TBL PERIODE
FEBRUARI
2021
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ENDOMETRIOSIS
JAWABAN:
D. ENDOMETRIOSIS
• Diagnosis kasus ini ialah endometriosis, yang didasarkan
atas:
– Nyeri berat setiap kali menstruasi selama beberapa tahun
belakangan dismenore merupakan keluhan utama
endometriosis
– Sudah 8 tahun menikah tapi belum mempunyai anak infertilitas
merupakan salah satu konsekuensi dr endometriosis
– Dari hasil VT didapatkan mobilitas uterus dan adneksa terhambat
jaringan endometrium melekat di area uterus dan adneksa
– Nodul di rectovaginal yang terasa nyeri ketika dipalpasi
biasanya karakteristik nodul konsistensi lunak dan nyeri
• Anovulasi tidak terjadi pengeluaran ovum pada
siklus menstruasi, contohnya pada PCOS atau
menyusui eksklusif
• Tumor ovarium bisa memberikan efek massa
• Hiperandrogenism hirsutisme, acne, siklus
menstruasi ireguler, seperti pada PCOS
• Mioma uteri terdapat massa di abdomen bawah,
bisa nyeri tetapi tidak tergantung siklus mens
Endometriosis & Adenomiosis
• Endometriosis
– Pertumbuhan jaringan yang mirip dengan
endometrium di luar kavum uteri
• Endometriosis interna / Adenomiosis
– Endometriosis yang terdapat di dalam
miometrium
INFERTILITAS NYERI
• Subfertilitas/infertilitas
• Dispareunia
• Abortus spontan
– Meningkat 40% dibanding wanita normal 15-25%
• Keluhan lain
– Di kolon & rektum : distensi abdomen, kostipasi
– Di ureter : obstruksi, disuri, hematuri dll
1207
Endometriosis: Pemeriksaan
• Umumnya tidak menunjukkan kelainan
http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
Endometriosis: Pemeriksaan
• Laparoskopi : untuk biopsi lesi
• USG, CT scan, MRI
http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
Endometriosis: Terapi
1. Operatif
2. Non-Operatif
– Anti nyeri (NSAID, aspirin, morphine, and codeine)
– Hormonal
• Pil KB
• Levonorgestrel-releasing intrauterine system
(LNG-IUS)
• Gonadotrophin-releasing hormone (GnRH)
analogues
• Progestogens (medroxyprogesterone
acetate)
http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
2.
Ny. Ophelia Laudanum, 30 tahun, G1P0A0 38 minggu,
datang ke RS Sukaesih dirujuk oleh bidan desa. Pasien
merasakan mules-mules sejak 8 hari yang lalu disertai
dengan adanya lendir darah. Pada pemeriksaan VT
didapatkan pembukaan 3 cm, presentasi kepala, tali pusat
teraba di jalan lahir. DJJ (+). Apakah yang sebaiknya
dilakukan?
A. Kosongkan kandung kemih, tahan tali pusat, SC segera
B. Isi kandung kemih, tahan tali pusat, SC segera
C. Kosongkan kandung kemih, tahan kepala, SC segera
D. Isi kandung kemih, tahan kepala, SC segera
E. Kosongkan kandung kemih, lahirkan pervaginam
2.
Ny. Ophelia Laudanum, 30 tahun, G1P0A0 38 minggu,
datang ke RS Sukaesih dirujuk oleh bidan desa. Pasien
merasakan mules-mules sejak 8 hari yang lalu disertai
dengan adanya lendir darah. Pada pemeriksaan VT
didapatkan pembukaan 3 cm, presentasi kepala, tali pusat
teraba di jalan lahir. DJJ (+). Apakah yang sebaiknya
dilakukan?
A. Kosongkan kandung kemih, tahan tali pusat, SC segera
B. Isi kandung kemih, tahan tali pusat, SC segera
C. Kosongkan kandung kemih, tahan kepala, SC segera
D. Isi kandung kemih, tahan kepala, SC segera
E. Kosongkan kandung kemih, lahirkan pervaginam
• Perempuan, 30 tahun, G1P0A0 38 minggu, dirujuk oleh
bidan desa.
• Pasien merasakan mules-mules sejak 8 hari yang lalu disertai
dengan adanya lendir darah.
• Pada pemeriksaan VT didapatkan pembukaan 3 cm,
presentasi kepala, tali pusat teraba di jalan lahir.
• DJJ (+).
• Faktor Predisposisi
– Multiparitas
– Kehamilan multipel
– Ketuban pecah dini
– Hidramnion
– Tali pusat yang panjang
– Malpresentasi
Tatalaksana umum Prolaps Tali Pusat
Tali pusat terkemuka
– Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi
dengan posisi knee chest atau Trendelenburg
– Rujuk ibu untuk seksio sesarea
Tali pusat menumbung Perhatikan apakah tali pusat masih berdenyut
atau tidak.
Tidak berdenyut: janin telah mati sebisa mungkin pervaginam tanpa
tindakan agresif
Masih berdenyut:
Berikan oksygen.
Hindari memanipulasi tali pusat. Jangan memegang atau memindahkan
tali pusat yang tampak pada vagina secara manual
Posisi ibu Trendelenburg atau knee-chest
Dorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk mengurangi
kompresi pada tali pusat
Rujuk untuk SC. Pada saat proses transfer dengan ambulans, posisi knee
chest kurang aman, sehingga posisikan ibu berbaring ke kiri.
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. WHO. 2013
Tatalaksana Khusus Prolaps Tali Pusat
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. WHO. 2013
Tatalaksana Prolaps tali
Pusat
• Metode alternatif dapat digunakan untuk presentasi
yang belum enganged.
– Caranya dengan memasang kateter foley, mengisi kandung
kemih dengan 500 cc NS + mengklem kateter
– Kandung kemih yang penuh kemudian menggeser letak bagian
presentasi dan mengurangi kompresi tali pusat.
• Teknik ini juga dapat digunakan apabila bagian
presentasi telah mengalami engagement pada wanita
multipara.
– Namun bagian presentasi terbawah janin harus didorong
terlebih dahulu menjauhi pelvis sebelum mengisi kandung
kemih.
3.
Ny. Lady Cherry, usia 30 tahun, G1P0A0 merasa hamil 38 minggu
datang dengan keluhan keputihan yang berbau. Keluhan disertai
demam, pusing, dan nyeri perut sejak 2 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi
120x/menit, suhu 38 o C, napas 20x/menit. Pemeriksaan ginekologis
didapatkan sekret kuning berbau busuk. DJJ (+) 148x/menit. Apakah
tatalaksana selanjutnya yang dilakukan?
A. Induksi persalinan
B. SC
C. Amniotomi
D. Observasi
E. Antibiotik sistemik
3.
Ny. Lady Cherry, usia 30 tahun, G1P0A0 merasa hamil 38 minggu
datang dengan keluhan keputihan yang berbau. Keluhan disertai
demam, pusing, dan nyeri perut sejak 2 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi
120x/menit, suhu 38 o C, napas 20x/menit. Pemeriksaan ginekologis
didapatkan sekret kuning berbau busuk. DJJ (+) 148x/menit. Apakah
tatalaksana selanjutnya yang dilakukan?
A. Induksi persalinan
B. SC
C. Amniotomi
D. Observasi
E. Antibiotik sistemik
• Perempuan, usia 30 tahun, G1P0A0 38 minggu datang dengan
keluhan keputihan yang berbau.
• Keluhan disertai demam, pusing, dan nyeri perut sejak 2 hari
yang
lalu.
• TD 110/70 mmHg, nadi 120x/menit, suhu 38oC, napas
20x/menit.
• Pemeriksaan ginekologis didapatkan sekret kuning berbau busuk.
DJJ (+) 148x/menit.
TATALAKSANA SELANJUTNYA…
DIAGNOSIS KORIOAMNIONITIS
JAWABAN:
• Pasien mengalami korioamnionitis atas dasar:
– G1P0A0 38 minggu datang dengan keluhan
keputihan yang berbau, demam, pusing, dan nyeri
perut sejak 2 hari yang lalu, takikardia, suhu 38oC,
napas 20x/menit, PF sekret kuning busuk gejala
dan tanda korioamnionitis
• Terapi korioamnionitis ialah pemberian
antibiotic (ampisilin + gentamisin) dilanjutkan
dengan terminasi kehamilan (bisa induksi
atau SC jika ada indikasi)
• Jadi jawaban yang tepat ialah E. Antibiotik
sistemik.
• Induksi persalinan pada korioamnionitis harus
diberikan antibiotik terlebih dahulu
• SC pada korioamnionitis harus diberikan antibiotik
terlebih dahulu
• Amniotomi pada korioamnionitis harus diberikan
antibiotik terlebih dahulu
• Observasi kurang tepat karena harus dilakukan
tindakan utk mengatasi infeksi dan terminasi
kehamilan
Korioamnionitis
• Etiologi dan Faktor Risiko
– Infeksi ascending dari vagina (IMS, BV)
– serviks pendek
– Persalinan prematur
– Persalinan lama
– Ketuban pecah lama
– Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang
– Alkohol
– Rokok
• Gejala dan Tanda
– Demam > 38 C (paling sering), takikardia ibu > 100 bpm, takikardia janin >
160 bpm, cairan ketuban/keputihan purulen atau berbau, nyeri fundus
saat tidak berkontraksi, leukositosis ibu > 15.000
• Bila terdapat 2 atau lebih gejala dan tanda diatas risiko sepsis
neonatal >>>
http://emedicine.medscape.com/article/973237-medication
Tatalaksana
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS INKOMPETENSI SERVIKS
JAWABAN:
D. INKOMPETENSI SERVIKS
• Pasien mengalami inkompetensi serviks karena:
– Keluhan terjadi pada trimester 2 (hamil 17 minggu)
inkompetensi serviks biasanya terjadi pada usia
kehamilan 14-20 minggu)
– Pada pemeriksaan dalam didapatkan serviks lunak dan
selaput ketuban menonjol, his (-) gambaran
kelemahan serviks tanpa adanya kontraksi regular
berupa his
– Keluar lendir bercampur darah sejak 2 jam yang lalu
pada inkompetensi serviks bisa terdapat vaginal
discharge yang berubah warna menjadi kemerahan dan
lebih encer
– Riwayat persalinan prematur pada 2 kehamilan
sebelumnya mungkin akibat inkompetensi serviks?
• Abortus nyeri perut dan perdarahan dari jalan lahir
• Insufisiensi plasenta menyebabkan gangguan pada sirkulasi
uteroplasenta, bisa menyebabkan kematian janin, pertumbuhan
terhabat
• Persalinan prematur terdapat kontraksi reguler yang
menyebabkan kehamilan <37 minggu masuk ke dalam fase
inpartu (dilatasi dan penipisan serviks)
• IUFD kematian janin pada kehamilan > 20 minggu
Inkompetens serviks (Cervical
Insuficiency)
• cervical insufficiency (ACOG) :
– "the inability of the uterine cervix to retain a pregnancy in the second
trimester in the absence of clinical contractions, labor, or both"
– It may occur in a single pregnancy or recur in consecutive pregnancies
• Pathogenesis
– Structural cervical weakness is the likely cause of many recurrent
second-trimester losses/births, but it probably accounts for only a
minor proportion of all second-trimester losses/births.
– The majority of these cases are probably caused by other disorders,
such as decidual inflammation/infection, placental bleeding, or
uterine overdistension.
– These other disorders can initiate biochemical changes in the cervix
that lead to premature cervical shortening and often a single (ie,
nonrecurrent) second-trimester loss/birth.
Inkompetensia Serviks
• Ketidakmampuan serviks uterus untuk mempertahankan
kehamilan pada trimester II, tanpa adanya kontraksi uterus
(ACOG)
• Diagnosis
– USG untuk mengukur panjang serviks (< 25 mm pada usia
kehamilan
24 minggu)
– Dilatasi serviks yang tidak nyeri pada pemeriksaan dalam
Symptom
• s
Women with cervical insufficiency in the current
pregnancy may be :
– asymptomatic or
– may present with mild symptoms, such as :
• pelvic pressure,
• Braxton-Hicks-like contractions,
• premenstrual-like cramping,
• backache, and/or
• a change in vaginal discharge Discharge volume may
increase; the color may change from clear, white, or light yellow to
pink, tan, or red spotting; and the consistency may become
thinner.
• Symptoms, if present, typically begin between 14 and
20 weeks of gestation and may be present for several
days or weeks before the diagnosis of cervical
insufficiency is made.
Physical examination
• Early in the course of cervical insufficiency the
cervix may be soft and closed, with minimal
effacement
• Provocative maneuvers such as suprapubic or
fundal pressure or the Valsalva maneuver
reveal fetal membranes in the endocervical canal
or vagina; this is always an abnormal finding.
• In some cases, membranes may be prolapsed or
ruptured.
• Tocodynamometry shows no or infrequent
contractions at irregular intervals.
Inkompetensia Serviks: Tatalaksana
cervicovaginal junction
– Teknik
• McDonald cerclage (1)
• Shirodkar cerclage (2)
• Transabdominal cerclage (3)
2
• Suplementasi progesteron
• Cervical Pessary
3
5.
Ny. Panda Merah, perempuan berusia 35 tahun, P3A0,
datang berobat ke dokter kandungan dengan keluhan ada
benjolan di kemaluan terasa pada saat berdiri. Terasa
memberat pada perut bagian bawah. Tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan rahim, benjolan teraba
pada 2 cm di atas hymen. Apa kelemahan struktur anatomi
yang mungkin terjadi?
A. Musculus levator anii
B. Musculus coccygeus
C. Musculus pirimpiformis
D. Musculus sphincter ani
E. Musculus rectovagina
5.
Ny. Panda Merah, perempuan berusia 35 tahun, P3A0,
datang berobat ke dokter kandungan dengan keluhan ada
benjolan di kemaluan terasa pada saat berdiri. Terasa
memberat pada perut bagian bawah. Tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan rahim, benjolan teraba
pada 2 cm di atas hymen. Apa kelemahan struktur anatomi
yang mungkin terjadi?
A. Musculus levator anii
B. Musculus coccygeus
C. Musculus pirimpiformis
D. Musculus sphincter ani
E. Musculus rectovagina
• Perempuan berusia 35 tahun, P3A0, datang berobat ke dokter
kandungan dengan keluhan ada benjolan di kemaluan terasa
pada saat berdiri.
• Terasa memberat pada perut bagian bawah.
• Pada pemeriksaan rahim, benjolan teraba pada 2 cm di atas
hymen.
www. Uptodate.com
Menopause PNPK POGI 2010
The Stages of Reproductive Aging Workshop +10 staging system for
reproductive aging in women
• Hot flashes — The most common symptom during the menopausal transition and menopause are
hot flashes (also referred to as vasomotor symptoms or hot flushes)
– When hot flashes occur at night, women typically describe them as "night sweats.”
– Hot flashes typically begin as the sudden sensation of heat centered on the upper chest and face that rapidly
becomes generalized. The sensa
– tion of heat lasts from two to four minutes, is often associated with profuse perspiration and occasionally
palpitations, and is sometimes followed by chills and shivering, and a feeling of anxiety.
• Gangguan tidur
• Depression — A number of reports indicate that there is a significant increased risk of new-onset
depression in women during the menopausal transition compared with their premenopausal
years. The risk then decreases in the early postmenopause.
• Vaginal dryness
– Estrogen << epitelium vagina menjadi memerah karena epitel menipis dan kapiler lebih terlihat
atrofi epitel vagina vagina memucat dan rugae << vaginitis atrophic dispareunia
– Uterus mengecil
– Efek urogenital: << pH urin perubahan flora bakteri keputihan yang berbau dan gatal
• Sexual function — Estrogen deficiency leads to a decrease in blood flow to the vagina and
vulva. This decrease is a major cause of decreased vaginal lubrication and sexual dysfunction
in menopausal wome
• Long-term consequences of estrogen deficiency: bone loss, cardiovascular disease, skin
changes (desreased cutaneous collagen)
7.
Ny. Karlina Oktaseven, 32 tahun, P1A0, post partum 4 jam
dibawa oleh bidan ke RS dengan keluhan perdaran sejak 4
jam yang lalu. Plasenta sudah lahir. Bayi lahir normal per
vaginam dengan BBL 3000 gram. Tanda vital TD 80/60,
nadi 120x/menit, napas 24x/ menit, suhu afebris. Saat
diperiksa tampak bagian yang menonjol seperti bulu
beludru di liang vagina. Tatalaksana pada pasien ini ialah…
A. Resusitasi + mengembalikan posisi uterus
B. Resusitasi + antibiotik
C. Resusitasi + kompresi bimanual interna
D. Resusitasi + oksitosin
E. Resusitasi + transfusi trombosit
7.
Ny. Karlina Oktaseven, 32 tahun, P1A0, post partum 4 jam
dibawa oleh bidan ke RS dengan keluhan perdaran sejak 4
jam yang lalu. Plasenta sudah lahir. Bayi lahir normal per
vaginam dengan BBL 3000 gram. Tanda vital TD 80/60,
nadi 120x/menit, napas 24x/ menit, suhu afebris. Saat
diperiksa tampak bagian yang menonjol seperti bulu
beludru di liang vagina. Tatalaksana pada pasien ini ialah…
A. Resusitasi + mengembalikan posisi uterus
B. Resusitasi + antibiotik
C. Resusitasi + kompresi bimanual interna
D. Resusitasi + oksitosin
E. Resusitasi + transfusi trombosit
• Perempuan, 32 tahun, P1A0, post partum 4 jam dibawa oleh
bidan ke RS dengan keluhan perdaran sejak 4 jam yang lalu.
• Plasenta sudah lahir.
• Bayi lahir normal per vaginam dengan BBL 3000 gram.
• TD 80/60, nadi 120x/menit, napas 24x/ menit, suhu afebris.
• Saat diperiksa tampak bagian yang menonjol seperti bulu beludru
di liang vagina.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS INVERSIO UTERI
JAWABAN:
A. RESUSITASI +
MENGEMBALIKAN POSISI
• Pada soal, pasien mengalami inversion uteri
atas dasar:
– Perdarahan post partum sejak 4 jam yang lalu
dengan plasenta sudah lahir, saat diperiksa
tampak bagian yang menonjol seperti bulu
beludru di liang vagina permukan sisi dalam
uterus yang mengalami inversion
• Prinsip utama terapi inversion uteri
meliputi tatalaksana syok dan reposisi
uterus ke posisi semula dalam anestesi
• Resusitasi + antibiotik Dberikan setelah reposisi
sebagai profilaksis infeksi
• Resusitasi + kompresi bimanual interna pada kasus
inversion dilakukan setelah reposisi untuk
mempertahankan posisi uterus
• Resusitasi + oksitosin oksitosin bisa diberikan pada
kasus inversio setelah melakukan reposisi (pada
inversio biasanya ditemukan atonia)
• Resusitasi + transfusi trombosit jika terdapat
kelainan hemostasis dengan trombositopenia
HPP: Inversio Uteri
• Etiologi
– Tonus otot rahim lemah
– Tekanan/tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan tangan, tarikan
pada tali pusat, letak plasenta di fundus)
– Kanalis servikalis yang longgar
– Clinically, the principal factors that predispose to puerperal inversion are a fundally
implanted placenta, flaccidity of the myometrium around the implantation site, and a
dilated, immediately postpartum cervix
• Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang
total dapat menyebabkan syok dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan yang masif
akibat atonia uteri yang menyertainya.
• Jenis
– Complete: fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya berada diluar
– Incomplete: fundus hanya menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri
• Bila uterus yang berputar balik keluar dari vulva: inversio prolaps
Inversio Uteri
• Komplikasi fatal
persalinan
• Akibat plasenta
gagal lepas dari
dinding uterus
menarik uterus
keluar
TINDAKAN SELANJUTNYA…
DIAGNOSIS PERNAH TERINFEKSI TOKSOPLASMA
JAWABAN:
D. EDUKASI PASIEN BAHWA KEMUNGKINAN INFEKSI
TERJADI SEBELUM KEHAMILAN DAN KECIL
KEMUNGKINANNYA TERJADI KELAINAN KONGENITAL
• Ibu hamil anak pertama 10 minggu makan daging steak
dengan tingkat kematangan rare faktor risiko
toksoplasmosis
• Dari pemeriksaan serologi ditemukan IgM toxoplasma (-)
dan IgG toxoplasma (+) terinfeksi toksoplasma pada
kurun waktu ≥ 6 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 terjadi infeksi sebelum
kehamilan
• Insiden toksoplasmosis kongenital pada ibu yang diketahui
terinfeksi sebelum masa gestasi sangat rendah (mendekati
nol)
• Oleh karena itu edukasi yang tepat Edukasi pasien
bahwa kemungkinan infeksi terjadi sebelum kehamilan
dan kecil kemungkinannya terjadi kelainan kongenital
• Edukasi untuk melakukan USG karena janin kemungkinan
mengalami toksoplasma kongenital infeksi sebelum kehamilan
tidak menyebabkan toxo kongenital
• Edukasi pasien untuk melakukan serial IgG setiap 3 bulan
• Edukasi pasien untuk melakukan serial IgM 4 minggu
kemudian
• Edukasi pasien untuk terminasi kehamilan
https://www.cdc.gov/dpdx/toxoplasmosis/dx.html
IgG Result IgM Result Report/interpretation for humans*
Possible early acute infection or false-positive IgM reaction. Obtain a new specimen for
Negative Equivocal IgG and IgM testing. If results for the second specimen remain the same, the patient is
probably not infected with Toxoplasma.
Possible acute infection or false-positive IgM result. Obtain a new specimen for IgG and
Negative Positive IgM testing. If results for the second specimen remain the same, the IgM reaction is
probably a false-positive.
Indeterminate: obtain a new specimen for testing or retest this specimen for IgG in a
Equivocal Negative different essay.
Equivocal Equivocal Indeterminate: obtain a new specimen for both IgG and IgM testing.
Possible acute infection with Toxoplasma. Obtain a new specimen for IgG and IgM testing.
If results for the second specimen remain the same or if the IgG becomes positive, both
Equivocal Positive specimens should be sent to a reference laboratory with experience in diagnosis of
toxoplasmosis for further testing.
Infected with Toxoplasma for probably more than 1 year or false-positive IgM reaction.
Obtain a new specimen for IgM testing. If results with the second specimen remain the
Positive Equivocal same, both specimens should be sent to a reference laboratory with experience in the
diagnosis of toxoplasmosis for further testing.
Possible recent infection within the last 12 months, or false-positive IgM reaction. Send
Positive Positive the specimen to a reference laboratory with experience in the diagnosis of toxoplasmosis
for further testing.
Toksoplasma pada Kehamilan
• Insiden toksoplasmosis kongenital pada ibu yang diketahui
terinfeksi sebelum masa gestasi sangat rendah
(mendekati nol)
– Terapi menggunakan spiramycin atau dengan pyrimethamine,
sulfadiazine, dan folinic acid serta diagnosis prenatal untuk
infeksi fetal tidak diindikasikan kecuali ibu imunokompromais
http://cid.oxfordjournals.org/content/47/4/554.long
9.
Ny. Tularia Anopheles, perempuan usia 30 tahun,
P1A0, pasca persalinan 1 jam yang lalu, dibawa
oleh bidan ke RS karena perdarahan pasca salin.
Berat lahir bayi 4.500 gram. Tampak perdarahan
aktif mengalir dan terdapat robekan sampai ke
sfingter ani eksternus > 50 % . Derajat berapakah
robekan perineumnya?
A. Derajat 1
B. Derajat 2
C. Derajat 3A
D. Derajat 3B
E. Derajat 4
9.
Ny. Tularia Anopheles, perempuan usia 30 tahun,
P1A0, pasca persalinan 1 jam yang lalu, dibawa
oleh bidan ke RS karena perdarahan pasca salin.
Berat lahir bayi 4.500 gram. Tampak perdarahan
aktif mengalir dan terdapat robekan sampai ke
sfingter ani eksternus > 50 % . Derajat berapakah
robekan perineumnya?
A. Derajat 1
B. Derajat 2
C. Derajat 3A
D. Derajat 3B
E. Derajat 4
• Perempuan usia 30 tahun, P1A0, pasca persalinan 1 jam yang lalu,
dibawa oleh bidan ke RS karena perdarahan pasca salin.
• Berat lahir bayi 4.500 gram.
• Tampak perdarahan aktif mengalir dan terdapat robekan sampai
ke sfingter ani eksternus > 50 % .
DERAJAT ROBEKAN…
DIAGNOSIS LASERASI PERINEUM
JAWABAN:
D. DERAJAT 3B
• Perempuan usia 30 tahun, P1A0, pasca persalinan 1 jam
yang lalu, dibawa oleh bidan ke RS karena perdarahan
pasca salin.
• Berat lahir bayi 4.500 gram bayi besar, faktor risiko
laserasi jalan lahir
• Tampak perdarahan aktif mengalir dan terdapat robekan
sampai ke sfingter ani eksternus > 50 % laserasi
perineum grade 3B
• Derajat 1 laserasi mukosa vagina
• Derajat 2 laserasi hingga otot perineum
• Derajat 3A laserasi hingga sfingter ani
eksterna <50%
• Derajat 4 laserasi hingga mukosa
rektum
Ruptur Perineum
Penatalaksanaan laserasi jalan lahir
• Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan
sampai dasar panggul didahului oleh kepala janin
dengan cepat.
• Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau
kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia
dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul
karena diregangkan terlalu lama.
• Penatalaksanaan farmakologis:
– Dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III dapat
diberikan intravena sebelum perbaikan dilakukan (untuk
ruptur perineum yang berat).
Manajemen Ruptur Perineum
• Ruptur perineum harus segera diperbaiki untuk meminimalisir risiko
perdarahan, edema, dan infeksi. Manajemen ruptur perineum
untuk masing-masing derajatnya, antara lain sebagai berikut :
– a. Derajat I
• Bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan. Tidak usah menjahit
ruptur derajat I yang tidak mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik.
• Penjahitan robekan perineum derajat I dapat dilakukan hanya dengan
memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau
dengan cara angka delapan (figure of eight).
– b. Derajat II
• Ratakan terlebih dahulu pinggiran robekan yang bergerigi, dengan cara
mengklem masing-masing sisi kanan dan kirinya lalu dilakukan pengguntingan
untuk meratakannya.
• Setelah pinggiran robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
– c. Derajat III dan IV
• Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki dokter spesialis
obstetric dan ginekologi.
10.
Perempuan, 25 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut
bawah 12 jam yang lalu. Makin lama makin memberat.
Pada pemeriksaan didapatkan TD 90/70 N:100x/menit
RR:24x/menit T:37 o C, Konjungtiva anemis, nyeri tekan
abdomen +, cavum douglas menonjol. Manakah di bawah
ini pemeriksaan penunjang yang menurut anda paling
rasional?
A. Hb, beta HCG, CT-scan abdomen
B. Hb, leukosit, X-ray Pelvis
C. Hb, leukosit, X-ray abdomen
D. Hb, beta HCG, USG abdomen
E. Hb, beta HCG, HSG
10.
Perempuan, 25 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut
bawah 12 jam yang lalu. Makin lama makin memberat.
Pada pemeriksaan didapatkan TD 90/70 N:100x/menit
RR:24x/menit T:37 o C, Konjungtiva anemis, nyeri tekan
abdomen +, cavum douglas menonjol. Manakah di bawah
ini pemeriksaan penunjang yang menurut anda paling
rasional?
A. Hb, beta HCG, CT-scan abdomen
B. Hb, leukosit, X-ray Pelvis
C. Hb, leukosit, X-ray abdomen
D. Hb, beta HCG, USG abdomen
E. Hb, beta HCG, HSG
HINT
S
• Perempuan, 25 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut
bawah 12 jam yang lalu.
• Makin lama makin memberat.
• Pada pemeriksaan didapatkan TD 90/70 mmHg, Nadi:
100x/menit, RR: 24x/menit, T: 37oC
• Konjungtiva anemis, nyeri tekan abdomen +, cavum douglas
menonjol.
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
JAWABAN:
D. HB, BETA HCG, USG ABDOMEN
• Perempuan, 25 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut
bawah 12 jam yang lalu yang makin lama makin memberat
akut abdomen
• Konjungtiva anemis, nyeri tekan abdomen +, cavum
douglas menonjol sesuai kehamilan ekttopik terganggu
• Pada pemeriksaan didapatkan TD 90/70 mmHg, Nadi:
100x/menit takikardia dan hipotensi tanda gangguan
sirkulasi hypovolemia karena perdarahan akibat KET
• Pemeriksaan penunjang yang diperlukan Hb, beta hCG,
dan USG abdomen
• Hb, beta HCG, CT-scan abdomen tidak perlu CT
scan
• Hb, leukosit, X-ray Pelvis Leukosit dan Xray pelvis
bukan px penunjang yang diperlukan pada KET
• Hb, leukosit, X-ray abdomen Leukosit dan Xray abd
bukan px penunjang yang diperlukan pada KET
• Hb, beta HCG, HSG HSG tidak diperlukan pada KET
Kehamilan Ektopik Terganggu
• Kehamilan yang terjadi
diluar kavum uteri
• Gejala/Tanda:
– Riwayat terlambat
haid/gejala & tanda hamil
– Akut abdomen
– Perdarahan pervaginam
(bisa tidak ada)
– Nyeri goyang porsio
– Keadaan umum: bisa baik
hingga syok dan penurunan
kesadaran
– Kadang disertai febris
Diagnosis Ectopic Pregnancy
• The main goals and steps of the evaluation of a woman
with a suspected ectopic pregnancy are:
– Confirm that the patient is pregnant.
– Evaluate the patient for hemodynamic instability, since rupture
of the structure in which the ectopic pregnancy is implanted
may cause hemorrhage. Failure to diagnose ectopic pregnancy
before tubal rupture limits the treatment options and increases
maternal morbidity and mortality.
– Determine whether the pregnancy is intrauterine or ectopic (in
rare cases, the pregnancy is heterotopic). Determine the site of
the ectopic pregnancy USG
– Determine whether the structure in which the pregnancy is
implanted (most commonly, the fallopian tube) has ruptured
and whether the patient is hemodynamically stable.
– Perform additional testing to guide further management (eg,
blood type and antibody screen, pretreatment testing
for methotrexate therapy).
Uptodate.com
Ectopic Pregnancy
• The most common site of ectopic implantation is
the fallopian tube, accounting for approximately
98% of cases.
– Fallopian tube sites include the ampullary, isthmic,
fimbrial, and interstitial portions.
• Additional sites include the cervix, ovary,
cesarean scar, and abdominal cavity.
• Sonographic evidence of an extrauterine
pregnancy is definitive for the diagnosis of an
ectopic pregnancy but occurs in fewer than one-
third of patient
KET: Tatalaksana
Tatalaksana Umum
• Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau RL (500 mL
dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama
• Segera rujuk ibu ke RS
Tatalaksana Khusus
• Laparotomi: eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii
• Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi)
• Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan salpingostomi untuk
mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)
• Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu
• Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari
selama 6 bulan
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
11.
Wanita, 30 thn, P1A0, datang diantar suaminya ke
UGD dengan keluhan perdarahan setelah
melahirkan 4 jam lalu. Perdarahan merah segar,
berbonjol2. Tensi 80/palpasi, nadi 120x/min.
Konjungtiva anemis. TFU 2 jari diatas simfisis
pubis, kontraksi lemah. Akral dingin. Diagnosis
pada pasien yaitu….
A. Syok hipovolemik ec HPP atonia uteri
B. Syok hipovolemik ec HPP inversi uteri
C. Syok hipovolemik ec HPP diatesis hemoragik
D. Syok hipovolemik ec HPP sisa plasenta
E. Syok hipovolemik ec HPP laserasi perineum
11.
Wanita, 30 thn, P1A0, datang diantar suaminya ke
UGD dengan keluhan perdarahan setelah
melahirkan 4 jam lalu. Perdarahan merah segar,
berbonjol2. Tensi 80/palpasi, nadi 120x/min.
Konjungtiva anemis. TFU 2 jari diatas simfisis
pubis, kontraksi lemah. Akral dingin. Diagnosis
pada pasien yaitu….
A. Syok hipovolemik ec HPP atonia uteri
B. Syok hipovolemik ec HPP inversi uteri
C. Syok hipovolemik ec HPP diatesis hemoragik
D. Syok hipovolemik ec HPP sisa plasenta
E. Syok hipovolemik ec HPP laserasi perineum
• Wanita, 30 thn, P1A0, datang diantar suaminya ke UGD
dengan keluhan perdarahan setelah melahirkan 4 jam lalu.
• Perdarahan merah segar, berbonjol2.
• Tensi 80/palpasi, nadi 120x/min. Konjungtiva anemis. Akral
dingin.
• TFU 2 jari diatas simfisis pubis, kontraksi lemah.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ATONIA UTERI
JAWABAN:
A. SYOK HIPOVOLEMIK EC
HPP ATONIA UTERI
• Pada soal di atas, pasien mengalami syok
hypovolemia ec. Atonia uteri atas dasar:
– Perdarahan setelah melahirkan 4 jam lalu
hemoragia post partum
– TFU 2 jari diatas simfisis pubis, kontraksi
lemah
penyebab HPP adalah atonia uteri
– Tensi 80/palpasi, nadi 120x/min. Konjungtiva
anemis. Akral dingin sudah mengalami syok
(dalam hal ini syok hypovolemia karena
perdarahan post partum akibat atonia uteri)
• Syok hipovolemik ec HPP inversi uteri massa
uterus yang terputar balik keluar dr ostium uteri
• Syok hipovolemik ec HPP diatesis hemoragik
HPP akibat kelainan hemostasis
• Syok hipovolemik ec HPP sisa plasenta
plasenta lahir tidak lengkap
• Syok hipovolemik ec HPP laserasi perineum
terdapat robekan jalan lahir
Hemorrhagia Post Partum: Diagnosis
G E J A L A D A N TA N D A G E J A L A & TA N D A K YA N G DIAGNOSIS
YA N G S E L A L U A D A ADANG-KADANG AD
A
• Uterus tidak berkontraksi dan lembek • Syok Atonia uteri
• Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan primer)
• Plasenta belum lahir setelah 30 menit • Tali pusat putus akibat traksi Retensio plasenta
• Perdarahan segera (P3) berlebihan
• Uterus kontraksi baik • Inversio uteri akibat tarikan
• Perdarahan lanjutan
• Plasenta atau sebagian selaput (mengandung • Uterus berkontaksi tetapi tinggi Tertinggalnya
pembuluh darah) tidak lengkap • fundus tidak berkurang sebagian plasenta
• Perdarahan segera • (kontraksi hilang-timbul)
Hemorrhagia Post Partum: Diagnosis
GEJALADAN
G E J A L A D A N TA N D A TA N D A YA N G
DIAGNOSI
YA N G S E L A L U A D A KADANG-KADAN S
G ADA
• Uterus tidak teraba • Syok neurogenik Inversio uteri
• Lumen vagina terisi massa • Pucat dan limbung
• Tampak tali pusat (jika plasenta belum
lahir)
• Perdarahan segera
• Nyeri sedikit atau berat
• Sub-involusi uterus • Anemia Perdaraha
• Nyeri tekan perut bawah • Demam n
• Perdarahan > 24 jam setelah persalinan. Perdarahan terlambat
sekunder atau P2S. Perdarahan bervariasi (ringan atau Endometritis atau
berat, terus menerus atau tidak teratur) dan berbau sisa plasenta
(jika disertai infeksi) (terinfeksi atau
tidak)
• Perdarahan segera (Perdarahan intraabdominal dan / • Syok Robekan dinding
atau pervaginam • Nyeri tekan perut uterus (Ruptura
• Nyeri perut berat atau akut abdomen • Denyut nadi ibu cepat uteri
12.
Ny. Ladies, perempuan berusia 30 tahun, P2A0 datang
dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu. Empat
belas hari yang lalu os baru saja melahirkan secara SC di
RSUD Dirgantara atas indikasi gawat janin ec. Lilitan tali
pusat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tensi 100/70
mmHg, Nadi 90x/menit, napas 16 x/menit, suhu 39 o C.
Pada pemeriksaan ginekologi didapatkan lokia (+) dan
berbau. Fundus teraba antara pusat dan simpisis. Obat
apakah yang diberikan?
A. Oksitosin
B. Metilergometrin
C. Antibiotik
D. Antivirus
E. Kristaloid
12.
Ny. Ladies, perempuan berusia 30 tahun, P2A0 datang
dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu. Empat
belas hari yang lalu os baru saja melahirkan secara SC di
RSUD Dirgantara atas indikasi gawat janin ec. Lilitan tali
pusat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tensi 100/70
mmHg, Nadi 90x/menit, napas 16 x/menit, suhu 39 o C.
Pada pemeriksaan ginekologi didapatkan lokia (+) dan
berbau. Fundus teraba antara pusat dan simpisis. Obat
apakah yang diberikan?
A. Oksitosin
B. Metilergometrin
C. Antibiotik
D. Antivirus
E. Kristaloid
• Perempuan berusia 30 tahun, P2A0 datang dengan keluhan demam
sejak 5 hari.
• 14 hari yang lalu os baru saja melahirkan secara SC atas indikasi gawat
janin ec. Lilitan tali pusat.
• Tensi 100/70 mmHg, Nadi 90x/menit, napas 16 x/menit, suhu 39oC.
• Lokia (+) dan berbau.
• Fundus teraba antara pusat dan simpisis.
PENYEBAB TERSERING…
DIAGNOSIS CRACKED NIPPLE
JAWABAN:
A. CARA MENYUSUI YANG
TIDAK BENAR
• Pasien mengalami cracked nipple karena
ditemukan pada puting payudara kiri lecet
dan nyeri.
• Cracked nipple paling sering disebabkan
karena posisi menyusui yang tidak benar
sehingga menjadi lecet nyeri ibu takut
menyusui seperti di soal
• Sering membersihkan payudara dengan sabun
memang bisa menyebabkan kulit kering dan gampang
terkena trauma mekanik, tapi bukan faktor penyebab
utama
• Puting payudara flat atau retraksi bisa
menyebabkan gangguan menyusui, tapi bukan
penyebab cracked nipple
• Infeksi pada payudara pada mastitis
• Jumlah ASI yang sedikit bukan penyebab cracked
nipple, bisa menjadi akibat dari metode menyusui
yang tidak tepat
Cracked Nipple
• Cracked nipple: lesi kutan makroskopik pada area areola
payudara, dapat berupa erosi, luka, fisura, eritema,
edema, atau lepuh.
• Etiologi cracked nipple paling sering ialah kesalahan
metode menyusui bayi terutama pada minggu-minggu
awal kelahiran.
• Tatalaksana
– Gunakan ASI/lanolin/krim untuk melembabkan
– Tetap susui bayi dengan Teknik yang benar
– Gunakan nipple shield sebagai alternatif terakhir karena
dapat mengurangi produksi ASI
Teknik Perlekatan Menyusui
www.womenshealth.gov
Teknik Menyusui
Posisikan bayi yang benar Cek apakah perlekatan sudah benar
• Bayi dipegang dengan satu lengan. • Dagu menempel ke payudara ibu.
Kepala bayi diletakkan dekat • Mulut terbuka lebar.
lengkungan siku ibu, bokong bayi • Sebagian besar areola terutama yang
ditahan dengan telapak tangan ibu. berada di bawah, masuk ke dalam
• Perut bayi menempel ke tubuh ibu. mulut bayi.
• Mulut bayi berada di depan puting • Bibir bayi terlipat keluar.
ibu. • Pipi bayi tidak boleh kempot (karena
• Lengan yang di bawah merangkul tidak menghisap, tetapi memerah
tubuh ibu, jangan berada di antara ASI).
tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di • Tidak boleh terdengar bunyi decak,
atas boleh dipegang ibu atau hanya boleh terdengar bunti
diletakkan di atas dada ibu. menelan.
• Telinga dan lengan yang di atas • Ibu tidak kesakitan.
berada dalam satu garis lurus.
• Bayi tenang.
15.
Seorang wanita G2P1A0 dengan dengan usia
kehamilan 8 minggu ingin melakukan ANC,
dikarenakan anak pertama mengalami
anencephali. Keadaan janin dan ibu sekarang
normal. Apa yang harus diberikan kepada ibu ini
agar anaknya tidak mengalami seperti anak
sebelumnya?
A. Supplemen asam folat 400 mcg/hari
B. Supplemen asam folat 4000 mcg/hari
C. Supplemen asam folat 40 mcg/hari
D. Supplemen vitamin B komplek 4 tablet/hari
E. Supplemen vitamin B komplek 2 tablet/hari
15.
Seorang wanita G2P1A0 dengan dengan usia
kehamilan 8 minggu ingin melakukan ANC,
dikarenakan anak pertama mengalami
anencephali. Keadaan janin dan ibu sekarang
normal. Apa yang harus diberikan kepada ibu ini
agar anaknya tidak mengalami seperti anak
sebelumnya?
A. Supplemen asam folat 400 mcg/hari
B. Supplemen asam folat 4000 mcg/hari
C. Supplemen asam folat 40 mcg/hari
D. Supplemen vitamin B komplek 4 tablet/hari
E. Supplemen vitamin B komplek 2 tablet/hari
• Seorang wanita G2P1A0 dengan dengan usia kehamilan
8 minggu ingin melakukan ANC, dikarenakan anak
pertama mengalami anencephali.
• Keadaan janin dan ibu sekarang normal.
• Dosis
– Pencegahan defek pada tube neural: Min. 400 mcg/hari
– Defisiensi asam folat: 250-1000 mcg/hari
– Riwayat kehamilan sebelumnya memiliki komplikasi defek
tube neural atau riwayat anensefali: 4mg/hari pada sebulan
pertama sebelum kehamilan dan diteruskan hingga 3 bulan
setelah konsepsi
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DIABETES PRAGESTASIONAL
JAWABAN:
B. DM TIPE 2
• Perempuan 28 tahun, G1P0A0 hamil 34
minggu mengeluhkan sering buang air kecil,
sering merasa lapar dan haus gejala
diabetes
• Hasil GDP 254 mg/dl masuk kriteria DM
pragestasional (GDP ≥ 126 mg/dl)
• DM pragestasional merupakan DM yang
prosesnya terjadi bukan akibat kehamilan,
tetapi karena DM tipe 1 atau DM tipe 2
• Pasien onset DM dewasa, maka DM
pragestasional yang terjadi adalah DM tipe 2
• Diabetes Gestasional GDP 92-125 mg/dl
(sedangkan di soal GDP 254 mg/dl), muncul pada
trimester 2 atau 3
• DM Insipidus polyuria tanpa glucosuria, penyebab
gangguan pada ADH, osmolaritas urin rendah
• DM tipe 1 defisiensi insulin absolut, muncul pada
anak-anak
• KAD terdapat ketosis, asidosis, dan hiperglikemia >
250 mg/dl
Diabetes pada kehamilan
• Diabetes pragestasional • Diabetes gestasional:
atau overt diabetes – Intolerasi terhadap
atau preexisting: karbohidrat dan
– Riw. gula darah tinggi diketahu pertama kali
disertai glukosuri atau saat kehamilan
ketoasidosis • Komplikasi:
– GDS ≥ 200 mg/dl disertai – Ibu: HT, preeklampsi, DM
gejala trias 3P tipe 2
– GDP ≥ 126 mg/dl – Janin: Makromosi,
– Insulin dependence prematuritas,
hipolglikemi
Melitus
Diabetes
Gestasional
Diagnosis dan
Penatalaksanaan
DM Pregestasional
Terutama utk mendeteksi
TTGO
• Pemeriksaan
• PA: Didapatkan epitelial kuboid yang selapis/
epitel batang pendek
• Terapi: Drainase
http://journals.lww.com/em-news/Fulltext/2011/05000/Case_Report
Ginekolog
Jenis
Kista Bartholin
Keteranga
n
i
Kista pada kelenjar bartholin yang terletak di kiri-kanan bawah vagina,di
belakang labium mayor. Terjadi karena sumbatan muara kelenjar e.c trauma
atau infeksi
Kista Nabothi Terbentuk karena proses metaplasia skuamosa, jaringan endoserviks diganti
(ovula) dengan epitel berlapis gepeng. Ukuran bbrp mm, sedikit menonjol dengan
permukaan licin (tampak spt beras)
Polip Serviks Tumor dari endoserviks yang tumbuh berlebihan dan bertangkai, ukuran
bbrp mm, kemerahan, rapuh. Kadang tangkai panjang sampai menonjol dari
kanalis servikalis ke vagina dan bahkan sampai introitus. Tangkai
mengandung jar.fibrovaskuler, sedangkan polip mengalami peradangan
dengan metaplasia skuamosa atau ulserasi dan perdarahan.
Karsinoma Tumor ganas dari jaringan serviks. Tampak massa yang berbenjol-benjol,
Serviks rapuh, mudah berdarah pada serviks. Pada tahap awal menunjukkan suatu
displasia atau lesi in-situ hingga invasif.
Mioma Geburt Mioma korpus uteri submukosa yang bertangkai, sering mengalami nekrosis
dan ulserasi.
18.
Seorang wanita usia 30 tahun, G1P0 usia kehamilan 32
minggu datang dengan keluhan mules-mules sejak 1 hari
yang lalu. Keluhan disertai dengan keluar lendir dan darah.
Pada pemeriksaan fisik TFU sesuai dengan usia
kehamilan, pada pemeriksaan dalam ada pembukaan dan
bagian terbawah janin masih di atas. Diagnosis yang
mungkin terjadi pada kasus ini ialah…
A. Ancaman persalinan prematur
B. Persalinan akselerasi
C. Distosia persalinan
D. IUGR
E. Perdarahan post partum
18.
Seorang wanita usia 30 tahun, G1P0 usia kehamilan 32
minggu datang dengan keluhan mules-mules sejak 1 hari
yang lalu. Keluhan disertai dengan keluar lendir dan darah.
Pada pemeriksaan fisik TFU sesuai dengan usia
kehamilan, pada pemeriksaan dalam ada pembukaan dan
bagian terbawah janin masih di atas. Diagnosis yang
mungkin terjadi pada kasus ini ialah…
A. Ancaman persalinan prematur
B. Persalinan akselerasi
C. Distosia persalinan
D. IUGR
E. Perdarahan post partum
• Seorang wanita usia 30 tahun, G1P0 usia kehamilan 32 minggu
datang dengan keluhan mules-mules sejak 1 hari yang lalu.
• Keluhan disertai dengan keluar lendir dan darah.
• Pada pemeriksaan fisik TFU sesuai dengan usia kehamilan, pada
pemeriksaan dalam ada pembukaan dan bagian terbawah janin
masih di atas.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PARTUS PREMATURUS IMINENS
JAWABAN:
A. ANCAMAN PERSALINAN PREMATUR
• Diagnosis pada kasus ini adalah ancaman
partus prematurus, atas dasar:
– Usia kehamilan 32 minggu kehamilan
preterm
– Datang dengan keluhan mules-mules sejak 1
hari yang lalu + lender darah kemungkinan
his dan bloody show + PF sudah ada dilatasi
serviks tanda inpartu
• Persalinan akselerasi istilah yang tidak umum
digunakan, yang ada adalah akselerasi persalinan
(memperkuat kontraksi dengan obat/tindakan seperti
amniotomi)
• Distosia persalinan hambatan pada persalinan,
tidak ditemukan ke arah ini
• IUGR pertumbuhan janin terhambat, bukan
diagnosis pasien di soal karena janin sesuai dengan
usia kehamilan
• Perdarahan post partum pasca persalinan, terjadi
perdarahan, paling sering akibat atonia uteri
Partus Prematurus
• POGI (Semarang, 2008): persalinan preterm
adalah persalinan yang terjadi pada usia
kehamilan 22-37 minggu
• Pencegahan infeksi
– DOC: eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari
– Ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari
– Klindamisin
– Kontra indikasi: amoksiklav risiko necrotizing enterocolitis
19.
Ny. Ebriana Ebifurai, perempuan usia 30 tahun,
datang dengan keluhan tidak haid selama 2 bulan.
Pasien selalu mendapatkan haid setiap tgl 28
selama 6 hari. Pada tgl 21 maret 2020 ada bercak
darah. Dua hari hari kemudian bercak darah sudah
tidak ada. adanya bercak darah pada tgl 29 maret
2020 menunjukan…
A. Keluarnya ovum dari ovarium
B. Masuknya sperma ke ovum
C. Berubahnya oosit menjadi blastocyt
D. Implantasi blastocyt pada endometrium
E. Lepasnya implantasi embrio
19.
Ny. Ebriana Ebifurai, perempuan usia 30 tahun,
datang dengan keluhan tidak haid selama 2 bulan.
Pasien selalu mendapatkan haid setiap tgl 28
selama 6 hari. Pada tgl 21 maret 2020 ada bercak
darah. Dua hari hari kemudian bercak darah sudah
tidak ada. adanya bercak darah pada tgl 29 maret
2020 menunjukan…
A. Keluarnya ovum dari ovarium
B. Masuknya sperma ke ovum
C. Berubahnya oosit menjadi blastocyt
D. Implantasi blastocyt pada endometrium
E. Lepasnya implantasi embrio
• Perempuan usia 30 tahun, datang dengan keluhan tidak haid
selama 2 bulan.
• Pasien selalu mendapatkan haid setiap tgl 28 selama 6 hari.
• Pada tgl 21 maret 2020 ada bercak darah.
• Dua hari hari kemudian bercak darah sudah tidak ada.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS HPP EC LASERASI SERVIKS
JAWABAN:
• Perdarahan pasca salin yang dialami oleh
pasien disebabkan karena robekan pada
serviks; diperkirakan karena faktor risiko
bayi besar (berat bayi 4.400 gr)
• Tatalaksana yang dilakukan ialah penjahitan
robekan serviks
• Pemberian uterotonik pada HPP ec. gangguan
tonus
• Resusitasi kristaloid 20 cc/kgbb dilakukan jika
kondisi pasien mengalami hipotensi/ terdapat tanda
syok. Pada soal kondisi pasien stabil sehingga tidak
memerlukan resusitasi kristaloid.
• Pemasangan tampon vagina terapi sementara utk
menghentikan perdarahan, tetapi tidak mengatasi
penyebab HPP.
• Kompresi bimanual untuk HPP ec. Gangguan
tonus
Postpartum cervical laceration
• Risk factors for significant cervical lacerations
(ie, associated with excessive bleeding or
requiring repair) include:
– precipitous labor,
– operative vaginal delivery (vacum or forceps) and
– cerclage
– However, absence of such risk factors
should not preclude re-examination of the birth
canal.
Robekan Serviks: Tatalaksana
• Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah
kiri dan kanan dari porsio
• Tatalaksana:
– Jepit klem ovum pada lokasi perdarahan
– Jahitan dilakukan secara kontinu dimulai dari ujung
atas robekan kemudian ke arah luar sehingga semua
robekan dijahit
– Bila perdarahan berlanjut berikan 1 g Asam
Traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang
setelah 30 menit) lalu rujuk.
Treatmen Gelpi retractor
TATALAKSANA SELANJUTNYA…
DIAGNOSIS DISTOSIA BAHU
JAWABAN:
A. MCROBERT MANUVER
• Pada soal di atas, saat persalinan, bahu bayi tidak dapat
lahir meskipun sudah mengejan dan kepala sudah keluar
diagnosis adalah distosia bahu
• Air ketuban keruh dan berbau ketuban bercampur
meconium mungkin janin mulai hipoksi; evaluasi juga
apakah ada tanda infeksi korioamnionitis?
• Pada kasus tersebut, harus dilakukan manuver bantuan
untuk mengatasi masalah distosia bahunya, apalagi bayi
mulai hipoksia (meconium sudah keluar)
• Untuk tatalaksana distosia bahu, manuver utama yang
dilakukan ialah perasat McRobert atau bisa juga
menggabungkan perasat McRobert dengan Massanti
(penekanan suprapubic)
• Sectio Caesarean pada distosia bahu dalam persalinan kala
2, biasanya dilakukan manuver-manuver bantuan seperti
McRobert, Massanti, Rubin, Wood Screw, dll terlebih dahulu.
Jika semua manuver gagal, salah satu alternatif akhir bisa
dilakukan perasat Zavanelli (mengembalikan/ mendorong janin
masuk ke dalam uterus kembali) dan kemudian dilakukan SC.
• Forceps bukan manajemen distosia bahu
• Zavanelli manuver salah satu manuver terakhir yang
digunakan pada kasus distosia bahu (lihat keterangan SC)
• Ekstraksi vakum bukan manajemen distosia bahu
Distosia Bahu
• Keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu
anterior tidak dapat lewat dibawah simfisis pubis
• Kegagalan melahirkan bahu dengan metode
biasa
• Incidence
• 1 to 2 per 1000 deliveries
• 16 per 1000 deliveries of babies > 4000 g
• Diagnosis:
– Kesulitan melahrikan wajah dan dagu
– “Turtle Sign”: kepala bayi melekat erat di vulva atau
bahkan tertarik kembali
– Kegagalan paksi luar kepala bayi
– Kegagalan turunnya bahu
Manuver
McRobert
Penekanan
Suprasimfisis
Management of Shoulder Dystocia
Ask for help
Lift - the buttocks
- the legs
} McRobert’s manoeuver
Anterior disimpaction of shoulder
- rotate to oblique
- suprapubic pressure
Rotation of the posterior shoulder - Woods’ manoeuver
Manual removal of posterior arm
Lift - McRobert’s
Manoeuver
Anterior Disimpaction
- 1) Suprapubic Pressure
(Massanti Manoeuvre)
• NO fundal pressure
• Abdominal approach:
suprapubic pressure applied
with heel of clasped hand
from the posterior aspect of
the anterior shoulder to
dislodge it
Anterior Disimpaction
-
2) Rubin Manoeuver
• vaginal approach
• adduction of anterior shoulder by
pressure applied to the posterior
aspect of the shoulder (the
shoulder is pushed toward the
chest)
• consider episiotomy
•
Rotation of Posterior Shoulder - Step
1
• pressure on anterior
aspect of posterior
shoulder
• may be combined
with anterior
disimpaction
manoeuvers
• NO fundal
pressure
Rotation of Posterior Shoulder - Step
2
Wood’s screw
manoeuvre
•can be done
simultaneously with
anterior dissimpaction
Rotation of Posterior Shoulder - Step
3
• may be repeated
if delivery not
accomplished by
Steps 1 & 2
Rotation of Posterior Shoulder - Step
4
Manual removal
of posterior
arm
(Barnum
• flex arm at elbow
Maneuver)
• (pressure in antecubital
fossa to flex arm)
• sweep arm over chest
• grasp wrist/forearm or
hand
• deliver arm
22.
Nn. Akasia Magnolia, perempuan, usia 24 tahun, diantar ke
IGD RSUD Pakan Musi karena nyeri pinggang kanan
secara mendadak 1 jam yang lalu setelah melakukan
kegiatan outbond. Pada pemeriksaan awal didapatkan TTV
normal, namun pasien sangat kesakitan dan berkeringat
dingin disertai dengan mual. Pemeriksaan bimanual
ditemukan masa sebesar bola tenis bersifat kistik di area
adneksa kanan dan nyeri. Apa kemungkinan kelainan?
A. Apendicitis
B. Endometriosis
C. Kista ovarium
D. Torsio kista
E. KET
22.
Nn. Akasia Magnolia, perempuan, usia 24 tahun, diantar ke
IGD RSUD Pakan Musi karena nyeri pinggang kanan
secara mendadak 1 jam yang lalu setelah melakukan
kegiatan outbond. Pada pemeriksaan awal didapatkan TTV
normal, namun pasien sangat kesakitan dan berkeringat
dingin disertai dengan mual. Pemeriksaan bimanual
ditemukan masa sebesar bola tenis bersifat kistik di area
adneksa kanan dan nyeri. Apa kemungkinan kelainan?
A. Apendicitis
B. Endometriosis
C. Kista ovarium
D. Torsio kista
E. KET
• Perempuan, usia 24 tahun, nyeri pinggang kanan secara
mendadak 1 jam yang lalu setelah melakukan kegiatan outbond.
• TTV normal, namun pasien sangat kesakitan dan berkeringat
dingin disertai dengan mual.
• Pemeriksaan bimanual ditemukan masa sebesar bola tenis
bersifat kistik di area adneksa kanan dan nyeri.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS TORSIO KISTA
JAWABAN:
D. TORSIO KISTA
• Pada soal, diagnosis yang paling mungkin
ialah torsio kista, atas dasar:
– Nyeri pinggang kanan secara mendadak 1 jam
yang lalu, mual, keringat dingin akut
abdomen
– Pemeriksaan bimanual ditemukan masa
sebesar bola tenis bersifat kistik di area
adneksa kanan dan nyeri suspect kista
ovarium yang terpuntir sehingga menyebabkan
akut abdomen
• Apendicitis gejala demam, mual, nyeri kanan
bawah, biasanya ada psoas sign, mcburney sign,
leukositosis
• Endometriosis gejala utama dismenorea
berat
• Kista ovarium biasanya tidak bergejala kecuali jika
terpuntir atau ruptur
• KET hamil dengan nyeri abdomen, perdarahan
vagina, nyeri goyang porsio
Torsio Kista Ovarium
• Terjadi akibat perubahan dari volume dan berat kista yang mengubah posisi
kista, sehingga memungkinkan terjadinya puntiran
• Terapi
– Medikamentosa
– Anti nyeri, anti emesis
– Operatif
– Laparoskopi/ laparotomi
• Komplikasi
– Infeksi, peritonitis, sepsis, adesi, nyeri
kronik, infertilitas
23.
Seorang pasien perempuan berusia 25 tahun datang ke
tempat praktek anda dengan keluhan tidak haid selama 3
bulan. Pasien mengatakan baru menjalani proses kuretase
5 bulan sebelumnya di dokter spesialis kebidanan. Hasil
pemeriksaan fisis dan tanda vital didapatkan hasil dalam
batas normal. Hasil tes plano didapatkan hasil negatif.
Apakah yang paling mungkin terjadi pada pasien ini?
A. Sheehan Syndrome
B. Fritsch Syndrome
C. Hypoprolactinemia
D. Hypofungsi kelenjar Adrenal
E. Sindroma Meig
23.
Seorang pasien perempuan berusia 25 tahun datang ke
tempat praktek anda dengan keluhan tidak haid selama 3
bulan. Pasien mengatakan baru menjalani proses kuretase
5 bulan sebelumnya di dokter spesialis kebidanan. Hasil
pemeriksaan fisis dan tanda vital didapatkan hasil dalam
batas normal. Hasil tes plano didapatkan hasil negatif.
Apakah yang paling mungkin terjadi pada pasien ini?
A. Sheehan Syndrome
B. Fritsch Syndrome
C. Hypoprolactinemia
D. Hypofungsi kelenjar Adrenal
E. Sindroma Meig
• Seorang pasien perempuan berusia 25 tahun datang ke tempat
praktek anda dengan keluhan tidak haid selama 3 bulan.
• Pasien mengatakan baru menjalani proses kuretase 5 bulan
sebelumnya di dokter spesialis kebidanan.
• Hasil pemeriksaan fisis dan tanda vital didapatkan hasil dalam
batas normal.
• Hasil tes plano didapatkan hasil negatif.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS FRITSCH SYNDROME
JAWABAN:
B. FRITSCH SYNDROME
• Pasien mengalami Fritsch/ Asherman
syndrome yang merupakan kondisi adhesi
endometrium akibat kuret, atas dasar:
– Riwayat kuretase
– keluhan tidak haid selama 3 bulan, tetapi
bukan karena kehamilan
• Sheehan Syndrome Hipopituarisme disebabkan oleh
nekrosis akibat kehilangan banyak darah, terutama akibat syok
hipovolemik selama dan setelah melahirkan. Gejala awal:
agalaktorea dan/atau kesulitan menyusui, amenorea atau
oligomenorea setelah partus
• Hypoprolactinemia prolaktin rendah, bisa merupakan salah
satu tanda dari Sheehan syndrome
• Hipofungsi kelenjar Adrenal insufisiensi adrenal, misalnya
addison disease
• Sindroma Meig trias asites, efusi pleura, dan tumor
ovarium.
Fritsch or Asherman Syndrome
• Merupakan suatu kondisi yang memiliki ciri khas
adanya adesi atau fibrosis endometrium yang sering
disebabkan oleh proses dilatasi dan kuretase.
• Istilah lain yang sering digunakan: adesi intrauterin,
atresia uterine, atrofi uterine traumatika, sklerosis
endometrium, dan sinekia intrauterin
• Diagnosis: riwayat dilatasi dan kuretase ditunjang
dengan adanya jaringan parut pada uterus oleh
histerosonografi atau histerosalfingografi.
• Terapi: Bedah diikuti dengan hormonal untuk
mencegah timbulnya jaringan parut.
24.
Seorang perempuan, 23 tahun, G2P0A1 usia kehamilan 38
minggu datang dengan keluhan kenceng– kenceng / nyeri
perut dan keluar cairan lendir. Saat diperiksa TD 150/100
mmHg, albuminuria negatif. Pembukaan 5 cm, effacement
50%. Lima bulan pasca persalinan tekanan darah pasien
tetap tinggi. Apakah diagnosis yang mungkin pada pasien
tersebut?
A. Preeklamsia ringan
B. Preeklamsia berat
C. Hipertensi kronik
D. Hipertensi gestasional
E. Eklampsia
24.
Seorang perempuan, 23 tahun, G2P0A1 usia kehamilan 38
minggu datang dengan keluhan kenceng– kenceng / nyeri
perut dan keluar cairan lendir. Saat diperiksa TD 150/100
mmHg, albuminuria negatif. Pembukaan 5 cm, effacement
50%. Lima bulan pasca persalinan tekanan darah pasien
tetap tinggi. Apakah diagnosis yang mungkin pada pasien
tersebut?
A. Preeklamsia ringan
B. Preeklamsia berat
C. Hipertensi kronik
D. Hipertensi gestasional
E. Eklampsia
• Seorang perempuan, 23 tahun, G2P0A1 usia kehamilan 38
minggu datang dengan keluhan kenceng– kenceng / nyeri perut
dan keluar cairan lendir.
• Saat diperiksa TD 150/100 mmHg, albuminuria negatif.
Pembukaan 5 cm, effacement 50%.
• Lima bulan pasca persalinan tekanan darah pasien
tetap tinggi.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HIPERTENSI KRONIK
JAWABAN:
C. HIPERTENSI KRONIK
• Pada soal disebutkan tekanan darah pasien
tetap tinggi walau sudah 5 bulan pasca
persalinan sudah masuk ke dalam
hipertensi kronik (Batasan hipertensi
gestasional adalah bertahan maksimal 12
minggu/ 3 bulan pasca melahirkan).
• Preeklamsia ringan istilah ini sudah tidak lagi
digunakan
• Preeklamsia berat preeklampsia dengan TD ≥
160/110 atau terdapat kerusakan organ seperti liver,
ginjal, edema paru, gejala neurologis
• Hipertensi gestasional muncul setelah 20 minggu
gestasi, maksimal bertahan hingga 12 minggu
postpartum, tanpa gejala preeklampsia
• Eklampsia sudah kejang
Hipertensi dalam Kehamilan
HIPERTENSI HIPERTENSI KRONIK
GESTASIONA • Hipertensi (TD ≥140/90
L mmHHg) tanpa
proteinuria
• Hipertensi (TD ≥140/90
mmHHg) tanpa proteinuria • Sebelum hamil sudah
memiliki riwayat HT, atau
• Tidak ada riwayat HT
sebelum hamil • Sudah memiliki riwayat
• Muncul pada usia HT saat UK <20
minggu atau HT
kehamilan >20 minggu,
bertahan >12 minggu
bertahan maksimal 12
pasca salin
minggu pasca salin
• Tidak disertai gejala
preeklampsia
Superimposed Preeklamsia
Superimposed preeklampsia
- Sudah ada hipertensi kronik sebelum hamil atau saat
usia kandungan <20 minggu disertai dengan kriteria
preeklamsia
Eklampsia
- Kejang umum dan/atau koma
- Ada tanda preeklampsia
- Tidak ada kemungkinan penyebab lain seperti
epilepsi, perdarahan subarachnoid, atau meningitis
Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan WHO, 2013
Hipertensi dalam Kehamilan
PREEKLAMPSIA
• HT yang baru terjadi pada kehamilan / saat usia kehamilan >20 minggu +
gangguan organ
• Proteinuria (+) 2 atau lebih, jika tidak didapatkan salah satu gejala dan
gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis, yaitu:
1. Trombositopenia: <100.000/mikroliter
2. Gangguan ginjal: Cr serum >1.1 mg/dL atau terdapat peningkatan kadar Cr
serum pada kondisi tidak ada kelainan ginjal lainnya
3. Gangguan hati: Peningkatan transaminase 2x normal dan/atau adanya
nyeri
di daerah epigastrik atau RUQ.
4. Edema paru
5. Gangguan neurologi: Nyeri kepala, gangguan pengelihatan, stroke
6. Gangguan pertumbuhan janin gangguan sirkulasi uteroplasenta:
Oligohidroamnion, fetal growth restriction.
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS INKONTINENSIA URIN
JAWABAN:
D. TES VALSAVA
• Pasien datang dgn keluhan BAK terus menerus tidak dirasa
dan merembes melalui kemaluan sejak 1 minggu yg lalu
inkontinensia urin
• Riwayat persalinan pervaginam 3 minggu yang lalu dengan
kala 2 lama sehingga diperlukan ekstraksi vakum dan berat
bayi 4000 gram kombinasi antara tekanan
berkepanjangan pada struktur panggul (jaringan ikat, otot,
saraf), ukuran bayi yang besar, dan penggunaan alat bantu
(terutama forcep) bisa menyebabkan kerusakan pada
struktur dasar panggul kelemahan struktur penopang
organ panggul inkontinensia urin tipe stress
• Inkontinensia urine tipe stress bisa diperiksa secara klinis
dengan bladder stress test (pasien batuk/ valsava
terdapat urine leakage).
• Jadi, jawaban yang tepat dari soal ini ialah tes valsava.
• USG abdomen
– USG pelvis bisa dipakai sebagai alternatif untuk evaluasi hipermobilitas
uretra, kondisi yang bisa ditemukan pada inkontinensia stress tidak
perlu evaluasi ini karena hipermobilitas uretra tidak mempengaruhi
manajemen inkontinensia urin stress
– USG Bladder post voiding sebagai bagian dari langkah pemeriksaan post
voiding residual digunakan untuk melihat sisa urin pasca BAK utk
menyingkirkan DD/ inkontinensia overflow
• Foto polos abdomen tidak digunakan untuk evaluasi
inkontinensia tipe stress
• Tes pengisian buli dengan methyline blue untuk mengetahui
adanya fistula veikovagina
• Papsmear dan sitologi vagina skrining kanker serviks
Inkontinensia Urine (IU) Stress
• Terjadi apabila urin secara tidak terkontrol
keluar akibat peningkatan tekanan di dalam
perut, melemahnya otot dasar panggul,
operasi dan penurunan estrogen.
• Gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk,
mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal
lain yang meningkatkan tekanan pada rongga
perut.
Bladder Stress Test/ Cough Stress test
• To confirm the diagnosis of stress incontinence.
• This test is performed with the patient in the
standing position with a comfortably full bladder.
• While the examiner visualizes the urethra by
separating the labia, the patient is asked to
Valsalva and/or cough vigorously.
• The clinician observes directly whether or not
there is leakage from the urethra.
INKONTINENSIA STRESS
TULIS PERTANYAANYA…
DIAGNOSIS
JAWABAN:
ABSES MAMMAE
• Ibu menyusui mengeluhkan bengkak dan
nyeri di payudara kanan. pemeriksaan fisik
ditemukan massa kistik dan keras
disekitarnya, hiperemis, dan fluktuasi (+).
• Diagnosis yang paling tepat pada kasus ini
adalah abses mammae.
• Selulitis infeksi bakteri di kulit dan lapisan yang ada di
bawahnya.
– Kondisi ini dapat menyebabkan kulit terlihat kemerahan,
bengkak, terasa lembut atau lembek, dan sakit saat ditekan.
• Galaktokel berupa benjolan yang menyebabkan
penyumbatan pada muara saluran susu, dapat terasa
lunak, dapat digeser, dan jarang menimbulkan nyeri.
• Tumor mammae benjolan di area payudara bisa
bersifat ganas ataupun jinak.
• Fibroadenoma mammae tumor jinak
pada payudara perempuan yang terbentuk karena
adanya kelainan pertumbuhan jaringan.
– Pembentukan fibroadenoma mammae terjadi oleh jaringan
fibrous stroma dan proliferasi epitel lobulus.
http://emedicine.medscape.com/
Abses Mammae
• Kasus yang jarang terjadi
• komplikasi dari mastitis • Epidemiologi:
• dapat terjadi selama menyusui • 5-11% wanita menyusui
• biasanya pada primipara. dengan mastitis terinfeksi.
• Gejala klinis: • Etiologi
• Rubor, calor, dolor, functio • Dominan Staphylococcus
laesa. aureus
• Pemeriksaan penunjang • Staphylococcus
menyerupai Ca epidermidis
• Diagnosis: • Proteus mirabilis.
– Edema payudara, eritema, • Risiko meningkat pada orang-
hangat (biasanya unilateral) orang dengan Diabetes
– Riwayat infeksi payudara mellitus
sebelumnya
– Dapat disertai demam,
mual/muntah, discharge dari
massa/puting
– Riwayat menyusui
– Massa fluktuatif pada
palpasi
Pemeriksaan Radiologi
• USG mammae
• pemeriksaan initial
• dapat juga digunakan untuk evaluasi terapi.
• Karakteristik abses mammae:
– hypoechoic collecition, mostly multiloculated
– no vascularity within the collection
– accoustic enhancement due to fluid content
– an echogenic, vascular rim
• Mammography
• jarang digunakantidak spesifik
• Direkomendasikan bila ada kecurigaan kemungkinan
keganasan pada non-puerpural abscesses.
Patofisiologi
• Stasis ASI
• ↑ Tekanan di dalam duktus
• Tegangan alveoli >>
• Sel epitel datar dan tertekan
• Produksi ASI melambat
• Akumulasi ASI
• Respon inflamasi dan media pertumbuhan bakteri
Tatalaksana Abses Payudara
• Sangga payudara dengan adekuat
• Analgetik: ibuprofen atau parasetamol
• Pengosongan payudara
• Tahap awal abses (indurated mass) antibiotik
• Abses matur/massa fluktuatif antibiotik +
drainase
• Drainase:
– Aspirasi jarum (18-19G)
– Insisi drainase untuk abses diameter > 5 cm
MASTITIS
• Inflamasi atau infeksi payudara
• Klinis:
– Payudara (biasanya unilateral) nyeri, kemerahan
– Dapat disertai demam > 38 C
– Umumnya minggu ke 3-4 postpartum, namun bisa terjadi kapan
saja selama menyusui
• Predisposisi:
– Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
– Puting yang lecet
– Menyusui pada satu posisi drainase payudara tidak sempurna
– Bra terlalu ketat menghambat aliran ASI
– Riwayat mastitis sebelumnya
Tatalaksana Mastitis
Tatalaksana Umum
• Tirah baring & >> asupan cairan
• Sampel ASI: kultur dan diuji sensitivitas
Tatalaksana Khusus
• Berikan antibiotika :
– Kloksasilin 500 mg/6 jam PO , 10-14 hari ATAU
– Eritromisin 250 mg, PO 3x/hari, 10-14 hari
• Tetap menyusui, mulai dari payudara sehat. Bila payudara yang
sakit belum kosong setelah menyusui, pompa payudara untuk
mengeluarkan isinya.
• Kompres dingin untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
• Berikan parasetamol 3x500mg PO
• Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
• Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
28.
Ny. Jambalaya Yesterday, perempuan berusia 24 tahun,
G1P0A0 hamil 28 minggu datang ke poliklinik dokter
kandungan di RSUD Hanya Harapan. Pasien ingin
memeriksakan diri dan kontrol kehamilan. Dari data
anamnesis, diketahui ibu pasien memiliki riwayat DM
sehingga dokter menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan skrining diabetes. Hasil pemeriksaan TTGO
GDP 102 mg/dL, GD2jam post TTGO 144 mg/dL.
Kemungkinan diagnosis pasien adalah...
A. GDPT
B. TGT
C. DM gestasional
D. Tidak sakit
E. DM tipe II
28.
Ny. Jambalaya Yesterday, perempuan berusia 24 tahun,
G1P0A0 hamil 28 minggu datang ke poliklinik dokter
kandungan di RSUD Hanya Harapan. Pasien ingin
memeriksakan diri dan kontrol kehamilan. Dari data
anamnesis, diketahui ibu pasien memiliki riwayat DM
sehingga dokter menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan skrining diabetes. Hasil pemeriksaan TTGO
GDP 102 mg/dL, GD2jam post TTGO 144 mg/dL.
Kemungkinan diagnosis pasien adalah...
A. GDPT
B. TGT
C. DM gestasional
D. Tidak sakit
E. DM tipe II
• Ny. Jambalaya Yesterday, perempuan berusia 24 tahun, G1P0A0 hamil
28 minggu datang ke poliklinik dokter kandungan di RSUD Hanya
Harapan.
• Pasien ingin memeriksakan diri dan kontrol kehamilan. Dari data
anamnesis, diketahui ibu pasien memiliki riwayat DM sehingga dokter
menyarankan untuk melakukan pemeriksaan skrining diabetes.
• Hasil pemeriksaan TTGO GDP 102 mg/dL, GD2jam post TTGO 144
mg/dL.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DIABETES GESTASIONAL
JAWABAN:
C. DIABETES GESTASIONAL
• G1P0A0 hamil 28 minggu (berada di masa
trimester 2-3) + TTGO (usia 24-28 mggu)
GDP antara 92-125 (pada pasien 102
mg/dL) atau GD2jam post TTGO 153-199
(pada pasien 144 mg/dL) memenuhi
kriteria diabetes gestasional.
• Pada penderita DM tipe 2 yang terdiagnosis
saat hamil (berarti termasuk ke DM
pregestasional), GDP >=126 atau 2 jam
TTGO >=200
DM pada Kehamilan
• Hiperglikemia yang terdeteksi pada kehamilan
harus ditentukan klasifikasinya sebagai salah
satu di bawah ini: ( WHO 2013, NICE update
2014)
– DM yang sebelumnya dikenal dan kemudian
menjadi hamil (Pregestational Diabetes
Mellitus) dan
– Diabetes yang baru diidentifikasi
selama kehamilan (Gestational Diabetes
Mellitus/GDM/DMG)
Faktor Risiko Diabetes Melitus
Gestasional
Melitus
Diabetes
Gestasional
Diagnosis dan
Penatalaksanaan
DM Pregestasional
Terutama utk mendeteksi
TTGO
REGIMEN YG DIHINDARI…
DIAGNOSIS TB PARU PADA KEHAMILAN
JAWABAN:
E. STREPTOMISIN
• Adanya keluhan batuk 3 minggu, berdahak,
demam, penurunan nafsu makan, dan
hasil BTA (+) pada ibu hamil mengarahkan
diagnosis ada penyakit tuberkulosis.
• Pemberian obat tuberkulosis pada ibu
hamil mengikuti regiman OAT seperti biasa,
kecuali streptomisin karena memiliki efek
ototoksik pada fetus.
TB Pada kehamilan
• Obat antituberkulosis harus tetap diberikan kecuali streptomisin,
dapat menembus barrier plasenta efek samping streptomisin pada
gangguan pendengaran janin (ototoksik)
• Pada pasien TB yang menyusui, OAT dan ASI tetap dapat diberikan,
walaupun beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI, akan tetapi
konsentrasinya kecil dan tidak menyebabkan toksik pada bayi
• Pada perempuan usia produktif yang mendapat pengobatan TB
dengan rifampisin, dianjurkan untuk tidak menggunakan
kontrasepsi hormonal, karena dapat terjadi interaksi obat yang
menyebabkan efektivitas obat kontrasepsi hormonal berkurang.
• Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan
30.
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Watson berusia
27 tahun G2P1A0 hamil 10 minggu datang ke rumah sakit.
Pasien memiliki keluhan mual, muntah hingga 5-10x sehari.
Keluhan tersebut dirasakan setiap kali makan dan minum
sehingga pasien sulit untuk makan dan semakin lemas. BB
turun >5% dibandingkan kunjungan terakhir. Vital sign
dalam batas normal. Apa terapi yang tepat diberikan?
A. Metokloperamide
B. Domperidone
C. Omeprazole
D. Misoprostol
E. Prometazin
30.
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Watson berusia
27 tahun G2P1A0 hamil 10 minggu datang ke rumah sakit.
Pasien memiliki keluhan mual, muntah hingga 5-10x sehari.
Keluhan tersebut dirasakan setiap kali makan dan minum
sehingga pasien sulit untuk makan dan semakin lemas. BB
turun >5% dibandingkan kunjungan terakhir. Vital sign
dalam batas normal. Apa terapi yang tepat diberikan?
A. Metokloperamide
B. Domperidone
C. Omeprazole
D. Misoprostol
E. Prometazin
• Pasien, 27 tahun G2P1A0 hamil 10 minggu, mual,
muntah hingga 5-10x sehari, sulit untuk makan
dan semakin lemas.
• BB turun >5% dibandingkan kunjungan terakhir
• Vital sign dalam batas normal. Merasa lemas.
TERAPI…
DIAGNOSIS HIPEREMESIS GRAVIDARUM
JAWABAN:
E. PROMETAZIN
• Mual dan muntah 5-10 x/hari setiap
makan dan minum, TV dalam batas normal
pada wanita G2P1A0 hamil 12 minggu + BB
turun
> 5% dari kunjungan terakhir
hiperemesis gravidarum.
• Obat lini pertama yang dapat digunakan
pada emesis gravidarum adalah
antihistamin 1 promethazine
• Domperidon dan metoclopramide
digunakan sebagai lini kedua dari terapi
hyperemesis gravidarum.
Emesis Gravidarum
• Emesis gravidarum (nausea and vomiting of
pregnancy /NVP)
– NVP should only be diagnosed when onset is in the first
trimester of pregnancy and other causes of nausea and
vomiting have been excluded.
– Nausea and vomiting of varying severity usually
commence between the first and second missed menstrual
period and continue until 14 to 16 weeks’ gestation
• Hiperemesis gravidarum
– protracted NVP with the triad of more than 5%
prepregnancy weight loss, dehydration and electrolyte
imbalance.
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
• NVP without complication, frequency is usually <5 x/day
• 70% of patients: Began between the 4th and 7th menstrual week
• 60% of patients: resolution by 12 weeks . 99% of patienst by 20 weeks
Grade 1 Low appetite, epigastrial pain, weak, pulse 100 x/min, systolic BP low, signs of
dehydration (+)
Grade 2 Apathy, fast and weak pulses, icteric sclera (+), oliguria, hemoconcentration,
aceton breath
Grade 3 Somnolen – coma, hypovolemic shock, Wernicke encephalopathy.
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3.
Bader TJ. Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
The initial management of NVP and HG
• Women with mild NVP should be managed in the
community with antiemetics.
• Ambulatory daycare management should be used for
suitable patients when community/primary care measures
have failed and where the PUQE score is less than 13.
• Inpatient management should be considered if there is at
least one of the following:
– continued nausea and vomiting and inability to keep down oral
antiemetics
– continued nausea and vomiting associated with ketonuria
and/or weight loss (greater than 5% of body weight), despite
oral antiemetics
– confirmed or suspected comorbidity (such as urinary tract
infection and inability to tolerate oral antibiotics)
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Therapeutic options for NVP and HG
• Antiemetics
– There are safety and efficacy data for first-line antiemetics such as
antihistamines (H1 receptor antagonists) and phenothiazines and they should
be prescribed when required for NVP and HG
– Combinations of different drugs should be used in women who do not
respond to a single antiemetic.
– For women with persistent or severe HG, the parenteral or rectal route may be
necessary and more effective than an oral regimen. Women should be asked
about previous adverse reactions to antiemetic therapies.
– Metoclopramide is safe and effective, but because of the risk of
extrapyramidal effects it should be used as second-line therapy.
– There is evidence that ondansetron is safe and effective, but
because data are
limited it should be used as second-line therapy
– Drug-induced extrapyramidal symptoms and oculogyric crises can occur with
the use of phenothiazines and metoclopramide. If this occurs, there should be
prompt cessation of the medications.
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Pilihan Terapi
• Pada pasien dengan hyperemesis gravidarum rute pengobatan lebih dipilih secara IV
atau IM karena intake oral sulit
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Tatalaksana Hiperemesis
• gravidarum
Sedapat mungkin, pertahankan kecukupan nutrisi ibu, termasuk suplementasi
vitamin dan asam folat di awal kehamilan.
• Anjurkan istirahat yang cukup dan hindari kelelahan
• Bila perlu, berikan 10 mg doksilamin dikombinasikan dengan 10 mg vitamin B6
hingga 4 tablet/hari (misalnya 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi, dan 1
tablet saat siang).
• Bila masih belum teratasi, tambahkan dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau
supositoria, 4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/hari bila meminum 4 tablet
doksilamin/piridoksin), ATAU prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau
supositoria.
• Bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu obat di
bawah ini:
– Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam
– Proklorperazin 5-10 mg per oral atau IM atau supositoria tiap 6-8 jam
– Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
– Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam
– Ondansetron 8 mg per oral tiap 12 jam
Tatalaksana Hiperemesis
• gravidarum
Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang
kanula intravena dan berikan cairan sesuai dengan
derajat hidrasi ibu dan kebutuhan cairannya, lalu:
– Berikan suplemen multivitamin IV
• Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama 20
menit, setiap 4-6 jam sekali. Bila perlu, tambahkan salah satu obat
berikut ini:
– Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
– Proklorperazin 5-10 mg IV tiap 6-8 jam
– Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam
– Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
– Bila perlu, tambahkan metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8
jam ATAU ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12
jam atau 1 mg/jam terus-menerus selama 24 jam.
TERIMAKASIH