Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Asfiksia adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur

pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang secara klinis

ditandai dengan tidak menangis, tidak bernapas spontan atau napas

megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit kebiruan,

pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks

rangsangan, atau yang ditandai dengan keadaan hipoksemia, hiperkarbia

dan asidosis.

Asfiksia neonatorum menjadi penyebab kurang lebih 19% dari 5

juta kematian neonatus setiap tahun di seluruh dunia ( WHO, 1995 ).

Di negara berkembang seperti Indonesia setiap tahun lebih kurang 4

juta bayi baru lahir menderita asfiksia sedang atau asfiksia berat, dari

jumlah tersebut 20% diantaranya meninggal dan 20% lainnya

mengalami kelainan neurologis yang menetap seperti epilepsi, retardasi

mental, cerebral palsy dan gangguan belajar. Berdasarkan survei

demografi dan kesehatan Indonesia ( SDIK ) tahun 2003, kematian

pada masa perinatal adalah 24 per 1000 kehamilan, trauma dan asfiksia

paska melahirkan ( 28% ) menempati urutan kedua setelah infeksi

( 32% ).

Faktor resiko atau predisposisi terjadinya asfiksia neonatorum

dapat berasal,

dari faktor ibu seperti : preeklampsia dan eklampsia, hipertensi kronik,

penyakit jantung, perdarahan abnormal trisemester II, III ( misal ;

plasenta previa atau solusio plasenta ), anemia, penyakit ginjal, DM,

penyakit paratiroid, partus lama > 24 jam, kala 2 lama > 2 jam / partus
1
macet, demam tinggi, infeksi berat ( misal ; malaria, sifilis, TBC, HIV ),

kehamilan lebih bulan ( > 42 minggu ), riwayat kematian janin dan

neonatus, usia < 16 tahun / > 35 tahun, gangguan kontraksi uterus

( misal ; hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau

obat ),

dari faktor plasenta, tali pusat dan air ketuban seperti : plasenta

hematom, plasenta infark, tali pusat pendek, simpul tali pusat, lilitan

tali pusat, prolaps tali pusat, polihidramnion / oligohidramnion,

korioamnionitis, KPD > 18 jam, air ketuban bercampur mekonium, dari

faktor janin atau bayi seperti : bayi kurang bulan ( < 37 minggu ), berat

janin tidak sesuai masa kehamilan, kelainan kongenital yang berdampak

pada pernafasan ( misal ; hernia diafragmatika, atresia/stenosis

saluran nafas, hipoplasia paru ), malformasi janin, gemili, letak

sungsang, presentasi abnormal, bradikardi, sedangkan dari faktor

lainnya seperti : vakum ekstraksi, anestesi umum, operasi Caesar

darurat.

Sebagian besar asfiksia neonatorum merupakan kelanjutan dari

asfiksia janin sehingga kejadian asfiksia sudah dapat diperkirakan

sebelum janin dilahirkan. Oleh karenanya pemeriksaan selama

kehamilan hendaknya dilakukan secara rutin dan adekuat, dengan

tujuan bila ada kelainan atau faktor resiko terjadinya asfiksia

neonatorum dapat terdeteksi sedini mungkin untuk selanjutnya dapat

dikoreksi dengan cepat dan tepat atau dapat diantisipasi lebih dini.

2
BAB II

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN :

Nama : By. Ny. Siti Jumiati


Umur : 2 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Desa Kalitengah, RT 05 / RW 01,

Kec. Mranggen, Kab. Demak


Nama Ayah : Tn. Mochamad Faizin
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Ny. Siti Jumiati
Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Bangsal : B. Resti

No. CM : 1116196
Masuk RS : 7 Maret 2010
Keluar RS : 12 Maret 2010

B. DATA DASAR

Anamnesis (allo_anamnesis) dengan ibu pasien dilakukan tanggal

8 Maret 2010 di ruang bangsal An Nisa dan didukung catatan


3
medis.

 Keluhan Utama : Tidak menangis

 Riwayat Penyakit Sekarang :

o 2 hari yang lalu lahir seorang bayi perempuan dari ibu

G1P0A0, usia 21 tahun, hamil 41 minggu, HPHT 28-5-2009,

riwayat haid teratur, lama haid 7 hari. Periksa kehamilan di

bidan 9 kali, teratur dan mendapat imunisasi tetanus.

Kulit ketuban pecah 18 jam sebelum melahirkan, jumlah cukup

, jernih, bau khas.

o Riwayat perdarahan dari jalan lahir selama kehamilan (+),

perdarahan terjadi waktu usia kehamilan 28 minggu dan 33

minggu, warna darah merah segar, jumlah darah yang keluar

cukup banyak, sebelumnya didahului perut terasa kenceng-

kenceng tanpa disertai nyeri, sering pusing (+). Riwayat

trauma selama kehamilan disangkal.

o Riwayat muntah dan mual berlebihan selama hamil disangkal,

riwayat darah tinggi disangkal, riwayat asma disangkal,

riwayat kencing manis disangkal.

o Pola makan selama hamil tidak terlalu banyak mengalami

perubahan. Mengkonsumsi multivitamin penambah darah,

tidak mengkonsumsi susu formula untuk ibu hamil.

o Lahir bayi perempuan di OK RSI. Sultan Agung Semarang

pukul 06:45 WIB secara operasi Sectio Caesaria (SC) dengan

indikasi plasenta letak rendah dibantu oleh Sp.OG. Sesaat

setelah lahir bayi tidak langsung menangis, pucat, kebiruan,

pernafasan tidak adekuat, denyut jantung kurang dari 100


4
x/mnt, dilakukan resusitasi O2 di muka mulut dan pompa

udara berulang selama 15 menit disertai penghisapan lendir di

hidung dan mulut dengan alat suction, APGAR score 5-6-7.

Berat badan lahir 3.450 gram, panjang badan 50 cm, lingkar

kepala 33 cm, lingkar dada 35 cm dan lingkar lengan atas 12

cm.

o Keadaan bayi yang kurang maka diharuskan dirawat di ruang

perawatan bayi dengan resiko tinggi (bangsal Resti).

 Riwayat Sosial Ekonomi :

Ayah penderita bekeja sebagai kuli bangunan dengan

penghasilan berkisar antara 600.000 – 750.000 rupiah per

bulan. Ibu tidak mempunyai pekerjaan sambilan selain sebagai ibu

rumah tangga. Tinggal bersama di rumah orang tua ibu yang bekerja

sebagai buruh tani. Biaya perawatan selama di rumah sakit di

tanggung JAMKESMAS.

Kesan ekonomi : kurang.

 Riwayat Pemeliharaan Prenatal :

Ibu biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke

bidan terdekat. Mulai saat mengetahui kehamilan ( pada usia

kehamilan 1 bulan ) hingga usia kehamilan 8 bulan pemeriksaan

rutin dilakukan 1 kali per bulan. Saat usia kehamilan memasuki

usia kandungan 8 bulan, pemeriksaan rutin dilakukan 2 kali per

bulan hingga lahir. Selama hamil ibu telah mendapat suntikan TT

1 kali.

5
Saat usia kehamilan memasuki usia kandungan 7 bulan ibu

mengalami perdarahan dari jalan lahir. Riwayat trauma selama

kehamilan disangkal. Riwayat darah tinggi disangkal. Riwayat

asma disangkal. Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat minum

obat tanpa resep dokter atau bidan maupun minum jamu selama

kehamilan disangkal. Obat yang diminum selama kehamilan adalah

tablet vitamin penambah darah yang diberi bidan.

 Riwayat Pemeliharaan Postnatal :

Pemeliharaan setelah kelahiran dilakukan di bangsal Resti RSI

Sultan Agung Semarang.

 Riwayat Perkembangan Dan Pertumbuhan :

Belum nampak perkembangan dan pertumbuhan

 Riwayat Imunisasi :

Belum dilakukan imunisasi

 Riwayat Keluarga Berencana :

Belum pernah menjadi peserta KB.

 Data Keluarga :

Ayah Ibu

Perkawinan ke 1 1

Umur saat menikah 20 tahun 23 tahun

Keadaan kesehatan Sehat Sehat

/ penyakit bila ada

6
C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal : 8 Maret 2010 pukul 12:30 WIB.

Bayi perempuan, umur 2 hari, berat badan 3.450 gram, panjang

badan 50 cm.

Kesan Umum :

Kesadaran : compos mentis, cukup aktif, suara tangisan cukup kuat.

Tanda Vital :

 Heart rate (HR) : 140 x/menit.

 Nadi : 140 x/menit, irama : regular, isi dan

tegangan : cukup, equalitas : equal.

 Respiration rate (RR) : 40 x/menit.

 Suhu tubuh : 36,5 oC (axilla).

Status Internus :

 Kepala : mesocephale, UUB datar, caput succedaneum (-),

hematom sefal (-), sutura melebar (-), rambut hitam,

tumbuh merata, cukup lebat.

 Kulit : sianosis (-), tipis, transparan (-).

 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).

 Hidung : nafas cuping hidung (-).

 Telinga : tulang rawan sempurna.

 Mulut : bibir sianosis (-), bibir kering (-).

 Leher : simetris, pembesaraan kelenjar limfe (-).

 Thorax :

7
o Paru :

Inspeksi (dinding dada) : hemithoraks dekstra dan

sinistra simetris, retraksi (-)

Palpasi : sulit dinilai

Perkusi : sulit dinilai

Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-).

o Jantung :

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak.

Palpasi : stem fremitus dekstra sama dengan sinistra,

iktus kordis tidak teraba.

Perkusi : batas jantung sulit dinilai.

Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, bising (-).

 Abdomen :

Inspeksi : datar, terpasang infus tali pusat.

Auskultasi : peristaltik (+) normal.

Perkusi : sulit dinilai.

Palpasi : supel, defance muskular (-),

hati : tidak teraba,

limpa : tidak teraba.

8
 Genitalia : perempuan, dalam batas normal.

 Anorektal : dalam batas normal.

 Ekstermitas :

Superior Inferior

akral dingin -/- -/-

akral sianosis -/- -/-

oedem -/- -/-

capillary refill < 2 detik / < 2 detik < 2 detik / < 2 detik

tonus normotonus/normotonus normotonus / normotonus

 Lain lain :

- sikap tubuh : semifleksi.

- rajah tangan dan kaki : terbentuk sempurna.

 Pemeriksaan neurologis :

Refleks primitif :

- Refleks Moro : (+)

- Refleks sucking : (+)

- Refleks rooting : (+).

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
9
 Darah Rutin (tanggal 7 Maret 2010 pukul 09:15 WIB)

( hasil ) ( nilai normal )


Leukosit ( WBC ) 17 x 103 / L 9,4 – 21

Eritrosit ( RBC ) 4.44 x 106 / L 3.7 – 6,1

Hemoglobin ( HGB ) 15 g/dL 15 – 24,6

Hematokrit ( HCT ) 44.6 % 42 - 62


Trombosit ( PLT ) 328 x 103 / L 150 – 450

Limfosit ( Lymph ) # 7.57 x 103 / L 0.9 – 4.4

Monosit # 1.39 x 103 / L 0.072 - 0,88

Eosinofil # 0.50 x 103 / L 0.072 – 0.44

Basofil # 0.09 x 103 / L 0 - 0,11

Neutrofil % 44.4 % 50 – 70

Limfosit ( Lymph ) % 44,1 % 25 – 40

Monosit % 8.1 % 2–8

Eosinofil % 2.9 % 2–4

Basofil % 0.5 % 0-1

LED 1 jam 1 mm/jam

LED 2 jam 2 mm/jam

Gol darah : A / RH +.

E. ASSESMENT

1. Asfiksia Sedang

2. Neonatus Aterm

1. Asfiksia Sedang

10
DD : - Faktor Janin

- Faktor Plasenta

- Faktor Ibu

Initial plans :

Assessment : Asfiksia Sedang

- IPDx : S:-

O : skor APGAR, analisa gas darah ( bila ada indikasi )


- IPTx : Oksigenasi : O2 5 lt/menit (head boks)

Infus : D10% 12 tpm

Inj. : Cefotaxim 2 x 175mg i.v

P.O  : Diit 12 x 10-20 mL

- IPMx : Air way

Tanda-tanda vital (HR, nadi, RR, suhu tubuh),

Keadaan umum pasien (sianosis, DLL)


- IPEx : Bila bayi; nafas cepat, kebiruan, tersedak, suara yang tidak

normal, atau bayi merintih segeralah lapor ke dokter

spesialis anak.

2. Neonatus Aterm

DD : - Neonatus Preterm

- Neonatus Postterm

- Neonatus Aterm
Initial plans :

Assesment : Neonatus Aterm

- IPDx : S: -

O: -
- IPTx : Pemberian inisiasi ASI dini, Rawat gabung bersama ibu.

- IPMx : Kecukupan ASI.

11
- IPEx : Memberitahu orang tua pemberian ASI sesering

mungkin minimal 2 jam sekali ( apabila bayi tidur agar

dibangunkan untuk diberi ASI ). Hanya diberi ASI

sampai usia bayi 6 bulan.

Perjalanan Perawatan

Hari ke-1 Hari ke-2


7-Maret-2010 8-Maret-2010
Keluhan - -
Keadaan- Compomentis, cukup aktif, Compo mentis, cukup aktif,

umum (KU) suara tangisan cukup kuat suara tangisan cukup kuat
TTV :

- HR 140 x/menit 120 x/menit

- Nadi 140 x/menit 120 x/menit

- RR 40 x/menit 40 x/menit

- Suhu 36,5 oC (axilla) 36 oC (axilla)

BB : 3.450 gram 3.000 gram


Lab. Darah Rutin (tanggal 7 Maret

2010 pukul 09:15 WIB) :

Leukosit : 17 x 103 / L

Eritrosit : 4.44 x 106 / L

Hemoglobin : 15 g/dL

Hematokrit : 44.6 %

Trombosit : 328 x 103 / L

Limfosit # : 7.57 x 103 / L

12
Monosit # : 1.39 x 103 / L

Eosinofil # : 0.50 x 103 / L

Basofil # : 0.09 x 103 / L

Neutrofil % : 44.4 %

Limfosit % : 44.1 %

Monosit % : 8.1 %

Eosinofil % : 2.9 %

Basofil % : 0.5 %

LED 1 jam : 1 mm/jam

LED 2 jam : 2 mm/jam


Ass. Asfiksia Sedang Asfiksia Sedang
Terapi Infus : Infus :

D10% 12tpm D10% 12tpm

Inj. : Inj. :

- Cefotaxim 2 x 175mg i.v Cefotaxim 2 x 175mg i.v

- Vit. K 1 x 1mg i.m P.O :

Diit 12 x 10-20 ml

Program Diit tunda Evaluasi KU dan TTV

Jaga air way Jaga kehangatan

Evaluasi KU dan TTV

Jaga kehangatan

Hari ke-3 Hari ke-4


10-Maret-2010 11-Maret-2010
Keluhan - -

13
Keadaan- Compomentis, cukup aktif, Compomentis, cukup aktif,

umum suara tangisan cukup kuat suara tangisan cukup kuat


TTV :

- HR 120 x/menit 124 x/menit

- Nadi 120 x/menit 124 x/menit

- RR 40 x/menit x/menit

- Suhu 36 oC (axilla) oC (axilla)

BB : 3.000 gram 3.000 gram


Lab.
Ass. Asfiksia Sedang Asfiksia Sedang
Terapi Infus : Infus :

D10% 12tpm D10% 12tpm

Inj. : Inj. :

Cefotaxim 2 x 175mg i.v Cefotaxim 2 x 175mg i.v

P.O : P.O :

Diit 12 x 10-20 mL Diit 12 x 10-20 mL

Program Evaluasi KU dan TTV Evaluasi KU dan TTV

Jaga kehangatan Jaga kehangatan

Hari ke-5
10-Maret-2010
Keluhan -
Keadaan- Compomentis, cukup aktif,

umum suara tangisan cukup kuat


TTV :

- HR 120 x/menit

- Nadi 120 x/menit

- RR 40 x/menit

14
- Suhu 36 oC (axilla)

BB : 3.000 gram
Lab.
Ass. Asfiksia Sedang
Terapi Infus :

D10% 12tpm

Inj. :

Cefotaxim 2 x 175mg i.v

P.O :

Diit 12 x 10-20 mL

Program Evaluasi KU dan TTV

Jaga kehangatan

Rawat gabung

BAB III
15
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal

bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir

( Hutchinson, 1967 ). Keadaan tersebut disertai dengan hipoksia,

hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia disini merupakan

faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir

terhadap kehidupan ekstrauterin ( Grabiel Duc, 1971 ) dan merupakan

penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.

ETIOLOGI
Faktor resiko atau predisposisi terjadinya asfiksia neonatorum dapat

berasal,

dari faktor ibu seperti : preeklampsia dan eklampsia, hipertensi kronik,

penyakit jantung, perdarahan abnormal trisemester II, III ( misal ;

plasenta previa atau solusio plasenta ), anemia, penyakit ginjal, DM,

penyakit paratiroid, partus lama > 24 jam, kala 2 lama > 2 jam / partus

macet, demam tinggi, infeksi berat ( misal ; malaria, sifilis, TBC, HIV ),

kehamilan lebih bulan ( > 42 minggu ), riwayat kematian janin dan

neonatus, usia < 16 tahun / > 35 tahun, gangguan kontraksi uterus

( misal ; hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau

obat ),

dari faktor plasenta, tali pusat dan air ketuban seperti : plasenta

hematom, plasenta infark, tali pusat pendek, simpul tali pusat, lilitan

tali pusat, prolaps tali pusat, polihidramnion / oligohidramnion,

korioamnionitis, KPD > 18 jam, air ketuban bercampur mekonium,

16
dari faktor janin atau bayi seperti : bayi kurang bulan ( < 37 minggu ),

berat janin tidak sesuai masa kehamilan, kelainan kongenital yang

berdampak pada pernafasan ( misal ; hernia diafragmatika,

atresia/stenosis saluran nafas, hipoplasia paru ), malformasi janin,

gemili, letak sungsang, presentasi abnormal, bradikardi, sedangkan dari

faktor lainnya seperti : vakum ekstraksi, anestesi umum, operasi

Caesar darurat.

PATOGENESIS
 Pada bayi baru lahir yang normal à Periode apnu ( primary
apnoea ) disertai penurunan denyut jantung à memperlihatan
usaha bernafas ( gasping ) à pernafasan teratur.
Pada pasien asfiksia berat, usaha bernafas tersebut tidak
tampak à Periode apnu kedua ( secondary apnoea ) à bradikardi,
penurunan tekanan darah, gangguan metabolisme, perubahan
asam-basa. Pada tingkat awal, gangguan pertukaran gas mungkin
hanya à asidosis metabolik. Pada tingkat lanjut, à proses
metabolisme anaerob berupa glikolisis glikogen à sumber
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang
disamping itu asam organik à asidosis metabolik. Pada tingkat
lebih lanjut, sumber glikogen dalam jantung habis, asidosis
metabolik mengakibatkan sel jaringan termasuk otot jantung
menurun menimbulkan kelemahan jantung, pengisian udara
alveolus yang kurang adekuat menyebabkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru
juga ke bagian tubuh lain akan terganggu à perubahan
kardiovaskular.
Asidosis dan gangguan kardiovaskular yang terjadi
tersebut à berakibat buruk terhadap sel otak à kematian atau
gejala sisa.

 Pada plasenta previa:

Mulai usia kehamilan 28 minggu segmen bawah rahim ( SBR

17
) terbentuk kemudian melebar serta menipis. Pada umumnya

trisemester III, SBR sudah banyak mengalami perubahan.

Pelebaran SBR dan pembukaan serviks menyebabkan sinus

uterus robek karena lepasnya sebagian plasenta dari dinding

uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.

Perdarahan tak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut

otot SBR untuk berkontraksi dg baik seperti pada plasenta letak

normal. Kemudian darah menggenangi kotiledon-kotiledon, yang

dapat berdampak pada ibu (misal ; anemia, syok perdarahan) juga

pada janin (misal ; persalinan premature, asfiksia, kematian

janin).

Perdarahan keluar daritempat nidasi ( tempat melekatnya )

plasenta pada dinding uterus à aliran darah (termasuk oksigen)

ke janin berkurang à depresi pernafasan à nafas spontan negatif

à hipoksia à asfiksia.

MANIFESTASI KLINIS
Bayi baru lahir tidak menangis, tidak bernapas atau napas megap-

megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat,

tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.

DIAGNOSIS

Anamnesis : Gangguan atau kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas

atau tidak menangis.

Pemeriksaan fisik : Nilai APGAR


Klinis 0 1 2

 Frekuensi jantung Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
 Pernafasan Tidak ada Lambat, Tak teratur Baik, Tangis kuat
 Refleks rangsangan Tidak ada Menyeringai Batuk &/ Bersin

18
( saat jalan nafas

dibersihkan )
 Tonus otot Lunglai / Lemas Fleksi ekstremitas sedikitFleksi ekstremitas kuat,

lemah gerak aktif


 Warna kulit Pucat, Kebiruan Tubuh kemerahan, Kemerahan seluruh tubuh

ekstremitas kebiruan

Nilai 0-3   : Asfiksia berat

Nilai 4-6   : Asfiksia sedang

Nilai 7-10 : Normal

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5,

bila nilai apgar 5 menit  masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5

menit sampai skor mencapai 7.

Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi

baru lahir dan  menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi

karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak

menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)

PENATA LAKSANAAN

Terapi ada 3 macam :

1. Resusitasi

> Alat-alat yang dibutuhkan :

Perlengkapan penghisap :

- Bulb syringe

- Penghisap mekanik dan tabung

- Kateter penghisap, 5F,6F,8F,10F atau 12 F

- Pipa lambung no 8F dan semprit 20 ml

19
- Penghisap mekonium

Peralatan balon dan sungkup :

- Balon resusitasi dengan katup pelepas tekanan / manometer

( balon hrs dpt memberikan oksigen 90% - 100% )

- Sungkup ukuran neonatus dan bayi kurang bulan

- Sumber oksigen dengan pengaturan aliran/flowmeter

Peralatan intubasi :

- Laringoskop dengan lidah lurus

- Lampu cadangan dab baterai untuk laringoskop

- Pipa ET , kapas alkohol

- Stilet bila tersedia

- Gunting, plester/alat fiksasi ET

Lain-lain :

- Pipa Orogastrik, 5F bila tersedia

- Kateter umbilical, sarung tangan, scalpel/gunting, jodium,

plester umbilikal, kateter umbilikal, three way stopcock

- Semprit.

> Nilai Apgar tidak digunakan untuk menentukan apakah seorang

bayi memerlukan resusitasi.

> Penilaian berdasarkan tiga tanda utama :

1. Pernapasan

2. Frekuensi jantung

3. Warna kulit

20
> ABC Resusitasi :

A - Jalan napas ( memposisikan dan bersihkan )

B – Pernapasan ( merangsang pernapasan )

C – sirkulasi ( menilai frekuensi jantung dan warna kulit ).

Alur Resusitasi :

Bertanyalah pada diri sendiri tentang 5 hal yang ada pada bayi

baru lahir, bila jawabnya “ tidak“ lanjutkan ke langkah ( awal )

resusitasi ;

1) Bersih dari mekonium ?

2) Bernapas atau menangis ?

3) Tonus otot ?

4) Warna kulit kemerahan ?

5) Cukup bulan ?

A ( Jalan Napas )

Langkah awal untuk menjamin terbukanya jalan napas

Dan mulailah resusitasi :

- Berikan kehangatan

- Posisikan kepala untuk membuka jalan napas dan bersihkan jalan

napas bila perlu

- Keringkan bayi, beri rangsangan untuk bernapas dan posisikan

lagi untuk mempertahankan jalan napas terbuka


21
- Berikan 02 bila perlu

-> Seluruh langkah tersebut harus selesai dalam waktu 30 detik

-> Jika bayi apnu,/ HR < 100 x/mnt -> lajutkan langkah berikutnya

( B ).

B ( Pernapasan )

Bantu usaha napas bayi dengan memberikan tekanan positif

menggunakan balon dan sungkup selama 30 detik.

-> Jika HR < 60 x/menit -> lajutkan langkah berikutnya ( C )

C ( Sirkulasi )

Bantu sirkulasi dengan memulai kompresi dada sambil terus

melanjutkan VTP

-> Seluruh langkah C harus selesai dalam waktu 30 detik

-> Jika HR tetap < 60 x/mnt -> lanjutkan langkah berikutnya ( D )

D ( Obat-obatan ).

Berikan epinefrin sambil terus melanjutkan kompresi dada dan

VTP

Bagan Resusitasi :

22
Uji kembali  efektifitas dari :

- Ventilasi

- Kompresi dada

23
- Intubasi

- Pemberian epinefrin ( Adrenalin )

Pertimbangkan kemungkinan :

- Hipovolemia

- Asidosis metabolik berat

Resusitasi dinilai tidak berhasil, jika :

Apnea dan denyut jantung 0 setelah dilakukan resusitasi secara

efektif selama 15  menit.

2. Terapi suportif :

- Jaga kehangatan

- Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka

- Koreksi gangguan metabolik ( cairan, glukosa darah dan

elektrolit ).

3. Terapi medikamentosa :

* Epinefrin

Indikasi :

-Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik

dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada.

-Asistolik.

Dosis :

0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000   (0,01 mg-0,03

24
mg/kg BB), i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5

menit bila perlu.

* Volume ekspander

Indikasi :

-Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipo-

volemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.

-Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau

syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil

/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang

adekuat.

Jenis cairan :

-Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)

-Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan

darah banyak.

Dosis :

Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit.

Dapat diulang sampai  menunjukkan respon klinis.

  * Bikarbonat :

Indikasi :

-Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan

resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.

Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan

hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas

25
darah dan kimiawi.

Dosis :  1-2 mEq/kg BB  atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg

bb (8,4%)

Cara :

Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama

banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan

minimal 2 menit.

Efek samping :

Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO 2 dari

bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.

* Nalokson :

Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak

menyebabkan depresi pernafasan.

Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan


stabil.

Indikasi :

-Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya

menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan.

Kontra indikasi :

-Bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai

obat narkotika

(tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi)

Dosis : 

26
0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml, iv, endotrakeal atau

bila perpusi baik i.m atau s.c

PROGNOSIS
 Bila ditangani dengan tepat dan tidak melanjut sebagai asfiksia

berat, prognosisnya baik.

 Komplikasi asfiksia berat, antara lain :

> Otak :

- HIE ( Hipoksik-Iskemik-Ensefalopati)

> Paru :

- Sindrom aspirasi mekonium

- Hipertensi pulmonal

- Perdarahan Paru

- ARDS ( Akut Respiratorik Disstres Sindrom )

- Gagal nafas

> Ginjal :

- Cloudy Swelling

- ATN

- Infark

> Kardiovaskular :

- Kontraktilitas miokardium meningkat

- Gagal jantung

- Syok kardiogenik

> Saluran pencernaan :

- NEC

> Hematologik :

- Perdarahan

27
- PIM / DIC

> Metabolik :

- Disfungsi renal & SIADH

- Hipoglikemia

- Hipokalsemia

- Hipomagnesemia

PENCEGAHAN
 Pemeriksaan selama kehamilan hendaknya dilakukan secara rutin,

dengan tujuan bila ada faktor resiko terjadinya asfiksia

neonatorum dapat terdeteksi sedini mungkin.

BAB IV

PEMBAHASAN

 Pada pasien bayi Ny. SJ yang baru lahir di diagnosis asfiksia

sedang adalah tepat, karena dari anamnesis ditemukan data-data

28
yang dapat mengarah pada diagnosis tersebut antara lain ;

riwayat bayi baru lahir tidak menangis, tidak bernafas secara

spontan dan teratur, pucat kebiruan dan pada pemeriksaan fisik

didapatkan denyut jantung < 100 x/menit.

 Faktor resiko atau predisposisi asfiksia pada pasien ini dapat

berasal dari faktor ibu atau faktor antepartum, yaitu : adanya

riwayat perdarahan khas yang mengarah plasenta previa dan

terjadi ketuban pecah dini ( KPD ).

 Selama perawatan di rumah sakit pasien mengalami peningkatan

kesehatan yang cukup baik dan stabil. Pada hari ke 5 perawatan,

pasien dipindah ke bangsal rawat gabung dengan ibu.

BAB V

KESIMPULAN

Asfiksia adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur

pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang dapat ditandai

bayi tidak menangis, tidak bernafas atau nafas megap-megap, warna

kulit pucat, kebiruan, dan denyut jantung kurang dari 100 x/mnt.

Faktor resiko atau presdiposisi terjadinya asfiksia neonatus dapat

disebabkan faktor ibu, faktor plasenta dan tali pusat, atau faktor bayi.

Asfiksia perinatal dapat terjadi selama antepartum, intrapartum

maupun post partum. Dengan mengetahui faktor resiko secara dini

diharapkan sistem perujukan, persiapan dan penanganan asfiksia

neonatorum dapat dilakukan secara cepat dan tepat sehingga pada

akhirnya angka kematian dan kesakitan bayi yang disebabkan oleh

asfiksia neonatorum dapat diturunkan.

29
--- Terima – Kasih ---

DAFTAR PUSTAKA

30
1. Pusponegoro HD, Hadinegoro SRS, Firmanda D, Tridjaja B, Pudjiadi

AH, Kosim MS, Rusmil K, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan

Anak, Edisi I, BP IDAI, Jakarta.

2. Sub Bagian Perinatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/RS

DR Kariadi, 2005, Prosedur Tetap Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi,

RS. Dokter Kariadi Semarang, RSDK, Semarang.

3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah Kesehatan Anak ,

Jilid 1, 1997, Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta

4. Utomo MT, Maret 2010, Asfiksia Neonatus,

http://www.pediatrik.com.

31
CbD

BAYI LAHIR DENGAN

ASFIKSIA SEDANG

Disusun Oleh :

Akhmad Saifudin

NIM : 01.90.2220

( Dosen Pembimbing : Dr. Hj. Pujiati Abbas, Sp.A )

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

32
SEMARANG

2010

33

Anda mungkin juga menyukai