D DENGAN DIAGNOSA
CKD (Chronic Kidney Disease) D I RUANG IGD RSUP
TAHAJUDDIN CHALID MAKASSAR
OLEH :
Riska Wirdha Astrianti, S.Kep
B0323754
CI LAHAN CI INSITUSI
Konsep Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas : Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50 – 70
tahun), usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada
laki - laki. Laki-laki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan ginjal
mengalami kegagalan filtrasi. pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal ginjal
kronis merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal akut, sehingga
tidak berdiri sendiri
2. Keluhan Utama : Keluhan utama sangat bervariasi, terlebih jika terdapat
penyakit sekunder yang menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang
menurun (oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena
komplikasi pada sistem sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah,
dialoresis, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh
karena penumpukkan (akumulasi) zat sisa metabolisme/toksin dalam tubuh
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya
terjadi penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola napas
karena komplikasi dari gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan
fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain itu, karena berdampak pada proses
(sekunder karena intoksikasi), maka akan terjadi anoreksi, nausea dan vomit
sehingga beresiko untuk terjadinya gangguan nutrisi
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal
ginjal akut dengan berbagai penyebab (multikausa). Oleh karena itu, informasi
penyakit terdahulu akan menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji riwayat
ISK, payah jantung, penggunaan obat berlebihan (overdosis) khsuusnya obat
yang bersifat nefrotoksik, BPH, dan lain sebagainya yang mampu
mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada beberapa penyakit yang
berlangsung mempengaruhi atau menyebabkan gagal ginjal yaitu diabetes
mellitus, hipertensi, batu saluran kemih (urolithiasis)
5. Riwayat Kesehatan Keluarga : Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular
dan menurun, sehingga sisilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit
ini. Namun, pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh
terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis, karena penyakit tersebut
bersifat herediter. Kaji pola kesehatan keluarga yang diterapkan jika ada
anggota keluarga yang sakit, misalnya minum jamu saat sakit
6. Riwayat Psikososial : Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien
memiliki koping adaptif yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya
perubahan psikososial terjadi pada waktu klien mengalami perubahan struktur
fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa. Klien akan mengurung diri dan
lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh
biaya yang dikeluarkan selama proses pengobatan, sehingga klien mengalami
kecemasan
7. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum Keadaan umum klien dengan gagal ginjal kronik
biasanya lemah. (fatigue), tingkat kesadaran bergantung pada tingkat
toksisitas
anda vital Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi,
nafas cepat (tachypneu), dyspnea
Pemeriksaan body systems
8. Sistem Pernapasan (B1: Breathing) : Adanya bau urea pada bau napas. Jika
terjadi komplikasi pada asidosis atau alakdosis respiratorik maka kondisi
pernapasan akan mengalami patologis gangguan. Pada napas akan semakin
cepat dan dalam sebagi bentuk kompensasi tubuh mempertahankan ventilasi
(kussmaul)
9. Sistem kardiovaskular (B2: Bleeding) : Penyakit yang berhubungan langsung
dengan kejadian gagal ginjal kronis salah satunya adalah hipertensi. Tekanan
darah yang tinggi di atas ambang kewajaran akan mempengaruhi volume
vaskuler. Stagnasi ini akan memicu retensi natrium dan air sehingga akan
meningkatkan beban jantung
10.Sistem Neuromuskuler (B3: Brain) : Penurunan kesadaran terjadi jika telah
mengalami hiperkarbic dan sirkulasi cerebral terganggu. Oleh karena itu,
penurunan kognitif dan terjadinya disorienntasi akan dialami klien gagal ginjal
kronis
11.Sistem Perkemihan (B4: Bowel) : Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal
secara kompleks (filtrasi, sekresi, reabsorbsi dan ekskresi), maka manifestasi
yang paling menonjol adalah penurunan urine 3 detik. Palpatasi jantung, chest
pain, dsypneu, gangguan irama jantung dan gangguan sirkulasi lainnya.
Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa metabolisme semakin tinggi
dalam tubuh karena tidak efektif dalam ekskresinya. Selain itu, pada fisiologis
darah sendiri sering ada gangguan anemia karena penurunan eritropoetin
12.Sistem Muskuluskeletal (B6: Bone) : Dengan penurunan/kegagalan fungsi
sekresi pada ginjal maka berdampak pada proses demineralisasi tulang
sehingga resiko terjadinya osteoporosis tinggi
B. Diangnosa
1. Pre Hemodialisis
Hypervolemia b.d kelebihan asupan cairan
Resiko infeksi b.d prosedur invasi
2. Intra Hemodialisis
Intoleransi Aktivitas b.d proses hemodialisis
Resiko pendaran b.d pemberian agen farmakologi
3. Post Hemodialisis
Resiko pendarahan b.d efek samping terapi
No DIAGNOSA KEPERAWTAN PERENCANAAN
2 3 4
C. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Oleh karena
itu, jika intervensi keperawatan yang telah dibuat dalam perencanaan
dilaksanakan atau diaplikasikan pada pasien, maka tindakan tersebut dikatakan
implementasi keperawatan (Kardiyudiani & Susanti, 2019)
D. Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan untuk menentukan tingkat keefektifan
pelaksanaan asuhan keperawatan. proses evaluasi dilakukan dengan
melakukan pengkajian respons pasien berdasarkan kriteria tujuan. Apabila
tujuan dan outcomes tidak tercapai, perlu dipikirkan kembali rencana kerja
melalui suatu proses untuk mengembangkan rencana perawatan yang lebih
efektif (Kardiyudiani & Susanti, 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Arsela Delfani Ade Crisna, S. Kep, (2022) Karya Ilmiah Akhir Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan Pada Ny.A Dengan Dengan Diagnosa Dm + Chronic Kidney
Disease (Ckd) On Hd Di Ruang Hd Rspal Dr.Ramelan Surabaya: Program Studi
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
Lisnawati Linda Sri, S. Kep, (2020) Karya Tulis Ilmiah. Bandung : Program Studi
Diploma Iii Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung
Risky Ratna Dila, Yuanita Panma (2020), Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gagal Ginjal Kronik Rsud Kota Bekasi, Jakarta Timur : Akademi keperawatan Pasar
Rebo, Departemen Keperawatan Medikal Bedah
A. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Umur : 62 Tahun
Alamat : Sinjai
Tanggal Masuk : 4-3-2024
B. Diagnosa Medis
CKD stage 5
C. Diagnosa Keperawatan
Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dyspneu
DS :
Pasien mengatakan sesak napas
keluarga pasien mengatakan pasien sesak napas sejak 4 hari yang lalu
pasien mengatakan lemas sejak satu minggu terakhir
pasien mengatakan mual
pasien mengatakan ada riwayat DM sejak I0 tahun yang lalu
DO :
pasein tampak sesak
Pernapasan : 24x/m
Spo2 : 94%
Terpasang oksigen menggunakan nasal kanul 3 liter/menit
Dasar Pemikiran
Gagal ginjal kronik adalah penurunan dari laju fungsi ginjal dan
berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya, pengeluaran dari
protein melalui urine, serta karena hipertensi. Penyakit dari gagal ginjal
cenderung lebih cepat berkembang pada pasien yang mengekresikan
protein dalam jumlah besar atau dengan pasien yang memiliki tekanan
darah yang cukup tinggi. (Lisnawati, 2020)
Sesak nafas sering kali ditemukan pada penderita Chronic Kidney
Disease (CKD). Salah satu faktor pencetus terjadinya sesak nafas adalah
hipertensi. Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan arteri di
sekitar ginjal menyempit, melemah, dan mengeras. Kerusakan pada arteri
ini akan menghambat darah yang diperlukan oleh jaringan sehingga
menyebabkan nefron tidak bisa menerima oksigen dan nutrisi yang
dibutuhkan. Jika ginjal terganggu, maka proses pembentukan sel darah
merah di sumsum tulang juga akan ikut terganggu yang dapat
menyebabkan jumlah oksigen yang bisa dihantarkan ke seluruh tubuh ikut
berkurang. Sehingga penderita CKD tidak bisa bernafas secara normal dan
mengalami sesak nafas. Masalah utama yang sering terjadi adalah
ketidakefektifan pola nafas. Ketidakefektifan pola nafas pada penderita
CKD jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan berbagai masalah
yaitu asidosis metabolik, pernafasan kussmaul dengan pola nafas cepat,
kegagalan nafas, efusi pleura, dan kesadaran menurun (Narsa et al., 2022).
Edema paru merupakan komplikasi yang terjadi pada CKD yang
memiliki tanda dan gejala sesak nafas akibat hipoksia yang disebabkan
oleh penumpukan cairan di alveoli (edema paru). Penumpukan cairan di
alveoli atau jaringan paru disebabkan penurunan fungsi ginjal
menyebabkan protein yang normalnya diekskresikan ke dalam urin
tertimbun dalam darah dan dapat hilang melebihi produksinya atau yang
biasa disebut sebagai hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia merupakan
karakteristik dari CKD, menurunkan tekanan osmotik plasma dan
mendorong pergerakan cairan dari kapiler paru, sehingga terjadinya edema
paru. Akibatnya muncul masalah ketidakefektifan pola nafas secara
progresif yang menimbulkan sesak nafas, nafas tampak cepat atau yang
disebut pernafasan kussmaul yang dapat mengancam jiwa (Aprioningsih et
al., 2021).
D. Tindakan Keperawatan Dan Rasional
1. Pola nafas membaik dengan memberikan oksigen
Rasional :
Yang dapat dilakukan segera untuk mengatasi seseorang yang
mengalami gangguan sistem pernapasan sehingga kebutuhan oksigen
dalam tubuh tidak terpenuhi secara normal yaitu dengan pemberian
oksigen. Oksigen sangat berperan penting dalam pernapasan juga dalam
tubuh untuk proses pembentukan metabolisme sel sehingga jika
kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak buruk bagi tubuh,
sehingga diperluka terapi oksigen. Oksigen diberikan menggunakan
nasal kanul 3 liter/menit. Pemberian oksigen dilakukan agar pasien
tidak sesak napas (Mugihartadi,2020)
E. Prosedur Tindakan Keperawatan
Pemberian oksigen
1. Tahap pra interaksi
Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
Cuci tangan
Siapkan alat
2. Tahap orientasi
Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik dan
menanyakan nama, alamat dan tanggal lahir pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
3. Tahap kerja
Bantu klien pada posisi semi fowler jika memungkinkan, untuk
memberikan kemudahan ekspansi dada dan pernafasan lebih
mudah
Pasang peralatan oksigen dan humidifier
Nyalakan oksigen dengan sesuai advis
Periksa aliran oksigen pada selang sesuai kebutuhan
Sambung nasal kanul dengan selang oksigen
Pasang nasal kanul pada hidung
Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan selang serta
kaitkan dibelakang telingan atau mengelilingi kepala.
Plester kanul pada sisi wajah, selipkan kasa di bawah selang
pada tulang pipi untuk mencegah iritasi
Kaji respon pasien terhadap oksigen dalam 15-30 menit, seperti
warna, pernapasan, gerakan dada, ketidaknyamanan dan
sebagainya.
Periksa aliran dan air humidifier dalam 30 menit.
Kaji iritasi hidung. Beri air atau cairan pelumas sesuai
kebutuhan untuk melemaskan mukosa hidung
4. Tahap terminasi
Evaluasi hasil
Dokumentasikan hasil
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Bereskan alat-alat
Cuci tangan
F. Analisis Sintesa Tindakan Keperawatan b.d Diagnosa Keperawatan
Sesak napas
Pemberian oksigen
RR: 20 SPO2: 97
1. Evaluasi pasien
S : pasien mengatakan sudah tidak terlalu sesak seperti sebelumnya
O : RR : 20x/m
A : pola napas tidak efektif belum teratasi (pasien masih sedikit sesak)
P : lanjutkan intervensi
2. Evaluasi diri
pemberian oksigen hal yang perlu diperhatikan yaitu pemasangan
yang benar dan aliran oksigen. Setelah pemasangan oksigen dianjurkan
untuk memonitor oksigen, air dalam humidifier, frekuensi nafas dan
Spo2 pasien.
3. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk
mengatasi diagnosa keperawatan: Pola nafas tidak efektif yaitu:
1. Posisikansemifowler
2. Lakukan fisioterapi dada
3. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head tilt daan chin lift, jaw-
thrust jika dicurigai trauma servikal
4. Monitor pola nafas
5. Monitor bunyi nafas
6. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik (Suction)
I. Pathway
GFR menurun Renin meningkat proteinuria Fungsi ginjal menurun BUN dan kreatinin naik
Anuria Edema
hipertensi Suplai 02 turun Kerusakan integritas kulit