Anda di halaman 1dari 266

PEMBAHASAN

TBL PERIODE
FEBRUARI
2021

OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI


1.
Ny. Lusianan Jansian, pasien perempuan berusia 33 tahun
datang dengan keluhan nyeri berat setiap kali menstruasi
selama beberapa tahun belakangan. Sudah 8 tahun
menikah tapi belum mempunyai anak. Dari hasil VT
didapatkan mobilitas uterus dan adneksa terhambat, serta
terdapat nodul di rectovaginal yang terasa nyeri ketika
dipalpasi. Diagnosis yang paling mungkin ialah….
A. Anovulasi
B. Tumor ovarium
C. Hiperandrogenism
D. Endometriosis
E. Mioma uteri
1.
Ny. Lusianan Jansian, pasien perempuan berusia 33 tahun
datang dengan keluhan nyeri berat setiap kali menstruasi
selama beberapa tahun belakangan. Sudah 8 tahun
menikah tapi belum mempunyai anak. Dari hasil VT
didapatkan mobilitas uterus dan adneksa terhambat, serta
terdapat nodul di rectovaginal yang terasa nyeri ketika
dipalpasi. Diagnosis yang paling mungkin ialah….
A. Anovulasi
B. Tumor ovarium
C. Hiperandrogenism
D. Endometriosis
E. Mioma uteri
• Perempuan berusia 33 tahun datang dengan keluhan nyeri berat
setiap kali menstruasi selama beberapa tahun belakangan.
• Sudah 8 tahun menikah tapi belum mempunyai anak.
• Dari hasil VT didapatkan mobilitas uterus dan adneksa terhambat,
serta terdapat nodul di rectovaginal yang terasa nyeri ketika
dipalpasi.

DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS  ENDOMETRIOSIS
JAWABAN:
D. ENDOMETRIOSIS
• Diagnosis kasus ini ialah endometriosis, yang didasarkan
atas:
– Nyeri berat setiap kali menstruasi selama beberapa tahun
belakangan  dismenore merupakan keluhan utama
endometriosis
– Sudah 8 tahun menikah tapi belum mempunyai anak  infertilitas
merupakan salah satu konsekuensi dr endometriosis
– Dari hasil VT didapatkan mobilitas uterus dan adneksa terhambat
 jaringan endometrium melekat di area uterus dan adneksa
– Nodul di rectovaginal yang terasa nyeri ketika dipalpasi 
biasanya karakteristik nodul konsistensi lunak dan nyeri
• Anovulasi  tidak terjadi pengeluaran ovum pada
siklus menstruasi, contohnya pada PCOS atau
menyusui eksklusif
• Tumor ovarium  bisa memberikan efek massa
• Hiperandrogenism  hirsutisme, acne, siklus
menstruasi ireguler, seperti pada PCOS
• Mioma uteri  terdapat massa di abdomen bawah,
bisa nyeri tetapi tidak tergantung siklus mens
Endometriosis & Adenomiosis
• Endometriosis
– Pertumbuhan jaringan yang mirip dengan
endometrium di luar kavum uteri
• Endometriosis interna / Adenomiosis
– Endometriosis yang terdapat di dalam
miometrium

• Pelvic endometriosis muncul bersamaan dengan


adenomyosis uteri pada 2–24% kasus, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara dua
kelainan ini
KELUHAN ENDOMETRIOSIS

INFERTILITAS NYERI

NYERI PADA ENDOMETRIOSIS

Nyeri pelvik merupakan keluhan


tersering
• Dismenorea
• Dispareunia
• Diskezia
• Disuria
Endometriosis: Gejala Klinik
• Dismenore
– Timbul beberapa saat sebelum keluarnya darah haid,
berlangsung selama menstruasi dan progresif

• Subfertilitas/infertilitas

• Dispareunia

• Abortus spontan
– Meningkat 40% dibanding wanita normal 15-25%

• Keluhan lain
– Di kolon & rektum : distensi abdomen, kostipasi
– Di ureter : obstruksi, disuri, hematuri dll
1207
Endometriosis: Pemeriksaan
• Umumnya tidak menunjukkan kelainan

• Nodul pada daerah ligamentum sakrouterina dan


kavum douglas

• Nyeri pada septum rektovagina dan pembesaran


ovarium unilateral (kistik)

• Kasus berat : uterus retroversi fiksata, pergerakan


ovarium dan tuba terbatas

http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
Endometriosis: Pemeriksaan
• Laparoskopi : untuk biopsi lesi
• USG, CT scan, MRI

http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
Endometriosis: Terapi
1. Operatif
2. Non-Operatif
– Anti nyeri (NSAID, aspirin, morphine, and codeine)
– Hormonal
• Pil KB
• Levonorgestrel-releasing intrauterine system
(LNG-IUS)
• Gonadotrophin-releasing hormone (GnRH)
analogues
• Progestogens (medroxyprogesterone
acetate)
http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
2.
Ny. Ophelia Laudanum, 30 tahun, G1P0A0 38 minggu,
datang ke RS Sukaesih dirujuk oleh bidan desa. Pasien
merasakan mules-mules sejak 8 hari yang lalu disertai
dengan adanya lendir darah. Pada pemeriksaan VT
didapatkan pembukaan 3 cm, presentasi kepala, tali pusat
teraba di jalan lahir. DJJ (+). Apakah yang sebaiknya
dilakukan?
A. Kosongkan kandung kemih, tahan tali pusat, SC segera
B. Isi kandung kemih, tahan tali pusat, SC segera
C. Kosongkan kandung kemih, tahan kepala, SC segera
D. Isi kandung kemih, tahan kepala, SC segera
E. Kosongkan kandung kemih, lahirkan pervaginam
2.
Ny. Ophelia Laudanum, 30 tahun, G1P0A0 38 minggu,
datang ke RS Sukaesih dirujuk oleh bidan desa. Pasien
merasakan mules-mules sejak 8 hari yang lalu disertai
dengan adanya lendir darah. Pada pemeriksaan VT
didapatkan pembukaan 3 cm, presentasi kepala, tali pusat
teraba di jalan lahir. DJJ (+). Apakah yang sebaiknya
dilakukan?
A. Kosongkan kandung kemih, tahan tali pusat, SC segera
B. Isi kandung kemih, tahan tali pusat, SC segera
C. Kosongkan kandung kemih, tahan kepala, SC segera
D. Isi kandung kemih, tahan kepala, SC segera
E. Kosongkan kandung kemih, lahirkan pervaginam
• Perempuan, 30 tahun, G1P0A0 38 minggu, dirujuk oleh
bidan desa.
• Pasien merasakan mules-mules sejak 8 hari yang lalu disertai
dengan adanya lendir darah.
• Pada pemeriksaan VT didapatkan pembukaan 3 cm,
presentasi kepala, tali pusat teraba di jalan lahir.
• DJJ (+).

YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN…


DIAGNOSIS  TALI PUSAT MENUMBUNG
JAWABAN:
D. ISI KANDUNG KEMIH, TAHAN KEPALA,
SC SEGERA
• Pasien didiagnosis sebagai tali pusat menumbung, karena
pada saat in partu terdapat tali pusat teraba di jalan lahir.
• DJJ (+)  bayi masih hidup
• Tatalaksana yang bisa dilakukan ialah mengisi kandung
kemih dan menahan bagian bawah janin (di soal bagian
terbawah adalah kepala)  tujuannya untuk mencegah
bagian terbawah janin menekan talipusat sehingga
mengganggu siklus uteroplasenta dan menyebabkan
hipoksia
• Kemudian terminasi kehamilan secara SC
• Kosongkan kandung kemih, tahan tali pusat, SC segera  tidak
boleh memanipulasi tali pusat yang sudah menumbung dan
harusnya mengisi kandung kemih utk menahan bagian
terbawah janin supaya tidak menekan tali pusat yang prolaps
• Isi kandung kemih, tahan tali pusat, SC segera  tidak boleh
memanipulasi tali pusat yang sudah menumbung
• Kosongkan kandung kemih, tahan kepala, SC segera 
harusnya mengisi kandung kemih utk menahan bagian
terbawah janin supaya tidak menekan tali pusat yang prolaps
• Kosongkan kandung kemih, lahirkan pervaginam  harusnya
mengisi kandung kemih utk menahan bagian terbawah janin
supaya tidak menekan tali pusat yang prolaps; jika masih ada DJJ
dan bukaan blm lengkap, tidak bisa pervaginam
Prolaps Tali Pusat
• Diagnosis Prolaps tali pusat dapat dipastikan bila:
– Tali pusat tampak atau teraba pada jalan lahir lebih rendah
dari bagian terendah janin (tali pusat terkemuka, saat
ketuban masih utuh)
– Tali pusat tampak pada vagina setelah ketuban pecah (tali
pusat menumbung, saat ketuban sudah pecah)

• Faktor Predisposisi
– Multiparitas
– Kehamilan multipel
– Ketuban pecah dini
– Hidramnion
– Tali pusat yang panjang
– Malpresentasi
Tatalaksana umum Prolaps Tali Pusat
Tali pusat terkemuka
– Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi
dengan posisi knee chest atau Trendelenburg
– Rujuk ibu untuk seksio sesarea
Tali pusat menumbung  Perhatikan apakah tali pusat masih berdenyut
atau tidak.
 Tidak berdenyut: janin telah mati  sebisa mungkin pervaginam tanpa
tindakan agresif
 Masih berdenyut:
Berikan oksygen.
Hindari memanipulasi tali pusat. Jangan memegang atau memindahkan
tali pusat yang tampak pada vagina secara manual
Posisi ibu Trendelenburg atau knee-chest
Dorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk mengurangi
kompresi pada tali pusat
Rujuk untuk SC. Pada saat proses transfer dengan ambulans, posisi knee
chest kurang aman, sehingga posisikan ibu berbaring ke kiri.

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. WHO. 2013
Tatalaksana Khusus Prolaps Tali Pusat

• Di rumah sakit, bila persalinan pervaginam tidak


dapat segera berlangsung (persalinan kala I), lakukan
seksio sesarea.
• Bila persalinan pervaginam dapat segera berlangsung
(persalinan kala II), pimpin persalinan sesegera
mungkin.
• Siapkan segera resusitasi neonatus

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. WHO. 2013
Tatalaksana Prolaps tali
Pusat
• Metode alternatif dapat digunakan untuk presentasi
yang belum enganged.
– Caranya dengan memasang kateter foley, mengisi kandung
kemih dengan 500 cc NS + mengklem kateter
– Kandung kemih yang penuh kemudian menggeser letak bagian
presentasi dan mengurangi kompresi tali pusat.
• Teknik ini juga dapat digunakan apabila bagian
presentasi telah mengalami engagement pada wanita
multipara.
– Namun bagian presentasi terbawah janin harus didorong
terlebih dahulu menjauhi pelvis sebelum mengisi kandung
kemih.
3.
Ny. Lady Cherry, usia 30 tahun, G1P0A0 merasa hamil 38 minggu
datang dengan keluhan keputihan yang berbau. Keluhan disertai
demam, pusing, dan nyeri perut sejak 2 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi
120x/menit, suhu 38 o C, napas 20x/menit. Pemeriksaan ginekologis
didapatkan sekret kuning berbau busuk. DJJ (+) 148x/menit. Apakah
tatalaksana selanjutnya yang dilakukan?
A. Induksi persalinan
B. SC
C. Amniotomi
D. Observasi
E. Antibiotik sistemik
3.
Ny. Lady Cherry, usia 30 tahun, G1P0A0 merasa hamil 38 minggu
datang dengan keluhan keputihan yang berbau. Keluhan disertai
demam, pusing, dan nyeri perut sejak 2 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi
120x/menit, suhu 38 o C, napas 20x/menit. Pemeriksaan ginekologis
didapatkan sekret kuning berbau busuk. DJJ (+) 148x/menit. Apakah
tatalaksana selanjutnya yang dilakukan?
A. Induksi persalinan
B. SC
C. Amniotomi
D. Observasi
E. Antibiotik sistemik
• Perempuan, usia 30 tahun, G1P0A0 38 minggu datang dengan
keluhan keputihan yang berbau.
• Keluhan disertai demam, pusing, dan nyeri perut sejak 2 hari
yang
lalu.
• TD 110/70 mmHg, nadi 120x/menit, suhu 38oC, napas
20x/menit.
• Pemeriksaan ginekologis didapatkan sekret kuning berbau busuk.
DJJ (+) 148x/menit.

TATALAKSANA SELANJUTNYA…
DIAGNOSIS  KORIOAMNIONITIS
JAWABAN:
• Pasien mengalami korioamnionitis atas dasar:
– G1P0A0 38 minggu datang dengan keluhan
keputihan yang berbau, demam, pusing, dan nyeri
perut sejak 2 hari yang lalu, takikardia, suhu 38oC,
napas 20x/menit, PF sekret kuning busuk  gejala
dan tanda korioamnionitis
• Terapi korioamnionitis ialah pemberian
antibiotic (ampisilin + gentamisin) dilanjutkan
dengan terminasi kehamilan (bisa induksi
atau SC jika ada indikasi)
• Jadi jawaban yang tepat ialah E. Antibiotik
sistemik.
• Induksi persalinan  pada korioamnionitis harus
diberikan antibiotik terlebih dahulu
• SC  pada korioamnionitis harus diberikan antibiotik
terlebih dahulu
• Amniotomi  pada korioamnionitis harus diberikan
antibiotik terlebih dahulu
• Observasi  kurang tepat karena harus dilakukan
tindakan utk mengatasi infeksi dan terminasi
kehamilan
Korioamnionitis
• Etiologi dan Faktor Risiko
– Infeksi ascending dari vagina (IMS, BV)
– serviks pendek
– Persalinan prematur
– Persalinan lama
– Ketuban pecah lama
– Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang
– Alkohol
– Rokok
• Gejala dan Tanda
– Demam > 38 C (paling sering), takikardia ibu > 100 bpm, takikardia janin >
160 bpm, cairan ketuban/keputihan purulen atau berbau, nyeri fundus
saat tidak berkontraksi, leukositosis ibu > 15.000
• Bila terdapat 2 atau lebih gejala dan tanda diatas  risiko sepsis
neonatal >>>
http://emedicine.medscape.com/article/973237-medication
Tatalaksana

• Rujuk pasien ke rumah sakit.


• Beri antibiotika kombinasi: ampisilin 2 g I tiap 6 jam
ditambah gentamisin 5 mg/kgBB I setiap 24 jam.
• Terminasi kehamilan. Nilai serviks untuk menentukan cara
persalinan:
– Jika serviks matang: lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin
– Jika serviks belum matang: matangkan dengan prostaglandin
dan infus oksitosin, atau lakukan seksio sesarea
• Jika persalinan dilakukan pervaginam, hentikan antibiotika
setelah persalinan. Jika persalinan dilakukan dengan seksio
sesarea, lanjutkan antibiotika dan tambahkan metronidazol
500 mg IV tiap 8 jam sampai bebas demam selama 48 jam.
4.
Ny. Madeira Champagne, usia 34 tahun, G3P2A0 hamil 17 minggu,
datang karena keluar lendir bercampur darah sejak 2 jam yang lalu.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan serviks lunak dan selaput
ketuban menonjol, his (-). Riwayat persalinan prematur pada 2
kehamilan sebelumnya. Apa yang mungkin sedang terjadi pada
pasien?
A. Abortus
B. Insufisiensi plasenta
C. Persalinan prematur
D. Inkompetensi serviks
E. IUFD
4.
Ny. Madeira Champagne, usia 34 tahun, G3P2A0 hamil 17 minggu,
datang karena keluar lendir bercampur darah sejak 2 jam yang lalu.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan serviks lunak dan selaput
ketuban menonjol, his (-). Riwayat persalinan prematur pada 2
kehamilan sebelumnya. Apa yang mungkin sedang terjadi pada
pasien?
A. Abortus
B. Insufisiensi plasenta
C. Persalinan prematur
D. Inkompetensi serviks
E. IUFD
• Perempuan, usia 34 tahun, G3P2A0 hamil 17 minggu, datang
karena keluar lendir bercampur darah sejak 2 jam yang lalu.
• Pada pemeriksaan dalam didapatkan serviks lunak dan
selaput
ketuban menonjol, his (-).
• Riwayat persalinan prematur pada 2 kehamilan sebelumnya.

DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS  INKOMPETENSI SERVIKS
JAWABAN:
D. INKOMPETENSI SERVIKS
• Pasien mengalami inkompetensi serviks karena:
– Keluhan terjadi pada trimester 2 (hamil 17 minggu) 
inkompetensi serviks biasanya terjadi pada usia
kehamilan 14-20 minggu)
– Pada pemeriksaan dalam didapatkan serviks lunak dan
selaput ketuban menonjol, his (-)  gambaran
kelemahan serviks tanpa adanya kontraksi regular
berupa his
– Keluar lendir bercampur darah sejak 2 jam yang lalu 
pada inkompetensi serviks bisa terdapat vaginal
discharge yang berubah warna menjadi kemerahan dan
lebih encer
– Riwayat persalinan prematur pada 2 kehamilan
sebelumnya  mungkin akibat inkompetensi serviks?
• Abortus  nyeri perut dan perdarahan dari jalan lahir
• Insufisiensi plasenta  menyebabkan gangguan pada sirkulasi
uteroplasenta, bisa menyebabkan kematian janin, pertumbuhan
terhabat
• Persalinan prematur  terdapat kontraksi reguler yang
menyebabkan kehamilan <37 minggu masuk ke dalam fase
inpartu (dilatasi dan penipisan serviks)
• IUFD  kematian janin pada kehamilan > 20 minggu
Inkompetens serviks (Cervical
Insuficiency)
• cervical insufficiency (ACOG) :
– "the inability of the uterine cervix to retain a pregnancy in the second
trimester in the absence of clinical contractions, labor, or both"
– It may occur in a single pregnancy or recur in consecutive pregnancies

• Pathogenesis
– Structural cervical weakness is the likely cause of many recurrent
second-trimester losses/births, but it probably accounts for only a
minor proportion of all second-trimester losses/births.
– The majority of these cases are probably caused by other disorders,
such as decidual inflammation/infection, placental bleeding, or
uterine overdistension.
– These other disorders can initiate biochemical changes in the cervix
that lead to premature cervical shortening and often a single (ie,
nonrecurrent) second-trimester loss/birth.
Inkompetensia Serviks
• Ketidakmampuan serviks uterus untuk mempertahankan
kehamilan pada trimester II, tanpa adanya kontraksi uterus
(ACOG)

• Gejala dan Tanda


– Dilatasi serviks dan penonjolan selaput ketuban tanpa nyeri
– PPROM
– Persalinan cepat janin non viable
– Tidak adanya kontraksi uterus
– Kram, nyeri punggung, peningkatan cairan vagina

• Diagnosis
– USG untuk mengukur panjang serviks (< 25 mm pada usia
kehamilan
24 minggu)
– Dilatasi serviks yang tidak nyeri pada pemeriksaan dalam
Symptom
• s
Women with cervical insufficiency in the current
pregnancy may be :
– asymptomatic or
– may present with mild symptoms, such as :
• pelvic pressure,
• Braxton-Hicks-like contractions,
• premenstrual-like cramping,
• backache, and/or
• a change in vaginal discharge  Discharge volume may
increase; the color may change from clear, white, or light yellow to
pink, tan, or red spotting; and the consistency may become
thinner.
• Symptoms, if present, typically begin between 14 and
20 weeks of gestation and may be present for several
days or weeks before the diagnosis of cervical
insufficiency is made.
Physical examination
• Early in the course of cervical insufficiency  the
cervix may be soft and closed, with minimal
effacement
• Provocative maneuvers such as suprapubic or
fundal pressure or the Valsalva maneuver 
reveal fetal membranes in the endocervical canal
or vagina; this is always an abnormal finding.
• In some cases, membranes may be prolapsed or
ruptured.
• Tocodynamometry shows no or infrequent
contractions at irregular intervals.
Inkompetensia Serviks: Tatalaksana

• Cervical cerclage: jahitan pada 1

cervicovaginal junction
– Teknik
• McDonald cerclage (1)
• Shirodkar cerclage (2)
• Transabdominal cerclage (3)
2

• Suplementasi progesteron

• Cervical Pessary
3
5.
Ny. Panda Merah, perempuan berusia 35 tahun, P3A0,
datang berobat ke dokter kandungan dengan keluhan ada
benjolan di kemaluan terasa pada saat berdiri. Terasa
memberat pada perut bagian bawah. Tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan rahim, benjolan teraba
pada 2 cm di atas hymen. Apa kelemahan struktur anatomi
yang mungkin terjadi?
A. Musculus levator anii
B. Musculus coccygeus
C. Musculus pirimpiformis
D. Musculus sphincter ani
E. Musculus rectovagina
5.
Ny. Panda Merah, perempuan berusia 35 tahun, P3A0,
datang berobat ke dokter kandungan dengan keluhan ada
benjolan di kemaluan terasa pada saat berdiri. Terasa
memberat pada perut bagian bawah. Tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan rahim, benjolan teraba
pada 2 cm di atas hymen. Apa kelemahan struktur anatomi
yang mungkin terjadi?
A. Musculus levator anii
B. Musculus coccygeus
C. Musculus pirimpiformis
D. Musculus sphincter ani
E. Musculus rectovagina
• Perempuan berusia 35 tahun, P3A0, datang berobat ke dokter
kandungan dengan keluhan ada benjolan di kemaluan terasa
pada saat berdiri.
• Terasa memberat pada perut bagian bawah.
• Pada pemeriksaan rahim, benjolan teraba pada 2 cm di atas
hymen.

KELEMAHAN STRUKTUR ANATOMI…


DIAGNOSIS  PROLAPS ORGAN PANGGUL
JAWABAN:
A. MUSCULUS LEVATOR ANII
• Pasien mengalami prolaps organ panggul atas dasar:
– Keluhan ada benjolan di kemaluan terasa pada saat berdiri.
– Pada pemeriksaan rahim, benjolan teraba pada 2 cm di atas
hymen  POP derajat 1
• Struktur yang mengalami kelemahan pada POP
diantaranya ialah otot panggul.
• Otot dasar panggul terdiri dari kompleks otot levator ani,
otot koksigeus, otot sfingter ani, dan otot sfingter uretra
 yang lebih sering mengalami kerusakan saat
persalinan ialah kompleks otot levator ani yaitu otot
puborektalis
• Musculus coccygeus  bagian dari pelvic floor muscles, tetapi
tetapi yang paling mempengaruhi kekuatan otot dasar
panggul dan terjadinya POP ialah otot levator ani
• Musculus pirimpiformis  tidak ada, yang ada adalah otot
piriformis, otot ini merupakan bagian dari otot dinding pelvis
(pelvis sidewalls), bukan pelvic floor
• Musculus sphincter ani  bagian dari pelvic floor muscles,
tetapi yang paling mempengaruhi kekuatan otot dasar panggul
dan terjadinya POP ialah otot levator ani
• Musculus rectovagina  yang ada adalah fasia
rektovagina, yaitu struktur yang memisahkan dinding vagina
dengan rektum
Pelvic Muscles
• The pelvic muscles include the muscles of the
pelvic sidewall and of the pelvic floor.
– Muscles of the pelvic sidewall — Obturator
internus and piriformis muscle
– Muscles of the pelvic floor
• Levator ani muscles:
• coccygeus muscle
• external anal sphincter
• striated urethral sphincter deep
• superficial perineal muscles
Pelvic Floor Injury in Childbirth
• Data suggest that pregnancy and delivery
contribute to pelvic floor injury due to
compression, stretching, or tearing of nerve,
muscle, and connective tissue
• Injury to the levator ani and coccygeus
muscles
– The levator ani muscle complex is
critical to floor function.
pelvic
– This muscle complex forms a U-shaped sling
around the pelvic viscera.
– The resting tone of the levator ani muscle
keeps
the urogenital hiatus closed, resisting the
downward displacement of the vagina during
increased intraabdominal pressure.
– Loss of levator function (eg, due to traumatic
disruption, denervation, or atrophy) may lead to
widening of the urogenital hiatus and result in
pelvic organ descent.
Levator Ani Muscle Complex
• Levator ani muscle complex consists of the pubococcygeus
(also called pubovisceral), the puborectalis, and iliococcygeus
muscles
• The urogenital hiatus is the space between the levator ani
musculature through which the urethra, vagina, and rectum
pass.
• Loss of normal levator ani tone, through denervation or
direct muscle trauma, results in a more open urogenital
hiatus.
• Such configurations are seen more often in women with
pelvic organ prolapse than in women with normal pelvic
organ support
6.
Seorang perempuan, usia 55 tahun, P2A0, datang
ke tempat praktek dokter mengeluh nyeri saat
senggama. Pasien tidak haid sejak 2 tahun yang
lalu. Keluhan perdarahan pasca senggama
disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat berganti
pasangan seksual. Apakah penyebab nyeri saat
bersenggama pada pasien ini?
A. Hiperestrogen
B. Hipoestrogen
C. Keganasan
D. Vaginismus
E. Vaginitis karena Candida
6.
Seorang perempuan, usia 55 tahun, P2A0, datang
ke tempat praktek dokter mengeluh nyeri saat
senggama. Pasien tidak haid sejak 2 tahun yang
lalu. Keluhan perdarahan pasca senggama
disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat berganti
pasangan seksual. Apakah penyebab nyeri saat
bersenggama pada pasien ini?
A. Hiperestrogen
B. Hipoestrogen
C. Keganasan
D. Vaginismus
E. Vaginitis karena Candida
• Seorang perempuan, usia 55 tahun, P2A0, datang ke tempat
praktek dokter mengeluh nyeri saat senggama.
• Pasien tidak haid sejak 2 tahun yang lalu.
• Keluhan perdarahan pasca senggama disangkal.
• Pasien tidak memiliki riwayat berganti pasangan seksual.

PENYEBAB NYERI BERSENGGAMA…


DIAGNOSIS  MENOPAUSE
JAWABAN:
B. HIPOESTROGEN
• Pasien memasuki masa postmenopause atas
dasar:
– Pasien tidak haid sejak 2 tahun yang lalu  12
bulan tidak mens  menopause dan kemudian
memasuki masa postmenopausal
– Nyeri saat senggama  merupakan keluhan yang
umum ditemukan pada fase Perimenopause-
Menopause-Postmenopause
– Keluhan perdarahan pasca senggama disangkal

bukan ca cervix
– Pasien tidak memiliki riwayat berganti pasangan
seksual  bukan karena IMS
• Nyeri saat bersenggama terjadi akibat atrofi
vagina karena rendahnya kadar estrogen saat
menopause
• Hiperestrogen
• Keganasan
• Vaginismus
• Vaginitis karena Candida

 Tidak tepat karena tidak berkaitan langsung


dengan menopause
Menopause
No. Stages Definition
1 Late reproductive Menstrual cycles are ovulatory, but the follicular
years phase (the first half of the menstrual cycle before
ovulation occurs) begins to shorten (eg, 10 versus 14
days)

2 Perimenopause The change in bleeding pattern, which is


accompanied by hormonal fluctuations and a variety
of symptoms, is referred to as the menopausal
transition, or perimenopause, and occurs on average
at age 47 years

3 Menopause permanent cessation of menstrual periods,


determined retrospectively after a woman has
experienced 12 months of amenorrhea without any
other obvious pathological or physiological cause.
Postmenopause: period after someone have
menopause

www. Uptodate.com
Menopause PNPK POGI 2010
The Stages of Reproductive Aging Workshop +10 staging system for
reproductive aging in women

www. Uptodate.com FMP: final menstrual period


Gejala Perimenopause-Menopause-Postmenopause

• Hot flashes — The most common symptom during the menopausal transition and menopause are
hot flashes (also referred to as vasomotor symptoms or hot flushes)
– When hot flashes occur at night, women typically describe them as "night sweats.”
– Hot flashes typically begin as the sudden sensation of heat centered on the upper chest and face that rapidly
becomes generalized. The sensa
– tion of heat lasts from two to four minutes, is often associated with profuse perspiration and occasionally
palpitations, and is sometimes followed by chills and shivering, and a feeling of anxiety.
• Gangguan tidur
• Depression — A number of reports indicate that there is a significant increased risk of new-onset
depression in women during the menopausal transition compared with their premenopausal
years. The risk then decreases in the early postmenopause.
• Vaginal dryness
– Estrogen <<  epitelium vagina menjadi memerah karena epitel menipis dan kapiler lebih terlihat 
atrofi epitel vagina  vagina memucat dan rugae <<  vaginitis atrophic  dispareunia
– Uterus mengecil
– Efek urogenital: << pH urin  perubahan flora bakteri  keputihan yang berbau dan gatal
• Sexual function — Estrogen deficiency leads to a decrease in blood flow to the vagina and
vulva. This decrease is a major cause of decreased vaginal lubrication and sexual dysfunction
in menopausal wome
• Long-term consequences of estrogen deficiency: bone loss, cardiovascular disease, skin
changes (desreased cutaneous collagen)
7.
Ny. Karlina Oktaseven, 32 tahun, P1A0, post partum 4 jam
dibawa oleh bidan ke RS dengan keluhan perdaran sejak 4
jam yang lalu. Plasenta sudah lahir. Bayi lahir normal per
vaginam dengan BBL 3000 gram. Tanda vital TD 80/60,
nadi 120x/menit, napas 24x/ menit, suhu afebris. Saat
diperiksa tampak bagian yang menonjol seperti bulu
beludru di liang vagina. Tatalaksana pada pasien ini ialah…
A. Resusitasi + mengembalikan posisi uterus
B. Resusitasi + antibiotik
C. Resusitasi + kompresi bimanual interna
D. Resusitasi + oksitosin
E. Resusitasi + transfusi trombosit
7.
Ny. Karlina Oktaseven, 32 tahun, P1A0, post partum 4 jam
dibawa oleh bidan ke RS dengan keluhan perdaran sejak 4
jam yang lalu. Plasenta sudah lahir. Bayi lahir normal per
vaginam dengan BBL 3000 gram. Tanda vital TD 80/60,
nadi 120x/menit, napas 24x/ menit, suhu afebris. Saat
diperiksa tampak bagian yang menonjol seperti bulu
beludru di liang vagina. Tatalaksana pada pasien ini ialah…
A. Resusitasi + mengembalikan posisi uterus
B. Resusitasi + antibiotik
C. Resusitasi + kompresi bimanual interna
D. Resusitasi + oksitosin
E. Resusitasi + transfusi trombosit
• Perempuan, 32 tahun, P1A0, post partum 4 jam dibawa oleh
bidan ke RS dengan keluhan perdaran sejak 4 jam yang lalu.
• Plasenta sudah lahir.
• Bayi lahir normal per vaginam dengan BBL 3000 gram.
• TD 80/60, nadi 120x/menit, napas 24x/ menit, suhu afebris.
• Saat diperiksa tampak bagian yang menonjol seperti bulu beludru
di liang vagina.

TATALAKSANA…
DIAGNOSIS  INVERSIO UTERI
JAWABAN:
A. RESUSITASI +
MENGEMBALIKAN POSISI
• Pada soal, pasien mengalami inversion uteri
atas dasar:
– Perdarahan post partum sejak 4 jam yang lalu
dengan plasenta sudah lahir, saat diperiksa
tampak bagian yang menonjol seperti bulu
beludru di liang vagina  permukan sisi dalam
uterus yang mengalami inversion
• Prinsip utama terapi inversion uteri
meliputi tatalaksana syok dan reposisi
uterus ke posisi semula dalam anestesi
• Resusitasi + antibiotik  Dberikan setelah reposisi
sebagai profilaksis infeksi
• Resusitasi + kompresi bimanual interna  pada kasus
inversion dilakukan setelah reposisi untuk
mempertahankan posisi uterus
• Resusitasi + oksitosin  oksitosin bisa diberikan pada
kasus inversio setelah melakukan reposisi (pada
inversio biasanya ditemukan atonia)
• Resusitasi + transfusi trombosit  jika terdapat
kelainan hemostasis dengan trombositopenia
HPP: Inversio Uteri
• Etiologi
– Tonus otot rahim lemah
– Tekanan/tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan tangan, tarikan
pada tali pusat, letak plasenta di fundus)
– Kanalis servikalis yang longgar
– Clinically, the principal factors that predispose to puerperal inversion are a fundally
implanted placenta, flaccidity of the myometrium around the implantation site, and a
dilated, immediately postpartum cervix

• Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang
total dapat menyebabkan syok dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan yang masif
akibat atonia uteri yang menyertainya.

• Jenis
– Complete: fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya berada diluar
– Incomplete: fundus hanya menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri

• Bila uterus yang berputar balik keluar dari vulva: inversio prolaps
Inversio Uteri
• Komplikasi fatal
persalinan
• Akibat plasenta
gagal lepas dari
dinding uterus 
menarik uterus
keluar

Hoffman B, et al. William gynecology. 2012.


Repke JT. Perperal uterine inversion. 2017.
Hemorrhagia Post Partum: Inversio Uteri
• Gejala
– Syok
– Fun
dus
uteri
tida
k
tera
ba/
tera
• Terapi
ba
– leku
Atasi syok
– kan
Reposisi dalam anestesi
Akibat traksi talipusat dengan plasenta
– Kadang tampak
Bila plasenta massa
belum merah
lepas: di
reposisi yang berimplantasi dibagian fundus uteri
vulva
uterusatau teraba
baru massakarena
dilepaskan dalam dan dilakukan dengan tenaga berlebihan
vagina dengan permukaan
dapat memicu perdarahan kasar
>> dan diluar kontraksi uterus akan
menyebabkan inversio uteri
– Perdarahan
Inversio Uteri: Terapi
• Replacement of Inverted Uterus
8.
Seorang Ibu datang berkonsultasi ke tempat anda. Ibu ini sedang hamil
anak pertama 10 minggu dan khawatir akan infeksi toxoplasma karena
suka makan daging steak dengan tingkat kematangan rare. Dari
pemeriksaan serologi ditemukan IgM toxoplasma (-) dan IgG
toxoplasma (+). Tindakan selanjutnya adalah…
A. Edukasi untuk melakukan USG karena janin kemungkinan
mengalami toksoplasma kongenital
B. Edukasi pasien untuk melakukan serial IgG setiap 3 bulan
C. Edukasi pasien untuk melakukan serial IgM 4 minggu kemudian
D. Edukasi pasien bahwa kemungkinan infeksi terjadi sebelum
kehamilan dan kecil kemungkinannya terjadi kelainan kongenital
E. Edukasi pasien untuk terminasi kehamilan
8.
Seorang Ibu datang berkonsultasi ke tempat anda. Ibu ini sedang hamil
anak pertama 10 minggu dan khawatir akan infeksi toxoplasma karena
suka makan daging steak dengan tingkat kematangan rare. Dari
pemeriksaan serologi ditemukan IgM toxoplasma (-) dan IgG
toxoplasma (+). Tindakan selanjutnya adalah…
A. Edukasi untuk melakukan USG karena janin kemungkinan
mengalami toksoplasma kongenital
B. Edukasi pasien untuk melakukan serial IgG setiap 3 bulan
C. Edukasi pasien untuk melakukan serial IgM 4 minggu kemudian
D. Edukasi pasien bahwa kemungkinan infeksi terjadi sebelum
kehamilan dan kecil kemungkinannya terjadi kelainan kongenital
E. Edukasi pasien untuk terminasi kehamilan
• Ibu datang berkonsultasi, sedang hamil anak pertama 10 minggu
dan khawatir akan infeksi toxoplasma karena suka makan daging
steak dengan tingkat kematangan rare.
• Dari pemeriksaan serologi ditemukan IgM toxoplasma (-) dan IgG
toxoplasma (+).

TINDAKAN SELANJUTNYA…
DIAGNOSIS  PERNAH TERINFEKSI TOKSOPLASMA
JAWABAN:
D. EDUKASI PASIEN BAHWA KEMUNGKINAN INFEKSI
TERJADI SEBELUM KEHAMILAN DAN KECIL
KEMUNGKINANNYA TERJADI KELAINAN KONGENITAL
• Ibu hamil anak pertama 10 minggu makan daging steak
dengan tingkat kematangan rare  faktor risiko
toksoplasmosis
• Dari pemeriksaan serologi ditemukan IgM toxoplasma (-)
dan IgG toxoplasma (+)  terinfeksi toksoplasma pada
kurun waktu ≥ 6 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛  terjadi infeksi sebelum
kehamilan
• Insiden toksoplasmosis kongenital pada ibu yang diketahui
terinfeksi sebelum masa gestasi sangat rendah (mendekati
nol)
• Oleh karena itu edukasi yang tepat  Edukasi pasien
bahwa kemungkinan infeksi terjadi sebelum kehamilan
dan kecil kemungkinannya terjadi kelainan kongenital
• Edukasi untuk melakukan USG karena janin kemungkinan
mengalami toksoplasma kongenital infeksi sebelum kehamilan
tidak menyebabkan toxo kongenital
• Edukasi pasien untuk melakukan serial IgG setiap 3 bulan
• Edukasi pasien untuk melakukan serial IgM 4 minggu
kemudian
• Edukasi pasien untuk terminasi kehamilan

 Tidak tepat karena infeksi sebelum kehamilan tidak


menyebabkan toxo kongenital
Pemeriksaan Antibodi
• Deteksi antibodi spesifik toksoplasma merupakan metode diagnostik
primer
• Deteksi inisial adalah IgG untuk menentukan status imun  (+):
indikasi infeksi pada suatu waktu lampau  uji IgM
• Uji IgM (-): menyingkirkan infeksi kini (recent infection)

• Uji IgM toksoplasma: kurang spesifitas


– IgM (+)/IgG (-): spesimen I mencurigakan  tes ulang 2 minggu kemudian
dengan spesimen II
• Bila spesimen I diambil pada awal infeksi, maka spesimen II seharusnya IgG (+)
tinggi
• Bila IgG (-) dan IgM (+) pada kedua spesimen: positif palsu, pasien tidak
terinfeksi
– IgM (+)/IgG (+): ambil spesimen II  uji di lab lain yang menggunakan metode
tes berbeda untuk konfirmasi
Antibody Detection
• For women who are initially tested at the end of the first trimester
and have positive IgM and IgG, the probability that infection
occurred after conception is 1 to 3 percent, depending on the test
used.
• The timing of infection in these cases is difficult to determine.
• To establish whether the positive IgM and IgG antibodies reflect
recent or chronic infection or a false-positive result, confirmatory
testing must be obtained with avidity testing.
• High IgG avidity is a hallmark of chronic infection (>4 months old),
but low avidity is not diagnostic of recent infection, as low IgG
avidity can persist for years in some women
Toksoplasmosis pada Kehamilan: Uji Aviditas
• Uji aviditas tinggi pada kehamilan usia 12-16: menyingkirkan
infeksi terjadi pada masa gestasi

• Uji aviditas rendah: belum tentu infeksi  dapat akibat


adanya persisten low IgG avidity dalam beberapa bulan
setelah infeksi

• Wanita hamil yang dicurigai terinfeksi harus diuji ulang di lab


lain
– Bila terdapat gejala yang sesuai tapi titer IgG rendah  uji ulang 2-
3 minggu kemudian  bila terdapat kenaikan titer: infeksi
toksoplasma (+)

https://www.cdc.gov/dpdx/toxoplasmosis/dx.html
IgG Result IgM Result Report/interpretation for humans*

Negative Negative No serological evidence of infection with Toxoplasma.

Possible early acute infection or false-positive IgM reaction. Obtain a new specimen for
Negative Equivocal IgG and IgM testing. If results for the second specimen remain the same, the patient is
probably not infected with Toxoplasma.

Possible acute infection or false-positive IgM result. Obtain a new specimen for IgG and
Negative Positive IgM testing. If results for the second specimen remain the same, the IgM reaction is
probably a false-positive.
Indeterminate: obtain a new specimen for testing or retest this specimen for IgG in a
Equivocal Negative different essay.

Equivocal Equivocal Indeterminate: obtain a new specimen for both IgG and IgM testing.

Possible acute infection with Toxoplasma. Obtain a new specimen for IgG and IgM testing.
If results for the second specimen remain the same or if the IgG becomes positive, both
Equivocal Positive specimens should be sent to a reference laboratory with experience in diagnosis of
toxoplasmosis for further testing.

Positive Negative Infected with Toxoplasma for six months or more.

Infected with Toxoplasma for probably more than 1 year or false-positive IgM reaction.
Obtain a new specimen for IgM testing. If results with the second specimen remain the
Positive Equivocal same, both specimens should be sent to a reference laboratory with experience in the
diagnosis of toxoplasmosis for further testing.

Possible recent infection within the last 12 months, or false-positive IgM reaction. Send
Positive Positive the specimen to a reference laboratory with experience in the diagnosis of toxoplasmosis
for further testing.
Toksoplasma pada Kehamilan
• Insiden toksoplasmosis kongenital pada ibu yang diketahui
terinfeksi sebelum masa gestasi sangat rendah
(mendekati nol)
– Terapi menggunakan spiramycin atau dengan pyrimethamine,
sulfadiazine, dan folinic acid serta diagnosis prenatal untuk
infeksi fetal tidak diindikasikan kecuali ibu imunokompromais

– Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya


antibodi yang muncul setelah infeksi pada ibu sebelum masa
gestasi akan melindungi janin terhadap toksoplasmosis
kongenital

http://cid.oxfordjournals.org/content/47/4/554.long
9.
Ny. Tularia Anopheles, perempuan usia 30 tahun,
P1A0, pasca persalinan 1 jam yang lalu, dibawa
oleh bidan ke RS karena perdarahan pasca salin.
Berat lahir bayi 4.500 gram. Tampak perdarahan
aktif mengalir dan terdapat robekan sampai ke
sfingter ani eksternus > 50 % . Derajat berapakah
robekan perineumnya?
A. Derajat 1
B. Derajat 2
C. Derajat 3A
D. Derajat 3B
E. Derajat 4
9.
Ny. Tularia Anopheles, perempuan usia 30 tahun,
P1A0, pasca persalinan 1 jam yang lalu, dibawa
oleh bidan ke RS karena perdarahan pasca salin.
Berat lahir bayi 4.500 gram. Tampak perdarahan
aktif mengalir dan terdapat robekan sampai ke
sfingter ani eksternus > 50 % . Derajat berapakah
robekan perineumnya?
A. Derajat 1
B. Derajat 2
C. Derajat 3A
D. Derajat 3B
E. Derajat 4
• Perempuan usia 30 tahun, P1A0, pasca persalinan 1 jam yang lalu,
dibawa oleh bidan ke RS karena perdarahan pasca salin.
• Berat lahir bayi 4.500 gram.
• Tampak perdarahan aktif mengalir dan terdapat robekan sampai
ke sfingter ani eksternus > 50 % .

DERAJAT ROBEKAN…
DIAGNOSIS  LASERASI PERINEUM
JAWABAN:
D. DERAJAT 3B
• Perempuan usia 30 tahun, P1A0, pasca persalinan 1 jam
yang lalu, dibawa oleh bidan ke RS karena perdarahan
pasca salin.
• Berat lahir bayi 4.500 gram  bayi besar, faktor risiko
laserasi jalan lahir
• Tampak perdarahan aktif mengalir dan terdapat robekan
sampai ke sfingter ani eksternus > 50 %  laserasi
perineum grade 3B
• Derajat 1  laserasi mukosa vagina
• Derajat 2  laserasi hingga otot perineum
• Derajat 3A  laserasi hingga sfingter ani
eksterna <50%
• Derajat 4  laserasi hingga mukosa
rektum
Ruptur Perineum
Penatalaksanaan laserasi jalan lahir
• Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan
sampai dasar panggul didahului oleh kepala janin
dengan cepat.
• Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau
kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia
dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul
karena diregangkan terlalu lama.
• Penatalaksanaan farmakologis:
– Dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III dapat
diberikan intravena sebelum perbaikan dilakukan (untuk
ruptur perineum yang berat).
Manajemen Ruptur Perineum
• Ruptur perineum harus segera diperbaiki untuk meminimalisir risiko
perdarahan, edema, dan infeksi. Manajemen ruptur perineum
untuk masing-masing derajatnya, antara lain sebagai berikut :
– a. Derajat I
• Bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan. Tidak usah menjahit
ruptur derajat I yang tidak mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik.
• Penjahitan robekan perineum derajat I dapat dilakukan hanya dengan
memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau
dengan cara angka delapan (figure of eight).
– b. Derajat II
• Ratakan terlebih dahulu pinggiran robekan yang bergerigi, dengan cara
mengklem masing-masing sisi kanan dan kirinya lalu dilakukan pengguntingan
untuk meratakannya.
• Setelah pinggiran robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
– c. Derajat III dan IV
• Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki dokter spesialis
obstetric dan ginekologi.
10.
Perempuan, 25 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut
bawah 12 jam yang lalu. Makin lama makin memberat.
Pada pemeriksaan didapatkan TD 90/70 N:100x/menit
RR:24x/menit T:37 o C, Konjungtiva anemis, nyeri tekan
abdomen +, cavum douglas menonjol. Manakah di bawah
ini pemeriksaan penunjang yang menurut anda paling
rasional?
A. Hb, beta HCG, CT-scan abdomen
B. Hb, leukosit, X-ray Pelvis
C. Hb, leukosit, X-ray abdomen
D. Hb, beta HCG, USG abdomen
E. Hb, beta HCG, HSG
10.
Perempuan, 25 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut
bawah 12 jam yang lalu. Makin lama makin memberat.
Pada pemeriksaan didapatkan TD 90/70 N:100x/menit
RR:24x/menit T:37 o C, Konjungtiva anemis, nyeri tekan
abdomen +, cavum douglas menonjol. Manakah di bawah
ini pemeriksaan penunjang yang menurut anda paling
rasional?
A. Hb, beta HCG, CT-scan abdomen
B. Hb, leukosit, X-ray Pelvis
C. Hb, leukosit, X-ray abdomen
D. Hb, beta HCG, USG abdomen
E. Hb, beta HCG, HSG
HINT
S
• Perempuan, 25 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut
bawah 12 jam yang lalu.
• Makin lama makin memberat.
• Pada pemeriksaan didapatkan TD 90/70 mmHg, Nadi:
100x/menit, RR: 24x/menit, T: 37oC
• Konjungtiva anemis, nyeri tekan abdomen +, cavum douglas
menonjol.

PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS  KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
JAWABAN:
D. HB, BETA HCG, USG ABDOMEN
• Perempuan, 25 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut
bawah 12 jam yang lalu yang makin lama makin memberat
 akut abdomen
• Konjungtiva anemis, nyeri tekan abdomen +, cavum
douglas menonjol  sesuai kehamilan ekttopik terganggu
• Pada pemeriksaan didapatkan TD 90/70 mmHg, Nadi:
100x/menit  takikardia dan hipotensi  tanda gangguan
sirkulasi  hypovolemia karena perdarahan akibat KET
• Pemeriksaan penunjang yang diperlukan Hb, beta hCG,
dan USG abdomen
• Hb, beta HCG, CT-scan abdomen  tidak perlu CT
scan
• Hb, leukosit, X-ray Pelvis  Leukosit dan Xray pelvis
bukan px penunjang yang diperlukan pada KET
• Hb, leukosit, X-ray abdomen  Leukosit dan Xray abd
bukan px penunjang yang diperlukan pada KET
• Hb, beta HCG, HSG  HSG tidak diperlukan pada KET
Kehamilan Ektopik Terganggu
• Kehamilan yang terjadi
diluar kavum uteri

• Gejala/Tanda:
– Riwayat terlambat
haid/gejala & tanda hamil
– Akut abdomen
– Perdarahan pervaginam
(bisa tidak ada)
– Nyeri goyang porsio
– Keadaan umum: bisa baik
hingga syok dan penurunan
kesadaran
– Kadang disertai febris
Diagnosis Ectopic Pregnancy
• The main goals and steps of the evaluation of a woman
with a suspected ectopic pregnancy are:
– Confirm that the patient is pregnant.
– Evaluate the patient for hemodynamic instability, since rupture
of the structure in which the ectopic pregnancy is implanted
may cause hemorrhage. Failure to diagnose ectopic pregnancy
before tubal rupture limits the treatment options and increases
maternal morbidity and mortality.
– Determine whether the pregnancy is intrauterine or ectopic (in
rare cases, the pregnancy is heterotopic). Determine the site of
the ectopic pregnancy  USG
– Determine whether the structure in which the pregnancy is
implanted (most commonly, the fallopian tube) has ruptured
and whether the patient is hemodynamically stable.
– Perform additional testing to guide further management (eg,
blood type and antibody screen, pretreatment testing
for methotrexate therapy).

Uptodate.com
Ectopic Pregnancy
• The most common site of ectopic implantation is
the fallopian tube, accounting for approximately
98% of cases.
– Fallopian tube sites include the ampullary, isthmic,
fimbrial, and interstitial portions.
• Additional sites include the cervix, ovary,
cesarean scar, and abdominal cavity.
• Sonographic evidence of an extrauterine
pregnancy is definitive for the diagnosis of an
ectopic pregnancy but occurs in fewer than one-
third of patient
KET: Tatalaksana
Tatalaksana Umum
• Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau RL (500 mL
dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama
• Segera rujuk ibu ke RS

Tatalaksana Khusus
• Laparotomi: eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii
• Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi)
• Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan salpingostomi untuk
mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)
• Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu
• Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari
selama 6 bulan
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
11.
Wanita, 30 thn, P1A0, datang diantar suaminya ke
UGD dengan keluhan perdarahan setelah
melahirkan 4 jam lalu. Perdarahan merah segar,
berbonjol2. Tensi 80/palpasi, nadi 120x/min.
Konjungtiva anemis. TFU 2 jari diatas simfisis
pubis, kontraksi lemah. Akral dingin. Diagnosis
pada pasien yaitu….
A. Syok hipovolemik ec HPP atonia uteri
B. Syok hipovolemik ec HPP inversi uteri
C. Syok hipovolemik ec HPP diatesis hemoragik
D. Syok hipovolemik ec HPP sisa plasenta
E. Syok hipovolemik ec HPP laserasi perineum
11.
Wanita, 30 thn, P1A0, datang diantar suaminya ke
UGD dengan keluhan perdarahan setelah
melahirkan 4 jam lalu. Perdarahan merah segar,
berbonjol2. Tensi 80/palpasi, nadi 120x/min.
Konjungtiva anemis. TFU 2 jari diatas simfisis
pubis, kontraksi lemah. Akral dingin. Diagnosis
pada pasien yaitu….
A. Syok hipovolemik ec HPP atonia uteri
B. Syok hipovolemik ec HPP inversi uteri
C. Syok hipovolemik ec HPP diatesis hemoragik
D. Syok hipovolemik ec HPP sisa plasenta
E. Syok hipovolemik ec HPP laserasi perineum
• Wanita, 30 thn, P1A0, datang diantar suaminya ke UGD
dengan keluhan perdarahan setelah melahirkan 4 jam lalu.
• Perdarahan merah segar, berbonjol2.
• Tensi 80/palpasi, nadi 120x/min. Konjungtiva anemis. Akral
dingin.
• TFU 2 jari diatas simfisis pubis, kontraksi lemah.

DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS  ATONIA UTERI
JAWABAN:
A. SYOK HIPOVOLEMIK EC
HPP ATONIA UTERI
• Pada soal di atas, pasien mengalami syok
hypovolemia ec. Atonia uteri atas dasar:
– Perdarahan setelah melahirkan 4 jam lalu 
hemoragia post partum
– TFU 2 jari diatas simfisis pubis, kontraksi
lemah
 penyebab HPP adalah atonia uteri
– Tensi 80/palpasi, nadi 120x/min. Konjungtiva
anemis. Akral dingin  sudah mengalami syok
(dalam hal ini syok hypovolemia karena
perdarahan post partum akibat atonia uteri)
• Syok hipovolemik ec HPP inversi uteri  massa
uterus yang terputar balik keluar dr ostium uteri
• Syok hipovolemik ec HPP diatesis hemoragik 
HPP akibat kelainan hemostasis
• Syok hipovolemik ec HPP sisa plasenta 
plasenta lahir tidak lengkap
• Syok hipovolemik ec HPP laserasi perineum 
terdapat robekan jalan lahir
Hemorrhagia Post Partum: Diagnosis
G E J A L A D A N TA N D A G E J A L A & TA N D A K YA N G DIAGNOSIS
YA N G S E L A L U A D A ADANG-KADANG AD
A
• Uterus tidak berkontraksi dan lembek • Syok Atonia uteri
• Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan primer)

• Perdarahan segera • Pucat Robekan jalan


• Darah segar yang mengalir segera setelah bayi • Lemah lahir
lahir • Menggigil
• Uterus kontraksi baik
• Plasenta lengkap

• Plasenta belum lahir setelah 30 menit • Tali pusat putus akibat traksi Retensio plasenta
• Perdarahan segera (P3) berlebihan
• Uterus kontraksi baik • Inversio uteri akibat tarikan
• Perdarahan lanjutan

• Plasenta atau sebagian selaput (mengandung • Uterus berkontaksi tetapi tinggi Tertinggalnya
pembuluh darah) tidak lengkap • fundus tidak berkurang sebagian plasenta
• Perdarahan segera • (kontraksi hilang-timbul)
Hemorrhagia Post Partum: Diagnosis
GEJALADAN
G E J A L A D A N TA N D A TA N D A YA N G
DIAGNOSI
YA N G S E L A L U A D A KADANG-KADAN S
G ADA
• Uterus tidak teraba • Syok neurogenik Inversio uteri
• Lumen vagina terisi massa • Pucat dan limbung
• Tampak tali pusat (jika plasenta belum
lahir)
• Perdarahan segera
• Nyeri sedikit atau berat
• Sub-involusi uterus • Anemia Perdaraha
• Nyeri tekan perut bawah • Demam n
• Perdarahan > 24 jam setelah persalinan. Perdarahan terlambat
sekunder atau P2S. Perdarahan bervariasi (ringan atau Endometritis atau
berat, terus menerus atau tidak teratur) dan berbau sisa plasenta
(jika disertai infeksi) (terinfeksi atau
tidak)
• Perdarahan segera (Perdarahan intraabdominal dan / • Syok Robekan dinding
atau pervaginam • Nyeri tekan perut uterus (Ruptura
• Nyeri perut berat atau akut abdomen • Denyut nadi ibu cepat uteri
12.
Ny. Ladies, perempuan berusia 30 tahun, P2A0 datang
dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu. Empat
belas hari yang lalu os baru saja melahirkan secara SC di
RSUD Dirgantara atas indikasi gawat janin ec. Lilitan tali
pusat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tensi 100/70
mmHg, Nadi 90x/menit, napas 16 x/menit, suhu 39 o C.
Pada pemeriksaan ginekologi didapatkan lokia (+) dan
berbau. Fundus teraba antara pusat dan simpisis. Obat
apakah yang diberikan?
A. Oksitosin
B. Metilergometrin
C. Antibiotik
D. Antivirus
E. Kristaloid
12.
Ny. Ladies, perempuan berusia 30 tahun, P2A0 datang
dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu. Empat
belas hari yang lalu os baru saja melahirkan secara SC di
RSUD Dirgantara atas indikasi gawat janin ec. Lilitan tali
pusat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tensi 100/70
mmHg, Nadi 90x/menit, napas 16 x/menit, suhu 39 o C.
Pada pemeriksaan ginekologi didapatkan lokia (+) dan
berbau. Fundus teraba antara pusat dan simpisis. Obat
apakah yang diberikan?
A. Oksitosin
B. Metilergometrin
C. Antibiotik
D. Antivirus
E. Kristaloid
• Perempuan berusia 30 tahun, P2A0 datang dengan keluhan demam
sejak 5 hari.
• 14 hari yang lalu os baru saja melahirkan secara SC atas indikasi gawat
janin ec. Lilitan tali pusat.
• Tensi 100/70 mmHg, Nadi 90x/menit, napas 16 x/menit, suhu 39oC.
• Lokia (+) dan berbau.
• Fundus teraba antara pusat dan simpisis.

OBAT YANG DIBERIKAN…


DIAGNOSIS  INFEKSI PUERPUERAL
JAWABAN:
C. ANTIBIOTIK
• Pasien mengalami infeksi puerperal berupa
metritis atas dasar:
– Post partum SC 2 minggu demam sejak 5 hari,
suhu 39oC, lokia berbau, fundus teraba antara
pusat dan simpisis (terjadi subinvolusi uteri).
• Terapi yang diberikan ialah antibiotic
sistemik, bisa menggunakan Ampisilin +
gentamisin + metronidazol
• Oksitosin
• Metilergometrin
• Antivirus
• Kristaloid

 Bukan merupakan terapi infeksi puerpural


Infeksi Puerpurium
• Merujuk kepada infeksi traktus genitalis setelah
melahirkan
• Puerperalis = periode 42 hari setelah kelahiran janin &
ekspulsi plasenta
• Mencakup:
– Endometritis, parametritis, salpingo-ooforitis, tromboflebitis
pelvis, peritonitis, selulitis perineum/vagina, hematoma
terinfeksi, dan abses luka
• Morbiditas nifas (demam saat nifas)  peningkatan suhu
oral hingga 38 C/lebih selama 2 hari dari 10 hari
pertama postpartum, terpisah dari 24 jam pertama
Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, EGC hal 364
Infeksi Puerpuralis: Perbandingan Klinis
TIPE C A K U PA N PEMERIKS
AAN
Endometritis Infeksi pada endometrium dan kelenjar glandular Demam, lokia berbau, nyeri
perut serupa
Akut: bawah endometritis
& pinggang
Metritis Infeksi pada endometrium + kelenjar glandular +
Kronik: >> jaringan ikat 
lapisan otot uterus membesar
Parametritis Inflamasi pada parametrium (selulitis Nyeri unilateral, defans
muskular, infiltrat keras di
pelvika/ligamentum latum) dinding panggul, uterus
terdorong ke bagian sehat
Perimetritis Inflamasi pada lapisan serosa uterus (perimetrial) Pelveoperitonitis  gejala
salpingitis dll
Metritis
• Metritis adalah infeksi uterus pasca persalinan. Keterlambatan
terapi metritis dapat menyebabkan abses, peritonitis, syok,
trombosis vena, emboli paru, infeksi panggul kronik, sumbatan
tuba, dan infertilitas.
• Faktor predisposisi:
– kurangnya higiene pasien,
– Kurangnya nutrisi, dan
– Kurangnya tindakan aseptik saat melakukan tindakan.
• Tanda dan Gejala :
– demam di atas 380C dapat disertai menggigil,
– nyeri perut bawah,
– lokia berbau dan purulen,
– nyeri tekan uterus,
– subinvolusi uterus, dan
– dapat disertai perdarahan per vaginam hingga syok
Pemeriksaan Penunjang Metritis
• Pemeriksaan darah perifer lengkap
• Golongan darah AB0 dan jenis rhesus
• Glukosa darah sewaktu
• Analisis urin
• Kultur (cairan vagina, urin, dan darah)
• USG (untuk menyingkirkan kemungkinan
sisa plasenta)
Tatalaksana Metritis
• Berikan antibiotika sampai 48 jam bebas demam dengan Ampisilin
2 gram IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgB IV tiap 24 jam
dan metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam. Bila demam tidak menurun
dalam 72 jam, lakukan kaji ulang tatalaksana dan diagnosis.
• Cegah dehidrasi
• Pertimbangkan imunisasi TT bila dicurigai terpapar tetanus
• Periksa apakah ada kemungkinan sisa plasenta
• Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis lakukan laparotomi dan
drainase abdomen bila terdapat pus
• Sumber: Buku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan.
13.
Seorang perempuan berusia 23 tahun bernama Ny. Lavinia
Organda, datang ke tempat praktek Anda dengan keluhan
tidak menstruasi selama 2 bulan. Pasien tidak memakai
alat kontrasepsi. Anda menduga pasien amenorhea karena
hamil. Pertanyaan apakah yang akan anda ajukan untuk
memerkirakan usia kehamilan beserta tafsiran persalinan?
A. Riwayat lama haid
B. Hari Pertama Haid Terakhir
C. Riwayat Abortus
D. Riwayat kehamilan yang lalu
E. Nyeri pada saat berhubungan
13.
Seorang perempuan berusia 23 tahun bernama Ny. Lavinia
Organda, datang ke tempat praktek Anda dengan keluhan
tidak menstruasi selama 2 bulan. Pasien tidak memakai
alat kontrasepsi. Anda menduga pasien amenorhea karena
hamil. Pertanyaan apakah yang akan anda ajukan untuk
memerkirakan usia kehamilan beserta tafsiran persalinan?
A. Riwayat lama haid
B. Hari Pertama Haid Terakhir
C. Riwayat Abortus
D. Riwayat kehamilan yang lalu
E. Nyeri pada saat berhubungan
• Seorang perempuan berusia 23 tahun dengan keluhan
tidak menstruasi selama 2 bulan.
• Pasien tidak memakai alat kontrasepsi.
• Anda menduga pasien amenorhea karena hamil.

PERTANYAAN UNTUK MEMPERKIRAKAN USIA


KEHAMILAN BESERTA TAFSIRAN PERSALINAN …
DIAGNOSIS  AMENOREA SEKUNDER EC SUSPEK HAMIL
JAWABAN:
B. HARI PERTAMA HAID TERAKHIR
• Perkiraan usia kehamilan dan taksiran
partus bisa dilakukan dengan mengetahui
Hari Pertama Haid Terakhir  taksiran
persalinan dihitung 280 hari dari HPHT
bisa menggunakan rumus naegle
• Riwayat lama haid
• Riwayat Abortus
• Riwayat kehamilan yang lalu
• Nyeri pada saat berhubungan

 bukan merupakan data yg diperlukan untuk


mengetahui usia kehamilan dan taksiran partus
Perkiraan usia kehamilan
Rumus Naegle (Hari Perkiraan Lahir)
• Berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi
terjadi pada hari ke 14
• Menghitung umur kehamilan berlangsung selama 288 hari
• Perhitungan kasar: HPHT + 288 hari  perkiraan kelahiran
• Perhitungan berdasarkan siklus 28 hari
– HPHT (hari pertama haid terakhir ) Hari +7, Bulan + 9, Tahun
tetap
– HPHT (hari pertama haid terakhir ) Hari +7, Bulan – 3, Tahun
+ 1
• Bila siklus menstruasi > 28 hari, perhitungan tanggal setelah rumus asli (+7)
perlu ditambahkan dengan selisih (siklus mens ps – 28 hari)
• Mis: Seorang wanita dengan siklus menstruasi 35 hari dari rumus Naegele maka
taksiran tanggal persalinannya yaitui tgl HPHT +7 +7 menjadi tgl HPHT +14 hari
bukan 7
• Bila siklus menstruasi < 28 hari, perhitungan tanggal setelah rumus asli (+7)
perlu dikurangi dengan selisih (28 hari - siklus mens ps)
• wanita dengan siklus menstruasi 23 hari maka taksiran tanggal persalinannya,
yaitu
14.
Seorang perempuan usia 34 tahun datang ke dokter
dengan keluhan lecet pada puting payudara kiri dan nyeri
sejak 1 minggu yang lalu terutama setelah menyusui anak
pertamanya. Pasien mengatakan takut untuk menyusui
anaknya. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan fisik ditemukan pada puting payudara kiri
lecet dan nyeri. Apakah penyebab paling sering kondisi
tersebut?
A. Cara menyusui yang tidak benar
B. Sering membersihkan payudara dengan sabun
C. Puting payudara flat atau retraksi
D. Infeksi pada payudara
E. Jumlah ASI yang sedikit
14.
Seorang perempuan usia 34 tahun datang ke dokter
dengan keluhan lecet pada puting payudara kiri dan nyeri
sejak 1 minggu yang lalu terutama setelah menyusui anak
pertamanya. Pasien mengatakan takut untuk menyusui
anaknya. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan fisik ditemukan pada puting payudara kiri
lecet dan nyeri. Apakah penyebab paling sering kondisi
tersebut?
A. Cara menyusui yang tidak benar
B. Sering membersihkan payudara dengan sabun
C. Puting payudara flat atau retraksi
D. Infeksi pada payudara
E. Jumlah ASI yang sedikit
• Perempuan usia 34 tahun dengan keluhan lecet pada puting
payudara kiri dan nyeri sejak 1 minggu yang lalu.
• Pasien mengatakan takut untuk menyusui anaknya.
• Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
• Pemeriksaan fisik ditemukan pada puting payudara kiri lecet dan
nyeri.

PENYEBAB TERSERING…
DIAGNOSIS  CRACKED NIPPLE
JAWABAN:
A. CARA MENYUSUI YANG
TIDAK BENAR
• Pasien mengalami cracked nipple karena
ditemukan pada puting payudara kiri lecet
dan nyeri.
• Cracked nipple paling sering disebabkan
karena posisi menyusui yang tidak benar
sehingga menjadi lecet  nyeri  ibu takut
menyusui seperti di soal
• Sering membersihkan payudara dengan sabun 
memang bisa menyebabkan kulit kering dan gampang
terkena trauma mekanik, tapi bukan faktor penyebab
utama
• Puting payudara flat atau retraksi  bisa
menyebabkan gangguan menyusui, tapi bukan
penyebab cracked nipple
• Infeksi pada payudara  pada mastitis
• Jumlah ASI yang sedikit  bukan penyebab cracked
nipple, bisa menjadi akibat dari metode menyusui
yang tidak tepat
Cracked Nipple
• Cracked nipple: lesi kutan makroskopik pada area areola
payudara, dapat berupa erosi, luka, fisura, eritema,
edema, atau lepuh.
• Etiologi cracked nipple paling sering ialah kesalahan
metode menyusui bayi terutama pada minggu-minggu
awal kelahiran.
• Tatalaksana
– Gunakan ASI/lanolin/krim untuk melembabkan
– Tetap susui bayi dengan Teknik yang benar
– Gunakan nipple shield sebagai alternatif terakhir  karena
dapat mengurangi produksi ASI
Teknik Perlekatan Menyusui

www.womenshealth.gov
Teknik Menyusui
Posisikan bayi yang benar Cek apakah perlekatan sudah benar
• Bayi dipegang dengan satu lengan. • Dagu menempel ke payudara ibu.
Kepala bayi diletakkan dekat • Mulut terbuka lebar.
lengkungan siku ibu, bokong bayi • Sebagian besar areola terutama yang
ditahan dengan telapak tangan ibu. berada di bawah, masuk ke dalam
• Perut bayi menempel ke tubuh ibu. mulut bayi.
• Mulut bayi berada di depan puting • Bibir bayi terlipat keluar.
ibu. • Pipi bayi tidak boleh kempot (karena
• Lengan yang di bawah merangkul tidak menghisap, tetapi memerah
tubuh ibu, jangan berada di antara ASI).
tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di • Tidak boleh terdengar bunyi decak,
atas boleh dipegang ibu atau hanya boleh terdengar bunti
diletakkan di atas dada ibu. menelan.
• Telinga dan lengan yang di atas • Ibu tidak kesakitan.
berada dalam satu garis lurus.
• Bayi tenang.
15.
Seorang wanita G2P1A0 dengan dengan usia
kehamilan 8 minggu ingin melakukan ANC,
dikarenakan anak pertama mengalami
anencephali. Keadaan janin dan ibu sekarang
normal. Apa yang harus diberikan kepada ibu ini
agar anaknya tidak mengalami seperti anak
sebelumnya?
A. Supplemen asam folat 400 mcg/hari
B. Supplemen asam folat 4000 mcg/hari
C. Supplemen asam folat 40 mcg/hari
D. Supplemen vitamin B komplek 4 tablet/hari
E. Supplemen vitamin B komplek 2 tablet/hari
15.
Seorang wanita G2P1A0 dengan dengan usia
kehamilan 8 minggu ingin melakukan ANC,
dikarenakan anak pertama mengalami
anencephali. Keadaan janin dan ibu sekarang
normal. Apa yang harus diberikan kepada ibu ini
agar anaknya tidak mengalami seperti anak
sebelumnya?
A. Supplemen asam folat 400 mcg/hari
B. Supplemen asam folat 4000 mcg/hari
C. Supplemen asam folat 40 mcg/hari
D. Supplemen vitamin B komplek 4 tablet/hari
E. Supplemen vitamin B komplek 2 tablet/hari
• Seorang wanita G2P1A0 dengan dengan usia kehamilan
8 minggu ingin melakukan ANC, dikarenakan anak
pertama mengalami anencephali.
• Keadaan janin dan ibu sekarang normal.

YANG HARUS DIBERIKAN…


DIAGNOSIS  RIWAYAT NEURAL TUBE DEFECT
JAWABAN:
B. SUPPLEMEN ASAM FOLAT 4000 MCG/HARI
• Seorang wanita G2P1A0 dengan dengan
usia kehamilan 8 minggu ingin melakukan
ANC, dikarenakan anak pertama mengalami
anencephali  Riwayat kehamilan dengan
neural tube defect
• Suplementasi asam folat dengan riwayat
kehamilan sebelumnya memiliki
komplikasi defek tube neural atau riwayat
anensefali: 4000 mcg/hari pada sebulan
pertama sebelum kehamilan dan diteruskan
hingga 3 bulan setelah konsepsi
• Supplemen asam folat 400 mcg/hari 
suplementasi asam folat pada kehamilan tanpa
Riwayat NTD sebelumnya
Suplementasi Kehamilan: Asam Folat
• Kebutuhan Asam Folat
• 50-100 μg/hari pada wanita normal
• 300-400 μg/hari pada wanita hamil  hamil kembar lebih
besar lagi

• Dosis
– Pencegahan defek pada tube neural: Min. 400 mcg/hari
– Defisiensi asam folat: 250-1000 mcg/hari
– Riwayat kehamilan sebelumnya memiliki komplikasi defek
tube neural atau riwayat anensefali: 4mg/hari pada sebulan
pertama sebelum kehamilan dan diteruskan hingga 3 bulan
setelah konsepsi

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO


16.
Ny. Dasawarsa Eka, perempuan 28 tahun,
G1P0A0 hamil 34 minggu datang kontrol ke RS
untuk memeriksakan kehamilannya. Saat ini
pasien mengeluhkan sering buang air kecil, sering
merasa lapar dan haus. Riwayat DM sebelumnya
dan dalam keluarga disangkal. Hasil GDP 254
mg/dl. Diagnosis yang paling mungkin ialah…
A. Diabetes Gestasional
B. DM Tipe 2
C. DM Insipidus
D. DM tipe 1
E. KAD
16.
Ny. Dasawarsa Eka, perempuan 28 tahun,
G1P0A0 hamil 34 minggu datang kontrol ke RS
untuk memeriksakan kehamilannya. Saat ini
pasien mengeluhkan sering buang air kecil, sering
merasa lapar dan haus. Riwayat DM sebelumnya
dan dalam keluarga disangkal. Hasil GDP 254
mg/dl. Diagnosis yang paling mungkin ialah…
A. Diabetes Gestasional
B. DM Tipe 2
C. DM Insipidus
D. DM tipe 1
E. KAD
• Perempuan 28 tahun, G1P0A0 hamil 34 minggu datang kontrol ke
RS untuk memeriksakan kehamilannya.
• Saat ini pasien mengeluhkan sering buang air kecil, sering merasa
lapar dan haus.
• Riwayat DM sebelumnya dan dalam keluarga disangkal.
• Hasil GDP 254 mg/dl.

DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS  DIABETES PRAGESTASIONAL
JAWABAN:
B. DM TIPE 2
• Perempuan 28 tahun, G1P0A0 hamil 34
minggu mengeluhkan sering buang air kecil,
sering merasa lapar dan haus  gejala
diabetes
• Hasil GDP 254 mg/dl  masuk kriteria DM
pragestasional (GDP ≥ 126 mg/dl)
• DM pragestasional merupakan DM yang
prosesnya terjadi bukan akibat kehamilan,
tetapi karena DM tipe 1 atau DM tipe 2
• Pasien onset DM dewasa, maka DM
pragestasional yang terjadi adalah DM tipe 2
• Diabetes Gestasional  GDP 92-125 mg/dl
(sedangkan di soal GDP 254 mg/dl), muncul pada
trimester 2 atau 3
• DM Insipidus  polyuria tanpa glucosuria, penyebab
gangguan pada ADH, osmolaritas urin rendah
• DM tipe 1  defisiensi insulin absolut, muncul pada
anak-anak
• KAD  terdapat ketosis, asidosis, dan hiperglikemia >
250 mg/dl
Diabetes pada kehamilan
• Diabetes pragestasional • Diabetes gestasional:
atau overt diabetes – Intolerasi terhadap
atau preexisting: karbohidrat dan
– Riw. gula darah tinggi diketahu pertama kali
disertai glukosuri atau saat kehamilan
ketoasidosis • Komplikasi:
– GDS ≥ 200 mg/dl disertai – Ibu: HT, preeklampsi, DM
gejala trias 3P tipe 2
– GDP ≥ 126 mg/dl – Janin: Makromosi,
– Insulin dependence prematuritas,
hipolglikemi
Melitus
Diabetes

Gestasional
Diagnosis dan
Penatalaksanaan
DM Pregestasional
Terutama utk mendeteksi

Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Gestasional


dr. Arietta Pusponegoro, SpOG (K) Dept. Obstetri Ginekologi FKUI/RSUPN-CM
Disampaikan pada: Pelatihan Manajemen DMG di Fasyankes Primer 06-07 Sept. ‘17 di R.
Rapat 1 (R. Mochtar) Gd. IKK FKUI
Diagnosis Diabetes Gestasional
• Penegakan diagnosis DM gestasional menurut American
Diabetes Association 2016: Menggunakan tes toleransi
glukosa oral dengan pembebanan 75 gram glukosa. Gula
darah diperiksaa saat puasa, dan diperiksa lagi 1 dan 2 jam
setelah mengkonsumsi glukosa.

TTGO

Diabetes pregestasional Diabetes gestasional


GDP >=126 mg/dl, atau GDP 92-125 mg/dl, atau
GD 2 jam pp >=200 mg/dl, atau GD 2 jam pp >= 153 mg/dl, atau
GDS >=200 mg/dl GDS 153-199 mg/dl
17.
Seorang pasien 35 tahun datang dengan benjolan di dalam
area kemaluan yang menyebabkan pasien merasa tidak
nyaman dalam berhubungan seksual dengan suaminyua.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan masa kistik di daerah
dinding vagina anterolateral atas arah jam 10. Massa tidak
nyeri, berukuran 4 cm, tidak kemerahan. Massa tersebut
berasal dari struktur…
A. Kelenjar mukus serviks
B. Mesonephric duct
C. Paramesonephric duct
D. Kelenjar Bartolin
E. Sinus urogenital
17.
Seorang pasien 35 tahun datang dengan benjolan di dalam
area kemaluan yang menyebabkan pasien merasa tidak
nyaman dalam berhubungan seksual dengan suaminyua.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan masa kistik di daerah
dinding vagina anterolateral atas arah jam 10. Massa tidak
nyeri, berukuran 4 cm, tidak kemerahan. Massa tersebut
berasal dari struktur…
A. Kelenjar mukus serviks
B. Mesonephric duct
C. Paramesonephric duct
D. Kelenjar Bartolin
E. Sinus urogenital
• Seorang pasien 35 tahun datang dengan benjolan di dalam area
kemaluan yang menyebabkan pasien merasa tidak nyaman dalam
berhubungan seksual dengan suaminya.
• Ditemukan masa kistik di daerah dinding vagina anterolateral atas
arah jam 10. Massa tidak nyeri, berukuran 4 cm, tidak
kemerahan.

MASSA BERASAL DARI STRUKTUR…


DIAGNOSIS  KISTA GARTNER
JAWABAN:
B. MESONEPHRIC DUCT
• Pasien datang dengan keluhan benjolan di
dalam area kemaluan + PF massa kistik di
daerah dinding vagina anterolateral atas
arah jam 10  kista gartner
• Kista gartner merupakan sisa dari ductus
wolffian yang memiliki nama lain
mesonephric duct
• Kelenjar mukus serviks  jika tersumbat menjadi
kista naboti
• Paramesonephric duct  ductus Mullerian yang
berkembang menjadi vagina bagian atas, uterus, dan
tuba falopii
• Kelenjar Bartolin  jika tersumbat menjadi kista
bartolin
• Sinus urogenital  berkembang menjadi vagina
bagian bawah dan hymen, jika ada gangguan
perkembangan struktur ini, bisa menyebabkan himen
imperforata
Kista Gartner
• Etiologi
• Suatu kista vagina yang disebabkan oleh sisa jaringan embrional (duktus
Wolffian/ duktus mesonephric)

• Letak & Ukuran


• Biasanya didapatkan di dinding anterolateral superior vagina.
• Ukuran pada umumnya < 2cm, namun dapat berkembang hingga lebih
besar

• Gejala & tanda


• Bila ukuran kista besar: disuria, gatal,
dispareunia, nyeri pelvis, protusi dari vagina

• Pemeriksaan
• PA: Didapatkan epitelial kuboid yang selapis/
epitel batang pendek

• Terapi: Drainase
http://journals.lww.com/em-news/Fulltext/2011/05000/Case_Report
Ginekolog
Jenis
Kista Bartholin
Keteranga
n
i
Kista pada kelenjar bartholin yang terletak di kiri-kanan bawah vagina,di
belakang labium mayor. Terjadi karena sumbatan muara kelenjar e.c trauma
atau infeksi
Kista Nabothi Terbentuk karena proses metaplasia skuamosa, jaringan endoserviks diganti
(ovula) dengan epitel berlapis gepeng. Ukuran bbrp mm, sedikit menonjol dengan
permukaan licin (tampak spt beras)

Polip Serviks Tumor dari endoserviks yang tumbuh berlebihan dan bertangkai, ukuran
bbrp mm, kemerahan, rapuh. Kadang tangkai panjang sampai menonjol dari
kanalis servikalis ke vagina dan bahkan sampai introitus. Tangkai
mengandung jar.fibrovaskuler, sedangkan polip mengalami peradangan
dengan metaplasia skuamosa atau ulserasi dan perdarahan.

Karsinoma Tumor ganas dari jaringan serviks. Tampak massa yang berbenjol-benjol,
Serviks rapuh, mudah berdarah pada serviks. Pada tahap awal menunjukkan suatu
displasia atau lesi in-situ hingga invasif.

Mioma Geburt Mioma korpus uteri submukosa yang bertangkai, sering mengalami nekrosis
dan ulserasi.
18.
Seorang wanita usia 30 tahun, G1P0 usia kehamilan 32
minggu datang dengan keluhan mules-mules sejak 1 hari
yang lalu. Keluhan disertai dengan keluar lendir dan darah.
Pada pemeriksaan fisik TFU sesuai dengan usia
kehamilan, pada pemeriksaan dalam ada pembukaan dan
bagian terbawah janin masih di atas. Diagnosis yang
mungkin terjadi pada kasus ini ialah…
A. Ancaman persalinan prematur
B. Persalinan akselerasi
C. Distosia persalinan
D. IUGR
E. Perdarahan post partum
18.
Seorang wanita usia 30 tahun, G1P0 usia kehamilan 32
minggu datang dengan keluhan mules-mules sejak 1 hari
yang lalu. Keluhan disertai dengan keluar lendir dan darah.
Pada pemeriksaan fisik TFU sesuai dengan usia
kehamilan, pada pemeriksaan dalam ada pembukaan dan
bagian terbawah janin masih di atas. Diagnosis yang
mungkin terjadi pada kasus ini ialah…
A. Ancaman persalinan prematur
B. Persalinan akselerasi
C. Distosia persalinan
D. IUGR
E. Perdarahan post partum
• Seorang wanita usia 30 tahun, G1P0 usia kehamilan 32 minggu
datang dengan keluhan mules-mules sejak 1 hari yang lalu.
• Keluhan disertai dengan keluar lendir dan darah.
• Pada pemeriksaan fisik TFU sesuai dengan usia kehamilan, pada
pemeriksaan dalam ada pembukaan dan bagian terbawah janin
masih di atas.

DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS  PARTUS PREMATURUS IMINENS
JAWABAN:
A. ANCAMAN PERSALINAN PREMATUR
• Diagnosis pada kasus ini adalah ancaman
partus prematurus, atas dasar:
– Usia kehamilan 32 minggu  kehamilan
preterm
– Datang dengan keluhan mules-mules sejak 1
hari yang lalu + lender darah  kemungkinan
his dan bloody show + PF sudah ada dilatasi
serviks  tanda inpartu
• Persalinan akselerasi  istilah yang tidak umum
digunakan, yang ada adalah akselerasi persalinan
(memperkuat kontraksi dengan obat/tindakan seperti
amniotomi)
• Distosia persalinan  hambatan pada persalinan,
tidak ditemukan ke arah ini
• IUGR  pertumbuhan janin terhambat, bukan
diagnosis pasien di soal karena janin sesuai dengan
usia kehamilan
• Perdarahan post partum  pasca persalinan, terjadi
perdarahan, paling sering akibat atonia uteri
Partus Prematurus
• POGI (Semarang, 2008): persalinan preterm
adalah persalinan yang terjadi pada usia
kehamilan 22-37 minggu

• (Wibowo, 1997): Kontraksi uterus yang teratur


setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum 37
minggu dengan interval kontraksi 5-8 menit atau
kurang + satu atau lebih tanda berikut:
– Perubahan serviks yang progresif
– Dilatasi serviks 2 cm atau lebih
– Penipisan serviks 80 % atau lebih
Risk Factors of Preterm Birth
• There are many risk factors for preterm labor and
delivery (table).
• Some are reversible, others are permanent.
Identification of risk factors for spontaneous preterm
birth (sPTB) before conception or early in pregnancy
ideally would lead to interventions that could help
prevent this complication.
• Prior PTB is the strongest risk factor for future PTB, and
recurrences often occur at the same gestational age.
• The frequency of recurrent PTB is 15 to 30 percent
after one PTB and up to 60 percent after two PTBs.
Agen Tokolitik pada Persalinan
Preterm
• Most Effective tocolytic drugs:
– Inhibitor prostaglandin sintetase (COX inhibitor):
Indometasin
– Antagonis calcium channel : Nifedipin
– Beta Agonis: Terbutalin, Ritodrine
• Less Effective tocolytic drugs:
– Magnesium sulfat
– Antagonis oksitosin: Atosiban
Pematangan Paru
• Akselerasi pematangan fungsi paru janin
– Bila usia kehamilan < 35 minggu
– Obat:
• Betametason 2 x 12 mg IM, jarak pemberian 24 jam
• Deksametason 4 x 6 mg IM, jarak pemberian 12 jam
• Peningkat surfaktan: thyrotropin releasing hormone 200 ug IV ATAU
inositol

• Pencegahan infeksi
– DOC: eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari
– Ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari
– Klindamisin
– Kontra indikasi: amoksiklav  risiko necrotizing enterocolitis
19.
Ny. Ebriana Ebifurai, perempuan usia 30 tahun,
datang dengan keluhan tidak haid selama 2 bulan.
Pasien selalu mendapatkan haid setiap tgl 28
selama 6 hari. Pada tgl 21 maret 2020 ada bercak
darah. Dua hari hari kemudian bercak darah sudah
tidak ada. adanya bercak darah pada tgl 29 maret
2020 menunjukan…
A. Keluarnya ovum dari ovarium
B. Masuknya sperma ke ovum
C. Berubahnya oosit menjadi blastocyt
D. Implantasi blastocyt pada endometrium
E. Lepasnya implantasi embrio
19.
Ny. Ebriana Ebifurai, perempuan usia 30 tahun,
datang dengan keluhan tidak haid selama 2 bulan.
Pasien selalu mendapatkan haid setiap tgl 28
selama 6 hari. Pada tgl 21 maret 2020 ada bercak
darah. Dua hari hari kemudian bercak darah sudah
tidak ada. adanya bercak darah pada tgl 29 maret
2020 menunjukan…
A. Keluarnya ovum dari ovarium
B. Masuknya sperma ke ovum
C. Berubahnya oosit menjadi blastocyt
D. Implantasi blastocyt pada endometrium
E. Lepasnya implantasi embrio
• Perempuan usia 30 tahun, datang dengan keluhan tidak haid
selama 2 bulan.
• Pasien selalu mendapatkan haid setiap tgl 28 selama 6 hari.
• Pada tgl 21 maret 2020 ada bercak darah.
• Dua hari hari kemudian bercak darah sudah tidak ada.

BERCAK DARAH TGL 29 MARET 2020 MENUNJUKAN …


DIAGNOSIS  HARTMAN SIGN PADA KEHAMILAN
JAWABAN:
D. IMPLANTASI BLASTOCYT PADA ENDOMETRIUM
• Perempuan datang dengan keluhan tidak haid
selama 2 bulan, padahal selama ini teratur 
amenorea sekunder, harus dipikirkan terlebih
dahulu apakah karena kehamilan.
• Pada tgl 21 maret 2020 ada bercak darah selama
2 hari  diperkirakan ini adalah Hartman sign,
dimana terjadi perdarahan spotting akibat
implantasi dari blastula pada endometrium,
kurang lebih satu minggu sejak terjadinya
konsepsi.
• Keluarnya ovum dari ovarium  ovulasi, tidak
menyebabkan spotting
• Masuknya sperma ke ovum  fertilisasi, tidak
menyebabkan spotting
• Berubahnya oosit menjadi blastocyt  tidak
menyebabkan spotting
• Lepasnya implantasi embrio  berarti terjadi abortus,
bukan merupakan tanda kehamilan
Fisiologi Kehamilan
Tanda Awal Kehamilan (Presumptive/Probable Pemeriksaan
Signs) Penunjang
• Serviks & vagina kebiruan (Chadwick's sign) • HCG terdeteksi
• Perlunakan serviks (konsistensi yang seharusnya seperti pada test pack
hidung berubah menjadi lunak seperti bibir) (Goodell’s
sign) (kualitatif) atau
• Perlunakan uterus (Ladin's sign dan Hegar's sign) Plano Test
• Ladin: perlunakan teraba di 1/3 midline anterior uterus (kuantitatif)
• Hegar: isthmus menjadi lunak dan tipis seperti kertas jika dijepit
dengan jari, korpus uteri seakan-akan terpisah dari serviks
• McDonald: karena perlunakan isthmus, uterus dan serviks bisa USG
ditekuk
• Pembesaran uterus yang asimetris/ iregular (Piskacek’s • Adanya kantong
sign/ vonFernwald’s sign) janin
• Tanda Hartman: perdarahan spotting akibat implantasi dari • Adanya DJJ
blastula pada endometrium
• Puting berwarna lebih gelap, kolostrum (16 minggu)
• Massa di pelvis atau abdomen
• Rasa tegang pada putting dan payudara
• Mual terutama pagi hari
• Sering berkemih
Kehamilan: Hartman’s Sign
• Pada saat terjadi implantasi beberapa wanita mengalami
perdarahan ringan /fleks (biasanya pada 7 hari sebelum
mens berikutnya atau hari ke 21 pada siklus 28 hari).

• Perdarahan implantasi juga dinamakan tanda Hartman


(Hartman Sign). Perdarahan bisa berlangsung 1-2 hari.
Biasanya lebih sedikit dibanding darah haid.

• Perdarahan implantasi terjadi karena bagian dari trofoblas


embrio (sinsitiotrofoblas) mulai “menyerang” pembuluh
darah di desidua dan “mengambil alih” fungsi pembuluh
darah yang nantinya akan berguna bagi tumbuh kembang
janin.
Pada saat implantasi blastokista terjadi perdarahan bercak, karena rusaknya lapisan
endometrium, disebut dengan Hartman sign
20.
Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke IGD RS
karena perdarahan pasca salin. Pasien baru melahirkan 4
jam yang lalu dengan berat bayi 4.400 gr. Pemeriksaan
tanda vital tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 92x/menit,
perdarahan lambat di vagina. Pemeriksaan inspekulo tidak
terdapat robekan di vagina, serviks terdapat robekan pada
jam 6, 11, 1. Apa tatalaksana yang tepat?
A. Penjahitan robekan serviks
B. Pemberian uterotonik
C. Resusitasi kristaloid 20 cc/kgbb
D. Pemasangan tampon vagina
E. Kompresi bimanual
20.
Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke IGD RS
karena perdarahan pasca salin. Pasien baru melahirkan 4
jam yang lalu dengan berat bayi 4.400 gr. Pemeriksaan
tanda vital tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 92x/menit,
perdarahan lambat di vagina. Pemeriksaan inspekulo tidak
terdapat robekan di vagina, serviks terdapat robekan pada
jam 6, 11, 1. Apa tatalaksana yang tepat?
A. Penjahitan robekan serviks
B. Pemberian uterotonik
C. Resusitasi kristaloid 20 cc/kgbb
D. Pemasangan tampon vagina
E. Kompresi bimanual
• Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke IGD RS karena
perdarahan pasca salin.
• Pasien baru melahirkan 4 jam yang lalu dengan berat bayi
4.400
gr.
• TD 110/80 mmHg, nadi 92x/menit, perdarahan lambat di
vagina.
• Pemeriksaan inspekulo tidak terdapat robekan di vagina, serviks
terdapat robekan pada jam 6, 11, 1.

TATALAKSANA…
DIAGNOSIS  HPP EC LASERASI SERVIKS
JAWABAN:
• Perdarahan pasca salin yang dialami oleh
pasien disebabkan karena robekan pada
serviks; diperkirakan karena faktor risiko
bayi besar (berat bayi 4.400 gr)
• Tatalaksana yang dilakukan ialah penjahitan
robekan serviks
• Pemberian uterotonik  pada HPP ec. gangguan
tonus
• Resusitasi kristaloid 20 cc/kgbb  dilakukan jika
kondisi pasien mengalami hipotensi/ terdapat tanda
syok. Pada soal kondisi pasien stabil sehingga tidak
memerlukan resusitasi kristaloid.
• Pemasangan tampon vagina  terapi sementara utk
menghentikan perdarahan, tetapi tidak mengatasi
penyebab HPP.
• Kompresi bimanual  untuk HPP ec. Gangguan
tonus
Postpartum cervical laceration
• Risk factors for significant cervical lacerations
(ie, associated with excessive bleeding or
requiring repair) include:
– precipitous labor,
– operative vaginal delivery (vacum or forceps) and
– cerclage
– However, absence of such risk factors
should not preclude re-examination of the birth
canal.
Robekan Serviks: Tatalaksana
• Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah
kiri dan kanan dari porsio
• Tatalaksana:
– Jepit klem ovum pada lokasi perdarahan
– Jahitan dilakukan secara kontinu dimulai dari ujung
atas robekan kemudian ke arah luar sehingga semua
robekan dijahit
– Bila perdarahan berlanjut  berikan 1 g Asam
Traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang
setelah 30 menit) lalu rujuk.
Treatmen Gelpi retractor

• t heavily bleeding vaginal and cervical


Repair
lacerations with a running locked #0
absorbable suture.
• Exposure is facilitated by using a Gelpi
retractor  to spread the distal vaginal
Heaney retractor
sidewalls
• Heaney or Breisky retractors to access the
upper vagina.
• If available, use of several assistants with
Deaver retractors placed laterally is also
effective.

Deaver retractor Breisky retractor


21.
Seorang perempuan usia 25 tahun, G2P1A0 usia
kehamilan 42 minggu sedang persalinan pervaginam
dengan perkiraan berat badan janin 3.700 gram dan IMT
pasien 34 kg/m2. Saat sedang persalinan, bahu bayi tidak
dapat lahir meskipun sudah mengejan dan kepala sudah
keluar, air ketubah keruh dan berbau. Apa tatalaksana
selanjutnya?
A. Mcrobert manuver
B. Sectio Caesarean
C. Forceps
D. Zavanelli manuver
E. Ekstraksi vakum
21.
Seorang perempuan usia 25 tahun, G2P1A0 usia
kehamilan 42 minggu sedang persalinan pervaginam
dengan perkiraan berat badan janin 3.700 gram dan IMT
pasien 34 kg/m2. Saat sedang persalinan, bahu bayi tidak
dapat lahir meskipun sudah mengejan dan kepala sudah
keluar, air ketubah keruh dan berbau. Apa tatalaksana
selanjutnya?
A. Mcrobert manuver
B. Sectio Caesarean
C. Forceps
D. Zavanelli manuver
E. Ekstraksi vakum
• Seorang perempuan usia 25 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 42
minggu sedang persalinan pervaginam dengan perkiraan TBJ
3.700 gram dan IMT pasien 34 kg/m2.
• Saat sedang persalinan, bahu bayi tidak dapat lahir meskipun
sudah mengejan dan kepala sudah keluar, air ketubah keruh dan
berbau.

TATALAKSANA SELANJUTNYA…
DIAGNOSIS  DISTOSIA BAHU
JAWABAN:
A. MCROBERT MANUVER
• Pada soal di atas, saat persalinan, bahu bayi tidak dapat
lahir meskipun sudah mengejan dan kepala sudah keluar
 diagnosis adalah distosia bahu
• Air ketuban keruh dan berbau  ketuban bercampur
meconium  mungkin janin mulai hipoksi; evaluasi juga
apakah ada tanda infeksi korioamnionitis?
• Pada kasus tersebut, harus dilakukan manuver bantuan
untuk mengatasi masalah distosia bahunya, apalagi bayi
mulai hipoksia (meconium sudah keluar)
• Untuk tatalaksana distosia bahu, manuver utama yang
dilakukan ialah perasat McRobert atau bisa juga
menggabungkan perasat McRobert dengan Massanti
(penekanan suprapubic)
• Sectio Caesarean  pada distosia bahu dalam persalinan kala
2, biasanya dilakukan manuver-manuver bantuan seperti
McRobert, Massanti, Rubin, Wood Screw, dll terlebih dahulu.
Jika semua manuver gagal, salah satu alternatif akhir bisa
dilakukan perasat Zavanelli (mengembalikan/ mendorong janin
masuk ke dalam uterus kembali) dan kemudian dilakukan SC.
• Forceps  bukan manajemen distosia bahu
• Zavanelli manuver salah satu manuver terakhir yang
digunakan pada kasus distosia bahu (lihat keterangan SC)
• Ekstraksi vakum  bukan manajemen distosia bahu
Distosia Bahu
• Keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu
anterior tidak dapat lewat dibawah simfisis pubis
• Kegagalan melahirkan bahu dengan metode
biasa
• Incidence
• 1 to 2 per 1000 deliveries
• 16 per 1000 deliveries of babies > 4000 g
• Diagnosis:
– Kesulitan melahrikan wajah dan dagu
– “Turtle Sign”: kepala bayi melekat erat di vulva atau
bahkan tertarik kembali
– Kegagalan paksi luar kepala bayi
– Kegagalan turunnya bahu
Manuver
McRobert

Penekanan
Suprasimfisis
Management of Shoulder Dystocia
Ask for help
Lift - the buttocks
- the legs
} McRobert’s manoeuver
Anterior disimpaction of shoulder
- rotate to oblique
- suprapubic pressure
Rotation of the posterior shoulder - Woods’ manoeuver
Manual removal of posterior arm
Lift - McRobert’s
Manoeuver
Anterior Disimpaction
- 1) Suprapubic Pressure
(Massanti Manoeuvre)
• NO fundal pressure
• Abdominal approach:
suprapubic pressure applied
with heel of clasped hand
from the posterior aspect of
the anterior shoulder to
dislodge it
Anterior Disimpaction
-
2) Rubin Manoeuver
• vaginal approach
• adduction of anterior shoulder by
pressure applied to the posterior
aspect of the shoulder (the
shoulder is pushed toward the
chest)
• consider episiotomy

Rotation of Posterior Shoulder - Step
1
• pressure on anterior
aspect of posterior
shoulder
• may be combined
with anterior
disimpaction
manoeuvers
• NO fundal
pressure
Rotation of Posterior Shoulder - Step
2

Wood’s screw
manoeuvre
•can be done
simultaneously with
anterior dissimpaction
Rotation of Posterior Shoulder - Step
3
• may be repeated
if delivery not
accomplished by
Steps 1 & 2
Rotation of Posterior Shoulder - Step
4
Manual removal
of posterior
arm
(Barnum
• flex arm at elbow
Maneuver)
• (pressure in antecubital
fossa to flex arm)
• sweep arm over chest
• grasp wrist/forearm or
hand
• deliver arm
22.
Nn. Akasia Magnolia, perempuan, usia 24 tahun, diantar ke
IGD RSUD Pakan Musi karena nyeri pinggang kanan
secara mendadak 1 jam yang lalu setelah melakukan
kegiatan outbond. Pada pemeriksaan awal didapatkan TTV
normal, namun pasien sangat kesakitan dan berkeringat
dingin disertai dengan mual. Pemeriksaan bimanual
ditemukan masa sebesar bola tenis bersifat kistik di area
adneksa kanan dan nyeri. Apa kemungkinan kelainan?
A. Apendicitis
B. Endometriosis
C. Kista ovarium
D. Torsio kista
E. KET
22.
Nn. Akasia Magnolia, perempuan, usia 24 tahun, diantar ke
IGD RSUD Pakan Musi karena nyeri pinggang kanan
secara mendadak 1 jam yang lalu setelah melakukan
kegiatan outbond. Pada pemeriksaan awal didapatkan TTV
normal, namun pasien sangat kesakitan dan berkeringat
dingin disertai dengan mual. Pemeriksaan bimanual
ditemukan masa sebesar bola tenis bersifat kistik di area
adneksa kanan dan nyeri. Apa kemungkinan kelainan?
A. Apendicitis
B. Endometriosis
C. Kista ovarium
D. Torsio kista
E. KET
• Perempuan, usia 24 tahun, nyeri pinggang kanan secara
mendadak 1 jam yang lalu setelah melakukan kegiatan outbond.
• TTV normal, namun pasien sangat kesakitan dan berkeringat
dingin disertai dengan mual.
• Pemeriksaan bimanual ditemukan masa sebesar bola tenis
bersifat kistik di area adneksa kanan dan nyeri.

DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS  TORSIO KISTA
JAWABAN:
D. TORSIO KISTA
• Pada soal, diagnosis yang paling mungkin
ialah torsio kista, atas dasar:
– Nyeri pinggang kanan secara mendadak 1 jam
yang lalu, mual, keringat dingin  akut
abdomen
– Pemeriksaan bimanual ditemukan masa
sebesar bola tenis bersifat kistik di area
adneksa kanan dan nyeri  suspect kista
ovarium yang terpuntir sehingga menyebabkan
akut abdomen
• Apendicitis  gejala demam, mual, nyeri kanan
bawah, biasanya ada psoas sign, mcburney sign,
leukositosis
• Endometriosis  gejala utama dismenorea
berat
• Kista ovarium  biasanya tidak bergejala kecuali jika
terpuntir atau ruptur
• KET  hamil dengan nyeri abdomen, perdarahan
vagina, nyeri goyang porsio
Torsio Kista Ovarium
• Terjadi akibat perubahan dari volume dan berat kista yang mengubah posisi
kista, sehingga memungkinkan terjadinya puntiran

• Berhubungan dengan penurunan venous return dari ovarium akibat edema


stromal, internal hemorrhage, hiperstimulasi, atau massa

• Kebanyakan kasus bersifat unilateral pada ovarium yang berukuran besar

• Tanda dan gejala


– Nyeri mendadak yang muncul pada saat beraktivitas
– Nyeri menjalar ke pinggang, panggul, dan paha
– Unilateral pada bagian bawah perut
– Mual dan muntah (70%)
– Biasanya berhubungan dengan pengecilan ukuran kista
– Demam hanya muncul pada saat terjadi nekrosis
http://emedicine.medscape.com/article/2026938-treatment
Torsio Kista Ovarium
• Faktor Risiko
• Kista ovarium pada kehamilan
• Tumor ovarium
• Riwayat operasi ligasi tuba
• Pemeriksaan Penunjang
– USG: pembesaran kista

• Terapi
– Medikamentosa
– Anti nyeri, anti emesis
– Operatif
– Laparoskopi/ laparotomi

• Komplikasi
– Infeksi, peritonitis, sepsis, adesi, nyeri
kronik, infertilitas
23.
Seorang pasien perempuan berusia 25 tahun datang ke
tempat praktek anda dengan keluhan tidak haid selama 3
bulan. Pasien mengatakan baru menjalani proses kuretase
5 bulan sebelumnya di dokter spesialis kebidanan. Hasil
pemeriksaan fisis dan tanda vital didapatkan hasil dalam
batas normal. Hasil tes plano didapatkan hasil negatif.
Apakah yang paling mungkin terjadi pada pasien ini?
A. Sheehan Syndrome
B. Fritsch Syndrome
C. Hypoprolactinemia
D. Hypofungsi kelenjar Adrenal
E. Sindroma Meig
23.
Seorang pasien perempuan berusia 25 tahun datang ke
tempat praktek anda dengan keluhan tidak haid selama 3
bulan. Pasien mengatakan baru menjalani proses kuretase
5 bulan sebelumnya di dokter spesialis kebidanan. Hasil
pemeriksaan fisis dan tanda vital didapatkan hasil dalam
batas normal. Hasil tes plano didapatkan hasil negatif.
Apakah yang paling mungkin terjadi pada pasien ini?
A. Sheehan Syndrome
B. Fritsch Syndrome
C. Hypoprolactinemia
D. Hypofungsi kelenjar Adrenal
E. Sindroma Meig
• Seorang pasien perempuan berusia 25 tahun datang ke tempat
praktek anda dengan keluhan tidak haid selama 3 bulan.
• Pasien mengatakan baru menjalani proses kuretase 5 bulan
sebelumnya di dokter spesialis kebidanan.
• Hasil pemeriksaan fisis dan tanda vital didapatkan hasil dalam
batas normal.
• Hasil tes plano didapatkan hasil negatif.

DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS  FRITSCH SYNDROME
JAWABAN:
B. FRITSCH SYNDROME
• Pasien mengalami Fritsch/ Asherman
syndrome yang merupakan kondisi adhesi
endometrium akibat kuret, atas dasar:
– Riwayat kuretase
– keluhan tidak haid selama 3 bulan, tetapi
bukan karena kehamilan
• Sheehan Syndrome  Hipopituarisme  disebabkan oleh
nekrosis akibat kehilangan banyak darah, terutama akibat syok
hipovolemik selama dan setelah melahirkan. Gejala awal:
agalaktorea dan/atau kesulitan menyusui, amenorea atau
oligomenorea setelah partus
• Hypoprolactinemia  prolaktin rendah, bisa merupakan salah
satu tanda dari Sheehan syndrome
• Hipofungsi kelenjar Adrenal  insufisiensi adrenal, misalnya
addison disease
• Sindroma Meig  trias asites, efusi pleura, dan tumor
ovarium.
Fritsch or Asherman Syndrome
• Merupakan suatu kondisi yang memiliki ciri khas
adanya adesi atau fibrosis endometrium yang sering
disebabkan oleh proses dilatasi dan kuretase.
• Istilah lain yang sering digunakan: adesi intrauterin,
atresia uterine, atrofi uterine traumatika, sklerosis
endometrium, dan sinekia intrauterin
• Diagnosis: riwayat dilatasi dan kuretase ditunjang
dengan adanya jaringan parut pada uterus oleh
histerosonografi atau histerosalfingografi.
• Terapi: Bedah diikuti dengan hormonal untuk
mencegah timbulnya jaringan parut.
24.
Seorang perempuan, 23 tahun, G2P0A1 usia kehamilan 38
minggu datang dengan keluhan kenceng– kenceng / nyeri
perut dan keluar cairan lendir. Saat diperiksa TD 150/100
mmHg, albuminuria negatif. Pembukaan 5 cm, effacement
50%. Lima bulan pasca persalinan tekanan darah pasien
tetap tinggi. Apakah diagnosis yang mungkin pada pasien
tersebut?
A. Preeklamsia ringan
B. Preeklamsia berat
C. Hipertensi kronik
D. Hipertensi gestasional
E. Eklampsia
24.
Seorang perempuan, 23 tahun, G2P0A1 usia kehamilan 38
minggu datang dengan keluhan kenceng– kenceng / nyeri
perut dan keluar cairan lendir. Saat diperiksa TD 150/100
mmHg, albuminuria negatif. Pembukaan 5 cm, effacement
50%. Lima bulan pasca persalinan tekanan darah pasien
tetap tinggi. Apakah diagnosis yang mungkin pada pasien
tersebut?
A. Preeklamsia ringan
B. Preeklamsia berat
C. Hipertensi kronik
D. Hipertensi gestasional
E. Eklampsia
• Seorang perempuan, 23 tahun, G2P0A1 usia kehamilan 38
minggu datang dengan keluhan kenceng– kenceng / nyeri perut
dan keluar cairan lendir.
• Saat diperiksa TD 150/100 mmHg, albuminuria negatif.
Pembukaan 5 cm, effacement 50%.
• Lima bulan pasca persalinan tekanan darah pasien
tetap tinggi.

DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS  HIPERTENSI KRONIK
JAWABAN:
C. HIPERTENSI KRONIK
• Pada soal disebutkan tekanan darah pasien
tetap tinggi walau sudah 5 bulan pasca
persalinan  sudah masuk ke dalam
hipertensi kronik (Batasan hipertensi
gestasional adalah bertahan maksimal 12
minggu/ 3 bulan pasca melahirkan).
• Preeklamsia ringan  istilah ini sudah tidak lagi
digunakan
• Preeklamsia berat  preeklampsia dengan TD ≥
160/110 atau terdapat kerusakan organ seperti liver,
ginjal, edema paru, gejala neurologis
• Hipertensi gestasional  muncul setelah 20 minggu
gestasi, maksimal bertahan hingga 12 minggu
postpartum, tanpa gejala preeklampsia
• Eklampsia  sudah kejang
Hipertensi dalam Kehamilan
HIPERTENSI HIPERTENSI KRONIK
GESTASIONA • Hipertensi (TD ≥140/90
L mmHHg) tanpa
proteinuria
• Hipertensi (TD ≥140/90
mmHHg) tanpa proteinuria • Sebelum hamil sudah
memiliki riwayat HT, atau
• Tidak ada riwayat HT
sebelum hamil • Sudah memiliki riwayat
• Muncul pada usia HT saat UK <20
minggu atau HT
kehamilan >20 minggu,
bertahan >12 minggu
bertahan maksimal 12
pasca salin
minggu pasca salin
• Tidak disertai gejala
preeklampsia
Superimposed Preeklamsia

Superimposed preeklampsia
- Sudah ada hipertensi kronik sebelum hamil atau saat
usia kandungan <20 minggu disertai dengan kriteria
preeklamsia

Eklampsia
- Kejang umum dan/atau koma
- Ada tanda preeklampsia
- Tidak ada kemungkinan penyebab lain seperti
epilepsi, perdarahan subarachnoid, atau meningitis

Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan WHO, 2013
Hipertensi dalam Kehamilan
PREEKLAMPSIA
• HT yang baru terjadi pada kehamilan / saat usia kehamilan >20 minggu +
gangguan organ
• Proteinuria (+) 2 atau lebih, jika tidak didapatkan  salah satu gejala dan
gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis, yaitu:
1. Trombositopenia: <100.000/mikroliter
2. Gangguan ginjal: Cr serum >1.1 mg/dL atau terdapat peningkatan kadar Cr
serum pada kondisi tidak ada kelainan ginjal lainnya
3. Gangguan hati: Peningkatan transaminase 2x normal dan/atau adanya
nyeri
di daerah epigastrik atau RUQ.
4. Edema paru
5. Gangguan neurologi: Nyeri kepala, gangguan pengelihatan, stroke
6. Gangguan pertumbuhan janin  gangguan sirkulasi uteroplasenta:
Oligohidroamnion, fetal growth restriction.

Proteiunuria ditegakkan jika didapatkan secara kuantitatif produksi


protein urin
>300 mg/24 jam  jika tidak dapat dilakukan maka dapat digantikan dengan
dipstick urine > +1
25.
Pasien datang dgn keluhan BAK terus menerus tidak
dirasa dan merembes melalui kemaluan sejak 1 minggu yg
lalu. Riwayat persalinan pervaginam 3 minggu yang lalu
dengan kala 2 lama sehingga diperlukan ekstraksi vakum
dan berat bayi 4000 gram. Pada PF didapatkan robekan
perineum derajat 2 yang sudah dijahit dan menutup baik.
Pemeriksaan penunjang yg paling tepat?
A. USG abdomen
B. Foto polos abdomen
C. Tes pengisian buli dengan methyline blue
D. Tes valsava
E. Papsmear dan sitologi vagina
25.
Pasien datang dgn keluhan BAK terus menerus tidak
dirasa dan merembes melalui kemaluan sejak 1 minggu yg
lalu. Riwayat persalinan pervaginam 3 minggu yang lalu
dengan kala 2 lama sehingga diperlukan ekstraksi vakum
dan berat bayi 4000 gram. Pada PF didapatkan robekan
perineum derajat 2 yang sudah dijahit dan menutup baik.
Pemeriksaan penunjang yg paling tepat?
A. USG abdomen
B. Foto polos abdomen
C. Tes pengisian buli dengan methyline blue
D. Tes valsava
E. Papsmear dan sitologi vagina
• Pasien datang dgn keluhan BAK terus menerus tidak dirasa dan
merembes melalui kemaluan sejak 1 minggu yg lalu.
• Riwayat persalinan pervaginam 3 minggu yang lalu dengan kala 2
lama sehingga diperlukan ekstraksi vakum dan berat bayi 4000
gram.
• Pada PF didapatkan robekan perineum derajat 2 yang sudah
dijahit dan menutup baik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS  INKONTINENSIA URIN
JAWABAN:
D. TES VALSAVA
• Pasien datang dgn keluhan BAK terus menerus tidak dirasa
dan merembes melalui kemaluan sejak 1 minggu yg lalu 
inkontinensia urin
• Riwayat persalinan pervaginam 3 minggu yang lalu dengan
kala 2 lama sehingga diperlukan ekstraksi vakum dan berat
bayi 4000 gram  kombinasi antara tekanan
berkepanjangan pada struktur panggul (jaringan ikat, otot,
saraf), ukuran bayi yang besar, dan penggunaan alat bantu
(terutama forcep) bisa menyebabkan kerusakan pada
struktur dasar panggul  kelemahan struktur penopang
organ panggul  inkontinensia urin tipe stress
• Inkontinensia urine tipe stress bisa diperiksa secara klinis
dengan bladder stress test (pasien batuk/ valsava 
terdapat urine leakage).
• Jadi, jawaban yang tepat dari soal ini ialah tes valsava.
• USG abdomen
– USG pelvis bisa dipakai sebagai alternatif untuk evaluasi hipermobilitas
uretra, kondisi yang bisa ditemukan pada inkontinensia stress  tidak
perlu evaluasi ini karena hipermobilitas uretra tidak mempengaruhi
manajemen inkontinensia urin stress
– USG Bladder post voiding sebagai bagian dari langkah pemeriksaan post
voiding residual  digunakan untuk melihat sisa urin pasca BAK  utk
menyingkirkan DD/ inkontinensia overflow
• Foto polos abdomen  tidak digunakan untuk evaluasi
inkontinensia tipe stress
• Tes pengisian buli dengan methyline blue  untuk mengetahui
adanya fistula veikovagina
• Papsmear dan sitologi vagina  skrining kanker serviks
Inkontinensia Urine (IU) Stress
• Terjadi apabila urin secara tidak terkontrol
keluar akibat peningkatan tekanan di dalam
perut, melemahnya otot dasar panggul,
operasi dan penurunan estrogen.
• Gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk,
mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal
lain yang meningkatkan tekanan pada rongga
perut.
Bladder Stress Test/ Cough Stress test
• To confirm the diagnosis of stress incontinence.
• This test is performed with the patient in the
standing position with a comfortably full bladder.
• While the examiner visualizes the urethra by
separating the labia, the patient is asked to
Valsalva and/or cough vigorously.
• The clinician observes directly whether or not
there is leakage from the urethra.
INKONTINENSIA STRESS

Urodynamics Made Easy – third edition


26.
Wanita G1P0A0 hamil 36 minggu datang dgn keluhan
penglihatan mendadak kabur, tengkuk terasa kaku, nyeri
perut kanan atas. Pemeriksaan TD 180/100 mmHg,
proteinuria dipstik +3. Pada pemeriksaan DJJ 100x/menit.
Pemeriksaan dalam didapatkan belum ada pembukaan.
Sikap anda pada terminasi kehamilan pasien adalah…
A. Terminasi setelah kondisi pasien stabil
B. Terminasi dalam 1 jam pertama
C. Terminasi hingga kehamilan 37 minggu
D. Terminasi bila pembukaan lengkap
E. Terminasi setelah pemberian kortikosteroid untuk
pematangan paru
26.
Wanita G1P0A0 hamil 36 minggu datang dgn keluhan
penglihatan mendadak kabur, tengkuk terasa kaku, nyeri
perut kanan atas. Pemeriksaan TD 180/100 mmHg,
proteinuria dipstik +3. Pada pemeriksaan DJJ 100x/menit.
Pemeriksaan dalam didapatkan belum ada pembukaan.
Sikap anda pada terminasi kehamilan pasien adalah…
A. Terminasi setelah kondisi pasien stabil
B. Terminasi dalam 1 jam pertama
C. Terminasi hingga kehamilan 37 minggu
D. Terminasi bila pembukaan lengkap
E. Terminasi setelah pemberian kortikosteroid untuk
pematangan paru
• Wanita G1P0A0 hamil 36 minggu datang dgn keluhan penglihatan
mendadak kabur, tengkuk terasa kaku, nyeri perut kanan atas.
• Pemeriksaan TD 180/100 mmHg, proteinuria dipstik +3. Pada
pemeriksaan DJJ 100x/menit.
• Pemeriksaan dalam didapatkan belum ada pembukaan.

SIKAP THD TERMINASI KEHAMILAN PASIEN…


DIAGNOSIS  PREEKLAMPSIA DENGAN GEJALA BERAT
JAWABAN:
A. TERMINASI SETELAH KONDISI PASIEN STABIL
• Wanita G1P0A0 hamil 36 minggu datang dgn TD
180/100 mmHg, proteinuria dipstik +3, keluhan
penglihatan mendadak kabur, tengkuk terasa
kaku, nyeri perut kanan atas  preeklampsia
dengan gejala berat
• Pada pemeriksaan DJJ 100x/menit  bradikardia
janin  tanda gawat janin
• Pemeriksaan dalam didapatkan belum ada
pembukaan.
• Dari keterangan soal di atas, maka strategi
terminasi kehamilan dilakukan setelah pasien
stabil
• Terminasi dalam 1 jam pertama  tidak harus dalam 1 jam
pertama, yang penting kondisi pasien harus distabilkan dulu
• Terminasi hingga kehamilan 37 minggu  preeklampsia berat
sudah bisa diterminasi pada 34 minggu, terlebih lagi pasien ini
terminasinya tidak bisa ditunda karena sudah gawat janin
• Terminasi bila pembukaan lengkap  tidak bisa dilakukan
karena sekarang belum ada pembukaan sedangkan kondisi
gawat janin harus segera ditangani
• Terminasi setelah pemberian kortikosteroid untuk
pematangan paru  tidak perlu lagi karena susia janin sudah
34 minggu ke atas, dan gawat janin merupakan kontraindikasi
utk pematangan paru
Kriteria teriminasi kehamilan pada PEB
27.
Seorang wanita berusia 21 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan bengkak dan nyeri pada payudara
kanannya. Saat ini pasien sedang menyusui. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan Suhu 38,5 O C. Didapatkan
massa di kuadran kanan bawah, konsistensi kistik dan
keras di sekitarnya, fluktuasi (+), warna kulit lebih hiperemi
dari kulit sekitarnya. Diagnosis yang tepat untuk pasien ini
adalah…
A. Abses Mammae
B. Selulitis
C. Galaktokel
D. Tumor mammae
E. Fibroadenoma mammae
27.
Seorang wanita berusia 21 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan bengkak dan nyeri pada payudara
kanannya. Saat ini pasien sedang menyusui. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan Suhu 38,5 O C. Didapatkan
massa di kuadran kanan bawah, konsistensi kistik dan
keras di sekitarnya, fluktuasi (+), warna kulit lebih hiperemi
dari kulit sekitarnya. Diagnosis yang tepat untuk pasien ini
adalah…
A. Abses Mammae
B. Selulitis
C. Galaktokel
D. Tumor mammae
E. Fibroadenoma mammae
• Wanita 21 thn dengan keluhan bengkak dan nyeri pada
payudara kanannya. Saat ini pasien sedang menyusui.
• PF: didapatkan Suhu 38,5OC. Didapatkan massa di kuadran
kanan bawah, konsistensi kistik dan keras di sekitarnya,
fluktuasi (+), warna kulit lebih hiperemi dari kulit
sekitarnya.

TULIS PERTANYAANYA…
DIAGNOSIS 
JAWABAN:
ABSES MAMMAE
• Ibu menyusui mengeluhkan bengkak dan
nyeri di payudara kanan. pemeriksaan fisik
ditemukan massa kistik dan keras
disekitarnya, hiperemis, dan fluktuasi (+).
• Diagnosis yang paling tepat pada kasus ini
adalah abses mammae.
• Selulitis  infeksi bakteri di kulit dan lapisan yang ada di
bawahnya.
– Kondisi ini dapat menyebabkan kulit terlihat kemerahan,
bengkak, terasa lembut atau lembek, dan sakit saat ditekan.
• Galaktokel  berupa benjolan yang menyebabkan
penyumbatan pada muara saluran susu, dapat terasa
lunak, dapat digeser, dan jarang menimbulkan nyeri.
• Tumor mammae  benjolan di area payudara bisa
bersifat ganas ataupun jinak.
• Fibroadenoma mammae  tumor jinak
pada payudara perempuan yang terbentuk karena
adanya kelainan pertumbuhan jaringan.
– Pembentukan fibroadenoma mammae terjadi oleh jaringan
fibrous stroma dan proliferasi epitel lobulus.
http://emedicine.medscape.com/

Abses Mammae
• Kasus yang jarang terjadi
• komplikasi dari mastitis • Epidemiologi:
• dapat terjadi selama menyusui • 5-11% wanita menyusui
• biasanya pada primipara. dengan mastitis terinfeksi.
• Gejala klinis: • Etiologi
• Rubor, calor, dolor, functio • Dominan Staphylococcus
laesa. aureus
• Pemeriksaan penunjang • Staphylococcus
menyerupai Ca epidermidis
• Diagnosis: • Proteus mirabilis.
– Edema payudara, eritema, • Risiko meningkat pada orang-
hangat (biasanya unilateral) orang dengan Diabetes
– Riwayat infeksi payudara mellitus
sebelumnya
– Dapat disertai demam,
mual/muntah, discharge dari
massa/puting
– Riwayat menyusui
– Massa fluktuatif pada
palpasi
Pemeriksaan Radiologi
• USG mammae
• pemeriksaan initial
• dapat juga digunakan untuk evaluasi terapi.
• Karakteristik abses mammae:
– hypoechoic collecition, mostly multiloculated
– no vascularity within the collection
– accoustic enhancement due to fluid content
– an echogenic, vascular rim
• Mammography
• jarang digunakantidak spesifik
• Direkomendasikan bila ada kecurigaan kemungkinan
keganasan pada non-puerpural abscesses.
Patofisiologi

• Stasis ASI
• ↑ Tekanan di dalam duktus
• Tegangan alveoli >>
• Sel epitel datar dan tertekan
• Produksi ASI melambat
• Akumulasi ASI
• Respon inflamasi dan media pertumbuhan bakteri
Tatalaksana Abses Payudara
• Sangga payudara dengan adekuat
• Analgetik: ibuprofen atau parasetamol
• Pengosongan payudara
• Tahap awal abses (indurated mass)  antibiotik
• Abses matur/massa fluktuatif  antibiotik +
drainase
• Drainase:
– Aspirasi jarum (18-19G)
– Insisi drainase untuk abses diameter > 5 cm
MASTITIS
• Inflamasi atau infeksi payudara
• Klinis:
– Payudara (biasanya unilateral) nyeri, kemerahan
– Dapat disertai demam > 38 C
– Umumnya minggu ke 3-4 postpartum, namun bisa terjadi kapan
saja selama menyusui
• Predisposisi:
– Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
– Puting yang lecet
– Menyusui pada satu posisi  drainase payudara tidak sempurna
– Bra terlalu ketat  menghambat aliran ASI
– Riwayat mastitis sebelumnya
Tatalaksana Mastitis
Tatalaksana Umum
• Tirah baring & >> asupan cairan
• Sampel ASI: kultur dan diuji sensitivitas

Tatalaksana Khusus
• Berikan antibiotika :
– Kloksasilin 500 mg/6 jam PO , 10-14 hari ATAU
– Eritromisin 250 mg, PO 3x/hari, 10-14 hari
• Tetap menyusui, mulai dari payudara sehat. Bila payudara yang
sakit belum kosong setelah menyusui, pompa payudara untuk
mengeluarkan isinya.
• Kompres dingin untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
• Berikan parasetamol 3x500mg PO
• Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
• Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
28.
Ny. Jambalaya Yesterday, perempuan berusia 24 tahun,
G1P0A0 hamil 28 minggu datang ke poliklinik dokter
kandungan di RSUD Hanya Harapan. Pasien ingin
memeriksakan diri dan kontrol kehamilan. Dari data
anamnesis, diketahui ibu pasien memiliki riwayat DM
sehingga dokter menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan skrining diabetes. Hasil pemeriksaan TTGO
GDP 102 mg/dL, GD2jam post TTGO 144 mg/dL.
Kemungkinan diagnosis pasien adalah...
A. GDPT
B. TGT
C. DM gestasional
D. Tidak sakit
E. DM tipe II
28.
Ny. Jambalaya Yesterday, perempuan berusia 24 tahun,
G1P0A0 hamil 28 minggu datang ke poliklinik dokter
kandungan di RSUD Hanya Harapan. Pasien ingin
memeriksakan diri dan kontrol kehamilan. Dari data
anamnesis, diketahui ibu pasien memiliki riwayat DM
sehingga dokter menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan skrining diabetes. Hasil pemeriksaan TTGO
GDP 102 mg/dL, GD2jam post TTGO 144 mg/dL.
Kemungkinan diagnosis pasien adalah...
A. GDPT
B. TGT
C. DM gestasional
D. Tidak sakit
E. DM tipe II
• Ny. Jambalaya Yesterday, perempuan berusia 24 tahun, G1P0A0 hamil
28 minggu datang ke poliklinik dokter kandungan di RSUD Hanya
Harapan.
• Pasien ingin memeriksakan diri dan kontrol kehamilan. Dari data
anamnesis, diketahui ibu pasien memiliki riwayat DM sehingga dokter
menyarankan untuk melakukan pemeriksaan skrining diabetes.
• Hasil pemeriksaan TTGO GDP 102 mg/dL, GD2jam post TTGO 144
mg/dL.

DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS  DIABETES GESTASIONAL
JAWABAN:
C. DIABETES GESTASIONAL
• G1P0A0 hamil 28 minggu (berada di masa
trimester 2-3) + TTGO (usia 24-28 mggu)
GDP antara 92-125 (pada pasien 102
mg/dL) atau GD2jam post TTGO 153-199
(pada pasien 144 mg/dL) memenuhi
kriteria diabetes gestasional.
• Pada penderita DM tipe 2 yang terdiagnosis
saat hamil (berarti termasuk ke DM
pregestasional), GDP >=126 atau 2 jam
TTGO >=200
DM pada Kehamilan
• Hiperglikemia yang terdeteksi pada kehamilan
harus ditentukan klasifikasinya sebagai salah
satu di bawah ini: ( WHO 2013, NICE update
2014)
– DM yang sebelumnya dikenal dan kemudian
menjadi hamil (Pregestational Diabetes
Mellitus) dan
– Diabetes yang baru diidentifikasi
selama kehamilan (Gestational Diabetes
Mellitus/GDM/DMG)
Faktor Risiko Diabetes Melitus
Gestasional
Melitus
Diabetes

Gestasional
Diagnosis dan
Penatalaksanaan
DM Pregestasional
Terutama utk mendeteksi

Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Gestasional


dr. Arietta Pusponegoro, SpOG (K) Dept. Obstetri Ginekologi FKUI/RSUPN-CM
Disampaikan pada: Pelatihan Manajemen DMG di Fasyankes Primer 06-07 Sept. ‘17 di R.
Rapat 1 (R. Mochtar) Gd. IKK FKUI
Diagnosis Diabetes Gestasional
• Penegakan diagnosis DM gestasional menurut American
Diabetes Association 2016: Menggunakan tes toleransi
glukosa oral dengan pembebanan 75 gram glukosa. Gula
darah diperiksaa saat puasa, dan diperiksa lagi 1 dan 2 jam
setelah mengkonsumsi glukosa.

TTGO

Diabetes pregestasional Diabetes gestasional


GDP >=126 mg/dl, atau GDP 92-125 mg/dl, atau
GD 2 jam pp >=200 mg/dl, atau GD 2 jam pp >= 153 mg/dl, atau
GDS >=200 mg/dl GDS 153-199 mg/dl
Managemen Diabetes Gestasional
• Penatalaksanaan diabetes pada Managemen gaya hidup
kehamilan
Diimplementasikan sebagai • Pengaturan diet:
pendekatan terpadu oleh: – Bb ideal : 90% x (TB-100)
– Spesialis Penyakit dalam,

– Kebutuhan kalori : BB ideal
SpesialisObsgin
x 25 + Tingkat aktivitas
– Ahli gizi (10%- 30%) + 300 kalori
– Spesialisanak untuk ibu hamil
• Tujuan penatalaksanaan – 20%-30% tergantung
mengurangi morbiditas dan status
mortalitas ibu hamil dan perinatal nutrisi ibu
• Penatalaksanaan diabetes pada – Protein : 1-1.5 g/kgbb
kehamilan meliputi:
– Medical nutrition therapy  • Olahraga  150
tx
utama
menit / minggu
– Aktivitas fisik • Pengaturan berat
– Edukasi
– Terapi insulin bila diet tidak bisa
badan
mencapai target kontrol glukosa • Rutin evaluasi: tinggi
darah (Insulin  aman bagi ibu dan
GLYCEMI
GESTATIONAL DIABETES C
TARGET
American Diabetes Association

Pregestational Diabetes GDM


Fasting ≤ 90 mg/dl ≤ 95 mg/dl
1 hr postprandial ≤ 130-140 mg/dl ≤ 140 mg/dl
2 hr postprandial ≤ 120 mg/dl ≤ 120 mg/dl
A1C 6-6.5% recommended
<6% may be optimal

Achieve without hypoglycemia

American Diabetes Association. Diab Care.2016; 39:S1-106


29.
Ny. Adelia Ornetha Madeke, wanita, 34 tahun, G2P1A0
datang dengan keluhan batuk 3 minggu yang lalu,
berdahak. Gejala lainnya yang dialami ialah demam
meringa dan penurunan nafsu makan selama sebulan
terakhir. Hasil pemeriksaan apusan dahak BTA (+). Dokter
merencanakan pemberian obat antituberkulosis. Regimen
yang harus dihindari untuk pasien tersebut adalah...
A. Isoniazid
B. Pyrazinamid
C. Ethambutol
D. Rifampisin
E. Streptomisin
29.
Ny. Adelia Ornetha Madeke, wanita, 34 tahun, G2P1A0
datang dengan keluhan batuk 3 minggu yang lalu,
berdahak. Gejala lainnya yang dialami ialah demam
meringa dan penurunan nafsu makan selama sebulan
terakhir. Hasil pemeriksaan apusan dahak BTA (+). Dokter
merencanakan pemberian obat antituberkulosis. Regimen
yang harus dihindari untuk pasien tersebut adalah...
A. Isoniazid
B. Pyrazinamid
C. Ethambutol
D. Rifampisin
E. Streptomisin
• Wanita, 34 tahun, G2P1A0 datang dengan keluhan
batuk 3 minggu yang lalu, berdahak. Gejala lainnya yang
dialami ialah demam meringa dan penurunan nafsu
makan selama sebulan terakhir.
• Hasil pemeriksaan apusan dahak BTA (+). Dokter
merencanakan pemberian obat antituberkulosis.

REGIMEN YG DIHINDARI…
DIAGNOSIS  TB PARU PADA KEHAMILAN
JAWABAN:
E. STREPTOMISIN
• Adanya keluhan batuk 3 minggu, berdahak,
demam, penurunan nafsu makan, dan
hasil BTA (+) pada ibu hamil mengarahkan
diagnosis ada penyakit tuberkulosis.
• Pemberian obat tuberkulosis pada ibu
hamil mengikuti regiman OAT seperti biasa,
kecuali streptomisin karena memiliki efek
ototoksik pada fetus.
TB Pada kehamilan
• Obat antituberkulosis harus tetap diberikan kecuali streptomisin,
dapat menembus barrier plasenta  efek samping streptomisin pada
gangguan pendengaran janin (ototoksik)
• Pada pasien TB yang menyusui, OAT dan ASI tetap dapat diberikan,
walaupun beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI, akan tetapi
konsentrasinya kecil dan tidak menyebabkan toksik pada bayi
• Pada perempuan usia produktif yang mendapat pengobatan TB
dengan rifampisin, dianjurkan untuk tidak menggunakan
kontrasepsi hormonal, karena dapat terjadi interaksi obat yang
menyebabkan efektivitas obat kontrasepsi hormonal berkurang.
• Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan
30.
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Watson berusia
27 tahun G2P1A0 hamil 10 minggu datang ke rumah sakit.
Pasien memiliki keluhan mual, muntah hingga 5-10x sehari.
Keluhan tersebut dirasakan setiap kali makan dan minum
sehingga pasien sulit untuk makan dan semakin lemas. BB
turun >5% dibandingkan kunjungan terakhir. Vital sign
dalam batas normal. Apa terapi yang tepat diberikan?
A. Metokloperamide
B. Domperidone
C. Omeprazole
D. Misoprostol
E. Prometazin
30.
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Watson berusia
27 tahun G2P1A0 hamil 10 minggu datang ke rumah sakit.
Pasien memiliki keluhan mual, muntah hingga 5-10x sehari.
Keluhan tersebut dirasakan setiap kali makan dan minum
sehingga pasien sulit untuk makan dan semakin lemas. BB
turun >5% dibandingkan kunjungan terakhir. Vital sign
dalam batas normal. Apa terapi yang tepat diberikan?
A. Metokloperamide
B. Domperidone
C. Omeprazole
D. Misoprostol
E. Prometazin
• Pasien, 27 tahun G2P1A0 hamil 10 minggu, mual,
muntah hingga 5-10x sehari, sulit untuk makan
dan semakin lemas.
• BB turun >5% dibandingkan kunjungan terakhir
• Vital sign dalam batas normal. Merasa lemas.

TERAPI…
DIAGNOSIS  HIPEREMESIS GRAVIDARUM
JAWABAN:
E. PROMETAZIN
• Mual dan muntah 5-10 x/hari setiap
makan dan minum, TV dalam batas normal
pada wanita G2P1A0 hamil 12 minggu + BB
turun
> 5% dari kunjungan terakhir 
hiperemesis gravidarum.
• Obat lini pertama yang dapat digunakan
pada emesis gravidarum adalah
antihistamin 1  promethazine
• Domperidon dan metoclopramide
digunakan sebagai lini kedua dari terapi
hyperemesis gravidarum.
Emesis Gravidarum
• Emesis gravidarum (nausea and vomiting of
pregnancy /NVP)
– NVP should only be diagnosed when onset is in the first
trimester of pregnancy and other causes of nausea and
vomiting have been excluded.
– Nausea and vomiting of varying severity usually
commence between the first and second missed menstrual
period and continue until 14 to 16 weeks’ gestation

• Hiperemesis gravidarum
– protracted NVP with the triad of more than 5%
prepregnancy weight loss, dehydration and electrolyte
imbalance.
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
• NVP without complication, frequency is usually <5 x/day
• 70% of patients: Began between the 4th and 7th menstrual week
• 60% of patients: resolution by 12 weeks . 99% of patienst by 20 weeks

Hyperemesis gravidarum (no universally accepted definition)


• NVP with complications:
– dehydration,
– hyperchloremic alkalosis,
– ketosis

Grade 1 Low appetite, epigastrial pain, weak, pulse 100 x/min, systolic BP low, signs of
dehydration (+)
Grade 2 Apathy, fast and weak pulses, icteric sclera (+), oliguria, hemoconcentration,
aceton breath
Grade 3 Somnolen – coma, hypovolemic shock, Wernicke encephalopathy.
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3.
Bader TJ. Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
The initial management of NVP and HG
• Women with mild NVP should be managed in the
community with antiemetics.
• Ambulatory daycare management should be used for
suitable patients when community/primary care measures
have failed and where the PUQE score is less than 13.
• Inpatient management should be considered if there is at
least one of the following:
– continued nausea and vomiting and inability to keep down oral
antiemetics
– continued nausea and vomiting associated with ketonuria
and/or weight loss (greater than 5% of body weight), despite
oral antiemetics
– confirmed or suspected comorbidity (such as urinary tract
infection and inability to tolerate oral antibiotics)
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Therapeutic options for NVP and HG
• Antiemetics
– There are safety and efficacy data for first-line antiemetics such as
antihistamines (H1 receptor antagonists) and phenothiazines and they should
be prescribed when required for NVP and HG
– Combinations of different drugs should be used in women who do not
respond to a single antiemetic.
– For women with persistent or severe HG, the parenteral or rectal route may be
necessary and more effective than an oral regimen. Women should be asked
about previous adverse reactions to antiemetic therapies.
– Metoclopramide is safe and effective, but because of the risk of
extrapyramidal effects it should be used as second-line therapy.
– There is evidence that ondansetron is safe and effective, but
because data are
limited it should be used as second-line therapy
– Drug-induced extrapyramidal symptoms and oculogyric crises can occur with
the use of phenothiazines and metoclopramide. If this occurs, there should be
prompt cessation of the medications.

RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Pilihan Terapi
• Pada pasien dengan hyperemesis gravidarum rute pengobatan lebih dipilih secara IV
atau IM karena intake oral sulit

RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Tatalaksana Hiperemesis
• gravidarum
Sedapat mungkin, pertahankan kecukupan nutrisi ibu, termasuk suplementasi
vitamin dan asam folat di awal kehamilan.
• Anjurkan istirahat yang cukup dan hindari kelelahan
• Bila perlu, berikan 10 mg doksilamin dikombinasikan dengan 10 mg vitamin B6
hingga 4 tablet/hari (misalnya 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi, dan 1
tablet saat siang).
• Bila masih belum teratasi, tambahkan dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau
supositoria, 4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/hari bila meminum 4 tablet
doksilamin/piridoksin), ATAU prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau
supositoria.
• Bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu obat di
bawah ini:
– Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam
– Proklorperazin 5-10 mg per oral atau IM atau supositoria tiap 6-8 jam
– Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
– Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam
– Ondansetron 8 mg per oral tiap 12 jam
Tatalaksana Hiperemesis
• gravidarum
Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang
kanula intravena dan berikan cairan sesuai dengan
derajat hidrasi ibu dan kebutuhan cairannya, lalu:
– Berikan suplemen multivitamin IV
• Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama 20
menit, setiap 4-6 jam sekali. Bila perlu, tambahkan salah satu obat
berikut ini:
– Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
– Proklorperazin 5-10 mg IV tiap 6-8 jam
– Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam
– Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
– Bila perlu, tambahkan metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8
jam ATAU ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12
jam atau 1 mg/jam terus-menerus selama 24 jam.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai