Anda di halaman 1dari 30

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN DIAGNOSA GAGAL GINJAL KRONIK (CKD)


DI RSUD KOTA MATARAM

DISUSUN OLEH :

RABIATUL
NPM: 020.02.1094

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN AJARAN 2020/2021


Chronic Kidney Disease (CKD)
A. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)

B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus Kockroft
– Gault sebagai berikut :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
C. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap proporsi
GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang
ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati
refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering
terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US Renal
System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi
etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus
dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan
sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo, 2006).

D. Patofisiologi
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan

klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun,

kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat. Banyak

masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomerulus yang

berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya

dibersihkan oleh ginjal). Retensi cairan dan natrium. Ginjal kehilangan kemampuan untuk

mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan

dan natrium, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan

hipertensi. Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,

memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi

perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI. Ketidakseimbangan

kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling

timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya

GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar

kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam

kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon,

akibatnya kalsium ditulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit

tulang (Smeltzer dan Bare, 2002). Menurut Aspiani (2008), kegagalan ginjal ini bisa

terjadi karena serangan penyakit dengan stadium yang berbeda-beda yaitu:

1. Stadium I (LFG diatas 90): fungsi ginjal masih bekerja normal namun tanda tanda

penyakit ginjal sudah muncul.

2. Stadium II (LFG 60-89): fungsi ginjal sedikit menurun

3. Stadium III (LFG 30-59): Penyaringan zat sisa dari dalam tubuh mulai efektif,

sehingga muncul berapa keluhan

4. Stadium IV ( LFG 15-29): Fungsi ginjal sudah sangat rendah


5. Stadium V (LFG < 15) : Ginjal hampir tidak berfungsi, zat zat sisa dan cairan berlebih

menumpuk didalam tubuh

PATHWAY
E. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
F. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta
Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada
usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik
H. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau
mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak
dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena
yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi
ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan)
dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-
hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan
hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap
atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga
diiperlukan bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan (edema paru)
 Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
 Efusi perikardial
 Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.
Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:
I. Pengkajian Fokus Keperawatan

Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.

4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi
cairan dan natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialysis.
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus sekunder
terhadap adanya edema pulmoner.
7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan
frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan elektrolit).
K. Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH Kode NIC Intervensi Keperawatan


O
1. Kelebihan volume cairan Tujuan: 4130 Fluid Management :
b.d penurunan haluaran urin Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji status cairan ; timbang berat badan,keseimbangan
dan retensi cairan dan selama 3x24 jam volume cairan masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema
natrium. seimbang. 2. Batasi masukan cairan
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi sumber potensial cairan
NOC : Fluid Balance 4. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
 Terbebas dari edema, efusi, cairan
anasarka 5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
 Bunyi nafas bersih,tidak adanya
dipsnea 2100 Hemodialysis therapy
 Memilihara tekanan vena sentral, 1. Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah
tekanan kapiler paru, output (misalnya BUN, kreatinin, natrium, pottasium, tingkat
jantung dan vital sign normal. phospor) sebelum perawatan untuk mengevaluasi respon
terhadap terapi.
2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan darah untuk mengevaluasi
respon terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan jumlah
yang tepat dari cairan berlebih di tubuh klien.
4. Bekerja secara kolaboratif dengan pasien untuk
menyesuaikan panjang dialisis, peraturan diet,
keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk mengatur
cairan dan elektrolit pergeseran antara pengobatan
2 Gangguan nutrisi kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1100 Nutritional Management
dari kebutuhan tubuh b.d selama 3x24 jam nutrisi seimbang dan 1. Monitor adanya mual dan muntah

anoreksia mual muntah. adekuat. 2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan perubahan

Kriteria Hasil: status nutrisi.

NOC : Nutritional Status 3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan

 Nafsu makan meningkat hematocrit level yang menindikasikan status nutrisi dan
untuk perencanaan treatment selanjutnya.
 Tidak terjadi penurunan BB
4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
 Masukan nutrisi adekuat
5. Berikan makanan sedikit tapi sering
 Menghabiskan porsi makan
6. Berikan perawatan mulut sering
 Hasil lab normal (albumin, kalium)
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai
terapi

3 Perubahan pola napas Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3350 Respiratory Monitoring
berhubungan dengan selama 1x24 jam pola nafas adekuat. 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
hiperventilasi paru Kriteria Hasil: 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
NOC : Respiratory Status otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
- Peningkatan ventilasi dan intercostal
oksigenasi yang adekuat 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
- Bebas dari tanda tanda distress hiperventilasi, cheyne stokes
pernafasan 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
- Suara nafas yang bersih, tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
ada sianosis dan dyspneu 3320 Oxygen Therapy
(mampu mengeluarkan sputum, 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
mampu bernafas dengan 2. Ajarkan pasien nafas dalam
mudah, tidak ada pursed lips) 3. Atur posisi senyaman mungkin
- Tanda tanda vital dalam 4. Batasi untuk beraktivitas
rentang normal 5. Kolaborasi pemberian oksigen
4 Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 4066 Circulatory Care
berhubungan dengan selama 3x24 jam perfusi jaringan 1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi
penurunan suplai O2 dan adekuat. periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler refil, temperatur
nutrisi ke jaringan sekunder. Kriteria Hasil: ekstremitas).
NOC: Circulation Status 2. Kaji nyeri
- Membran mukosa merah muda 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
- Conjunctiva tidak anemis 4. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk
- Akral hangat memperbaiki sirkulasi.
- TTV dalam batas normal. 5. Monitor status cairan intake dan output
- Tidak ada edema 6. Evaluasi nadi, oedema
7. Berikan therapi antikoagulan.
KONSEP HEMODIALISIS
I. Pengertian
Sebuah usaha atau tindakan membersihkan darah dari bahan bahan beracun yang
tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal dari dalam tubuh.
II. Syarat dan Saat Memulai dilakukan Hemodialisis
Secara teori seorang pasien dengan penyakit ginjal yang fungsi ginjalnya sudah
kurang dari 10% atau LFG kurang dari 15 ml/menit, kondisinya tidak bisa lagi diatasi
dengan obat obatan sehingga memerlukan tindakan hemodialisis. Memulai
hemodialisis dilakukan pada pasien yang fungsi ginjalnya kurang 10% sudah harus
dilakukan HD disertai dengan kondisi sebagai berikut:
 Mengalami penurunan kesadaran
 Mual muntah yang hebat
 Gangguan nutrisi
 Kelebihan cairan tubuh
 Keasaman darah meningkat
 Peningkatan kadar kalium
 Kadar racun darah yang sangat tinggi (ureum darah > 100 mg/dl, Kreatinin
darah >12 mg/dl
III. Tujuan Hemodialisis
a) Mengeluarkan bahan bahan racun dalam tubuh, kelebihan air, kelebihan asam
dan kelebihan elektrolit yang tidak bisa dikeluarkan oleh ginjal.
b) Mempertahankan kadar zat zat kimiawi yang ada dalam tubuh
c) Mempertahankan dan mengatur tekanan darah
d) Mengurangi gejala gejala yang timbul pada pasien akibat berkurangnya fungsi
ginjal
IV. Mekanisme Kerja Hemodialisis
Dengan tusukan jarum melalui pipa plastik darah dikeluarkan dari pembuluh darah
nadi lengan. Dengan pompa khusus dan kecepatan yang bisa diatur darah dialirkan
menuju ginjal buatan atau dialiser. Di dalam dialiser akan dialirkan cairan pencuci
darah yang berasal dari mesin hemodialisis melalui jalur yang lain. Setelah darah
dibersihkan akan masuk kembali ke dalam tubuh.
V. Tipe-Tipe Hemodialisis
a) Hemodialisis segera atau emergency
Kasus keracunan obat atau bahan tertentu seperti alkohol, penyakit ginjal akut
dengan infeksi yang berat, penyakit ginjal kronik yang disertai penyulit atau
komplikasi
b) Hemodialisis Preparative
Dilakukan untuk persiapan operasi seperti operasi batu ginjal,jantung dll
c) Hemodialisis Penunjang
Hemodialisis yang bertujuan untuk membantu penyembuhan organ lain
dengan cara mengeluarkan kelebihan air atau sisa sisa metabolisme yang
bersifat racun/toksik
d) Hemodialisis Reguler
Hemodialisis yang dilakukan terus menerus terhadap pasien PGK derajat 5
atau sering disebut hemodialisis rutin
VI. Kontra Indikasi Hemodialisis
1. Kondisi pasien yang terlalu lemah
2. Tekanan darah rendah
3. Pasien dengan gangguan pembekuan darah
4. Pasien mengalami gangguan jiwa
5. Pasien yang menolak untuk di lakukan hemodialisis
6. Pasien yang sulit didapatkan akses vaskulernya
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical Management
for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2005
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing Intervention
Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC. 2012.
Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi
8. Jakarta : EGC. 2001
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006
Suwitra. 2016. Hidup Berkualitas Dengan Hemodialisis Cucu Darah Reguler Edisi 2.
Denpasar : Kampus Universitas Udayana Denpasar.
RESUME PRE HEMODIALISA

1. Biodata pasien:
Nama : NY. F
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Sasak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status perkawinan: Kawin
Alamat : Perumnas, Mataram
Tgl MRS : Senin, 1 Mareti 2021
Diagnosa Medis : CKD Stage V on HD
2. Tgl & jam pengkajian : 1/3/21 ,08.00 WITA

3. Data focus :
Ds :
 Pasien mengatakan badannya terasa berat dan lemas
 Pasien mengatakan minum air ± 1500 cc/24 jam
 Pasien mengatakan BB nya naik 2 kg dari BB Kering
 Pasien mengatakan Urin nya sedikit ± 500 cc/24 jam
 Pasien mengatakan sering keringat dingin
Do :
 Kaki Kiri dan Kanan tampak edema
 BB naik 2 kg dari BB post HD 2 hari yang lalu (56kg naik menjadi 58 kg)
 BB naik 2 kg dari berat badan kering ( 56 kg naik menjadi 58 kg)

4. KU pasien : Baik, Kesadaran Compos Mentis

TD : 150/80, Suhu 36,5 C, Nadi 80x/menit, RR :


5. TTV 20x/menit
6. BB sekarang : 58 Kg
7. BB yang lalu : 56 Kg
8. BB kering : 56 Kg
9. Hasil pemeriksaan laboratorium :

HB: 14,3 (pemeriksaan dilakukan diakhir bulan februari tanggal 25/2/21)


Ureum: 191,3 mg/dl (Pre HD, 1-1-2021) Pemeriksaan dilakukan 3 bulan sekali
Creatinine: 18,30 mg/dl ( Pre HD, 1-1-2021) Pemeriksaan dilakukan 3 bulan sekali
HbSag: Negatif (pemeriksaan dilakukan pada saat HD pertama)
Kalium: -
SGOT: -
SGPT: -
Hasil pemeriksaan lain : ST ( Saturasi Transferin) 25 %
10. Diagnosa keperawatan : Kelebihan Volume Cairan b/d Penurunan Haluan Urin,
Retensi Cairan dan Natrium

11. Intervensi keperawatan


No Tujuan Intervensi Rasional Paraf
Dx
1 Setelah dilakukan FLUID
MANAGEMENT
tindakan 1x 4,5 Jam
1. Kaji status
diharapkan volume cairan 1. Mengetahui status
cairan ; timbang
berkurang dengan Kriteria cairan klien sebagai
berat
hasil data dasar melakukan
badan,keseimba
- Terbebas dari intervensi selanjutnya
ngan masukan
Udema 2. Mencegah kelebihan
dan haluaran,
- Balance cairan cairan dalam tubuh
turgor kulit dan
seimbang 3. Mengetahui sumber
adanya edema
- Pasien dan cairan yang diminum
2. Batasi masukan
keluarga faham pasien
cairan
tentang pembatasan 4. Memberi pengetahuan
3. Identifikasi
cairan keluarga dan pasien
sumber potensial
tentang pentingnya
cairan
membatasi cairan
4. Jelaskan pada
5. Pemberian cairan yang
pasien dan
tepat dan terukur akan
keluarga
membuat volume cairan
rasional
pembatasan tubuh seimbang
cairan
5. Kolaborasi
pemberian cairan
sesuai terapi
.
1. Data dasar sebelum
melakukan HD
2. Ketepatan dalam
penarikan cairan ( UF
Goal) akan membuat
BB stabil atau sesuai
dengan BB kering
HEMODIALYSIS
TERAPHY
1. Rekam tanda
vital: berat badan,
denyut nadi,
pernapasan, dan
tekanan darah
2. Sesuaikan
tekanan filtrasi
untuk
menghilangkan
jumlah yang tepat
dari cairan
berlebih di tubuh
klien
IMPLEMENTASI

No Tgl/Jam No. Tindakan Evaluasi Paraf


Dx

1 1-3-2021 1 1. Mengobservasi TTV, BB S:


pasien pre HD dan Post HD
2 hari yang lalu - Pasien mengatakan BB
nya bertambah 2 kg
2. Menganjurkan pasien
membatasi cairan - Pasien mengatakan
bersedia untuk diberikan
3. Memberikan Penkes penjelasan tentang
Kepada pasien dan keluarga pembatasan cairan
tentang pembatasan cairan
0:
4. Mempersiapkan pasien
untuk dilakukan HD - TD 140/80 mmhg

5. Memprogam mesin HD - N 80x/mnt


untuk menarik cairan ( Ultra
- S 36,5 C
Filtrasi Goal) sesuai dengan
kenaikan BB Pasien - RR 20x/mnt
- Pasien dan Keluarga
tampak mendengar
penjelasan perawat
- Pasien dan keluarga
menunjukkan
pemahaman tentang
pentingnya membatasi
cairan
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Lakukan Program HD
sesuai kenaikan BB
pasien yaitu HD 4,5 jam
dengan UF Goal 2 liter
- Anjurkan pasien untuk
tetap membatasi cairan
sesuai kebutuhan
EVALUASI

No Hari,Tanggal Evaluasi Paraf


DX Jam

1 Senin S:

1/3/2021 - Pasien mengatakan BB nya bertambah 2,5 kg


- Pasien mengatakan bersedia untuk diberikan
penjelasan tentang pembatasan cairan
0:
- TD 140/80 mmhg
- N 80x/mnt
- S 36,5 C
- RR 20x/mnt
- Pasien dan Keluarga tampak mendengar penjelasan
perawat
- Pasien dan keluarga menunjukkan pemahaman
tentang pentingnya membatasi cairan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Lakukan Program HD sesuai kenaikan BB pasien
yaitu HD 4,5 jam dengan UF Goal 2 liter
- Anjurkan pasien untuk tetap membatasi cairan
sesuai kebutuhan
RESUME INTRA HEMODIALISA

Tgl & jam pengkajian : 1/3/2021

A. PERSIAPAN HD
1. Type Dializer : Non Reuse (Single Use)
2. Reuse ke : - (Single Use)
3. Lama Dialisis : 4,5 jam
4. Conductivity : 14,3
5. Aliran Dialisat : 500 ml/min
6. Antikoagulan : Heparin Sodium
7. Inisiasi : 1000 Unit
8. Kontinyu : 3000 unit
9. Jenis Akses : Av Shunt Sinistra
10. Ukuran jarum fistula : 16 G
11. Total Blood Volume : 250 ml/min
12. Waktu SU : Tidak dilakukan Sequental Ultrafiltrasi
Trill Redness

Excema Bruise

Haematoma  Edema

B. DATA FOKUS
1. Data Subjektif : Pasien mengatakan pusing, lemas serta muntah, dan biasa
keringat dingin saat HD sudah berjalan 3 jam.
2. Data Objektif : Kesadan Compos Mentis, GCS : 15 (E4 V5 M6), TD 140/80
mmhg, N 80x/mnt, S 36,5 C, RR 20x/mnt, Klien tampak
lemas serta muntah dan keringat dingin saat HD sedang
berlangsung

C. Diagnosa KEPERAWATAN
Resiko Kekurangan Volume Cairan b/d Muntah

D. TINDAKAN KEPERAWATAN SELAMA HD


1. OBSERVASI

Jam Qb Vena TMP UF TD N Suhu


(Quick Pressure Rate
of
Blood)

07.25 200 74 74 0 140/80 80 36,5


08.25 200 74 74 666 140/80 80 36,5

09.25 200 74 74 1332 140/80 85 36,5

10.25 200 74 74 1998 140/80 85 36,5

11.25 200 74 74 2220 130/80 80 36,5

11.55 3000 130/80 80 36,5

Pengobatan Selama HD
a. Transfusi Darah : -
b. Injeksi Hemapo : injeksi hemapo 3000 iu
c. Obat Yang diberikan
Nama Obat Dosis

Ondancentron inj 4mg/2ml (injeksi 1 ampul)

Paracetamol Tab Paracetamol 500 mg (1 tablet


oral)

Hemapo Hemapo Epoetin Alfa 3000


(eriropoetin) inj IU/1ml (Injeksi Subcutan)

3. Pengawasan Cairan selama HD


1. Volume Priming : 2 kolf Nacl ( 1000 cc)
2. Cairan Masuk
Sisa Priming : 200 cc
Cairan Drip :-
Darah :-
Wash Out : 150 cc
Injeksi : 3cc
Jumlah : 1353 cc
4. Penyulit Selama HD
Shut Problem

Perdarahan

Mual muntah 

Kejang

Kram

Panas/Menggigil

Koma

Sakit Dada

Gatal gatal

Hypotensi

Hypetensi

Alergi Dializer
Evaluasi
S : Pasien mengatakan sudah tidak lemas serta muntah dan keringat dingin setelah
diberikan obat
O : TD 140/80 mmhg, N 80x/mnt, S 36,5 C, RR 20x/mnt
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dipertahankan
 Anjurkan pasien untuk tetap rutin HD sesuai dengan advice dokter2x/minggu
 Anjurkan pasien Untuk tetap membatasi cairan
 Anjurkan pasien Untuk Istirahat
RESUME POST HEMODIALISA
Tgl & Jam Pengkajian : 1-3-2021
A. Data Fokus
1. Data Subjektif : Pasien mengatakan sedikit lemas pasca HD
2. Data oObjektif : Kesadaran CM, GCS 15 (E4 V5 M6), TD 130/80 mmhg, N : 80x/mnt, S:
36,5 C, Ada Perdarahan saat AV Shunt dicabut
3. Lama Dialisis : 4,5 jam, Mulai jam : 07.25 WITA, Selesai : 11.55 WITA
4. Ultra Filtrasi : 2 liter, Qb : 200-250 ml/min, TBV : 2 liter
5. Pemberian Heparin :
a. Kontinu : Dosis Maintenance 3000 unit (750 iu/jam)
b. Intermiten : -
c. Minimal Heparin: -
d. Free Heparin : -
6. Jenis Dializer : a) Polysulfone Joyheal 16 High Flux b) Single Use
7. Jenis Dialisate : Bicarbonate
8. Jenis Akses Vaskular : AV Shunt Sinistra
9. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan Lab Post HD
10. Tindakan Pengobatan Selama HD :
a. Transfusi Darah :-
b. D40% :-
c. Ca Glukonas :-
d. KCL : -
e. Renxamin : -
f. Epprex/Recormon/Hemapo : Hemapo 3000 iu (Subkutan)

B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perdarahan b/d pencabutan AV Shunt
INTERVENSI KEPERAWATAN
No
DX
Tujuan Intervensi Rasional Paraf
3 Setelah dilakukan tindakan NIC
1x15 menit diharapkan
perdarahan pasca pencabutan Tindakan
AV Shunt tidak terjadi dengan Pencegahan
kriteria hasil Perdarahan
- Tidak ada tanda tanda - Pantau ketat - Antisipasi untuk
perdarahan tanda tanda pencegahan
perdarahan perdarahan
- TTV dalam batas
normal - Pantau TTV - Perdarahan bisa
mengakibatkan
- Pertahankan penurunan tekanan
tirah baring darah
selama
perdarahan - Perubahan posisi
akan meningkatkan
resiko perdarahan
Pengurangan
Perdarahan
akibat luka
- Lakukan - Mencegahan
penekanan perdarahan
manual pada
area
perdarahan
- Mengurangi
- Lakukan perdarahan dengan
perban yang adanya tekanan pada
menekan pada verban
daerah luka
- Posisi ekstremitas
- Tinggikan lebih tinggi akan
ekstremitas mengurangi resiko
yang perdarahan
perdarahan

Planing : HD selanjutnya hari Kamist tanggal 4 Maret 2021, lama HD : 4,5 jam
IMPLEMENTASI
No Hari/tgl/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
DX
3 1.Mengobservasi S:
TTV
Senin/ 1-3-2021 - Pasien mengatakan
2.Memantau sedikit lemas
Jam 12.40 tanda tanda
perdarahan O:
3.Melakukan - TD 140/80
penekanan
didaerah AV - N 80x/mnt
shunt
- RR 20x/mnt
4. Membalut luka
dengan kasa - S 36 C
steril
- Tampak luka bekas
penusukan AV shunt
berdarah
- Luka dibalut dengan
kasa dan perban
- Tidak tampak
perdarahan setelah
luka dibalut
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan
- Anjurkan Untuk tetap
HD rutin 2x/minggu
- Anjurkan pasien
untuk istirahat
EVALUASI
No Hari/Tgl/jam Evaluasi Paraf
DX
3 Senin, 1-2-2021 S:
- Pasien mengatakan sedikit lemas
O:
- TD 140/80
- N 86x/mnt
- RR 20x/mnt
- S 36 C
- Tampak luka bekas penusukan AV shunt
berdarah
- Luka dibalut dengan kasa dan perban
- Tidak tampak perdarahan setelah luka dibalut
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan
- Anjurkan Untuk tetap HD rutin 2x/minggu
- Anjurkan pasien untuk istirahat

Anda mungkin juga menyukai