Anda di halaman 1dari 32

CKD

NAMA : FARADIAN FAJRINAMA : FARADIAN FAJRI NIM : 04.07.1573NIM : 04.07.1573

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG CKD merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan sekarang diakui sebagai sebuah kondisi umum yang dikaitkan dengan peningkatan resiko penyakit jantung. National Kidney Fondation mendefinisikan penyakit ginjal kronis sebagai kerusakan atau penimbunan laju filtrasi glomerulus ginjal (GFR) kurang dari 60mL/min/1.73m2 selam 3 atau lebih bulan. Apapun etiologi yang mendasarinya kerusakan ginjal irreversibel massa dengan sklerosis dan hilangnya nefron menyebabbkan penurunan progresif GFR. Tahap yang berbeda dari penyakit ginjal kronis membentuk sebuah kontinum. Sebelum februari 2002 tidak ada klasifikasi seragam tentang tahap penyakit ginjal kronis. Oleh karena rumitnya masalah CKD itu sendiri, maka kami ingin mendalami kasus CKD dengan mengambil salah satu kasus dengan diagnosis medis CKD yang diderita salah satu pasien di Ruang Jempiring RSUD Singaraja. Dengan mengangkat kasus ini diharapkan kami dapat melihat secara nyata tanda dan gejala yang diderita pasien serta dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana keadaan pasien sebelum dilakukan intevensi 2. Bagaimana keaadan pasien setelah dilakukan intervensi C. MANFAAT DAN TUJUAN 1. Untuk mengetahui lebih dalam kasus chronic kidney disease (CKD) dan cara penanganannya 2. Untuk mengetahui keadaan pasien sebelum dan sesudah dilakukan intervensi

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN A. DEFINISI Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk memeprtahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolik yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (KMB volume II, hal 1448) Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerator kurang dari 50ml/menit. (Suyono RF, hal 21 2001) Gagal ginjal kronis atau chronic kidney disease merupakan gangguan fungsi renal yang progresif

dan irefersibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer dan Bare, 2001) B. ETIOLOGI Penyebab dari gagal ginjal kronik adalah: 1. Infeksi saluran kemih/pielonefritis kronis 2. Penyakit peradangan glumerulonefritis 3. Penyakit vaskuler hipertensif(nefrosklerosis, stenosis arteri renalis) 4. Gangguan jaringan penyambung (SLE poliarterites nodusa, sklerosi sistemik) 5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal) 6. Penyakit metabolik (DM, gocit, hiperparatiroirisme) 7. Netropati toksik 8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih) (price dan wilson, 1994) Penyebab chronic kidney disease cukup banyak tetapi utuk keperluan klinis dapat dibagi 2 kelompok : 1. Penyakit parenkim ginjal Penyakit ginjal primer : glomerulonefritis, miebnefritis, ginjal polikistis TBC ginjal. Penyakit ginjal sekunder : nefritis lupus, nefropati, amilordosis ginjal, poliartritis nodasa, selelosis sistemik, gout, DM. 2. Penyakit ginjal obstruktif Pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluk ureter. Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang berulang dan nefron yang memburuk. Obstruksi saluran kronik destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan heipertensi yang lama, secar pada jaringan, dan trauma langsung pada ginjal. C. TANDA DAN GEJALA 1. Gangguan pernafasan (sesak nafas) 2. Sakit kepala 3. Kelelahan fisik dan mental 4. Anoreksia 5. Mual dan muntah 6. Nyeri sendi D. PATOFISIOLOGI Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesia nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/ daya jaring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarutkan menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorbsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala gejala khas kegagalan ginjal bila kira kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90 %. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatin elecrace turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara c long, 1996,368)

Fungsi renal menurun produki akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urine) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (bruner & suddart, 2001 : 1148) Pada gagal ginjal akut stadium 3 semua gejala sudah tampak jelas dan penderita masuk ke dalam keadaan dimana tidak dapat melakukan tugas sehari hari sebagaimana mestinya. Gejala yang timul seperti mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang dan akhirnya ginjal sudah tidak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh dan pengobatannya dengan dialisis atau penggantian ginjal. Pada stadium III ini 90% masa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrogen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguna. E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Urine - Volume - Warna - Sendimen - Berat jenis - Kreatinin - Protein 2. Darah - BUN/ kreatinin - Hitung darah lengkap - Sel darah merah - Natrium serum - Kalium - Magnesium fosfat - Osmolaritas serum 3. Pielografi intravena - Menunjukan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter - Pielografi dilakukan bila di curigai adanya obstruksi yang refersibel - Arteriogram ginjal - Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler, massa 4. Sistouretrogram berkemih Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalaman, ureter, retenssi 5. Ultrasono ginjal Menunjukan ukuran kandung kemih dan adanya massa, kista, obstruksi pada saluran kemih bagian atas 6. Biopsi ginjal Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menemukan sel jaringan untuk diagnosis histologi 7. Endoskopi ginjal nefroskopi Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal : keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor efektif 8. EKG Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, aritmia, hipertropi

ventrikel dan tanda-tanda perikarditis F. PENATALAKSANAAN 1. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam Biasanya diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat edema betis ringan. Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine dan pencatatan keseimbangan cairan. 2. Diet tinggi kalori dan rendah protein Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan uremia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebih dari kalium dan garam. 3. Kontrol hipertensi Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah. Sering diperlukan diuretik loop, selain obat antihipertensi. 4. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari), diuretik hemat kalium, obatobat yang berhubungan dengan ekskresi kalium (misalnya, penghambat ACE dan obat antiinflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG. 5. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti aluminium hidroksida (3001800 mg) atau kalsium karbonat (500-3.000 mg) pada setiap makan. 6. Deteksi dini dan terapi infeksi Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan diterapi lebih ketat. 7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal. 8. Deteksi dini dan terapi komplikasi Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialisis. 9. Persiapkan dialisis dan program transplantasi Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi dilakukan dialisis biasanya adalah gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas meski telah dilakukan terapi konservatif, atau terjadi komplikasi.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.Y DENGAN DIAGNOSIS MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RUANG JEMPIRING RSUD SINGARAJA A. PENGKAJIAN Pengkajian dilaksanakan tanggal 9 Februari 2010 di bangsal jempiring jam 08.00 wita. Tanggal MRS : 4 Februari 2010 Jam : 11.30 WITA 1. BIODATA a. Identitas Klien Nama : Tn. Y Tempat Tanggal Lahir : Desember 1969 Umur : 40 th Jenis Kelamin : laki-laki Alamat : Desa Pangkung Paruk Kecamatan Seririt Agama : Hindu Suku : Bali Pendidikan : SD Diagnosa Medis : CKD No. RM : 15-30-10 b. Identitas Penanggung Jawab Nama : Ny. L Tempat Tanggal Lahir : 7 September 1974 Umur : 35 th Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Desa Pangkung Paruk Kecamatan Seririt Agama : Hindu Suku : Bali Pendidikan : SD Hubungan dengan Pasien : istri pasien 2. RIWAYAT KESEHATAN a. Keluhan Utama Pasien mengeluh merasa nyeri pada ulu hati, merasa mual dan lemas.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien merasa nyeri ulu hati, mual dan kemudian menjadi muntah. Badan pasien lemas dan pucat sejak 1 minggu yang lalu. c. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien pernah melakukan operasi batu ginjal kiri, tahun 2005 ginjal kiri pasien diangkat. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi. Pasien sudah pernah melakukan hemodialisa. d. Riwayat Kesehatan keluarga Dari keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien. Keluarga pasien tidak ada yang pernah masuk rumah sakit sebelumnya. Dari keluarga pasien juga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan. e. Genogram

Keterangan : = perempuan = laki-laki = menikah = meninggal = pasien = tinggal dalam 1 rumah f. Riwayat Kesehatan Lingkungan Lingkungan tempat tinggal pasien bersih. Rumah pasien masuk dalam lingkungan desa. 3. POLA FUNGSI KESEHATAN a. Persepsi terhadap Kesehatan Pasien mengatakan bahwa sakit merupakan keadaan yang membuat badannya terasa lemah dan lesu sehingga menggangu aktivitas hidupnya sehari-hari. Apabila sakit yang dirasakan oleh pasien seperti flu, batuk dan sakit kepala. Biasanya pasien membeli obat di warung ataupun toko-toko dekat rumahnya. Dan jika sakit yang dirasa pasien bertambah parah, barulah pasien pergi ke rumah sakit. Pasien mempunyai kebiasaan sering minum kopi, pasien juga merokok dengan frekwensi kadang-kadang.

b. Pola Aktivitas Latihan Sebelum sakit pasien dapat melakukan semua aktivitas secara mandiri. Namun sejak masuk rumah sakit segala aktivitas pasien dibantu oleh orang lain. Aktivitas itu meliputi mandi, berpakaian, eleminasi, mobilisasi ditempat tidur, ambulansi, makan dengan skala sebagai berikut : Aktivitas 0 1 2 3 4 Mandi Berpakaian/Berdandan Eliminasi Mobilisasi di tempat tidur Merepikan rumah Ambulansi Makan Keterangan : 0 = bisa melakukan aktivitas secara mandiri 1 = bisa melakukan aktivitas dengan bantuan alat 2 = bisa melakukan aktivitas dengan bantuan orang lain 3 = bisa beraktivitas dengan bantuan orang lain dan alat 4 = tergantung total c. Pola Istirahat Tidur Sebelum sakit pasien dapat tidur 8 jam sehari dari pukul 20.00 06.00 WITA dengan nyenyak. Selama sakit tidur pasien terganggu karena rasa nyeri di ulu hatinya sehingga pasien merasa mual. Pasien tidur pada siang hari dan juga pada malam hari namun jumlah jam tidur pasien hanya 5 jam dan sering terbangun karena nyeri dan rasa mualnya. Pasien tidak mempunyai kebiasaan-kebiasaan sebelum tidur ataupun kebiasaan minum obat tidur. d. Pola Nutrisi Metabolik Sebelum sakit nafsu makan dan minum pasien sangat baik. Pasien makan 3x sehari dengan menggunakan lauk dan sayur. Pasien juga minum sampai 4- 5 gelas per hari. Pasien sangat menyukai minum kopi. Selama sakit nafsu makan pasien menurun. Pasien terkadang mual jika makan. Pasien juga kadangkadang muntah setelah maupun sebelum diberi makan. Selama sakit dan dirawat dirumah sakit pasien dianjurkan diet rendah protein dan rendah garam. Setelah sakit pasien mulai untuk minum banyak 9 11 gelas sehari. e. Pola Eleminasi Selama sakit pasien dapat BAB dengan BAB terakhir normal ( BAB pada tanggal 9 Februari 2010 ) namun jumlahnya sedikit dengan warna kuning, bau khas feces dan konsistensi lunak. Pasien terpasang kateter. f. Pola Kognitif Perseptual Selama sakit pasien mampu berkomunikasi dengan baik meskipun suara pasien lemah dan pelan. Pasien mengerti apa yang dibicarakan serta mampu melihat dengan jelas. Pasien tidak mengalami

vertigo dan pasien juga belum bisa melakukan management nyeri. g. Pola Konsep Diri 1). Harga Diri : pasien merasa rendah diri terhadap penyakit yang dideritanya 2). Ideal Diri : tidak terganggu 3). Identitas Diri : pasien mengetahui segala hal tentang dirinya dan tidak mengalami ganguan dalam hal identitas diri 4). Gambaran Diri : pasien pada tahun 2005 diangkat ginjal kirinya 5). Peran Diri : selama sakit pasien tidak dapat melakukan perannya sebagai karyawan dan ayah dengan baik h. Pola Koping Pasien sangat optimis terhadap masa depannya dan yakin akan segera sembuh i. Pola Seksual Reproduksi Selama sakit pasien mengalami gangguan dalam pola seksual atau reproduksinya. Pasien tidak pernah melakukan hubungan suami-istri selama sakit. j. Pola Peran Hubungan Selama sakit pasien tidak bisa bekerja. Namun pasien tetap dapat berkomunikasi dengan keluarganya maupun dengan perawat. Hubungan pasien dengan keluarganya baik. Selama di RS pasien mendapat banyak dukungan dari keluarga agar pasien tetap optimis untuk sembuh. k. Pola Nilai dan Kepercayaan Pasien beragama Hindu namun selama sakit pasien tidak dapat melakukan ibadah seperti biasa. Selama sakit pasien atau keluarga tidak ada permintaan rohaniawan. 4. PEMERIKSAAN FISIK a. Tanda-Tanda Vital Suhu : 36,7C Pernapasan : 20 Nadi : 84 TD : 140/90 mmHg Nyeri : skala 7 b. Keadaan Umum Pasien tampak menahan nyeri pada ulu hatinya, pasien tampak pucat dan lemah dan kadangkadang tampak ingin muntah. Kesadaran compos mentis dengan GCS 15. Pakaian, kerapian, dan kebersihan badan pasien bersih, rapi dan tidak berbau. c. Kulit, Rambut, Kuku Inspeksi Warna Kulit : normal Lesi : tidak ada lesi pada pasien Jumlah Rambut : lebat Warna Kuku : merah muda Bentuk Kuku : normal (180) Palpasi Suhu : 36,7C Turgor : normal Kelembaban : lembab Edema : tidak ada edema Tekstur : halus d. Kepala Inspeksi

Kesimetrian Muka : simetris Tengkorak : simetris Rambut : warna hitam Kulit Kepala : tidak kotor Palpasi Kulit Kepala : tidak ada lesi, bengkak,edema,nyeri Deformitas : tidak ada deformitas e. Mata Bentuk Bola Mata : bulat (sferik) Kelopak Mata : dapat membuka dan menutup dengan sempurna Konjungtiva : anemis Sklera : putih Pupil : Isokor Gerakan : tidak kaku, dapat bergerak bebas Lapang Pandang : lapang pandang pasian luas Tekanan Bola Mata : tidak ada nyeri tekan f. Telinga Inspeksi Daun Telinga : daun telinga bersih, bentuk simetris Liang Telinga : ada serumen warna coklat, kotor Palpasi Nyeri Tekan Tragus : tidak ada nyeri tekan Uji Pendengaran : dapat mendengar dengan jelas g. Hidung Inspeksi Bagian Luar : simetris Ingus : tidak ada ingus Pendarahan : tidak ada pendarahan Penyumbatan : tidak ada penyumbatan Palpasi Sinus-Sinus : tidak ada nyeri tekan pada sinus h. Mulut Inspeksi Bibir : tidak ada sianosis pada bibir, mukosa bibirlembab Gigi dan Gusi :gigi dan gusi baik dan tidak ada pembengkakan Faring : tidak ada pembengkakan Ovula : tidak ada pembengkakan Tonsil : tidak ada pembengkakan Palpasi Tidak ada nyeri tekan pada lidah pada pipi. Pasien mempunyai bau mulut i. Leher Inspeksi Bentuk : simetris Warna Kulit : normal

Bengkak : tidak ada pembengkakan Tumor : tidak ada tumor Gerakan : dapat bergerak bebas dan tidak kaku Palpasi Kelenjar Limfe : tidak ada pembengkakan Kelenjar Tiroid : tidak ada pembengkakan j. Dada dan Paru-Paru Inspeksi Bentuk : bentuk normal, bentuk simetris antara kanan dan kiri Kulit : normal, tidak ada lesi Palpasi Benjolan/Massa: tidak ada benjolan ataupun massa Nyeri Tekan : tidak ada nyeri tekan Krepitasi : tidak ada krepitasi Pengembangan : dapat mengembang maksimal Taktil/Vokal Fremilus : antara kanan dan kiri sama Perkusi : resonan Auskultasi Frekuensi dan Irama : 24x/menit dan reguller Lainnya : suara vesikuler k. Jantung Ictus cordis teraba di intercosta 5 midclavikula kiri l. Abdomen Inspeksi Bentuk abdomen pasien datar dan simetris Auskultrasi Peristaltik usus 20x/menit Perkusi tympani Palpasi Pasien merasakan nyeri tekan m. Anus dan Rectum Tidak ada hemoroid n. Alat Kelamin Tidak ada masalah pada alat kelamin pasien o. Muskuloskeletal Otot Otot pasien ukurannya sedang, skala kekuatan otot 4 Tulang Tidak ada deformitas, pembengkakan, edema maupun nyeri tekan pada tulang Persendian Tidak ada nyeri tekan maupun krepitasi p. Neurologi GCS 15, pasien dapat bergerak namun tidak sebebas saat pasien sehat, sensasi dan regulasi baik,

integrasi baik dan pola pemecahan masalah serta penyesuaian diri pasian baik 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Laboratorium Lab Klinik Seririt Tanggal 3 Februari 2010 Fungsi Ginjal Hasil Normal BUN 66 mg/dL 4,7-2,3 mg/dL Creatinine 3.6 L(0,6-1,1) P (0,5-0,9) Lab. RSUD Singaraja Tanggal 4 februari 2010 Pemeriksaan Hasil Normal ALT/SGPT 12 /L 0-42 AST/SGOT 13/L 0-42 Glucose 163 mg/dL 75-115 HGB 6,72/dL b. USG Tanggal 8 februari 2010 Hasil : Hepar : normal Ginjal kiri : tidak ada Ginjal kanan : tidak ada batu dan suspect batu opaque 6. PENATALAKSANAAN IUFD NaCL CaCo3 : 3 X 1tablet Asam Folat : 2 X II tablet Metodopitadin : 3 X 1 tablet Ranitidine : 2 X 1 ampul B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Data Fokus : a. Data Subjektif : Klien mengeluh nyeri pada ulu hati Klien mengeluh tidurna terganggu Klien mengatakan tidak nafsu makan Klien mengtakan mual Klien mengatakan nyeri pada sendinya b. Data Objektif : Pasien tampak meringis menahan nyeri TD : 140/90 mmHg RR : 20 x/menit Nadi 84 x/menit Suhu 36,7C Skala Nyeri 7

Pasien tampak lemah Pasien muntah Terdapat nyeri tekan abdomen Konjungtiva anemis Pasian tampak gelisah 2. Analisis Data : NO SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI 1

3 DS : Pasien mengeluh nyeri pada ulu hatinya Pasien mengataka nyeri pada sendinya DO : Pasien tampak meringis menahan nyeri Skala nyeri 7 Konjungtiva anemis Pasien tampak gelisah Nyeri tekan abdomen Pasien tampak lemas DS : Pasien mengeluh tidurnya terganggu DO : Konjungtiva anemis Pasien tampak gelisah

Pasien tampak lemah DS : Pasien mengatakan tidak nafsu makan Pasien mengatakan mual DO : Konjungtiva anemis Pasien muntah Nyeri akut

Gangguan pola tidur

Nausea Agen cidera biologi

Nausea

Faktor fisiologis nyeri Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah : 1). Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi ditandai dengan DO dan DS 2). Nausea berhubungan dengan faktor fisiologis nyeri ditandai dengan DO dan DS 3). Gangguan pola tidur berhubungan dengan Nausea ditandai dengan DO dan DS C. PERENCANAAN WAKTU NO. DX TUJUAN / NOC INTERVENSI/ NIC RASIONAL TGL JAM 09/210 08.00 1

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil Pain level (2102) Melaporkan persentase nyeri badan yang terkena (210201) frekwensi nyeri (210202) Ekspresi mulut merasakan nyeri (210204) Gelisah (210206) Otot tegang (210207) Skala : 1. Berat 2. Subtansial 3. Sedang 4. Agak berat 5. Tidak berat Pain control (1605) - mengenal faktor-faktor penyebab (160501) - mengenal onset nyeri(160502) - menggunakan tindakan menghilangkan nyeri analgetik(160503) - mengenal symtom nyeri (160509) - mlaporkan nyeri terkontrol(160511) Skala : 1. tidak ditunjukkan 2. jarang ditunjukkan 3. kadang ditunjukkan 4. sering ditunjukkan 5. selalu ditunjukkan Setelah dilakukan tindakan eperawatan selama 2x24 jam diharapan mual dan muntah pasien berkurang dengan kriteria hasil : Comfort level (2100) - Melaporkan keadaan fisik membaik (210001) - Melaporkan kenyamanan (210002) - Menyatakan kepuasan psikis (210004) - Menyatakan kepuasan dengan tingkat independen (210008)

Skala : 1. Tidak ada 2. Sangat jarang 3. Jarang 4. Sedang 5. Sering Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola tidur pasien adekuat dengan kriteria hasil: Rest (0003) - lama istirahat (000301) - pola istirahat (000302) - kualitas istirahat (000303) - istirahat fisik (000304) - istirahat mental (000305) Skala : 1. Sangat kompromi 2.Substansial kompromi 3. cukup kompromi 4. agak kompromi 5. tidak kompromi Pain management (1400) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensip termasuk karakteristik,lokasi, durasi,frekwensi,kulitas dan faktor presitivasi Observasi abnormal dan dari ketidaknyamanan Gunakan tehnik komunikasi terpeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Gunakan kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan pencahayaan dan kebisingan Ajarkan tehnik nonfarmako

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Analgesik administration (2210) Tentukan lokasi, karakteristik dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Cek instruksi dokter tentang jenis obat dan frekuensi Cek riwayat alegi pasien

Evaluasi efektivitas analgetik tanda da gejala efek samping Sleep enhancement (1850) Menentukan aktifitas pola tidur pasien Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit/stress Monitor pola tidur pasien dan monitor jam tidur pasien

Bantu untuk menghiangkan situasi stress sebelum jam tidur Melakukan tindakan massage/pijatan posisi nyaman dan sentuhan efektif Mengetahui tingkat nyeri pasien

Mengetahui tingkat nyeri pasien Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien

Faktor tersebut dapat meningkatkan respon nyeri pasien

Mengurangi penggunaan obat dan efek samping Mengetahui Keefektifan kontrol nyeri

Nyeri ringan tidak perlu pemberian obat anti nyeri Memonitor tanda alergi obat

Meminimalisir salah obat dan dosis Mengetahui jenis obat yang menimbulkan alergi pada pasien Memonitor tanda dan gejala

Agar pasien dapat tidur teratur Agar pasien mau dajak untuk berkerjasama Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kemampuan tidur pasien Agar pasien dapat tidur lebih nyaman

Agar pasien dapat tidur lebih nyaman

D. PELAKSANAAN WAKTU NO. DX IMPLEMENTASI RESPON PARAF TGL JAM 09/2/10 08.30

10.30

11.30

12.00 1

2 Mengobservasi keadaan umum pasien (melakukan TTV)

Melakukan komunikasi teurapeutik tentang nyeri pasien

Mengecek riwayat alergi pasien

Memberikan injeksi pada selang infus ranitidin 1 ampul Memonitor mual dan muntah

Mengobservasi keadaan umum pasien Memposisikan pasien semifowler

Memberikan diet bubur rendah protein rendah garam

Memberikan obat oral : - CaCO3 1 tablet - Asam folat 2 tabet - Methodopramin S : - klien mengeluh mual O : - klien tampak lemas - TD : 140/70 mmHg - Nadi : 84 x/menit - Respirasi : 20 x/menit - temperatur : 36,7C S : - klien mengeluh nyeri pada uluh hati - Klien mengeluh nyeri pada sendi O : - klien tampak meringis menahan sakit S : - klien tidak mengatakan mempunyai alergi obat O : - klien tidak mempunyai riwayat alergi obat S : - klien mengatakan tidak mengalami mual O : - klien tidak tampak pucat S : - klien mengatakan merasa mual O: - klien muntah S : - klien mengeluh sesak O: - respirasi 24 x/menit S : - Klien mengatakan merasa lebih baik O: - klien tampak dapat bernafas normal S: - pasien merasa mual O: - makanan tidak habis - Pasien muntah S:O: - obat diminum pasien 13.15

13.45 1.3

3 Mengajarkan pasien nafas dalam

Memonitor pola tidur pasien S : - klien masih merasa nyeri dan sulit tidur O : - klien tampak masih nyeri dan tidak bisa tidur siang S : - klien mengatakan tidak bisa tidur O : - klien tampak memejamkan mata

10/02/10 07.30

08.00

08.30

09.20 10.00

11.30

13.00 1

2 3

1.3 Mengobservasi keadaan umum pasien dan mengukur tanda vital

Memberikan injeksi ranitidin 1 ampul

Memberikan diet bubur rendah protein rendah garam Memonitor jumlah output melalui muntah Melakukan komunikasi teurapeutik tentang pentingnya tidur adekuat selama sakit Memberikan diet rendah protein rendah garam Memberikan obat oral : - CaCO3 1 tablet - Asam folat 2 tablet - Methodopran 1 tablet Mengajarkan teknik nafas dalam S : - klien masih mengeluh mual O : - klien tampak lemas - Nyeri tekan abdomen - TD : 130/80 - Nadi : 80 x/menit - Respirasi : 20x/menit - Suhu : 36,5C S : - klien tidak mengatakan gatal setelah di injeksi O :- tidak ada tanda alergi obat S:O : - klien tidak nafsu makan - Makanan belum habis S:O : - klien muntah S : - pasien dan keluarga mengerti O:S : - pasien tidak nafsu makan

O : - makanan habis piring S:O : - obat oral diminum - Tidak ada tanda alergi

S : - klien merasa lebih relax O: - klien tampak mulai mengantuk 11/02/10 07.30

08.00

08.30

09.00

10.15 11.30

13.30 1

2 2

1.3 Mengobserfasi keadaan umum pasien dan mengukur tanda vital

Memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul melalui selang infus Memberikan diet rendah protein rendah garam Memonitor respon emosinal pasien terhadap makanan saat makan Memonitor kalori dan masukan nutrisi Memonitor mual dan muntah Memonitor pola tidur pasien

Memberikan diet rendah garam rendah protein Memberikan obat oral - CaCO3 1 tablet - As. Folat 2 tablet - Metodeprin 1 tablet Menentukan aktifitas pola tidur pasien

Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam S : O : - klien tampak lemas - TD : 120/70 mmHg - Nadi : 84x/menit - Suhu : 36C - Respirasi : 16x/menit S:O : - tidak ada tanda alergi S : - pasien tidak mual

O : - makanan dan minuman habis piring S : - saya tidak suka karena makanan rasaya hambar O:S:O :- makanan BPRRG habis piring S : - klien mengatakan tidak merasa mual O : - klien tampak baik S : - pasien mengatakan dapat tidur namun tidak nyenyak O : - pasien kadang-kadang masih tampak terbangun S:O: - makanan habis 1 piring S:O: - tidak ada tanda alergi obat

S : - pasien mengatakan dapat mengatur tidurnya dengan baik O:S:O: - pasien dapat tidur

E. EVALUASI WAKTU NO DX CATATAN PERKEMBANGAN PARAF TGL JAM 11/02/10 14.00 1 S : Nyeri pada ulu hati dan sendi saya berkurang O : pasien tampak tidak menahan nyeri A : tujuan tercapai sebagian 1. Pain level (2102) Melaporkan persentase nyeri badan yang terkena (210201) = 2 frekwensi nyeri (210202) = 2 Ekspresi mulut merasakan nyeri (210204) = 3 Gelisah (210206) = 3 Otot tegang (210207) = 3

2. Pain control (1605) mengenal faktor-faktor penyebab (160501) = 4 mengenal onset nyeri (160502) = 3 menggunakan tindkan menghilangkan nyeri analgetik(160503) = 2 mengenal symtom nyeri (160509) = 2 melaporkan nyeri terkontrol(160511) = 4 P : intervensi dihentikan (pasien dirujuk ke RSUD Sanglah) 11/02/10 14.00 2 S : Saya dapat menghabiskan makanan tanpa rasa mual O : pasien menghabiskan makanannya A : tujuan tercapai sebagian Confort level (2100) Melaporkan keadaan fisik membaik (210001) = 4 Melaporkan kenyamanan (210002) = 5 Menyatakan kepuasan psikis (210004) = 4 Menyatakan kepuasan dengan tingkat independen (210008) = 5 P : intervensi dihentikan, pasien dirujuk ke RS Sanglah 11/02/10 14.00 3 S : saya dapat tidur O: - pasien tampak dapat tidur - Pasien tidak tampak gelisah A : tujuan tercapai Rest (0003) lama istirahat (000301) = 1 pola istirahat (000302) = 1 kualitas istirahat (000303) = 1 istirahat fisik (000304) = 1 istirahat mental (000305) = 1 P : intervensi di hentikan pasien dirujuk ke RSUD Sanglah

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irefersibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk memeprtahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolik yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn.Y Dengan Diagnosis medis Chronic Kidney Disease Di ruang Jempiring RSUD singaraja mengambil 3 buah diagnosa yaitu - Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi - Nausea berhubungan dengan faktor fisiologis (nyeri) - Gangguan pola tidur berhbungan dengan nausea Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari tujuan diagnosa ke 3 tercapai sedangkan tujuan diagnosa ke 1 dan ke 2 tujuan tercapai sebagian. B. SARAN 1. Bagi mahasiswa kesehatan Diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan ilmu dan aplikasinya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien 2. Bagi pembaca Diharapkan dengan punulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca

DAFTAR PUSTAKA Johnson,Marion,dkk.1997.IOWA OUTCOMES PROJECT Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby Diagnosa aplikasi. Diagnosa Nanda (NIC-NOC). 2007-2008 Nanda .2000. Nursing Diagnosis : Prinsip dan Clasification. 2001-2002. Philadelphia : USA Manjoer, A.Etla.2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius Mc.Closkey, Joannc C.dkk. 1996. IOWA OUTCOMES PROJECT Nursing Interventions Classification (NIC).Mosby Price, Syilvia Anderson.1995. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:EGC Smeltzer, S.C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddart Vol.1. Jakarta:EGC Suyono, S, et al. 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKU

Anda mungkin juga menyukai