DISUSUN OLEH :
NAMA : AGUNG BAKHTIAR
NPM : 2022037
KELOMPOK :4
RUANGAN : PENYAKIT DALAM NON INFEKSI
4. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronis pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya
proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal
mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih
tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi yang diperantarai
oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan
kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung
singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron
yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan fungsi nefron yang
progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya
peningkatan aktifitas aksis reninangiostensinaldosteron intrarenal ikut
memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan
progresifitas tersebut.Aktivitas jangka panjang aksis renin-angiostensin-
aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming
growth factor β (TGF - β).Beberapa hal yang juga dianggap berperan
terhadap progresifitas penyakit ginjal kronis adalah albuminuria,
hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia.Terdapat variabilitas
interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomelurus maupun
tubulointersitial.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronis, terjadi kehilangan
daya cadang ginjal (renal reserve) pada keadaan dimana basal LFG (Laju
Filtrasi Glomelurus) masih normal atau malah meningkat. Kemudian
secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang
progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan
keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan
pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan
penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30% pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia,
hipertensi gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual,
muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti
infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran
cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan cairan seperti hipo atau
hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan
kalium. Pada LFG di bawah 15%akan terjadi gejala dan komplikasi yang
lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada
keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal (Brunner
and Suddarth, 2014).
5. Pathway
6. Klasifikasi
Berikut adalah tahapan dari CKD menurut guideline:
1. Stage 1 : Penyakit ginjal dengan eGFR normal atau meningkat,
eGFR : >90 mL/min/1.73 m2
2. Stage 2: Penyakit ginjal dengan penurunan ringan, eGFR : 60-89
mL/min/1.73 m2
3. Stage 3a : Penyakit ginjal dengan penurunan ringan-sedang,
eGFR : 45-59 mL/min/1.73 m2
4. Stage 3b : Penyakit ginjal dengan penurunan sedang-berat,
eGFR : 30-44 mL/min/1.73 m2
5. Stage 4 : Penyakit ginjal dengan penurunan berat eGFR : 15-29
mL/min/1.73 m2 6. Stage
5 : Gagal ginjal : kurang dari 15ml/min/1.72 m2
Berdasarkan guideline, penyakit ginjal dapat digolongkan sebagai
kronis jika penurunan eGFR sudah terjadi selama setidaknya 3 bulan.
Apapun penyebabnya, ketika telah terjadi eGFR telah berada pada angka
≥ 60 mL/min/1.73 m2, maka kerusakan yang terjadi pada nephron juga
sudah berat dan mencapai tahap. Jika hal tersebut terjadi, maka ginjal
akan mengalami sclerosis permanen yang dapat menyebabkan penurunan
fungsi ginjal secara progresif.
7. Komplikasi
Komplikasi dari CKD antara lain adalah :
1.Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
2.Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3.Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
4.Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5.Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal
danpeningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
6.Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7.Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8.Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9.Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
(Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
9. Pemeriksaan Penunjang
Berikut adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan darah, seperti fungsi ginjal yang melihat kadar creatinine
dan urea
2. Pemeriksaan urine
3. Pemeriksaan pencitraan/imaging, untuk melihat struktur dan ukuran
ginjal, dapat dengan USG, CT-scan (dengan atau tanpa kontras), MRI, dan
MRA ginjal
4. Pemeriksaan biopsy untuk mengkonfirmasi temuan dari pemeriksaan
sebelumnya
5. Pemeriksaan yang dilakukan bertujuan untuk memastikan adanya
diagnosis penyakit ginjal dan menentukan sudah sampai tahap berapakah
penyakit ginjal yang ada. Untuk menentukan tahapannya, kita
memerlukan informasi eGFR (estimated GFR). Tentang eGFR sudah
pernah dibahas di HML
3. Rencana Keperawatan
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc.
2005
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC