Anda di halaman 1dari 13

Laki-Laki 59 Tahun Dengan Keluhan Sesak Nafas.

Elma Eka Fitra Husain

NIM : 102014055

Kelompok : F5

Fakultas Kedokteran.Universitas Kristen Krida Wacana.

Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk – Jakarta Barat 11510 Telp. (021) 56942061. Fax (021) 5631731

elma.2014fk055@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai dengan
abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan. PGK ditandai
dengan satu atau lebih tanda kerusakan ginjal yaitu albuminuria, abnormalitas sedimen urin,
elektrolit, histologi, struktur ginjal, ataupun adanya riwayat transplantasi ginjal, juga disertai
penurunan laju filtrasi glomerulus.1
Gagal ginjal kronik merupakan suatu masalah kesehatan yang penting, mengingat selain
prevalensi dan angka kejadiannya semakin meningkat juga pengobatan pengganti ginjal yang
harus dialami oleh penderita gagal ginjal merupakan pengobatan yang mahal, butuh waktu dan
kesabaran yang harus ditanggung oleh penderita gagal ginjal dan keluarganya. Berdasarkan data
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperlihatkan yang menderita
gagal ginjal baik akut maupun kronik mencapai 50% sedangkan yang diketahui dan mendapatkan
pengobatan hanya 25% dan 12,5% yang terobati dengan baik. Pada makalah ini akan dibahas
mengenai gejala, diagnosis dan penanganan dari CKD.2

Skenario 2
Seorang laki-laki 59 tahun datang dibawah keluarga ke UGD dengan keluhan sesak nafas
memberat sejak 1 minggu terakhir.

1
Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan dokter atau petugas kesehatan terhadap
pasien. hal ini juga berguna untuk menegakkan diagnosis yang ada.Pertanyaan dalam anamnesis
adalah meliputi indentitas (nama, alamat, umur, pekerjaan dan agama). Dilanjutkan dengan
menanyakan keluhan utamanya yaitu keluhan yang membuat pasien datang ke petugas kesehatan.
Kemudian riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan
riwayat pribadi.
Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien sering sesak nafas dan mudah lelah. Sesak
bila berbaring datar dan aktivitas. Ada nyeri dada dan demam. Kaki sering bengkak, kulit sering
gatal. Pernah berobat ke dokter, dikatakan menderita sakit ginjal, dan dianjurkan mengurangi
asupan cairan, setelah obat abis sudah tidak berobat. Kencing ada, sedikit kuning, tidak ada darah.
Batuk hilang timbul, tidak ada dahak. Pasien menderita diabetes mellitus 20 tahun yang lalu dan
tidak terkontrol rutin.

Pemeriksaan Fisik
Digunakan untuk memeriksa tubuh pasien untuk menemukan gejala klinis tertentu pada
penyakit tersebut. Pemeriksaan fisik seharusnya dilakukan urut dari kepala ke kaki ( Head to Toe)
untuk menenukan ada gejala klinis yang mungkin tidak disebutkan pasien pada saat anamnesis
sehingga tidak tertinggal . Dalam pemeriksaan fisik dilakukan beberapa tindakan yaitu; inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran umum tampak sakit berat, kesadaran compos
mentis. Berat badan 70kg, tinggi badan 170cm. tekanan darah 140/70 mmHg. Nadi 110 kali/menit,
pernapasan 28 kali/menit, suhu badan 36oC. Terdapat konjungtiva anemis, tidak ikterik. Ronchi
basah halus bilateral, bunyi jantung murni regular, ektremitas edema bipedal, pitting oedem positif,
kulit hiperpigmen.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilaksanakan untuk mendukung dari hasil diagnosis yang telah
ditegakan. Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 8 gr/dL, ht 25%, leukosit 9000, ureum
120, kreatinin 6 mg/dL, gula darah sewaktu 220.
Pemeriksaan rectal touche, USG, dan urinalisis sedang menunggu hasil.

2
Rectal Toucher
Merupakan suatu pemeriksaan dimana kita memasukan jari ke dalam lubang anus.

Cronic Kidney Disease (CKD)


Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah). CKD merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya
berlangsung beberapa tahun.
Penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3
bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi
glomerulus. Dengan manifestasi kelainan patologis atau terdapat tanda-tanda kelainan ginjal,
termasuk kelainan dalam komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis. Jika tidak ada
tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama lebih dari 3 bulan.
Diabetes merupakan penyakit metabolik sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif
maupun insulin absolut dalam tubuh, dimana gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat, yang dapat juga menyebabkan gejala klinik akut maupun kronik. Salah satu
komplikasi kronik dari diabetes adalah nefropati. Kerusakan pada nefron akibat glukosa dalam
darah yang tidak dipakai disebut nefropati diabetes. Nefropati ini yang lama kelamaan dapat
menyebabkan CKD. Bila kita dapat menahan tingkat glukosa dalam darah tetap rendah, kita dapat
menunda atau mencegah nefropati diabetes.3

Stage Deskripsi LFG (ml/min/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal (contoh: protein dalam urin) dengan 90 atau lebih


nilai LFG normal atau tinggi)
2 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan 60-89
3 Penurunan LFG moderat 30-59
4 Penurunan LFG berat 15-29
5 Gagal ginjal <15
Gambar 1 : tahapan penyakit ginjal.4

3
Etiologi
- Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonephritis
- Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis
- Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
- Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus
ginjal
- Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amyloidosis
- Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
- Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
- Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis.5

Epidemiologi
PGK merupakan penyakit yang sering di jumpai, pada praktik klinik sehari-hari,
prevelensinya di Negara maju mencapai 10-13% dari populasi. Sebuah studi yang di lakukan.
Perhimpunan Nefrologi Indonesia melaporkan sebanyak 12,5% populasi di Indonesia mengalami
penurunan fungsi ginjal.6

Edem Paru
Edema paru didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi perpindahan cairan dari
vaskular paru ke interstisial dan alveoli paru. 1 Pada edema paru terdapat penimbunan cairan
serosa atau serosanguinosa secara berlebihan di dalam ruang interstisial dan alveoli paru. Edema
yang terjadi akut dan luas sering disusul oleh kematian dalam waktu singkat. 2 Edema paru dapat
diklasifikasikan sebagai edema paru kardiogenik dan edema paru non-kardiogenik.7

4
DM tipe 2
Faktor penyebab. Bukti menunjukan bahwa diabetes mellitus memiliki berbagai penyebab,
termasuk hereditas, lingkungan (infeksi, makanan, toksin, dan stress), perubahan gaya hidup pada
orang yang secara genetik rentan, serta faktor kehamilan.

Diabetes mellitus tipe 1. DM tipe ini disebabkan destruksi sel beta, dan umumnya menjurus
ke defisiensi insulin absolut melalui proses imunologik atau idiopatik.

Diabetes mellitus tipe 2. Penyebab DM tipe 2 bervariasi, mulai yang predominan resistensi
insulin disertai insulin relatif, sampai yang perdominan gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin.

Dibetes mellitus tipe lain. Sedangkan diabetes mellitus tipe lain dapat disebabkan oleh
defek genetic fungsi sel beta, defek genetic kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati, obat atau zat kimia, infeksi (seperti rubella kongenital, CMV), imunologi, serta
sindroma genetik lain.
Diabetes mellitus tipe II merupakan penyakit menahun, dapat menyerang segala lapisan
umur dan sosial ekonomi, ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal, atau yang
biasanya disebut hiperglikemi. Secara umum hiperglikemia ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL atau ≥ 126 mg/dL.8

Epidemiologi
DM tipe 2
Secara epidemologik, diabetes sering kali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai
terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan
mortalitas dini terjadinya pada kasus yang tidak terdeteksi dini. Penelitian lain menyatakan bahwa
dengan adanya urbanisasi, populasi diabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi
perubahan perilaku rural-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara
epidemiologik diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan lamanya obesitas,
distribusi lemak tubuh, kurangnya aktifitas jasmani, dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini
berinteraksi dengan beberapa faktor genetic yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2. 8

5
Anemia ec CKD
World Health Organization (WHO) mendefinisikan anemia dengan komsentrasi
hemoglobin < 13,0 gr/dl pada laki-laki dan wanita postmenopause dan < 12,0 gr/dl pada wanita
lainnya. The European Best Practice Guidelines untuk penatalaksanaan anemia pada pasien-
pasien penyakit ginjal kronik mengatakan bahwa batas bawah hemoglobin normal adalah 11,5
gr/dl pada wanita dan 13,5 gr/dl pada laki-laki ≤ 70 tahun dan 12,0 gr/dl pada laki-laki > 70 tahun.
The National Kidney Foundation’s Kidney Dialysis Outcomes Quality Initiative (K/DOQI)
merekomendasikan anemia pada pasien penyakit ginjal kronik jika kadar hemoglobin < 11,0 gr/dl
(hematocrit < 33%) pada wanita premonopause dan pasien prepubertas, dan <12,0 gr/dl
(hematocrit < 37%) pada laki-laki dewasa dan wanita postmeopause.9

Diabetes Mellitus (Insidensi)


Nefropati Diabetika adalah komplikasi Diabetes mellitus pada ginjal yang dapat berakhir
sebagai gagal ginjal. Keadaan ini akan dijumpai pada 35-45% penderita diabetes militus terutama
pada DM tipe I. Pada tahun 1981 Nefropati diabetika ini merupakan penyebab kematian urutan
ke-6 di Negara barat dan saat ini 25% penderita gagal ginjal yang menjalani dialisis disebabkan
oleh karena Diabetes mellitus terutama DM tipe II oleh karena DM tipe ini lebih sering dijumpai.
Dibandingkan DM tipe II maka Nefropati Diabetika pada DM tipe I jauh lebih progresif dan
dramatis. Dengan meremehkan penyakit DM maka bisa berkomplikasi ke Nefropati diabetika.
Berdasar studi Prevalensi mikroalbuminuria (MAPS), hampir 60% dari penderita hipertensi dan
diabetes di Asia menderita Nefropati diabetik. Presentasi tersebut terdiri atas 18,8 % dengan
Makroalbuminuria dan 39,8 % dengan mikroalbuminuria.8

Acute kidney injury (AKI)


Acute kidney injury (AKI/gagal ginjal akut) terjadi ketika ada penurunan akut dari GFR
dan zat-zat yang biasanya diekskresi oleh ginjal terakumulasi di dalam darah. AKI dapat
disebabkan oleh hipoperfusi ginjal (prerenal), penyakit ginjal intrinsik (renal), dan obstruksi
traktus urinarius (postrenal). Sekitar 50-65% kasus adalah kasus prerenal, 15% kasus postrenal,
dan 20-35% kasus renal. Pada negara berkembang, komplikasi dari obstetri dan infeksi seperti
malaria adalah penyebab yang penting. Jumlah mortalitas secara keseluruhan sekitar 30-70%,
bergantung pada umur dan keberadaan dari kegagalan atau penyakit organ lain. Pada pasien yang

6
tetap hidup, 60% memperoleh fungsi normal ginjal kembali, tetapi 15-30% memiliki fungsi ginjal
yang rusak dan sekitar 5-10% mengarah menuju end stage renal disease.
Kebanyakkan GGA timbul di rumah sakit dari depresi cairan, sepsis, atau toksisitas obat,
terutama setelah operasi, trauma, atau luka bakar. Biasanya ada penurunan output urin, dan
peningkatan serum urea dan kreatinin. Output urin yang kurang dari 400mL/hari disebut oliguria.
Hipertensi dapat di hubungkan dengan gagal ginjal. Dikarenakan hipertensi dapat menjadi faktor
resiko terjadinya gagal ginjal. Secara umum fungsi ginjal adalah untuk ekskresi dan juga
memproduksi hormon yg mempengaruhi fungsi organ lainnya. Oleh karena itu, apabila salah satu
faktor pendukung kerja ginjal misalnya aliran darah keginjal, jaringan ginjal, ataupun saluran
pembuangan ginjal terganggu/bermasalah maka otomatis fungsi ginjal akan terganggu. Dengan
adanya kerusakan pada bagian tertentu pada ginjal misalnya bagian korteks/lapisan luar maka akan
merangsang produksi hormon renin yang akan mestimulasi peningkatan tekanan darah sehingga
terjadi hipertensi yang bisa bersifat menetap. Selain itu juga ekskresi air dan garam akan terganggu.
Hal ini mengakibatkan isi rongga pembuluh darah meningkat hingga menyebabkan hipertensi.
Hipetensi penyebab nomor dua terbanyak kejadian gagal ginjal tahap akhir setelah diabetes
melitus. Pada pasien cuci darah hipertensi juga menjadi masalah yang paling sering terjadi.
Hipertensi diindikasikan oleh tekanan darah yang mencapai atau melebihi 140/90 mmHG
pada dua kesempatan pengukuran berbeda. Meskipun penyebab hipertensi 90-95 % tidak
diketahui. Seringkali hipertensi tidak menimbulkan gejala apapun (asimptomatik) sampai terjadi
komplikasi pada jantung, otak, ginjal penderita. Oleh karena itu hipertensi tak terkontrol akan
memperlemah dan mempersempit pembuluh darah yang menyuplai ginjal. Hal ini tentunya
menghambat ginjal untuk berfungsi secara normal.10

Sindrom uremia
Sindrom uremik adalah suatu kompleks gejala yang terjadi akibat atau berkaitan dengan
retensi metabolit nitrogen karena gagal ginjal. Pada uremia lanjut sebagian fungsi dari semua
system organ tubuh dapat menjadi abnormal. Dua kelompok gejala klinis dapat terjadi pada
sindrom uremik. Pertama , gejala-gejala yang paling nyata adalah gangguan fungsi pengaturan dan
ekskresi; kelainan volume cairan danelektrolit, ketidak seimbangan asam-
basa,retensi metabolit lainnya,serta anemia yang disebabkan oleh defisiensi sekresi ginjal.

7
Kelompok kedua gambaran klinis adalah : gabungan kelainan kardiovaskular, neuromuscular,
saluran cerna, dan kelainan lainnya.
Sindrom uremia bisa menyebabkan asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu
menyekresi asam
(H+) yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu menyekresi
ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-) Penurunan eksresi fosfat dan
asam organik yang terjadi, maka muntah-muntah tidak dapat dihindarkan.
Sekresi kalsium mengalami penurunan sehingga hiperkalemia, penghantaran listrik dalam jantun
g terganggu akibatnya terjadi penurunan COP (cardiac output). Suplai O2 dalam
otak dan jaringan terganggu.
Penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah
oleh sumsum tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang danterjadi anemia sehingga
peningkatan oksigen oleh hemoglobin (Oksihemoglobin) berkurang maka tubuh akan mengalami
keadaan lemas dan tidak bertenaga.

Prognosis
Prevalensi nefropati diabetik sekitar 15 tahun dari onset awal diabetes, jadi biasanya terjadi
pada pasien berusia lanjut (antara 50-70 tahun). Penyakit ini cukup progresif dan dapat
menyebabkan kematian dalam 2 atau 3 tahun dari lesi pertama, dan lebih banyak terjadi pada pria.
Adanya mikroalbuminuria pada DM tipe II merupakan prognosis yang buruk.11

8
Patofisiologi

DIABETES

Defisiensi insulin

Glukagon  Pemakaian glukosa sel 

Glukoneogenesis
Hiperglikemia Nutrisi sel 

Lemak Protein Glycosuria Polyphagi

Ketogenesis BUN  Osmotic diuresis Polyuri

Ketonemia Nitrogen urin  Dehidrasi Polydipsi Jantung IMA

pH  Hemokonsentrasi Cerebral Stroke

asidosis arteriosklerosis Makrovaskuler ekstremitas Gangran

Mual Koma Mikrovaskuler


Muntah Kematian

Retina Ginjal

Retinopati Nefropati

CKD

Ggn. sekresi protein retensi Na sekresi eritropoitin



sindrom uremia edema
produksi Hb dan sel
darah merah 
perpospatemia pruritus kelebihan volume
Gangguan cairan
Integritas suplai O2  intoleransi aktivitas
urokrom perubahan
tertimbun di Kulit
warna kulit beban jantung naik
kulit
gangguan
perfusi jaringan
Toksisitas ureum Enchepalopa Penurunan hipertrofi ventrikel kiri
di otak
ti kesadaran
payah jantung kiri
Ggn. asam - Mual Gangguan
basa Muntah nutrisi
edema paru
alkalosis Perubahan
respiratorik pola nafas ggn. pertukaran
gas

intoleransi 9
aktivitas
.12

Tanda dan Gejala


Penyakit ginjal dan gagal ginjal kronis tidak menunjukkan gejala penyakit yang jelas pada
stadium awalnya. Gejala ini bisa mencakup:
 Darah dalam urin / urin berwarna seperti teh atau gelap (hematuria)
 Urin berbusa (albuminuria)
 Urin berwarna keruh (infeksi saluran kemih)
 Rasa nyeri saat buang air kecil
 Kesulitan untuk buang air kecil (tidak lancar)
 Pasir/batu dalam urin
 Peningkatan atau penurunan produksi urin secara signifikan, nokturia (sering buang air pada
malam hari)
 Nyeri di pinggang/perut
 Pembengkakan pergelangan kaki atau kelopak mata, wajah bengkak
 Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi).

Jika fungsi ginjal memburuk hingga stadium gagal ginjal berat (kurang dari 25% fungsi
ginjal normal), bisa terjadi gejala uremia:
 Sering buang air kecil pada malam hari, penurunan jumlah urin
 Kehilangan nafsu makan, mual, muntah
 Kelelahan, wajah pucat (anemia)
 Kulit terasa gatal
 Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
 Sesak napas
 Edema (pembengkakan pergelangan kaki atau kelopak mata)
 Mengantuk, tidak sadar, kejang, koma

Penatalaksanaan
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

10
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin.
Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal

d) Pengendalian gula darah


Dapat dilakukan dengan olahraga, diet dan obat anti diabetes. Pada pasien ini diberikan
diet DM 1700 kal/hari. Pemberian insulin diberikan untuk mengendalikan kadar gula darah pasien.
Pemberian anti diabetik oral tidak diberikan karena pasien telah mengalami komplikasi berupa
gangguan ginjal. Akibat dari gangguan fungsi ginjal apabila obat oral diberikan tidak dapat
diekskresikan, sehingga mengalami penumpukan akibatnya terjadi hipoglikemia
e) Diet
Diet protein 0,6 /KgBB/hari dimaksudkan untuk mengurangi sindrom uremik dan
memperlambat penurunan GFR. Diet rendah garam dimaksudkan untuk mengurangi retensi
natrium yang dapat mengakibatkan hipertensi dan edema. Diet rendah kalium dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya hiperkalemia yang dapat menimbulkan aritmia jantung yang fatal.
f) Diuretik

11
Diuretik diberikan untuk mengurangi cairan akibat dari retensi Na dan air. Pemberian
diuretik pada pasien ini dimaksudkan untuk mengurangi gejala sesak napas akibat edema paru .
Diuretik yang diberikan furosemid 40 mg 1 tab/hari. Selain itu diuretik juga digunakan untuk
menurunkan tekanan darah. Target tekanan darah yang dianjurkan adalah <130/80.
g) Anti hipertensi
Pemberian antihipertensi diperlukan untuk mengurangi tekanan darah pada pasien, karena
hal ini dapat memperberat proses sklerosis glomerulus dan menambah beban jantung sehingga
jantung bekerja lebih berat lagi dan akhirnya menimbulkan dekompensasi kordis. Anti hipertensi
yang diberikan pada pasien ini awalnya methyldopa 250 mg 3x1, kemudian digantikan dengan
amlodipine 5 mg 1x/hari. Amlodipine termasuk dalam golongan Ca antagonis non dihydropiridine,
yang berfungsi sebagai venodilator vas eferen.
h) Statin
Statin diberikan pada keadaan dislipidemia dengan target LDL kolestrol <100mg/dl pada
pasien DM dan <70 mg/dl bila sudah ada kelainan kardiovaskular. Pada pasien ini diberikan
simvastatin 10 gr, malam hari. 5. Terapi pengganti ginjal Terapi ini dilakukan pada penyakit ginjal
kronik stadium 5 yaitu pada LFG <15 ml/mnt. Terapi pengganti tersebut berupa hemodialisis,
peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.

Diagnosa
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder :
volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O).
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui
alkalosis respiratorik
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis

Kesimpulan
Ginjal merupakan organ terpenting di dalam tubuh manusia.berdasarkan dengan pasien
yang ada di scenario dia menderita gagal ginjal kronik. yang di mana gagal ginjal kronik adalah
penyakit gagal ginjal yang prosesnya bertahap dan memakan waktu relatif lama. Penyebab

12
utamanya adalah penyakit gula, glomerulonefritis, infeksi, kelainan bawaan, dan sumbatan oleh
batu saluran kemih.

Daftar Pustaka
1. KDIGO.Clinical practice guideline for the evaluation and management of chronic kidney
disease.2012.Tersedidari:http://www.kdigo.org/clinical_practice_guidelines/pdf/CKD/K
DIGO_2012_CKD_GL.pdf (diunduh oktober 2018).
2. Harrison. Nefrologi dan Gangguan Asam-Basa (Harrison’s Nephrology and Acid-Base
Disorders), Jakarta, EGC; 2013
3. Wongso S, Nasution AH, Adnan HM, Isbagio H, Tambunan S, Albar Z, et all. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Jakarta; FKUI: 2000.P.124-7.
4. Gray KJP, Welsh W. Buku pegangan uji diagnostik. Edisi 3. Jakarta: EGC;
2009.h.172,423-7,472-4.
5. Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
volume 2. Jakarta: EGC;2002.
6. Tanto C,Liwang F,Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 4. Jilid 2.
Jakarta: Media Aesculapius;2014
7. Mattu A, Martinez JP, Kelly BS. Modern management of cardiogenic pulmonary edema.
Emerg Med Clin N Am. 2005.
8. Ozougowo JC, Obimba KC, Belonwu CD, Unakalamba CB. The pathogenesis and
pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus. JPAP. 2013
9. Suyatno FE, Rotty LWA, Moeis ES. Gambaran anemia defisiensi pada penyakit ginjal
kronik stadium v yang menjalani hemodialisis di Instalasi tindakan hemodialisis rsup prof
dr r d kandou manado. Jurnal Eclinic. 2016.
10. O’Callaghan C. The renal system at a glance. Oxford: Wiley-Blackwell; 2009.p.189,88-
91.
11. Wilkinson, Judith M. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC; 2007.
12. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.

13

Anda mungkin juga menyukai