Anda di halaman 1dari 6

PARTUS PRESIPITATUS 1.

PENGERTIAN Partus presipitatus adalah persalinan berlangsung sangat


cepat. Kemajuan cepat dari persalinan, berakhir kurang dari 3 jam dari awitan kelahiran, dan
melahirkan di luar rumah sakit adalah situasi kedaruratan yang membuat terjadi peningkatan resiko
komplikasi dan/atau hasil yang tidak baik pada klien/janin (Doenges, 2001). 2. ETIOLOGY /
PENYEBAB - Abnormalitas tahanan yang rendah pada bagian jalan lahir - Abnormalitas
kontraksi uterus dan rahim yang terlalu kuat - Pada keadaan yang sangat jarang dijumpai oleh
tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses-proses persalinan
yang sangat kuat itu (Doenges, 2001). 3. TANDA DAN GEJALA Dapat mengalami ambang nyeri yang
tidak biasanya atau tidak menyadari kontraksi abdominal. Kemungkinan tidak ada kontraksi yang dapat
diraba, bila terjadi pada ibu yang obesitas. Ketidaknyamanan punggung bagian bawah (tidak dikenali
sebagai tanda kemajuan persalinan). Kontraksi uterus yang lama/hebat, ketidak-adekuatan relaksasi
uterus diantara kontraksi. Dorongan invalunter lintula mengejan (Doenges, 2001). 4. AKIBAT PADA
IBU Partus presipitatus jarang disertai dengan komplikasi maternal yagn serius jika serviks mengadakan
penipisan serta dilatasi dengan mudah, vagina sebelumnya sudah teregang dan perineum dalam
keadaan lemas (relaksasi). Namun demikian, kontraksi uterus yang kuat disertai serviks yang panjang
serta kaku, dan vagina, vulva atau perineum yang tidak teregang dapat menimbulkan rupture uteri atau
laserasi yang luas pada serviks, vagina, vulva atau perineum. Dalam keadaan yang terakhir, emboli
cairan ketuban yang langka itu besar kemungkinannya untuk terjadi. Uterus yang mengadakan
kontraksi dengan kekuatan yang tidak lazim sebelum proses persalinan bayi, kemungkinan akan
menjadi hipotonik setelah proses persalinan tersebut dan sebagai konsekuensinya, akan disertai dengan
perdarahan dari templat implantasi placenta (Sarwono, 2005). 5. AKIBAT PADA FETUS DAN
NEONATUS Mortalitas dan morbiditas perinatal akibat partus presipatatus dapat meningkat cukup tajam
karena beberapa hal. Pertama, kontraksi uterus yang amat kuat dan sering dengan interval relaksasi
yang sangat singkat akan menghalangi aliran darah uterus dan oksigenasi darah janin. Kedua, tahanan
yang diberikan oleh jalan lahir terhadap proses ekspulsi kepala janin dapat menimbulkan trauma
intrakronial meskipun keadaan ini seharusnya jarang terjadi. Ketiga, pada proses kelahiran yang tidak
didampingi, bayi bisa jatuh ke lantai dan mengalami cedera atau memerlukan resusitasi yang tidak
segera tersedia (Sarwono, 2005). 6. PENANGANAN Kontraksi uterus spontan yang kuat dan tidak
lazim, tidak mungkin dapat diubah menjadi derajat kontraksi yang bermakna oleh pemberian anastesi.
Jika tindakan anastesi hendak dicoba, takarannya harus sedemikian rupa sehingga keadaan bayi yang
akan dilahirkan itu tidak bertambah buruk dengan pemberian anastesi kepada ibunya. Penggangguan
anastesi umum dengan preparat yang bisa mengganggu kemampuan kontraksi rahim, seperti haloton
dan isofluran, seringkali merupakan tindakan yang terlalu berani. Tentu saja, setiap preparat oksitasik
yang sudah diberikan harus dihentikan dengan segera. Preparat tokolitik, seperti ritodrin dan
magnesium sulfat parenteral, terbukti efektif. Tindakan mengunci tungkai ibu atau menahan kepala bayi
secara langsung dalam upaya untuk memperlambat persalinan tidak akan bisa dipertahankan. Perasat
semacam ini dapat merusak otak bayi tersebut. (Sarwono, 2005). ASUHAN KEBIDANAN PADA
PERSALINAN PATOLOGIS TERHADAP Ny. SM DENGAN PARTUS PRESIPITATUS / CEPAT DI RB ASIH,
SEKAMPUNG UDIK, LAMPUNG TIMUR I. PENGUMPULAN DATA DASAR (tanggal 24 November
2007) A. IDENTITAS Nama Ibu : Ny. SM Nama Suami : Tn. SD Umur : 24
tahun Umur : 27 tahun Agama : Islam Agama :
Islam Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Sekampung Udik, Alamat : Sekampung Udik,
Lampung Timur Lampung Timur B. KELUHAN UTAMA Ibu
G2P1A0 hamil 37 minggu, mengeluh mual/muntah, nyeri perut bagian bawah. Dari vagina mulai
mengeluarkan lendir bercampur darah dan mengeluarkan air sedikit-sedikit. C. TANDA-TANDA
PERSALINAN Ibu datang pukul 10.00 WIB, dengan kontraksi uterus yang kuat dan lama, mengeluarkan
lendir agak kecoklatan, ibu mengeluh nyeri yang amat sangat di punggung bagian bawah dan adanya
dorongan untuk mengejan. D. PENGELUARAN PERVAGINAM Lendir bercampur darah dan tidak ada
pengeluaran air ketuban. E. RIWAYAT KEHAMILAN Riwayat Haid Menarche = 13 tahun Siklus
= 28 hari Lamanya = 5 7 hari Keluhan = tidak ada Jumlahnya = 2-3 ganti
pembalut HPHT = 17-02-2007 TP = 24-11-2007 F. PEMERIKSAAN KEHAMILAN
1. Trimester I ANC : 2 di bidan Keluhan : tidak ada Anjuran : banyak istirahat Terapi :
berikan ibu vitamin C 2. Trimester II ANC : 3 di puskesmas Keluhan : ibu sering merasa pusing
Anjuran : ANC secara teratur Terapi : berikan ibu tablet Fe 11 tab/hari 3. Trimester III ANC
: 2 di bidan Keluhan : Ibu sering BAK Anjuran : ANC secara teratur Terapi : berikan ibu tablet Fe
11 tab/hari G. RIWAYAT HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS YANG LALU Hamil Ke- Tahun Lahir Lama dan
Jenis Persalinan Penyulit Komplikasi Penolog dan Tempat BB/PB Keadaan anak 1 2003 12 jam/ spontan
pervaginam Tidak ada Bidan / RPS 3200 gr/ 50 cm Sehat H. RIWAYAT IMUNISASI 1. TT1 = Usia
kehamilan 5 bulan di bidan 2. TT2 = Usia kehamilan 6 bulan di bidan I. PERGERAKAN JANIN
DALAM 24 JAM TERAKHIR Ibu merasa gerakan janin sangat kuat dan aktif J. POLA KEBIASAAN
SEHARI-HARI 1. Nutrisi a. Sebelum hamil Ibu makan 3 sehari dengan porsi 1 piring nasi, 1
potong lauk, 1 mangkok sayur, serta minum 7-8 gelas/hari. b. Saat hamil Ibu makan dan minum
seperti biasa hanya porsinya lebih banyak. 2. Eliminasi a. Sebelum hamil : BAB = 1-2
sehari BAK = 2-6 sehari b. Saat hamil : BAB = 1 sehari BAK = 8-10 sehari 3.
Istirahat dan tidur a. Sebelum hamil Ibu tidur malam 7-8 jam/hari, tidur siang 2 jam b. Saat
hamil Istirahat dan tidur ibu kurang karena pegal pada pinggang, nyeri menjalar ke perut bagian bawah,
dan sering BAK. K. PSIKOLOGIS Ibu mengatakan takut dan cemas menghadapi persalinannya karena
merasakan nyeri yang amat sangat. L. PEMERIKSAAN 1. Keadaan Umum : Baik Kesadaran :
Composmentis 2. Tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,6 C Nadi : 80
/menit RR : 24 /menit 3. a. Berat badan ibu : sebelum hamil = 46 kg setelah
haim = 57 kg kenaikan = 11 kg b. Tinggi badan ibu : 155 cm c. LILA
: 26 cm 4. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi 1. Rambut : warna
hitam, bersih, tidak rontok. 2. Mata : bentuk simetris, konjungtiva merah muda, sklera an
ikterik, kelopak mata tidak oedeme. 3. Muka : bentuk simetris, tidak pucat tidak ada
cloasma gravidarum. 4. Hidung : bentuk simetris, tidak ada pembesaran polip, fungsi
penciuman normal, keadaan bersih. 5. Mulut dan gigi : bentuk simetris, tidak ada caries maupun
stomatitis, keadaan mulut bersih, fungsi pengecapan baik, kebersihan cukup. 6. Telinga :
bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik. 7. Leher : tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembengkakan vena jugularis. 8. Dada : bentuk
simetris, putting susu menonjol, colostrum ada. 9. Abdomen : terdapat strie livida, bentuk
membesar, tidak ada luka bekas operasi. 10. Payudara : membesar simetris kanan kiri, putting
susu menonjol, hyperpigmentasi, tidak ada benjolan abnormal, colostrum belum keluar. 11.
Pinggang : keadaan lordosis. 12. Genetalia : tidak ada haemoroid, vagina tidak ada varises
maupun oedeme, pada perineum tidak ada bekas luka. 13. Ekstrimitas a. Atas : Bentuk
simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedeme. b. Bawah : Bentuk simetris, tidak ada cacat, tidak
ada oedeme, reflek patella (+). 14. Rectum : Ibu mengatakan sudah BAB hari ini, keadaan
rectum kosong, perineum melemas. b. Palpasi 1. Leopold I : TFU = 32 cm
TBJ = (32-11) 155 : 3255 gram 2. Leopold II : Bagian kanan ibu teraba bulat, lebar dan
keras yang berarti punggung dan bagian kanan teraba bagian-bagian kecil. 3. Leopold III :
Bagian bawah teraba bulat, keras, dan kepala sudah tidak bisa digoyang lagi. 4. Leopold IV :
Bagian bawah janin sudah masuk ke PAP/konvergen c. Auskultasi DJJ terdengar jelas di bawah
pusat sebelah kanan dengan frekuensi 138 /menit. d. Perkusi Reflek patella (+) ada. 5.
Pemeriksaan dalam pukul 10.00 WIB a. Vulva/vagina : slym ada b. Dinding vagina :
teraba rugae, tidak ada benjolan c. Promontorium : tidak teraba d. Portio : tipis,
pembukaan 3 cm e. Ketuban : ada (+) f. Presentasi : kepala g. Penurunan
: Hodge 1, 4/5 h. His : ada 4 6 setiap 10 menit i.
Lama : 20-40 detik j. Perineum : kaku Pengawas Kala 1 Tanggal Waktu
Pembukaan Serviks Kondisi Ibu Kondisi Janin Tekanan Darah Pols RR Temp. Obat/ cairan yang diberikan
Urine Kontraksi uterus/his DJJ Penurunan kepala Ketuban/ penyusupan 24/11/07 10.00 3 cm 110/70 80
24 36,6 C - 100 cc Kekuatan sedang, lama 20-30 dalam 10 menit (4/10 menit) 138 /menit (+)
4/5 4/0 10.30 80 22 - Kekuatan sedang, lama 20-40 dalam 10 menit (4/10 menit) 136 /menit (+)
11.00 82 22 - Kekuatan sedang, lama 20-40 dalam 10 menit (4/10 menit) 138 /menit 24/11/07
11.30 82 24 - Kekuatan sedang, lama 20-40 dalam 10 menit (4/10 menit) 140 /menit 12.00 80 20
- 150 cc Kekuatan sedang, lama 20-40 dalam 10 menit (4/10 menit) 138 /menit 12.30 82 22 -
Kekuatan sedang, lama 20-40 dalam 10 menit (4/10 menit) 140 /menit 13.00 82 22 - Kekuatan
sedang, lama 20-40 dalam 10 menit (4/10 menit) 142 /menit 13.30 80 24 - Kekuatan sedang,
lama 20-40 dalam 10 menit (4/10 menit) 140 /menit 14.00 5 cm 120/80 80 22 37 C - 150 cc
Kontraksi 4/10 menit, lama 45 detik 142 /menit 3/5 4/0 II. INTERPRETASI DATA DASAR A.
Diagnosa Ibu G2P1A0 hamil 37 minggu, janin hidup, tunggal, intrauterine, letak memanjang, presentasi
kepala posisi puki, inpartu kala 1 fase laten. Dasar : 1. Ibu merasakan nyeri yang amat sangat 2.
Kontraksi uterus yang kuat 3. Pembukaan 3 cm. Penurunan kepala pada Holdge 1 4/5, ketuban
masih utuh. B. Masalah 1. Gangguan rasa nyaman dikarenakan nyeri pinggang yang hebat Dasar
: ibu mengatakan nyeri yang hebat di sekitar punggung bagian bawah, ibu selalu meringis kesakitan.
2. Dikhawatirkan terjadi robekan jalan lahir karena perineum kaku. C. Kebutuhan 1.
Penyuluhan cara mengurangi rasa nyeri dan relaksasi 2. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
3. Persiapan heating jika terjadi robekan. III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
POTENSIAL A. Potensial terjadinya partus cepat / presipitatus Dasar : Ibu G2P1A0, kontraksi
uterus kuat, ketuban pecah pada pembukaan 8 cm, dan kepala telah seluruhnya masuk ke dalam PAP.
B. Potensial terjadinya rupture uteri Dasar : Kontraksi uterus yang hebat. IV. IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN TINDAKAN DAN KOLABORASI A. Persiapan heating set jika terjadi laserasi dan robekan
jalan lahir B. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplikasi pada kala 1 dan proses persalinan seperti
rupture uteri. V. RENCANA MANAJEMEN A. 1. 2. 3. 4. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat
ini Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis Observasi terus kemajuan persalinan
Segera siapkan ruangan bersalin, kebutuhan fisik dan psikologis ibu B. Penyuluhan cara mengedan
efektif 1. 2. 3. Jelaskan manfaat mengedan efektif Ajarkan ibu cara mengedan efektif Observasi cara
mengejan ibu C. Penyuluhan mengatasi rasa nyeri 1. 2. Jelaskan penyebab nyeri Ajarkan cara
mengatasi nyeri D. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi VI. IMPLEMENTASI LANGSUNG A. 1.
Menjelaskan pada ibu tentang kondisi ibu saat ini Keadaan ibu baik, ibu tampak gelisah dan cemas
menghadapi persalinan. 2. Memberi ibu dukungan psikologis Menjelaskan bahwa ibu bisa melewati
persalinan ini dengan lancar, memberikan support pada ibu, dan mendampingi ibu dalam persalinan,
serta menghadirkan keluarga yang paling dekat dengan ibu sebagai pendamping ibu dalam bersalin. 3.
Mempersiapkan ruang untuk bersalin, alat, kebutuhan fisik, dan psikologis ibu serta persiapan
bidan/penolong a) Memastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam
keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi. Siapkan ruang bersaling yang hangat dan
bersih. Memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin. b) Periksa semua peralatan
sebelum dan setelah memberikan asuhan. Segera ganti peralatan yang hilang atau rusak. c)
Menganjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minuman air) selama persalinan dan
proses kelahiran bayi. d) Memberi dukungan pada ibu, pada proses persalinan. 4. Mengobservasi kala 1
dengan partograf. B. Mengajarkan pada ibu mengenai cara mengedan yang efektif 1. Menganjurkan ibu
untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi 2. Memberitahukan untuk tidak
menahan nafas saat meneran. 3. Meminta ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara
kontraksi. 4. Menjelaskan pada ibu bahwa berbaring miring atau setengah duduk ia akan lebih mudah
untuk meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan ke dada. 5. Meminta ibu untuk
tidak mengangkat bokong saat meneran. 6. Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk
membantu kelahiran bayi. 7. Menanyakan pada ibu apakah sudah mengerti dengan penjelasan cara
mengedan efektif. C. Mengajarkan ibu untuk mengatasi rasa nyeri 1. Menganjurkan ibu untuk miring
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi serta
anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan,
berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring dan merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau
jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali memperpendek waktu persalinan. Bantu
ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan. 2. Mengajarkan teknik relaksasi Menganjurkan ibu
untuk duduk santai, menarik nafas, berendam, mendengarkan musik. D. Memenuhi kebutuhan cairan
dan nutrisi 1. Pemberian cairan infus RL dengan 20 tetes/menit Pasang infus menggunakan jarum
diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL dan NS. Infuskan 1 liter dalam 15 sampai 20 menit.
Jika mungkin infuskan 2 L dalam waktu satu jam pertama, kemudian turunkan ke 125 cc/jam. 2.
Pemberian obat ampicilin 1 mg atau menurut advis dokter berikan ampisilin 2 gr atau amoksilin 2 gr per
oral. VII. EVALUASI 1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini bahwa ia segera memasuki proses
persalinan. 2. Ibu mengerti tentang apa yang di jelaskan oleh bidan, seperti : a. Cara mengejan
yang efektif b. Cara mengurangi rasa nyeri 3. Alat-alat persalinan telah siap 4. Ibu sudah
ditempatkan dalam ruangan persalinan 5. Kebutuhan nutrisi telah terpenuhi. KALA II pukul
18.00 S : Ibu mengatakan seperti ingin BAB dan keluar lendir bercampur darah dari kemaluannya. O :
a) Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis b) Tanda-tanda vital : TD :
120/80 mmHg Nadi : 82 /menit RR : 26 /menit Suhu : 37 C c) DJJ : 142 /menit d)
HIS : ada 510 menit Lamanya : 50 detik e) Hasil pemeriksaan dalam Portio tidak
teraba, pembukaan 8 cm, presentasi kepala, penurunan kepala hodge IV pukul 18.00 A : 1. Diagnosa
G2P1A0 hamil aterm, dari vagina keluar lendir berwarna kecoklatan bercampur darah dan air, janin
tunggal, hidup, intrauterin, inpartu kala II dengan fundus presipitutus. 2. Masalah Ibu cemas
menghadapi persalinan karena pembukaan serviks belum lengkap. P : 1. Jelaskan pada ibu bahwa ia
memasuki kala II atau kala pengeluaran, jelaskan pada ibu bahwa ibu . bahwa dengan partus cepat
ibu dapat memasuki kala II. Bila kepala telah sepenuhnya masuk ke dalam PAP, dan ketuban telah
pecah. Walaupun pembukaan serviks belum lengkap, persalinan dapat berlangsung dengan adanya
kontraksi yang kuat. 2. Pantau persalinan kala II Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu
dipantau secara berkala dan ketat selama berlangsungnya kala dua persalinan. Pantau, periksa dan
catat : 1) Nadi ibu setiap 30 menit 2) Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit 3) DJJ
setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit 4) Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui
pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal ini
dilakukan lebih cepat. 5) Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur
mekonium atau darah) 6) Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau
terkemuka 7) Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir 8) Kehamilan kembar yang tidak
diketahui sebelum bayi pertama lahir 9) Catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan
pada catatan persalinan. 3. Atur posisi ibu senyaman mungkin Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang
paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua, karena hal ini dapat
membantu kemajuan persalinan. Mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi
utera. Plasenta tetap baik. Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu
dan memberi kemudahan baginya untuk beristirahat di antara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi
ini adalah gaya grafitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya. Selain itu mengubah posisi juga
dapat mengurangi nyeri. 4. Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi Anjurkan ibu untuk mendapat asupan
(makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin
makan selama fase laten persalinan tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya ingin
mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar anggota keluarga sesering mungkin menawarkan minum dan
makanan ringan selama proses persalinan. Pasang infus untuk menghindari ibu kehabisan tenaga saat
meneran bila ibu tidak mau makan dan minum, atau makan dan minum tetapi dalam jumlah yang
sangat sedikit. 5. Anjurkan ibu untuk meneran setiap ada His Jika ibu tetap ada dorongan untuk
meneran setelah 60 menit setelah kepala bayi seluruhnya masuk ke dalam PAP dan ketuban telah pecah
anjurkan ibu untuk meneran disetiap puncak kontraksi. 6. Observasi tanda-tanda vital, DJJ dan
pengeluaran pervaginam a. Nadi ibu setiap 30 menit b. Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30
menit c. DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit d. Penurunan kepala bayi setiap 30
menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada
indikasi, hal ini dilakukan lebih cepat. 7. Lakukan pertolongan asuhan persalinan normal dengan teknik
septik dan aseptik 8. Berikan dukungan pada ibu baik mental dan spiritual, dan anjurkan suami untuk
mendampingi ibu 9. Menolong melahirkan kepala, bahu, badan. a. Bayi lahir dengan partus
presipitatus pukul 18.30 WIB b. Jenis kelamin : laki-laki; BB : 3300 gr; PB = 52 cm. c. Apgar
score : 8/9 10. Palpasi, bayi tunggal KALA III pukul 18.30 WIB S : a. b. Ibu merasa bahagia, karena
bayi sudah lahir dengan selamat Ibu mengatakan perutnya masih mulas. O : a. Keadaan umum :
Baik Kesadaran : Composmentis b. Periksa tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg Nadi
: 82 /menit RR : 20 /menit Suhu : 36,8 C c. Pada palpasi didapat uterus teraba bulat dan
keras. TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, tidak ada bayi ke-2 d. Planceta belum lahir e.
Tali pusat bertambah panjang. A : a. Diagnosa P2A0 Partu kala III Dasar : ibu melahirkan anak ke-2,
bayi lahir pukul 18.30 WIB, BB : 3300 gr, jenis kelamin laki-laki b. Masalah : Potensial terjadi
retensio placenta Dasar : Placenta belum lahir c. Kebutuhan : Management aktif kala III P :
a. Lakukan pengawasan kala III Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Hal ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat placenta.
Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran placenta tidak berubah maka
placenta akan terlibat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. b. Lakukan vulva hygiene Vulva
hygiene ibu dari labia mayora dari atas ke bawah 1 usap, apabila belum bersih ulangi lagi. Bersihkan
labia minora dari atas ke bawah 1 usap dan bersihkan dari bestibulum ke anus 1 usap. c. Lakukan
managemen aktif kala III 1. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
2. Penegangan tali pusat terkendali 3. Masae fundus uteri, selama 15 detik setelah plasenta lahir
Placenta lahir pukul 18.45 WIB Berat placenta : 500 gram Panjang tali pusat : 15 cm. d. Awasi
perdarahan dan tanda-tanda vital, kontraksi uterus 1. Pantau nadi ibu setiap 30 menit 2. Pantau
frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit 3. Masase fundus selama 15 e. Periksa robekan jalan
lahir dan perdarahan f. Terjadi robekan jalan lahir derajat 2 Lakukan tindakan heating. I.
Mempersiapakan Penjahitan 1. Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di
tepi tempat tidur / meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarga untuk
memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi. 2. Tempatkan handuk / kain
bersih di bawah bokong ibu 3. Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perinium
bisa dilihat dengan jelas. 4. Gunakan teknik aseptik pada memeriksa robekan / episiotomi. 5.
Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. 6. Pakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril. 7. Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan-
bahan disinfeksi tingkat tinggi untuk penjahitan. 8. Duduk dengan posisi santai dan nyaman
sehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan. 9. Gunakan
kain / kasa disinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka vulva, vagina dan perineum ibu dengan
lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka. 10.
Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Hanya merupakan derajat I atau II 11. Ganti
sarung tangan dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril yang baru setelah melakukan
pemeriksaan rektum. II. Memberikan Anastesi Lokal 1. Jelaskan pada ibu bahwa akan
dilakukan anastesi lokal dan bantu ibu merasa santai. 2. Hisap 10 ml larutan lidokain 1% ke dalam
alat suntik sekali pakai ukuran 10 ml. Jika lidokain 1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian 2% dengan 1
bagian normal salin atau air steril yang sudah disuling. 3. Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4
cm ke tabung suntik tersebut. 4. Tusukkan jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan luka
tarik jarum sepanjang tepi luka (ke arah bawah di antara mukosa dan kulit perineum). 5. Aspirasi
(tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh
darah. Jika darah masuk ke tabung suntik, jangan suntikkan lidokain dan tarik jarum seluruhnya.
Pindahkan posisi jarum dan suntikkan kembali. Alasan: ibu bisa mengalami kejang dan kematian bisa
terjadi jika lidokain disuntikkan ke pembuluh darah. 6. Suntikan anastesi sejajar dengan permukaan
luka pada saat jarum suntik ditarik perlahan-lahan. 7. Tarik jarum hingga sampai ke bawah dimana
jarum tersebut disuntikkan. 8. Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah
ke-4 sehingga tiga garis disatu sisi luka mendapatkan anastesi lokal. Ulangi proses ini disisi lain dari
luka tersebut. Setiap sisi luka akan memerlukan kurang lebih 5 ml lidokain 1% untuk mendapatkan
anasetesia yang cukup. 9. Tunggu selama dua menit dan biarkan anastesia tersebut bekerja,
kemudian uji daerah yang dianastesi dengan cara dicubit dengan forceps/disentuh dengan jarum yang
tajam. Jika ibu merasakan jarum atau cubitan tersebut, tunggu dua menit lagi dan kemudian uji kembali
sebelum mulai menjahit luka. III. Penjahitan Laserasi pada Perineum 1. Cuci tangan secara
seksama dan gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika sudah
terkontaminasi atau jika tertusuk jarum maupun peralatan tajam lainnya. 2. Pastikan peralatan dan
bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan penjahitan sudah didesenfeksi tingkat tinggi atau steril.
3. Setelah memberikan anestesia lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah dianastesi,
telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas menentukan batas-batas luka. Nilai
kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan
bagaimana cara menjahitnya menjadi satu dengan mudah. 4. Buat jahitan pertama kurang lebih 1
cm di atas ujung laserasi di bagian dalam vagina. Setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan
potong pendek benang yang lebih pendek dari ikatan. 5. Tutup mukosa vagina dengan jahitan
jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen. 6. Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke
dalam mukosa vagina lalu ke bawah cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi. Periksa bagian
antara jarum diperineum di bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum ke puncak luka. 7.
Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian
bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit. Jika
laserasi meluas ke dalam otot, mungkin perlu untuk melakukan satu atau dua lapis jahitan terputus-
putus untuk menghentikan perdarahan dan/atau mendekatan jaringan tubuh secara efektif. 8.
Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan menggunakan jahitan
jelujur untuk menutup lapisan subkuticuler. Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa lubang
bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan menutup dengan sendirinya
pada saat penyembuhan luka. 9. Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina. Jarum
harus keluar dari belakang cincin himen. 10. Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina.
Potong ujung benang dan sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul
akan longgar dan laserasi akan membuka. 11. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk
memastikan bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal di dalam. 12. Dengan lembut
masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakah ada jahitan pada rektum. Jika ada jahitan yang
teraba, ulangi pemeriksaan rektum enam minggu pasca persalinan. Jika penyembuhan belum sempurna
ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. 13. Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun
dan air disinfeksi tingkat tinggi, kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman. 14.
Nasehati ibu untuk : a. Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering b. Hindari penggunaan
obat-obatan tradisional pada perineumnya c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang
mengalir tiga sampai empat kali perhari. d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa
penyembuhan lukanya, ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan
cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri. KALA IV
pukul 18.45 S : a. b. c. Ibu bahagia karena bayinya sudah lahir dengan selamat Ibu merasa lebih
tenang, karena placenta sudah lahir Ibu mengatakan perutnya masih mulas dan pedih pada jalan lahir.
O : a. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis b. Tanda-tanda vital TD
: 110/70 mmHg Nadi : 84 /menit RR : 22 /menit Suhu : 36,7 C c. TFU 1 jari di bawah
pusat, kontraksi uterus baik d. Pengeluaran pervaginam, lochea alba, dan ASI keluar lancar e. Eliminasi
BAB = 1 sehari BAK = 3-4 sehari A : a. Diagnosa P2A0 partu kala IV b.
Masalah Gangguan rasa nyaman dengan adanya nyeri pada jalan lahir c. Kebutuhan Personal hygiene
ibu dan pemenuhan nutrisi dan cairan P : 1. Observasi keadaan umum ibu untuk mengetahui
perkembangan kesehatan ibu dan bayi secara berkala minimal 3 kali pada masa nifas, 2 jam segera
setelah partu kala III, 3 hari setelah partus, dan seminggu setelah partus. a. Observasi keadaan
umum b. Periksa kontraksi pada fundus, perdarahan dan tanda-tanda vital c. ASI sudah keluar
lancar Kontraksi uterus : baik Perdarahan : normal TTV normal, tidak ada yang
dikhawatirkan d. Lochea alba sampai dengan 1 minggu post partum DAFTAR PUSTAKA Sarwono,
Prawiroharjo, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP Cunningham, F. Gary, 1995. Obstetri Williams.
Jakarta : EGC Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC Azwar, Azrul, 2007.
Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR/POGI

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap

Anda mungkin juga menyukai