Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

“Chronic Kidney Disease (CKD)”


Sebagai tugas department emergency

Disusun oleh:
FITRIYAWATI
180070300111064
Kelompok 3B

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS BEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
A. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft –
Gault sebagai berikut :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
C. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap proporsi
GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang
ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati
refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering
terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US
Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi
etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus
dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan
sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo, 2006).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan
ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal
kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
E. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta
Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan
masukan diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada
usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
amrasio urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau
mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak
dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena
yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi
ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan)
dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-
hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan
hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap
atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga
diiperlukan bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan (edema paru)
 Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
 Efusi perikardial
 Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.
Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Dialisis Pada Diabetes Melitus. http://internis.files.wordpress.com/2011/01/dialisis-


pada-diabetes-melitus.pdf diakses pada tanggal 23 Februari 2014

Anita dkk. Penggunaan Hemodialisis pada Bidang Kesehatan yang Memakai Prinsip Ilmu
Fisika. http://dc128.4shared.com/doc/juzmT0gk/preview.html diakses pada tanggal 23
Februari 2014

Bakta, I Made & I Ketut Suastika,. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
1999

Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical Management
for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2005

Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing Intervention
Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.

Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC. 2012.

Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier. 2008.

Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010

Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002

Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi
8. Jakarta : EGC. 2001

Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006
ASUHAN KEPERAWATAN
Fokus Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala:
a. Kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
b. Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda:
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala:
a. Riwayat hipertensi lama atau berat
b. Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
a. Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak
tangan
b. Disritmia jantung
c. Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik
d. Friction rub perikardial
e. Pucat pada kulit
f. Kecenderungan perdarahan
3. Integritas ego
Gejala:
a. Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain
b. Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda:
Menolak, ansietas, takut, marah , mudah terangsang, perubahan kepribadian
4. Eliminasi
Gejala:
a. Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)
b. Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda:
a. Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan
b. Oliguria, dapat menjadi anuria
5. Makanan/cairan
Gejala:
a. Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
b. Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernafasan amonia)
Tanda:
a. Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
b. Perubahan turgor kuit/kelembaban
c. Edema (umum,tergantung)
d. Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
e. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
6. Neurosensori
Gejala:
a. Sakit kepala, penglihatan kabur
b. Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak
kaki
c. Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitasbawah (neuropati
perifer)
Tanda:
a. Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma
b. Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
c. Rambut tipis, uku rapuh dan tipis
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri panggul, sakit kepala,kram otot/nyeri kaki
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
8. Pernapasan
Gejala:
a. Nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa Sputum
Tanda:
a. Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
b. Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)
9. Keamanan
Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda:
a. Pruritus
b. Demam (sepsis, dehidrasi)
10. Seksualitas
Gejala: Penurunan libido, amenorea,infertilitas
11. Interaksi sosial
Gejala:
Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran dalam keluarga
12. Penyuluhan
a. Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis herediter,
kalkulus urinaria
b. Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan
c. Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang
Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan dan
natrium.
2. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
3. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic,
pneumonitis, perikarditis
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b.d kurangnya
informasi kesehatan.
6. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh primer, tindakan
Invasive

Intervensi
No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi
1 Intoleransi aktivitasSetelah dilakukanNIC :
B.d askep ... jam Klien dapatActivity Therapy
ketidakseimbangan menoleransi aktivitas &1. Kolaborasi dengan tim
suplai & kebutuhanmelakukan ADL dgn baik kesehatan lain untuk
O2 merencanakan , monitoring
NOC program aktivitasi klien.
 Activity Tolerance 2. Bantu klien memilih aktivitas
 Fatigue Level yang sesuai dengan kondisi.
3. Bantu klien untuk melakukan
Kriteria Hasil: aktivitas/latihan fisik secara teratur.
 Berpartisipasi dalam3. Monitor status emosional, fisik
aktivitas fisik dgn TD,dan social serta spiritual klien
HR, RR yang sesuai terhadap latihan/aktivitas.
 Warna kulit3. Monitor hasil pemeriksaan
normal,hangat&kering EKG klien saat istirahat dan aktivitas
 Memverbalisasikan (bila memungkinkan dengan tes
pentingnya aktivitastoleransi latihan).
secara bertahap 3. Kolaborasi pemberian obat
 Mengekspresikan antihipertensi, obat-obatan
pengertian pentingnya digitalis, diuretic dan vasodilator.
keseimbangan latihan
& istirahat Energy Management
 ↑ toleransi aktivitas 1. Tentukan pembatasan aktivitas
fisik pada klien
2. Tentukan persepsi klien dan
perawat mengenai kelelahan.
3. Tentukan penyebab kelelahan
(perawatan, nyeri, pengobatan)
4. Monitor efek dari pengobatan
klien.
5. Monitor intake nutrisi yang
adekuat sebagai sumber energy.
6. Anjurkan klien dan keluarga
untuk mengenali tanda dan gejala
kelelahan saat aktivitas.
7. Anjurkan klien untuk
membatasi aktivitas yang cukup
berat seperti berjalan jauh, berlari,
mengangkat beban berat, dll.
8. Monitor respon terapi oksigen
klien.
9. Batasi stimuli lingkungan untuk
relaksasi klien.
9. Batasi jumlah pengunjung.
2 Pola nafas tidakSetelah dilakukanNIC
efektif b.daskep ..... jam pola nafasAirway Management
hiperventilasi, klien menunjukkan1. Posisikan pasien semi fowler
penurunan energi,ventilasi yg adekuat 2. Auskultasi suara nafas, catat
kelemahan hasil penurunan daerah ventilasi
NOC atau tidak adanya suara adventif
 Respiratory Status :3. Monitor pernapasan dan status
Ventilation oksigen yang sesuai
 Vital Signs
Oxygen Therapy
KH : 1. Mempertahankan jalan napas
 Tidak ada dispnea paten
 Kedalaman nafas 2. Kolaborasi dalam pemberian
normal oksigen terapi
 Tidak ada retraksi3. Monitor aliran oksigen
dada / penggunaan
otot bantuanRespiratory Monitoring
pernafasan 1. Monitor kecepatan, ritme,
kedalaman dan usaha pasien saat
bernafas
2. Catat pergerakan dada,
simetris atau tidak, menggunakan
otot bantu pernafasan
3. Monitor suara nafas seperti
snoring
4. Monitor pola nafas: bradypnea,
tachypnea, hiperventilasi, respirasi
kussmaul, respirasi cheyne-stokes
dll
3 Kelebihan volumeSetelah dilakukanNIC :
cairan b.d.askep ..... jam pasienFluid/Electrolyte Management
mekanisme mengalami 1. Memonitor level abnormal
pengaturan melemah keseimbangan cairan dan elektrolit serum.
elektrolit. 2. Mendapatkan spesiemen
pemeriksaan laboratorium untuk
NOC memantau perubahan elektrolit.
 Fluid Balance 3. Memonitor hasil pemeriksaan
 Kidney Function Laboratorium yang berkaitan
dengan keseimbangan cairan.
Kriteria hasil: 4. Memonitor hasil pemeriksaan
 Bebas dari edema laboratorium yang berkaitan
anasarka, efusi dengan retensi cairan.
 Suara paru bersih 5. Monitor tanda dan gejala
 Tanda vital dalam retensi cairan dan
batas normal ketidakseimbangan elektrolit
6. Monitor tanda Vital, jika
diperlukan.
7. Monitor respon pasien dalam
pemberian medikasi terkait
elektrolit.

Hemodialysis Therapy
1. Catat batas tanda vital seperti:
berat, temperature, nadi, respirasi,
dan tekanan darah.
2. Menjelaskan prosedur
hemodialisa dan tujuannya.
3. Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain untuk pelaksanaan
hemodialisa.
4. Ajarkan pasien untuk
memonitor diri sendiri tanda dan
gejala yang memerlukan
pengobatan medis.

Medication Management
1. Berikan medikasi sesuai
indikasi pasien.
2. Berikan medikasi sesuai
dengan standar prosedur yang
berlaku (metode 6 Benar).
2. Monitor adanya kemungkinan
terjadi alergi atau kontraindikasi
terkait therapy.
2. Bantu pasien untuk meminum
obatnya.
2. Berikan obat diuretic sesuai
indikasi.
2. Berikan obat antihipertensi sesuai
indikasi
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan askep NIC :
nutrisi kurang dari….. jam klien Nutrition Management
kebutuhan tubuh menunjukan status 1. Kaji adanya alergi makanan
nutrisi adekuat 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
NOC nutrisi yang dibutuhkan pasien.
 Nutritional Status : 3. Anjurkan pasien untuk
food and Fluid Intake meningkatkan intake Fe
 Nausea & Vomiting 4. Anjurkan pasien untuk
Severity meningkatkan protein dan vitamin
C
KH : 5. Berikan substansi gula
 BB stabil 6. Yakinkan diet yang dimakan
 Tidak terjadi malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
 Tingkat energi mencegah konstipasi
adekuat 7. Berikan makanan yang terpilih
 Masukan nutrisi ( sudah dikonsultasikan dengan
adekuat ahli gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral
5 Kurang pengetahuanSetelah dilakukan askep NIC : Teaching: Disease Process
tentang penyakit dan… jam Pengetahuan klien 1. Berikan penilaian tentang tingkat
pengobatannya b.d./ keluarga meningkat pengetahuan pasien tentang
kurangnya sumber proses penyakit yang spesifik
informasi NOC 2. Jelaskan patofisiologi dari
 Knowledge : Disease penyakit dan bagaimana hal ini
Process berhubungan dengan anatomi
 Knowledge : Kidney dan fisiologi
Disease Management 3. Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada penyakit
KH: 4. Gambarkan proses penyakit
Pasien mampu: 5. Identifikasi kemungkinan
 Menjelaskan kembali penyebab
penjelasan yang 6. Sediakan informasi pada pasien
diberikan tentang kondisi
 Mengenal kebutuhan 7. Diskusikan perubahan gaya
perawatan dan hidup yang mungkin diperlukan
pengobatan tanpa untuk mencegah komplikasi di
cemas masa yang akan datang dan atau
 Klien / keluarga proses pengontrolan penyakit
kooperatif saat 8. Diskusikan pilihan terapi atau
dilakukan tindakan penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan
11. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan
6 Resiko infeksi b/dSetelah dilakukanNIC :
tindakan invasive,askep ... jam risiko infeksiInfection Control
penurunan dayaterkontrol 1. Ajarkan tehnik mencuci tangan
tahan tubuh primer 2. Ajarkan tanda-tanda infeksi
NOC 3. laporkan dokter segera bila ada
 Risk Control tanda infeksi
 Risk Detection 4. Batasi pengunjung
5. Cuci tangan sebelum dan
KH: sesudah merawat ps
 Bebas dari tanda-6. Tingkatkan masukan gizi yang
tanda infeksi cukup
 Angka leukosit normal 7. Anjurkan istirahat cukup
 Ps mengatakan tahu 8. Pastikan penanganan aseptic
tentang tanda-tanda daerah IV
dan gejala infeksi 9. Berikan PEN-KES tentang risk
infeksi

Infection Protection
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Pantau hasil laboratorium
3. Amati faktor-faktor yang bisa
meningkatkan infeksi
4. Monitor vital sign
(Doengoes et al, 2010)

Anda mungkin juga menyukai