Anda di halaman 1dari 2

Penderita Gagal Ginjal Sebaiknya

Jangan Cuci Darah, Ini Alasannya


/Ilustrasi
Bisnis.com, JAKARTA Dua tahun lalu, tepatnya pertengahan 2011 ayah saya sering mual
dan muntah-muntah. Kami mengira Ayah hanya terkena penyakit asam lambung. Setelah
kami bawa ke rumah sakit, ternyata Ayah divonis gagal ginjal stadium 5, kata Nurlince
Susanti Sianturi (29 tahun) pendonor ginjal kepada Ayahnya Berton Sianturi (54 tahun).

Berton mulai melakukan cuci darah seminggu 2 kali hingga pertengahan 2013. Namun,
seperti tidak ada perbaikan, Berton mulai mengalami berbagai komplikasi antara lain struk
ringan, jantung membengkak, tensi darah naik, dan cairan yang menumpuk di paru-paru.

Berat badan Ayah kian menurun hingga seperti tengkorak. Hal ini yang membuat saya
berani mengambil keputusan untuk mendonorkan ginjal kiri saya untuk Ayah meskipun saya
ditentang habis-habisan oleh suami dan keluarga besar suami mengingat saya belum memiliki
anak, katanya di kepada Bisnis, beberapa waktu lalu dalam acara RSCM Sukses Lakukan
100 Transplantasi Ginjal Dengan Teknik Laparoskopi dalam 2 tahun.

Setelah dilakukan transplantasi, tambah Nurlince, Ayahnya sudah makin sehat, berat badan
kembali normal dan 3 bulan pascaoperasi sudah bisa mengendarai mobil ke luar kota.

Guru Besar Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM Prof. DR. Dr. Endang Susalit, SpPD-
KGH mengatakan Gagal ginjal merupakan penurunan fungsi ginjal secara perlahan dan tidak
bisa kembai ke fungsi normal.

Proses Gagal ginjal ini, jelasnya, terjadi secara perlahan-lahan dan hampir tidak ada gejala-
gejala yang disadari. Penyebab utama dari gagal ginjal biasanya disebabkan oleh penyakit
turunan seperti Diabetes (50%), Hypertensi (27%) dan Radang ginjal (23%).
Kebanyakan pasien memilih jalan Hemodialisis (HD) atau cuci darah dibandingkan dengan
trasnplantasi ginjal. Padahal 1 kali HD memakan biaya Rp850.000. Untuk pasien gagal ginjal
stadium 5, mereka membutuhkan 8 kali HD dalam sebulan dan menghabiskan dana
Rp6.800.000, jelasnya.

Transplantasi ginjal memiliki manfaat dan keunggulan dibandingkan dengan HD dalam segi
prosedur, ketergantungan pada fasilitas medis, dan peningkatan kuantitas dan perbaikan
kualitas hidup. Transplantasi ginjal merupakan cara penanganan gagal ginjal yang paling
ideal karena dapat mengatasi seluruh jenis penurunuan fungsi ginjal, sedangkan HD hanya
mengatasi sebagian jenis penurunan fungsi ginjal.

dr. Chaidir A. Mochtar, SpU, PhD selaku Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI)
menjelaskan teknik laparoskopi pada pengobatan gagal ginjal saat ini digunakan pada operasi
pengambilan ginjal donor. Adapun keuntungan bagi pendonor adalah mengurangi jumlah
darah yang hilang ketika operasi, mengurangi nyeri pascaoperasi, mempercepat masa
penyembuhan sehingga pasien dapat kembali beraktivitas lebih cepat.

Transplantasi ginjal dapat memanfaatkan ginjal donor hidup atau ginjal donor jenazah.
Transplantasi dari donor hidup memberikan hasil yang lebih baik dan memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan donor jenazah.

Keunggulannya antara lain, waktu tunggu yang lebih pendek, meningkatnya kualitas hidup,
kejadian infeksi luka operasi lebih sedikit, kerapihan jahitan (kosmetik) lebih baik, nyeri
pasca operasi lebih ringan, diagnosis lebih baik, dan insiden lebih rendah.

Namun hal terpenting yang harus dilakukan saat ini adalah melakukan berbagai upaya untuk
mencegah terjadinya gagal ginjal. Mereka yang paling berisiko adalah usia di atas 50 tahun,
penderita diabetes, tekanan darah tinggi, obesitas, perokok dan orang yang memiliki riwayat
penyakit ginjal di keluarga. kata Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dr.
Dharmeizar, SpPD-KGH dalam kesempatan yang sama.

Mengingat gejala gagal ginjal tidak terdeteksi, maka tiap individu harus melakukan
pemeriksaan kesehatan berkala minimal 1 tahun sekali dengan melakukan rangkaian tes urin,
ureum dan kreatinin, gula darah dan kolesterol.

Selain itu, kata Dharmeizar, jaga pola asupan makanan. Hindari makanan dengan kadar
garam tinggi misal fast food. Konsumsi makanan yang rendah lemak dilengkapi dengan sayur
dan buah. Perbanyak minum air putih minimal 2 liter perhari, olahraga teratur, hindari
kegemukan dan hindari pemakaian obat jangka lama seperti obat rematik atau obat
penghilang nyeri.

Jika seseorang memilki infeksi saluran kemih, tambahnya, seperti anyang-anyangen, kencing
panas dan kencing batu, harus segera diobati.
Tag : diabetes, cuci darah, gagal ginjal

Editor : Nurbaiti

Anda mungkin juga menyukai