya positif jika parunya
mengapung. Akan tetapi, pada bayi lahir mati yang sudah pembusukan, akan
memberikan hasil positif palsu. Maka untuk membedakan keduanya dilakukan
pengeluaran udara pembusukan yuitu dengan memberikan tekanan yang besar pada

11
potongan paru tersebut sehingga udara hasil pembusukan akan keluar sedangkan
udara pernafasan akan tetap berada pada alveolus.8

Namun, hasil uji apung paru ini tetap meragukan, karena masih ada kemungkinan
bayi bernafas meskipun masih didalam uterus atau vagina (vaginitus uterus atau
vaginitus vaginalis) kemudian meninggal saat dilahirkan secara lengkap sehingga bayi
tetap dinyatakan lahir mati. hasil yang meragukan juga bida terjadi pada bayi yang telah
diberikan nafas buatan sehingga terjadi pernafasan parsial. Oleh karena itu, dibutuhkan
pemeriksaan lain, yaitu :8

 Ditemukan makanan atau bakteri di dalam usus


 Uji apung lambung-usus (Uji Breslau) yang pelaksanaannya mirip dengan uji apung
paru. Pada keadaan bayi lahir hidup, akan terdapat udara dalam usus bayi karena pada
saat dia menangis atau hidup ada beberapa udara yang tertelan sehingga akan
memberikan hasil yang positif pada uji Breslau. Pemeriksaan ini juga tidak dapat
dilakukan pada saat sudah terjadi pembusukan
 Uji telinga tengah (Uji Wredent Wendt) yaitu dengan membuka terlinga tengah bayi di
dalam bejana berisi air, hingga terlihat gelembung udara pada bayi yang saat bernafas
telinga tengahnya terisi udara.8

3. Lama hidup diluar kandungan

Setelah diketahui bayi lahir hidup, maka selanjutnya perlu diamati berapa usia bayi
dan berapa lama bayi hidup diluar kandungan. Usia bayi dapat dihitung menggunakan
rumus de Hass yaitu untuk 5 bulan pertama panjang kepala sampai tumit (cm) adalah
kuadrat dari umur (bulan). Untuk mengetaui lama bayi hidup diluar kandungan dapat
dinilai juga dari :8

 Kondisi bayi, masih kotor atau sudah dirawat


 Mekonium yang akan keluar dari usus maksimal dalam 2 hari
 Tingkat proses pelepasan tali pusat
 Ikterus yang akan tampak pada hari ke-4-10
 Terdapat udara pada usus kecil (1 jam setelah lahir), duodenum (6-12 jam pasca lahir)
dan usus besar (12-24 jam pasca lahir).8

12
4. Sebab kematian

Penentuan sebab kematian dapat dilihat dari tanda-tanda jeratan, luka atau pun tanda
kekerasan lain pada tubuh bayi. Cara yang paling sering dilakukan adalah dengan
pembekapan dan penjeratan.8

5. Apakah sudah ada tanda-tanda perawatan

Jika sudah tampak tanda perawatan maka pembunuhan yang dilakukan oleh ibu tidak dapat
dikatakan sebagai infanticide, tetapi pembunuhan biasa. Tanda perawatan tersebut antara lain:

 Pemotongan tali pusat dengan alat : dapat dilihat pada ujung pemotongan tali pusat
terlihat rata, apabila tidak dapat dinilai karena sudah mengelisut penilaian dilakukan
dengan memasukan ujung tali pusat didalam air. Sehingga dapa terlihat apakak ujung
pemotongan tersebut rata atau terkoyak.
 Verniks kaseosa pada leher, lipat ketiak dan lipat paha sudah dibersihkan
 Adanya makanan atau susu dalam labung
 Adanya pakaian yang dikenakan oleh bayi.8

2.6. LAHIR HIDUP ATAU LAHIR MATI

Lahir hidup atau Live Birth adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang
lengkap, yang setelah pemisahan tersebut, bernafas atau menunjukkan tanda kehidupan lain
seperti denyut atau detak jantung, denyut nadi tali pusat, gerakan otot volunter (otot rangka),
tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan ari
dilahirkan.7,8
Lahir mati atau Still Birth adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau
dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun
sesudah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin
yang tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung,
denyut nadi tali pusat, atau gerakan otot rangka.7,8,9
Berikut adalah tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan :7,8,9
 Pernafasan (paru mengembang dan terdapat udara dalam lambung atau usus).
 Menangis.
 Pergerakan otot.
 Sirkulasi darah, dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin.

13
 Isi usus.
 Keadaan tali pusat.

1. Pernafasan7
Pernafasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan sirkulasi
plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru. Pernafasan
setelah bayi lahir mengakibatkan perubahan letak diafragma dan sifat paru-paru.
a. Letak diafragma
Pada bayi yang sudah bernafas, letak diafragma setinggi iga ke-5 atau ke-6. Sedangkan pada
yang belum bernafas setinggi iga ke-3 atau ke-4.
b. Gambaran makroskopik paru
Paru-paru bayi yang sudah bernafas berwarna merah muda tidak homogeny namun
berbercak-bercak. Konsistensinya adalah seperti spons dan berderik pada perabaan.
Sedangkan, pada paru-paru bayi yang belum bernafas berwarna merah ungu tua seperti warna
merah hati bayi dan homogeny, dengan konsistensi kenyal seperti hati atau limpa.7,8,9
c. Uji apung paru2,10
Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh, paru-paru tidak disentuh untuk
menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan histopatologi jaringan paru
akibat manipulasi berlebihan. Lidah keluarkan seperti biasa dibawah rahang bawah, ujung
lidah dijepit dengan pinset atau klem, kemudian ditarik kearah ventrokaudal sehingga
tampak palatum mole. Dengan scalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang
perbatasannya dengan palatum durum. Faring, laring, esophagus bersama dengan trakea
dilepaskan dari tulang belakang. Esophagus bersama dengan trakea diikat dibawah
kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi
berikutnya cairan ketuban, meconium, atau benda asing lain tidak mengalir keluar melalui
trakea, bukan untuk mencegah masuknya udara kedalam paru.
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah
dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esophagus diikat diatas
diafragma dan dipotong diatas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak
masuk kedalam lambung dan uji apung lambung-usus tidak memberikan hasil
meragukan. Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan
kedalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan
kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali kedalam air, dilihat apakah mengapung atau

14
tenggelam. Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan kedalam air, dan dilihat
apakah mengapung atau tenggelam. Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus
dimasukkan ke dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam. Hingga tahap
ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya
pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan diantara dua karton dan
ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk mengeluarkan gas
pembusukan yang terdapat pada jaringan interstitial paru, lalu masukkan kembali ke
dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam.
Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan keluar. Namun,
terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk
lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru
negatif.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat
kemungkinan adanya pernafasan sebagian yang dapat bersifat buatan atau alamiah yaitu
bayi yang sudah bernafas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam vagina.
Hasil negatif belum tentu pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan
hidup tapi kemudian berhenti nafas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara
dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik paru harus
dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup. Bila sudah jelas terjadi
pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan
untuk dilakukan.10

d. Mikroskopik paru-paru10
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan
larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan
cairan fiksatif melekat dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam,
kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan pewarnaan HE dan bila
paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernafas, tetapi
merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas
untuk paru janin belum bernafas adalah adanya tonjolan yang berbentuk seperti bantal
yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga akan tampak
seperti ganda. Pada permukaan ujung bebas tonjolan tampak kapiler yang berisi banyak
darah. Pada paru bayi belum bernafas yang sudah membusuk dengan pewarnaan gomori
15
atau ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-
kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada tonjolan berjalan dibawah kapiler
sejajar dengan permukaan tonjolan dan membentuk gelung-gelung terbuka.
Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion
yang luas karena asfiksia intrauterine, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio
plasenta sehingga terjadi pernafasan janin prematur. Tampak sel-sel verniks akibat
deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik
berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari atas samping terlihat seperti bawang. Juga tampak
sel-sel amnion bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik
dengan batas yang juga tidak jelas.
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat
dalam bronkioli dan alveoli. Kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus
yang merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding
alveoli.10
Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya
kehidupan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan atau
tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterine, kelainan kongenital yang fatal
seperti anensefalus.10

Gambar 2.2. Mikroskopis Paru Bayi Lahir Mati (Still Born)

16
Gambar 2.3 Mikroskopis Paru Bayi Lahir Hidup ( Live Born)
Tabel 1. Penentuan lahir hidup atau mati
Tanda-tanda Lahir hidup Lahir mati
Tanda-tanda maserasi - Baru terlihat
setelah 8-10 hari kematian
inutero.
- Bila kematian
baru terjadi 3 atau 4 hari:
Perubahan berupa vesikel
atau bula yang berisi cairan
kemerahan, epidermis
bewarna putih dan
berkeriput, bau tengik, dan
tubuh mengalami
perlunakan.
- Organ-organ
tampak basah tetapi tidak
berbau busuk
Pengembangan dada - Dada sudah - Iga masih
mengembang mendatar dan diafragma
- Diafragma masih setinggi iga 3-4.
sudah turun sampai sela iga
4-5
Pemeriksaan makroskopik - Paru sudah - Paru-paru
paru mengisi rongga dada dan masih tersembunyi
menutupi sebahagian dibelakang kandung jantung

17
kandung jantung. atau telah mengisi rongga
- Paru berwarna dada.
merah muda tidak merata - Paru-paru
dengan pleura tegang. bewarna kelabu ungu merata
- Menunjukkan seperti hati, konsistensi
gambaran mosaic kerana padat,tidak teraba derik
alveoli telah berisi udara. udara dan pleura yang
- Gambaran longgar
marmer akibat pembuluh
daran interstitial berisi darah
- Konsistensi
seperti spons dan teraba derik
udara.
- Pengirisan
paru dalam air : terlihat jelas
keluarnya gelembung udara
dan darah.
- Berat paru
bertambah 2 kali kerana
berfungsinya sirkulasi darah
jantung paru.
Uji apung paru - Hasil positip - -Hasil
negatip
Pemeriksaan mikroskopik - Alveoli paru - Tanda khas
paru mengembang sempurna untuk paru bayi yang belum
dengan atau tanpa emfisema bernafas adalah adanya
obstruktif tonjolan yang berbentuk
- Tidak terlihat seperti bantal yang akan
projection. bertambah tinggi dan dasar
- Perwarnaan menipis sehingga tampak
Gomori atau Ladewig: seperti dada (club –like)
serabut retikulin tampak - Pada paru
tegang. bayi yang belum bernafas
dan sudah membusuk

18
dengan pewarnaan Gomori
atau Ladewig: Tapak serabut
retikulin pada permukaan
dinding alveoli berkelok-
kelok seperti rambut yang
kerinting

2. Menangis
Bernafas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa bernafas.
Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena suara tangisan
dapat terjadi dalam uterus atau vagina. Yang merangsang bayi menangis dalam uterus adalah
masuknya udara ke dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah menurun dan atau kadar CO2
dalam darah meningkat.10
3. Pergerakan otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat dibuktikan.
Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati, maupun yang lahir
mati.10
4. Peredaran darah, denyut jantung, dan perubahan pada hemoglobin
Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada saksi mata) dan
bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan dalam duktus arteriosus,
foramen ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena umbilikalis yang langsung masuk
vena cava inferior). Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat / detak jantung pada
bayi yang sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup. Foramen
ovale tertutup bila telah terjadi pernafasan dan sirkulasi (satu hari sampai beberapa minggu).
Duktus arteriosus perlahan-lahan menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam). Duktus
venosus menutup dalam 2-3 hari sampai beberapa minggu.10
5. Isi usus dan lambung
Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat reflek
menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup). Udara dalam lambung dan usus
dapat terjadi akibat pernafasan wajar, pernafasan buatan atau tertelan. Keadaan-keadaan
tersebut tidak dapat dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu esophagus diikat, dikeluarkan
bersama lambung yang diikat pada jejunum pada lekuk pertama, kemudian dimasukkan
kedalam air. Makin jauh udara usus masuk kedalam usus, makin kuat dugaan adanya

19
pernafasan 24-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar semua seluruhnya dari usus
besar.10
6. Keadaan tali pusat
Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut tali pusat
setelah kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata. Kedua, pengeringan tali
pusat, letak dan sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu diputus (secara tajam atau tumpul).10
7. Keadaan kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi lahir,
sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup
yaitu maserasi yang dapat terjadi bila bayi sudah mati didalam uterus beberapa hari (8-10
hari). Hal ini harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi tidak terbentuk
gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu dilahirkan, sebelum
dilahirkan, atau setelah terpisah sama sekali dari ibu.10

Kematian pada bayi dapat terjadi saat bayi dilahirkan, sebelum dilahirkan, atau setelah
terpisah sama sekali dari si ibu. Bukti kematian dalam kandungan adalah:10
 Antepartum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu melahirkan.
 Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri :
 Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).
 Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.
 Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.
 Tidak ada gas, baunya khas.
Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan.

VIABILITAS 8,9
Bayi yang viable adalah bayi yang sudah mampu untuk hidup diluar kandungan ibunya atau
sudah mampu untuk hidup terpisah dari ibunya. Viabilitas mempunyai beberapa syarat, yaitu
1. Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan.
2. Panjang badan ≥ 35 cm.
3. Berat badan ≥ 2500 gram.
4. Tidak ada cacat bawaan yang berat.
5. Lingkaran fronto-oksipital ≥ 32 cm.

20
Selain itu juga dilihat adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup bayi, seperti kelainan jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus atau
mikrosefalus), dan aluran pencernaan (stenosis esophagus, gastroskizis).9

PENYEBAB KEMATIAN
Bila terbukti bayi lahir hidup (sudah bernafas), maka harus ditentukan penyebab
kematiannya. Bila terbukti bayi lahir mati (belum bernafas) maka ditentukan sebab lahir mati
atau sebab mati antenatal atau sebab mati janin (fetal death).8,9
Ada berbagai penyebab kematian pada bayi, yaitu:
a. Kematian wajar
1. Kematian secara alami
 Imaturitas
Terjadi jika bayi yang lahir belum cukup matang dan mampu hidup di luar
kandungan sehingga mati setelah beberapa saat sesudah lahir.
 Penyakit kongenital
Seringkali terjadi jika ibu mengalami sakit ketika sedang mengandung seperti
sifilis, tifus, campak sehingga anak memiliki cacat bawaan yang menyebabkan
kelainan pada organ internal seperti paru-paru, jantung dan otak.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi dari umbilikus, perut, anus dan organ genital.
3. Malformasi
Kadangkala bayi tumbuh dengan kondisi organ tubuh yang tidak lengkap seperti
anensefali. Jika kelainan tersebut fatal, maka bayi tidak akan bisa bertahan hidup.
4. Penyakit plasenta
Penyakit plasenta atau pelepasannya secara tidak sengaja dari dinding uterus akan
dapat menyebabkan kematian dari bayi dan ibu, dan dapat diketahui jika sang ibu
meninggal dan dilakukan pemeriksaan dalam.
5. Spasme laring
Hal ini dapat terjadi karena aspirasi mekonium ke dalam laring atau akibat
pembesaran kelenjar timus.
6. Eritroblastosis fetalis
Ini dapat terjadi karena ibu yang memiliki rhesus negatif mengandung anak dengan
rhesus positif, sehingga darah ibu akan membentuk antibodi yang menyerang sel

21
darah merah anak dan menyebabkan lisisnya sel darah merah anak, sehingga
menyebabkan kematian anak baik sebelum maupun setelah kelahiran.8,9
b. Kematian akibat kecelakaan
1. Akibat persalinan yang lama
Ini dapat menyebabkan kematian pada bayi akibat ekstravasasi dari darah ke selaput
otak atau hingga mencapai jaringan otak akibat kompresi kepala dengan pelvis,
walaupun tanpa disertai dengan fraktur tulang kepala.
2. Jeratan tali pusat
Tali pusat seringkali melingkar di leher bayi selama proses kelahiran. Hal ini dapat
menyebabkan bayi menjadi tercekik dan mati karena sufokasi.
3. Trauma
Hantaman yang keras pada perut wanita hamil dengan menggunakan senjata tumpul,
terjatuhnya ibu dari ketinggian juga merupakan penyebab kematian bayi intrauterin.
Untuk kasus seperti ini harus diperiksa tanda-tanda trauma pada ibu.
4. Kematian dari ibu
Ketika ibu mati saat proses melahirkan ataupun sebelum melahirkan, maka anak tidak
akan bertahan lama di dalam kandungan sehingga harus dilahirkan sesegera mungkin.
Jika kematian disebabkan oleh penyakit kronis, seperti perdarahan kronis, maka kese
mpatan untuk menyelamatkan nyawa anak sangatlah kecil. Sedangkan jika kematian
disebabkan karena kejadian akut seperti kecelakaan, dimana ibu sebelumnya sehat,
maka kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa bayi lebih besar.8,9
c. Kematian karena tindakan pembunuhan
1. Pembekapan (sufokasi)
Penekanan yang ringan pada mulut dan hidung bayi yang baru saja dilahirkan dengan
menggunakan bantal atau telapak tangan sebenarnya sudah cukup untuk
mematikannya tanpa meninggalkan jejas. Namun umunya si ibu menjadi panik pada
saat mendengar tangisan bayi sehingga ia cepat-cepat membekap hidung dan mulut
bayi.
Tindakan yang tergesa-gesa dengan tenaga yang berlebihan itu dapat
meninggalkan jejas pada muka bayi. Pada pembekapan dengan tangan dapat
ditemukan luka-luka memar dan lecet yang masing-masing disebabkan oleh tekanan
bagian lunak ujung jari dan oleh tekanan kuku. Pembekapan dengan menggunakan
selimut atau bantal mungkin tidak menimbulkan luka namun serabut-serabut benang
atau kapuk dapat tertinggal pada muka bayi.
22
Gambar 2.5 Korban pembekapan
2. Penjeratan (strangulasi)
Penjeratan juga merupakan cara pembunuhan anak yang cukup sering ditemui. Sering
ditemukan tanda-tanda kekerasan yang sangat berlebihan dari yang dibutuhkan untuk
membuat bayi mati. Tanda-tanda bekas jeratan akan ditemukan di daerah leher
disertai dengan memar dan resapan darah. Kadang juga ditemukan penjeratan dengan
menggunakan tali pusat sehingga terlihat bahwa bayi mati secara alami.
3. Penenggelaman (drowning)
Ini dilakukan dengan membuang bayi ke dalam penampungan berisi air, sungai dan
bahkan toilet.
4. Pencekikan
Pada pemeriksaan mayat baru lahir, daerah leher dan tengkuk harus diperiksa dengan
teliti karena pencekikan merupakan cara yang sering dilakukan dalam pembunuhan
anak sendiri. Pada pencekikan dengan kedua tangan dan dari depan dapat ditemukan
luka-luka lecet di daerah tengkuk dan luka memar di daerah leher. Luka lecet bekas
tekanan kuku dapat berbentuk garis lengkung atau garis lurus. Untuk meredam
tangisan bayi, si ibu mungkin akan membekap mulut bayinya sehingga luka-luka
memar dan lecet dapat ditemukan disekitar mulut.

23
Gambar 4. Korban pencekikan manual (tampak bekas kuku pelaku pada leher korban)9

5. Kekerasan tumpul pada kepala


Jika ditemukan fraktur kranium, maka dapat diperkirakan bahwa terjadi kekerasan
terhadap bayi. Pada keadaan panik, ibu memukul kepala bayi hingga terjadi patah
tulang.
6. Kekerasan tajam
Kematian pada bayi baru lahir yang dilakukan dengan melukai bayi dengan senjata
tajam seperti gunting atau pisau dan menyebabkan luka yang fatal hingga menembus
organ dalam seperti hati, jantung dan otak.8,9

2.7. CUKUP BULAN DALAM KANDUNGAN


Pengertian cukup bulan biasanya diasosiasikan dengan usia kehamilan aterm atau diatas 36
minggu. Anak tersebut cukup bulan jika:5,8
 Berat badan lebih dari 2500 gram, panjang badan lebih dari 48 cm, lingkar kepala
lebih dari 34 cm, diameter puting susu 7 mm

 Terdapat pusat penulangan episisis didistal femur dan proksimal tibia ( merah ukuran
5x5 mm). Cara pemeriksaannya dengan uji radiologik atau dengan memeriksa
langsung pada tulang tersebut. Bila pada proksimal tibia, maka kulit daerah lutut
diinsisi melintang , patella dilepaskan, dan ujung distal femur diiris melintang sejajar
tipis-tipis. Pusat penulangan tampak sebagai merah tua pada dasarnya putih ( rawan ).

24
Bedakan dengan warna merah yang ditemukan pada diafisa tulang. Pusat penulangan
epifisis ini juga sudah ditemukan disternum, kuboid, tibia dan lain-lain.
 Lanugo tinggal sedikit, kuku-kuku sudah melewati ujung jari dan telah cukup kaku,
kemudian juga daun telinga tidak cukup kaku, daktilografi telah jelas, kedua testis
telah turun bila tidak ada kelainan atau labia mayor telah menutupi labia minor.

Disebut belum cukup bulan jika belum memenuhi ciri-ciri diatas. Bila belum cukup bulan,
selanjutnya ditentukan berapakah usia kehamilannya dengan menggunakan rumus Haase:5,8
 Usia kehamilan 1-5 bulan : panjang tubuh = bulan kuadrat cm
 Usia kehamilan > 5 bulan : panjang tubuh = bulan x 5 cm
Bulan pada rumus ini = 4 minggu, dan usia kehamilan yang didapat harus ditulis dalam
satuan minggu. Bayi yang cukup bulan (matur, term) adalah bayi yang lahir setelah
dikandung selama 37 minggu atau lebih tetapi kurang dari 42 minggu penuh. Pengukuran
bayi cukup bulan dapat dinilai dari:5,8

Ciri-ciri eksternal
- Daun telinga
Pada bayi yang lahir cukup bulan, daun telinga menunjukkan pembentukan tulang
rawan yang sudah sempurna, pada helix teraba tulang rawan yang keras pada bagian
dorsokranialnya dan bila dilipat cepat kembali ke keadaan semula.
- Susu
Pada bayi yang matur putting susu sudah berbatas tegas, areola menonjol diatas
permukaan kulit dan diameter tonjolan susu itu 7 milimeter atau lebih.
- Kuku jari tangan
Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya tegas dan
relatif keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak tangan pelaku autopsi. Kuku
jari kaki masih relatif pendek. Pada bayi yang prematur kuku jari tangan belum
melampaui ujung jari dan relatif lebih lunak sehingga ujungnya mudah dilipat.
- Garis telapak kaki
Pada bayi yang matur terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki, dari depan
hingga tumit. Yang dinilai adalah garis yang relatif lebar dan dalam. Dalam hal kulit
telapak kaki itu basah maka dapat juga tampak garis-garis yang halus dan superfisial.
- Alat kelamin luar

25
Pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan sempurna yakni pada dasar
skrotum dan rugae pada kulit skrotum sudah lengkap. Pada bayi perempuan yang
matur, labia minor sudah tertutup dengan baik oleh labia mayor.
- Rambut kepala
Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama lain dan tampak
mengkilat. Batas rambut pada dahi jelas. Pada bayi yang prematur rambut kepala
halus seperti bulu wol atau kapas, masing-masing helai sulit dibedakan satu sama lain
dan batas rambut pada dahi tidak jelas.
- Skin opacity
Pada bayi matur, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal sehingga pembuluh darah
yang agak besar pada dinding perut tidak tampak atau tampak samar-samar. Pada bayi
prematur pembuluh-pembuluh tersebut tampak jelas.
- Processus xiphoideus
Pada bayi yang matur processus xiphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan pada
yang prematur membengkok ke ventral atau satu bidang dengan korpus manubrium
sterni.
- Alis mata
Pada bayi yang matur, alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah
terdapat, sedangkan pada yang prematur bagian itu belum terdapat.
- Pusat penulangan
Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (femur) mempunyai arti yang
cukup penting. Bagian distal femur dan proksimal tibia akan menunjukkan pusat
penulangan pada umur kehamilan 36 minggu. Demikian juga pada cuboideum dan
cuneiform. Sedangkan, talus dan calcaneus pusat penulangan akan tampak pada umur
kehamilan 28 minggu.5,8

Penaksiran umur gestasi


- Rumus De Haas
Menurut rumus De Haas, untuk 5 bulan pertama panjang kepala-tumit dalam
sentimeter adalah sama dengan kuadrat angka bulan. Untuk 5 bulan terakhir, panjang
badan adalah sama dengan angka bulan dikalikan dengan angka 5.
- Rumus Arey
Menggunakan panjang kepala, tumit dan bokong.

26
Umur (bulan) = panjang kepala - tumit (cm) x 0,2
Umur (bulan) = panjang kepala - bokong (cm) x 0,3
- Rumus Finnstrom
Menggunakan panjang lingkar kepala oksipito-frontal.
Umur gestasi = 11,03 + 7,75 (panjang lingkar kepala)

Tabel 1. Umur bayi dan panjang badan.


Umur Panjang badan (kepala-tumit)
1 bulan 1 x 1 = 1 (cm)
2 bulan 2 x 2 = 4 (cm)
3 bulan 3 x 3 = 9 (cm)
4 bulan 4 x 4 = 16 (cm)
5 bulan 5 x 5 = 25 (cm)
6 bulan 6 x 5 = 30 (cm)
7 bulan 7 x 5 = 35 (cm)
8 bulan 8 x 5 = 40 (cm)
9 bulan 9 x 5 = 45 (cm)

Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan
(ossification centers) sebagai berikut:
Pusat penulangan pada: Umur (bulan)
Klavikula 1,5
Tulang panjang (diafisis) 2
Iskium 3
Pubis 4
Kalkaneus 5-6
Manubrium sterni 6
Talus Akhir 7
Sternum bawah Akhir 8
Distal femur Akhir 9/ setelah lahir
Proksimal tibia Akhir 9/ setelah lahir
Kuboid Akhir 9/ setelah lahir
Bayi perempuan lebih
cepat

2.8. PENENTUAN USIA JANIN DILUAR KANDUNGAN


Usia pasca lahir dapat ditentukan dari:5,8
a. Udara dalam saluran pencernaan : terdapat udara dilambung berarti baru saja lahir,
namun belum tentu lahir hidup atau lahir mati. Terdapat udara diduodenum berarti
lebih dari 2 jam. Terdapat udara diusus halus berarti 6-12 jam. Terdapat udara diusus
besar berarti 12-24 jam

27
b. Bila mekonium telah keluar seluruhnya berarti telah 24 jam atau lebih
c. Perubahan tali pusat. Bila kemerahan dipangkalnya berarti telah 36 jam. Bila kering
berarti 2-3 hari. Bila puput artinya telah 6-8 hari, atau kadang sampai 20 hari. Bila
sembuh berarti telah 15 hari. Bila arteri atau vena umbilikalis tertutup berarti 2 hari
d. Duktus arteriosus menutup berarti 3-4 minggu
e. Duktus venosus menutup berarti lebih dari 4 minggu
f. Sel darah merah berinti hilang berarti 24 jam (masih ada jika diambil disinusoid
hati).5
Penentuan umur bayi ekstra uterin didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi setelah bayi dilahirkan, misalnya:5,8
a. Udara dalam saluran cerna. Bila hanya terdapat dalam lambung atau duodenum
berarti hidup berarti saat, dalam usus halus berarti telah hidup 1-2 jam, bila dalam
usus besar, telah hidup 5-6 jam dan bila telah terdapat dalam rectum berarti telah
hidup 12 jam.
b. Mekonium dalam kolon. Meconium akan keluar kira-kira dalam waktu 24 jam setelah
lahir.
c. Perubahan tali pusat setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan tali pusat
baik di lahirkan hidup maupun mati. Pada tempat lekat akan terbentuk lingkaran
merah setelah bayi hidup kira-kira 36 jam. Kemudian tali pusat akan mnegering
menjadi seperti benang dalam waktu 6 hingga 8 hari dan akan terjadi peneymbuhan
luka yang sempurna bila tidak terjadi infeksi dalam waktu 15 hari. Pada pemeriksaan
mikroskopik daerah yang akan melepas akan tampak reaksi inflamasi yang mulai
timbul setelah 24 jam berupa sebukan sel-sel leukosit berisi banyak, kemudian akan
terlihat sel-sel limfosit dan jaringan granulasi.

d. Eritrosit berini akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun kadangkala
masih dapat ditemukan dalam sinusoid hati.
e. Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang berwarna jingga
berbentuk kipas (fan-shaped) lebih banyak dalam pyramid daripada medulla ginjal.
Hal ini akan menghilang setelah hari ke 4 saat metabolisme telah terjadi.
f. Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi obliterasi arteri dan vena
umbilikus dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup setlah 3-4 minggu dan
foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi kadang-kadang tidak

28
menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi. Duktus arteriousus akan tertutup
setelah 3 minggu-1 bulan.

2.9. PEMERIKSAAN TERHADAP PELAKU INFANTISIDA


Pemeriksaan terhadap wanita yang disangka sebagai ibu dari bayi bersangkutan
bertujuan untuk menentukan apakah wanita tersebut baru melahirkan.Pada pemeriksaan
juga perlu dicatat keadaan jalan lahir untuk menjawab pertanyaan “apakah mungkin
wanita tersebut mengalami partus presipitatus” 5,8
Tanda telah melahirkan anak.
- Robekan baru pada alat kelamin.
- Osteum uteri dapat dilewati ujung jari
- Keluar darah dari Rahim.
- Ukuran Rahim; saat post partum setinggi pusat, 6-7 hari post partum setinggi tulang
kemaluan.
- Payudara mengeluarkan air susu.
- Hiperpigmentasi aerola mamae.
- Striae gravidarum dari warna merah menjadi putih.5,8
Berapa lama telah melahirkan
- Ukuran Rahim kembali ke ukuran semula 2-3 minggu.
- Getah nifas : 1-3 hari post patum berwarna merah, 4-9 hari post partum berwarna
putih, 10-14 hari post partum getah nifas habis.
- Robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari.5,8
Tanda-tanda partus presipitatus.
- Robekan pada alat kelamin.
- Inversion uteri yaitu bagian dalam Rahim menjadi keluar, lebih-lebih bila tali pusat
pendek.
- Robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada tempat lekat tali
pusat. Robekan ini harus tumpul, dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologis.
- Luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan dibawah kulit kepala, perdarahan
didalam tengkorak.5,8

Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta pada darah yang berasal dari rahim.

29
Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang diperiksa
adalah suatu hal yang paling sukar. Beberapa cara yang paling sering digunakan yaitu:5,8
a. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak.
Ibu diperiksa apakah memang baru melahirkan (tinggi uteri, striae gravidarum,
dinding perut kendor, payudara besar dan kencang, robekan perineum, lochia,
kolostrum). Sedangkan saat lahir si anak dilihat dari usia pasca lahir ditambah lama
kematian.
b. Memeriksa golongan darah ibu dan anak.
Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah, akan tetapi sekarang
pemeriksaan golongan darah ini merupakan prosedur standard yang digunakan.
Eksklusi hanya dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat bersama-sama pada
satu individu sedangkan individu lain tidak mempunyai sama sekali. Contohnya
adalah bila ibu golongan darah AB sedangkan anak O atau sebaliknya. Penggunaan
banyak jenis golongan darah akan lebih memungkinkan mencapai tujuan.5,8
Pemeriksaan DNA
Cara ini merupakan cara yang meskipun canggih namun harus
diinterpretasikan dengan hati-hati. Hanya separuh DNA inti sel anak yang berasal dari
ibu, sedangkan yang lainnya berasal dari ayah, sehingga apabila identitas ayah tak
ditemukan makan interpretasi hasil menjadi sangat sulit. Penggunaan DNA
mitokondria yang memiliki cara yang persis sama anatara ibu dan anak juga kurang
memiliki kemampuan determinasi.5,8

30
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Pengertian infantisida
Infantisida merupakan pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri,
segera atau beberapa saat setelah dilahirkan karena takut ketahuan bahwa ia
melahirkan bayi.
2. Landasan hukum infantisida
Dasar hukum yang menyangkut pembunuhan anak sendiri, yaitu:
- Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan pembunuhan anak;
yaitu : pasal 341, 342 dan 343.
- Kinderdoodslag dilakukan tanpa rencana, sedangkan kindermoord dilakukan
dengan rencana, sehingga hukuman kindermoord lebih berat dari
kinderdoodslag. Kesimpulannya, tindak pidana merampas nyawa bayi harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
 Pelaku harus ibu kandung
 Korban harus bayi anak kandung sendiri

31
 Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian
 Motif pembunuhan karena takut ketahuan telah melahirkan anak
3. Pemeriksaan kedokteran forensik infantisida (Bayi Post Mortem)
Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga
kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai
berikut:
 Bayi viabel atau tidak
 Bayi lahir hidup atau mati
 Sebab kematian bayi
 Lama hidup diluar kandungan

4. Pemeriksaan terhadap pelaku (suspect)


- Mencocokan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak
a. Adanya bekas-bekas kehamilan
 Striae gravidarum
 Dinding perut kendor
 Rahim dapat diraba diatas symphisis
 Payudara besar dan kecil
b. Adanya bekas-bekas persalinan
 Robekan perineum
 Keluar cairan lochea
- Mencari data antropologi yang khas pada ibu dan anak
- Memeriksa golongan darah ibu dan anak
- Sidik jari DNA

32
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Korban


Nama : (Tidak diketahui)

Jenis kelamin : Laki laki

Umur : (Tidak diketahui)

Hari tanggal jenazah masuk : 27 Oktober 2020

Tanggal Pemeriksaan : 27 Oktober 2020

Waktu Pemeriksaan : 16.30 WIB

Lokasi Ditemukan : Jl. Cempaka Indah No. 13, Genuk, Kota


Semarang, Jawa Tengah

33
3.2 Kronologi
Pada tanggal 26 Oktober 2020 pukul 15.30 ada seorang warga yang beralamat
Jl. Cempaka Indah No. 13, Genuk, Kota Semarang, Kota Semarang. Pada saat ingin
membuang sampah tanpa sengaja melihat sebuah bungkusan kardus yang berada di
tempat sampah, awalnya mengira itu adalah sebuah bungkusan biasa akan tetapi dia
merasa ada yang aneh dengan bungkusan tersebut. Lalu kemudian dia mencoba
mendekatinya dan akhirnya terkejut ternyata di dalam nya ada seorang mayat bayi.
Warga tersebut kemudian melapor ke RT setempat pada akhirnya ketua RT tersebut
melapor ke kantor Polsek Genuk.

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH JAWA TENGAH
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
JL. Majapahit No. 140 Semarang, Telp: (024) 6716273

PROJUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
Nomor : R/1/VER/IX/2020/BIDDOKKES

Atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Sektor Genuk melalui suratnya tanggal 27
Oktober 2020, Nomor Polisi: R/1/IX/2020/RESKRIM yang ditandatangani oleh Agus Prasetyo,
S.H pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi, NRP.72060856, dan diterima tanggal 27 Oktober

34
2020 jam 16.00 WIB, maka dengan ini saya dr. Rokhayati, Sp.FM, sebagai dokter yang bekerja
di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Polda Jawa Tengah menerangkan bahwa pada tanggal
27 Oktober 2020 jam 16.30 WIB, di kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara telah memeriksa
jenazah, yang berdasarkan surat tersebut di atas nama tidak diketahui, usia tidak diketahui, jenis
kelamin laki-laki, alamat tidak diketahui, ditemukan didalam kardus di bak sampah rumah warga
yang beralamat di Jl. Cempaka Indah no. 13, Genuk, Kota Semarang, Jawa Tengah dan diduga
meninggal dunia akibat pembunuhan.-----------------------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN : ---------------------------------------------------------------------------------

Dari pemeriksaan luar dan dalam atas tubuh jenazah tersebut di atas ditemukan fakta- fakta
sebagai berikut :
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

a) FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH ----------------------


Tanggal : dua puluh tujuh Oktober dua ribu dua
puluh-------------------------------------------

1. Identitas Umum Jenazah:------------------------------------------------------------------------------

a. Jenis Kelamin : laki-laki


--------------------------------------------------------------------
b. Umur : umur dalam kandungan sembilan sampai sepuluh bulan, umur
diluar kandungan kurang dari satu hari, lama waktu kematian antara dua belas sampai tiga
puluh enam jam -----------------------------------------------------------------------------------------
c. Panjang Badan : lima puluh satu sentimeter ----------------------------------------------
d. Berat Badan : tiga ribu dua ratus gram -------------------------------------------------
e. Warna Kulit : kemerahan -----------------------------------------------------------------
f. Ciri Rambut : lurus, warna hitam, pendek
----------------------------------------------
g. Lingkar Kepala : tiga puluh empat sentimeter ---------------------------------------------
h. Lingkar Dada : tiga puluh tujuh sentimeter -----------------------------------------------

2. Identitas Khusus jenazah ------------------------------------------------------------------------------

a. Cacat fisik : tidak ada ------------------------------------------------------------------------------


b. Pakaian : tidak ada ----------------------------------------------------------------------------------

35
c. Perhiasan : tidak ada --------------------------------------------------------------------------------
d. Tanda lahir : terdapat sebuah tanda lahir pada lutut kanan, bentuk menyerupai huruf S
dengan ukuran panjang dua sentimeter dan lebar satu sentimeter berbatas tegas dan
berwarna kecokelatan ------------------------------------------------------------------------------
e. Tahi lalat: tidak ada --------------------------------------------------------------------------------
f. Benda di samping jenazah : tidak ada ------------------------------------------------------------
g. Pembungkus jenazah : terdapat sebuah kardus berwarna putih dengan tulisan “pop mie
rasa ayam bawang” dengan ukuran panjang enam puluh sentimeter, lebar tiga puluh
sentimeter
---------------------------------------------------------------------------------------------
h. Alas Jenazah: sebuah kain batik motif parang warna cokelat, bahan katun,tanpa merek,
ukuran panjang seratus limapuluh sentimeter, lebar seratus sentimeter ---------------------
B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA KEMATIAN : -------

1. Suhu Rektal : dua puluh lima derajat selsius.--------------------------------------------------------


2. Lebam mayat : lebam mayat pada tengkuk, pinggang, bokong, bagian belakang kedua
lengan atas dan bawah, bagian belakang kedua tungkai bawah, berwarna merah kebiruan
dan tidak hilang dengan penekanan
-----------------------------------------------------------------------------
3. Kaku mayat: pada kelopak mata, persendian jari kaki dan tangan, sendi siku, sendi lutut
dan leher
------------------------------------------------------------------------------------------------------
4. Pembusukan : tidak ada tanda pembusukan ---------------------------------------------------------
C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR :-----------------------------------

1. Permukaan Kulit Tubuh-----------------------------------------------------------------------------

a. Kepala: -----------------------------------------------------------------------------------------------
 Daerah berambut : rambut warna hitam, dan mudah dipilah -----------------------------
 Wajah : sembab, tidak ada tanda kekerasan -------------------------------------------------
b. Leher : terdapat lapisan lemak warna putih pada lipatan leher --------------------------------
a. Terdapat tiga buah luka memar pada leher, bentuk tidak teratur, warna merah gelap,
batas tidak tegas. Luka memar pertama pada leher kanan, satu koma lima sentimeter
disebelah kanan garis tengah tubuh, empat sentimeter dibawah garis yang melewati
kedua liang telinga, panjang luka dua sentimeter lebar satu sentimeter. Luka memar

36
kedua pada leher kiri, dua koma lima sentimeter di sebelah kiri garis tengah tubuh,
empat sentimeter di bawah garis yang melewati kedua liang telinga, panjang luka
dua koma lima sentimeter lebar satu sentimeter. Luka memar ketiga nol koma tiga
sentimeter dibawah luka memar kedua, panjang luka dua koma delapan sentimeter
lebar satu sentimeter ----------------------------------------------------------------------------
c. Bahu : tidak ada tanda kekerasan -----------------------------------------------------------------
d. Dada: cembung, sela iga melebar rata - rata satu koma tiga sentimeter, puting susu
sudah terbentuk dengan diameter nol koma tujuh sentimeter dan dapat dibedakan
dengan warna kulit sekitar
-------------------------------------------------------------------------------------------
e. Punggung : terdapat lemak putih, sedikit bulu halus, tidak ada tanda kekerasan.-----------
f. Pinggang : tidak ada tanda kekerasan.------------------------------------------------------------
i. Perut : terdapat tali pusat yang masih utuh bersama ari-ari, panjang tali pusat empat
puluh sentimeter, diameter dua sentimeter, tidak dipotong, warna kemerahan, ari-ari
berukuran diameter dua puluh satu sentimeter, tebal dua sentimeter, berat empat ratus
lima puluh satu gram, perabaan kenyal
------------------------------------------------------------------------
g. Bokong : tidak ada tanda kekerasan --------------------------------------------------------------
h. Dubur : tidak ada tanda kekerasan.----------------------------------------------------------------
a. Lingkaran dubur : terdapat kotoran berwarna hijau gelap konsistensi lunak, tidak
ada tanda kekerasan -----------------------------------------------------------------------
b. Liang dubur : terdapat kotoran berwarna hijau gelap konsistensi lunak, tidak ada
tanda kekerasan ----------------------------------------------------------------------------
i. Anggota gerak: --------------------------------------------------------------------------------------
1) Anggota gerak atas: jaringan bawah kuku tampak kebiruan, kuku telah melewati
ujung jari, garis telapak tangan terdapat pada dua pertiga bagian depan ---------------
2) Anggota gerak bawah : jaringan bawah kuku tampak kebiruan, kuku telah melewati
ujung jari,garis telapak kaki terdapat pada dua pertiga bagian depan -------------------
2. Bagian Tubuh tertentu : ----------------------------------------------------------------------------

1. Mata: --------------------------------------------------------------------------------------------------
a. Alis mata : warna hitam, tidak ada kelainan ------------------------------------------------
b. Bulu mata : warna hitam, tidak ada
kelainan------------------------------------------------

37
c. Kelopak mata :tidak ada tanda kekerasan
---------------------------------------------------
d. Selaput kelopak mata : ------------------------------------------------------------------------
1) Kanan: terdapat bintik perdarahan --------------------------------------------------
2) Kiri: terdapat bintik perdarahan -----------------------------------------------------
e. Selaput bening mata : tidak ada tanda kekerasan ------------------------------------------
f. Selaput biji mata :------------------------------------------------------------------------------
a) Kanan: tampak bintik perdarahan dan pelebaran pembuluh darah ------------
b) Kiri: tampak bintik perdarahan dan pelebaran pembuluh darah ---------------
g. Manik mata : bentuk bulat, dengan ukuran nol koma empat sentimeter, kanan dan
kiri sama -----------------------------------------------------------------------------------------
h. Pelangi mata : warna cokelat, tidak ada kelainan.------------------------------------------
2. Hidung : -------------------------------------------------------------------------------
1) Bentuk hidung: tidak ada kelainan
-----------------------------------------------------------
2) Permukaan kulit hidung: tidak ada tanda kekerasan
-------------------------------------
3) Lubang Hidung: tidak ada tanda kekerasan ----------------------------------------------
3. Telinga : terdapat lapisan putih kekuningan pada daerah belakang telinga, tulang rawan
sudah terbentuk sempurna, kedua daun telinga kembali ke posisi semula setelah
dilakukan penekukan -------------------------------------------------------------------------------
a) Bentuk telinga : tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------
b) Permukaan telinga : ----------------------------------------------------------------------------
a) Kanan: tidak ada tanda kekerasan --------------------------------------------------
b) Kiri: tidak ada tanda kekerasan -----------------------------------------------------
c) Lubang telinga : tidak ada tanda kekerasan ------------------------------------------------
4. Mulut : -------------------------------------------------------------
1) Bibir : tampak kebiruan -----------------------------------------------------------------------
2) Selaput lendir mulut: tidak ada tanda kekerasan--------------------------------------------
3) Lidah: tidak ada tanda kekerasan -------------------------------------------------------------
4) Rongga Mulut: terdapat buih halus berwarna putih ----------------------------------------
5) Gigi-geligi : belum tumbuh--------------------------------------------------------------------
6) Langit - langit mulut : tidak ada tanda kekerasan -----------------------------------------

38
7) Dagu: tidak ada tanda kekerasan -------------------------------------------------------------
5. Alat kelamin : laki laki------------------------------------------------------------------------------
a. Rambut kemaluan: tidak ada ----------------------------------------------------------------
b. Pelir : tidak ada tanda kekerasan ------------------------------------------------------------
c. Biji pelir: biji pelir kanan dan kiri sudah turun --------------------------------------------
d. Kantung biji pelir : tidak ada tanda kekerasan --------------------------------------------
3. Tulang - Tulang : ---------------------------------------------------------------------------------------

1) Tulang tengkorak : tidak ada tanda kekerasan ---------------------------------------------------


2) Tulang belakang :tidak ada tanda kekerasan ----------------------------------------------------
3) Tulang-tulang dada : tidak ada tanda kekerasan ------------------------------------------------
4) Tulang-tulang punggung : tidak ada tanda kekerasan ------------------------------------------
5) Tulang-tulang panggul : tidak ada tanda kekerasan --------------------------------------------
6) Tulang anggota gerak : tidak ada tanda kekerasan ----------------------------------------------
D. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM----------------------------------

1. Rongga Kepala :
---------------------------------------------------------------------------------------

a. Kulit kepala bagian dalam: tidak ada tanda kekerasan -------------------------------------------


b. Otot kepala: tidak ada tanda kekerasan ------------------------------------------------------------
c. Tulang tengkorak : tidak ada tanda kekerasan ----------------------------------------------------
d. Selaput keras otak : tampak pelebaran pembuluh darah pada permukaan selaput keras
otak ------------------------------------------------------------------------------------------------------
e. Otak: berat otak besar, otak kecil dan batang otak tiga ratus gram, dengan ukuran panjang
delapan sentimeter lebar lima setimeter dan tinggi tiga sentimeter, warna putih kelabu,
perabaan lunak, tampak pelebaran pembuluh darah pada permukaan otak. Lekuk otak
mendatar, parit otak menyempit. Pada pengirisan tampak bintik perdarahan pada otak
besar, otak kecil dan batang otak, batas warna abu-abu dan putih otak tidak jelas-----------
2. Leher bagian dalam: ---------------------------------------------------------------------------------------

a. Lidah : tidak ada tanda kekerasan ------------------------------------------------------------------


b. Kulit leher bagian dalam : terdapat dua resapan darah, bentuk tidak teratur, batas tegas,
warna merah kebiruan. Resapan darah pertama pada leher sisi kanan dengan panjang tiga
sentimeter, lebar nol koma tujuh sentimeter. Resapan darah kedua pada leher sisi kiri
dengan panjang tiga koma lima sentimeter, lebar dua koma delapan sentimeter ------------

39
c. Otot leher bagian dalam : terdapat resapan darah pada otot leher kanan dengan panjang
dua koma delapan sentimeter, lebar nol koma enam sentimeter --------------------------------
d. Pembuluh darah besar : tidak ada kelainan --------------------------------------------------------
e. Kerongkongan : kosong, tidak ada tanda kekerasan ---------------------------------------------
f. Tenggorokan : terdapat buih halus ------------------------------------------------------------------
g. Tulang rawan cincin : tidak ada tanda kekerasan -------------------------------------------------
h. 3. Rongga Dada : ---------------------------------------------------------------------------------------------
1) Tulang dada : tidak ada tanda kekerasan.-----------------------------------------------------------
2) Tulang-tulang iga : mendatar, sela iga kanan dan kiri melebar satu koma tiga sentimeter--
3) Dinding dada : tidak ada tanda kekerasan ---------------------------------------------------------
4) Rongga dada : cembung, tidak ada tanda kekerasan ---------------------------------------------
5) Diafragma: sudah turun sampai sela iga empat sampai lima------------------------------------
6) Paru: ----------------------------------------------------------------------------------------------------
1) Paru kanan : paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung
jantung, terdiri dari tiga baga, terdapat bintik perdarahan pada selaput pembungkus
paru dan permukaan paru, permukaan rata, tepi tumpul, terdapat gambaran marmer,
perabaan seperti spons, warna merah gelap, terdapat gambaran seperti bercak,
berukuran panjang sembilan sentimeter, lebar lima sentimeter dan tebal dua
sentimeter,berat paru kanan tujuh puluh gram,dan pada pengirisan terdapat buih dan
darah warna merah gelap dan encer
------------------------------------------------------------------------------------------------

2)  Paru kiri : paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung,
terdiri dari dua baga, terdapat bintik perdarahan pada selaput pembungkus paru dan
permukaan paru, permukaan rata, tepi tumpul, terdapat gambaran marmer, perabaan
seperti spons, warna merah gelap, terdapat gambaran seperti bercak, berukuran
panjang sepuluh sentimeter, lebar enam sentimeter dan tebal dua setengah sentimeter,
berat paru enam puluh dua gram, pada pengirisan terdapat buih dan darah warna
merah gelap dan encer
------------------------------------------------------------------------------------------------

7) Jantung : berat jantung dua puluh lima gram, dengan ukuran panjang tiga koma lima
sentimeter, lebar tiga sentimeter, tinggi dua sentimeter. Katup antara serambi dan bilik
kanan berjumlah tiga buah, tidak ada kelainan. Tebal otot jantung bilik kanan nol koma
empat sentimeter. Panjang lingkar katup pembuluh nadi paru nol koma tujuh sentimeter,

40
katup terdiri dari tiga buah. Katup antara serambi kiri dan bilik kiri berjumlah dua buah,
dengan panjang lingkar katup nol koma sepuluh sentimeter, tebal otot bilik kiri satu koma
dua sentimeter. Katup pembuluh nadi utama jantung terdiri dari tiga buah katup dengan
panjang nol koma delapan sentimeter---------------------------------------------------------------
4. Rongga Perut : ---------------------------------------------------------------------------------------------

a. Kulit perut bagian dalam : tidak ada tanda kekerasan--------------------------------------------


b. Rongga perut : tidak ada tanda kekerasan ---------------------------------------------------------
c. Tirai usus : tidak ada tanda kekerasan --------------------------------------------------------------
d. Usus besar: terdapat massa lembek berwarna hijau kehitaman ---------------------------------
e. Usus halus: tidak ada kelainan.----------------------------------------------------------------------
f. Hati: warna merah gelap, permukaan rata, perabaan kenyal, panjang sepuluh sentimeter,
lebar sembilan sentimeter, tinggi tiga sentimeter, berat seratus lima puluh gram, pada
pengirisan terdapat darah warna merah gelap dan encer ----------------------------------------
g. Limpa : warna merah gelap, berat lima belas gram, panjang enam sentimeter, lebar empat
sentimeter, tinggi nol koma dua sentimeter, pada pengirisan terdapat darah warna merah
gelap dan encer ----------------------------------------------------------------------------------------
h. Lambung : pada lambung tidak didapatkan makanan. -------------------------------------------
i. Ginjal: --------------------------------------------------------------------------------------------------
1)  Ginjal kanan : warna merah kecoklatan, perabaan kenyal, selaput pembungkus ginjal
mudah dilepas, panjang dua koma lima sentimeter, lebar satu koma tujuh sentimeter,
berat dua puluh gram, pada pengirisan terdapat darah warna merah gelap dan encer ---

2)  Ginjal kiri : warna merah kecoklatan, perabaan kenyal, selaput pembungkus ginjal
mudah dilepas, panjang dua koma lima sentimeter, lebar satu koma tujuh sentimeter,
berat dua puluh satu gram, pada pengirisan terdapat darah warna merah gelap dan
encer
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

5. Rongga Panggul : -------------------------------------------------------------------------------------------

a. Kandung kemih: tidak ada tanda kekerasan ----------------------------------------------------

E. FAKTA DARI PEMERIKSAAN


PENUNJANG:---------------------------------------------------Untuk menambah fakta – fakta yang
diperlukan, maka saya mengambil sampel dari jenazah untuk pemeriksaan :

41
-------------------------------------------------------------------------------------------

a) Darah: Tes golongan darah didapatkan hasil golongan darah A, pemeriksaan mikroskopik
darah terdapat sel eritrosit berinti -------------------------------------------------------------------
b) Pemeriksaan apung paru: kedua paru mengapung saat dimasukkan ke dalam air, tes
apung paru positif------------------------------------------------------------------------------------
c) Tes apung lambung-usus: lambung dan usus mengapung saat dimasukkan kedalam air,
tes apung usus positif----------------------------------------------------------------------------------
d) Pemeriksaan patologi anatomi : paru didapatkan jaringan paru dengan gelembung paru
yang telah terbuka dan dinding gelembung paru yang tipis, perdarahan intraalveolar,
hiperinflasi duktus, kolapsnya alveolus, edema interstisial, konstriksi bronkiolus ----------
KESIMPULAN-----------------------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada pemeriksaan jenazah tersebut, maka dapat saya
simpulkan bahwa telah diperiksa jenazah seorang laki-laki, cukup bulan, mampu hidup di luar
kandungan tanpa bantuan alat bantu, pernah bernafas, tidak didapatkan tanda-tanda perawatan,
umur diluar kandungan kurang dari satu hari, dan golongan darah A. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan tanda-tanda pencekikan. Didapatkan tanda-tanda mati lemas. Sebab kematian adalah
pencekikan yang menyebabkna mati lemas. Waktu kematian diperkirakan dua belas hingga tiga
puluh enam jam sebelum pemeriksaan dilakukan.---------------------------------------------------------

PENUTUP:-----------------------------------------------------------------------------------------------------
- Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat
sumpah sewaktu menerima jabatan sebagai
dokter------------------------------------------------------------------

Semarang, 27 Oktober 2020

Dokter pemeriksa,

dr. Rokhayati, Sp.FM

BAB IV
PEMBAHASAN

42
Berdasarkan surat permintaan Visum et Repertum dari Kepolisian, jenazah bayi
ditemukan di tempat yang tidak semestinya, yaitu di Pantai Hyang Sangkur Lembeng, yang
terletak di Jl. Kijang Utara 1 no. 6, Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Jenazah bayi
tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak sendiri (pasal 341, 342), pembunuhan
(pasal 338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang (pasal 181), atau bayi yang
diterlantarkan sampai mati (pasal 308). Pada kasus ini, harus dibedakan apakah bayi lahir
mati atau lahir hidup, karena bila bayi lahir mati maka kasus tersebut bukan merupakan kasus
pembunuhan atau penelantaran anak hingga menimbulkan kematian. Si ibu hanya dapat
dikenakan tuntutan menyembunyikan kelahiran dan kematian orang.

Untuk membuktikan hal tersebut, harus dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik.


Peran dokter pada kasus pembunuhan anak sendiri adalah memeriksa jenazah bayi. Pada
kasus tersebut, penyidik secara resmi akan meminta dokter untuk membantu penyidikan.
Terdapat beberapa hal yang harus ditentukan, yaitu apakah bayi tersebut baru dilahirkan,
adanya tanda-tanda perawatan, dilahirkan hidup atau lahir mati, viable atau non-viable, cukup
bulan dalam kandungan, tanda-tanda kekerasan, dan sebab kematian.

Hal yang ditentukan pertama adalah apakah bayi tersebut baru dilahirkan. Bayi yang
tidak lama setelah dilahirkan adalah keadaan bayi baru lahir dan belum dirawat. Jika sudah
dirawat, maka bayi tersebut bukanlah bayi yang baru lahir. Pada kasus ini terdapat tali pusat
yang masih utuh bersama ari-ari, panjang tali pusat empat puluh sentimeter, diameter dua
sentimeter, tidak dipotong, warna kemerahan, ari-ari berukuran diameter dua puluh satu
sentimeter, tebal dua sentimeter, berat empat ratus lima puluh satu gram, perabaan kenyal.
Hal ini menunjukkan bayi tersebut belum dirawat.

Selanjutnya adalah menentukan bayi tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati. Tanda-
tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan adalah pernapasan (paru mengembang dan
terdapat udara dalam lambung atau usus), menangis, adanya pergerakan otot, sirkulasi darah
dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin, isi usus, dan keadaan tali pusat. Karena bayi
tersebut ditemukan dalam keadaan sudah menjadi jenazah, maka tanda kehidupan sudah tidak
ada lagi selain tanda pernah bernapas di luar rahim. Untuk menentukan hal tersebut, maka
perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Pernapasan mengakibatkan perubahan sifat dan struktur
jaringan paru yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, serta
tes apung paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan dalam, didapatkan gambaran makroskopik
dari paru kanan dan kiri sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung,

43
terdapat bintik perdarahan pada selaput pembungkus paru dan permukaan paru, permukaan
rata, tepi tumpul, terdapat gambaran marmer, perabaan seperti spons, warna merah gelap,
terdapat gambaran seperti bercak,dan pada pengirisan terdapat buih dan darah warna merah
gelap dan encer. Sekat rongga dada (diafragma) kanan dan diafragma kiri setinggi sela iga
ke4-5. Hal ini menunjukkan kedua paru sudah mulai mengembang. Kemudian, dilakukan tes
apung paru yang diambil dari kedua lobus paru dan diperoleh hasil positif, yaitu paru
terapung. Ini membuktikan bahwa telah terjadi pengembangan paru atau respirasi yang
menandakan bayi tersebut sudah sempat bernafas atau menghirup udara, sehingga dapat
menunjukkan bahwa bayi tersebut lahir hidup.

Kemudian, menentukan apakah bayi tersebut mampu hidup diluar kandungan ibunya
(viable) atau tidak. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, didapatkan ukuran panjang
badan (kepala-tumit) 51 cm, berat badan 3200 gram, dan tidak ditemukan cacat bawaan yang
berat. Kondisi ini sesuai dengan kriteria bayi yang viable, berarti bahwa bayi tersebut mampu
hidup di luar kandungan setelah dilahirkan.

Setelah itu, menentukan apakah bayi tersebut cukup bulan dalam kandungan. Umur
bayi dapat ditentukan dari ciri-ciri eksternal, yaitu tulang rawan daun telinga tipis dan setelah
dilipat cepat kembali, diameter puting susu 3 mm, garis telapak tangan dan telapak kaki 2/3
depan, dan dapat juga dengan menggunakan rumus De Haas. Berdasarkan tanda-tanda yang
didapatkan pada pemeriksaan yaitu jaringan bawah kuku tampak kebiruan, kuku telah
melewati ujung jari,garis telapak kaki terdapat pada dua pertiga bagian depan dan panjang
badan 51 cmgaris kaki dapat diperkirakan bahwa umur bayi dalam kandungan berkisar antara
37-38 minggu yang dapat diartikan bahwa bayi tersebut dilahirkan cukup bulan (matur).

Karena bayi tersebut terbukti lahir hidup, maka sebab kematiannya harus ditentukan,
apakah kematian wajar, akibat kecelakaan, atau karena tindakan pembunuhan. Pada
pemeriksaan jenazah bayi tersebut ditemukan tiga buah luka memar pada leher, bentuk tidak
teratur, warna merah gelap, batas tidak tegas. Luka memar pertama pada leher kanan, satu
koma lima sentimeter disebelah kanan garis tengah tubuh, empat sentimeter dibawah garis
yang melewati kedua liang telinga, panjang luka dua sentimeter lebar satu sentimeter. Luka
memar kedua pada leher kiri, dua koma lima sentimeter di sebelah kiri garis tengah tubuh,
empat sentimeter di bawah garis yang melewati kedua liang telinga, panjang luka dua koma
lima sentimeter lebar satu sentimeter. Luka memar ketiga nol koma tiga sentimeter dibawah
luka memar kedua, panjang luka dua koma delapan sentimeter lebar satu sentimeter. Selain

44
itu Kulit leher bagian dalam terdapat dua resapan darah, bentuk tidak teratur, batas tegas,
warna merah kebiruan. Resapan darah pertama pada leher sisi kanan dengan panjang tiga
sentimeter, lebar nol koma tujuh sentimeter. Resapan darah kedua pada leher sisi kiri dengan
panjang tiga koma lima sentimeter, lebar dua koma delapan sentimeter. Otot leher bagian
dalam terdapat resapan darah pada otot leher kanan dengan panjang dua koma delapan
sentimeter, lebar nol koma enam sentimeter. Sebab kematian jenazah bayi tersebut adalah
mati lemas akibat dicekik karena ditemukan kekerasan tumpul berupa luka memar di leher,
leher bagian kanandan kiri , dan bagian dalam leher terdapat resapan darah pada bagian
kanan dan kiri serta pada otot leher kanan terdapat resapan darah yang mana tanda-tanda
tersebut menyerupai luka memar karena pencekikan. Bila pelaku nantinya adalah ibu
kandung korban, maka akan dikenakan pasal 341 atau pasal 342 KUHP.

45
BAB V
KESIMPULAN

Pembunuhan anak sendiri (infanticide) adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena takut ketahuan telah
melahirkan anak. Berdasarkan undang-undang, terdapat tiga faktor penting mengenai
pembunuhan anak sendiri, yaitu faktor ibu, waktu, dan psikis.

Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga
kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan mengenai anak tersebut
dilahirkan hidup atau lahir mati, adanya tanda-tanda perawatan, luka-luka yang dapat
dikaitkan dengan penyebab kematian, anak tersebut dilahirkan cukup bulan dalam
kandungan, dan adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
Pemeriksaan terhadap kasus pembunuhan anak sendiri dilakukan terhadap
pelaku/tertuduh (ibu kandung yang baru melahirkan) dan korban (bayi yang baru dilahirkan).
Pada ibu, diperiksa tanda telah melahirkan anak, berapa lama telah melahirkan, adanya tanda-
tanda partus precipitates, pemeriksaan golongan darah, dan pemeriksaan histopatologi
terhadap sisa plasenta dalam darah yang berasal dari rahim. Sedangkan, pada korban
diperiksa viabilitas, penentuan umur, pernah atau tidak pernah bernapas, umur ekstrauterin,
dan sebab kematian. Sebab kematian dapat berupa akibat penyakit, kecelakaan, dan tindakan
kriminal. Salah satu contoh kematian akibat tindakan criminal adalah tindakan pembunuhan
berupa sufokasi (pembekapan).
Pada kasus ini, Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada pemeriksaan jenazah
tersebut, maka dapat saya simpulkan bahwa telah diperiksa jenazah seorang laki-laki, cukup
bulan, mampu hidup di luar kandungan tanpa bantuan alat bantu,pernah bernafas, tidak
didapatkan tanda-tanda perawatan, umur kurang dari satu hari di luar kandungan, dan
golongan darah A. Dan juga dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda pencekikan
berupa luka akibat kekerasan tumpul berupa tiga buah luka memar di leher,didapatkan tanda
mati lemas, Sebab kematian adalah pencekikan yang menyebabkna mati lemas. Waktu
kematian diperkirakan dua belas hingga dua puluh empat jam sebelum pemeriksaan
dilakukan. Oleh karena itu, bila pelakunya adalah ibu kandung korban, maka akan dikenakan
pasal 341 atau pasal 342 KUHP.

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Dimaio VJ, Dimaio D. Neonaticide, Infanticide, and Child Homicide. Forensic


Pathology: Second ed. London. CRC Press LLC. 2001;1:335-65.
2. Byard, Roger W. Sudden Death in Infancy Childhood and Adolosence. 2nd ed. UK.
Cambridge University Press; 2004:491-575.
3. Knight, Bernard; Saukko, Pekka. Knight’s Forensic Pathology. 3rd ed. UK: Hodder
Arnold. 2004
4. James, Jason Payne, et al. Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed. UK:Hodder Arnold.
2011
5. Budiyanto, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.
6. Pembunuhan anak sendiri. Dalam :Peranan Ilmu Forensik dalam Penegakan Hukum.
Edisi Pertama. Jakarta. 2008 ;161-170
7. Apuranto, H. dan Hoediyanto. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga; 1997.
8. Idries A.M. Infanticide. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.
Penerbit Binarupa Aksara. 1997: 256 – 69.
9. Knight, Bernard. Knight’s Forensic Pathology, 3rd dd. London:Arnold.2004.
10. Sheperd R. Simpson’s Forensic Medicine. 12th ed. London:Arnold.2003.

47

Anda mungkin juga menyukai