DISUSUN OLEH :
RABIATUL
NPM: 020.02.1094
B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus Kockroft
– Gault sebagai berikut :
D. Patofisiologi
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan
klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun,
kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat. Banyak
masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomerulus yang
dibersihkan oleh ginjal). Retensi cairan dan natrium. Ginjal kehilangan kemampuan untuk
dan natrium, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan
hipertensi. Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi
perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI. Ketidakseimbangan
kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling
timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya
GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar
kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam
kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon,
akibatnya kalsium ditulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit
tulang (Smeltzer dan Bare, 2002). Menurut Aspiani (2008), kegagalan ginjal ini bisa
1. Stadium I (LFG diatas 90): fungsi ginjal masih bekerja normal namun tanda tanda
3. Stadium III (LFG 30-59): Penyaringan zat sisa dari dalam tubuh mulai efektif,
PATHWAY
E. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
F. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta
Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada
usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik
H. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau
mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak
dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena
yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi
ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan)
dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-
hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan
hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap
atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga
diiperlukan bila :
Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Overload cairan (edema paru)
Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
Efusi perikardial
Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.
Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:
I. Pengkajian Fokus Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi
cairan dan natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialysis.
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus sekunder
terhadap adanya edema pulmoner.
7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan
frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan elektrolit).
K. Rencana Asuhan Keperawatan
anoreksia mual muntah. adekuat. 2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan perubahan
Nafsu makan meningkat hematocrit level yang menindikasikan status nutrisi dan
untuk perencanaan treatment selanjutnya.
Tidak terjadi penurunan BB
4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
Masukan nutrisi adekuat
5. Berikan makanan sedikit tapi sering
Menghabiskan porsi makan
6. Berikan perawatan mulut sering
Hasil lab normal (albumin, kalium)
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai
terapi
3 Perubahan pola napas Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3350 Respiratory Monitoring
berhubungan dengan selama 1x24 jam pola nafas adekuat. 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
hiperventilasi paru Kriteria Hasil: 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
NOC : Respiratory Status otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
- Peningkatan ventilasi dan intercostal
oksigenasi yang adekuat 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
- Bebas dari tanda tanda distress hiperventilasi, cheyne stokes
pernafasan 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
- Suara nafas yang bersih, tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
ada sianosis dan dyspneu 3320 Oxygen Therapy
(mampu mengeluarkan sputum, 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
mampu bernafas dengan 2. Ajarkan pasien nafas dalam
mudah, tidak ada pursed lips) 3. Atur posisi senyaman mungkin
- Tanda tanda vital dalam 4. Batasi untuk beraktivitas
rentang normal 5. Kolaborasi pemberian oksigen
4 Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 4066 Circulatory Care
berhubungan dengan selama 3x24 jam perfusi jaringan 1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi
penurunan suplai O2 dan adekuat. periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler refil, temperatur
nutrisi ke jaringan sekunder. Kriteria Hasil: ekstremitas).
NOC: Circulation Status 2. Kaji nyeri
- Membran mukosa merah muda 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
- Conjunctiva tidak anemis 4. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk
- Akral hangat memperbaiki sirkulasi.
- TTV dalam batas normal. 5. Monitor status cairan intake dan output
- Tidak ada edema 6. Evaluasi nadi, oedema
7. Berikan therapi antikoagulan.
KONSEP HEMODIALISIS
I. Pengertian
Sebuah usaha atau tindakan membersihkan darah dari bahan bahan beracun yang
tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal dari dalam tubuh.
II. Syarat dan Saat Memulai dilakukan Hemodialisis
Secara teori seorang pasien dengan penyakit ginjal yang fungsi ginjalnya sudah
kurang dari 10% atau LFG kurang dari 15 ml/menit, kondisinya tidak bisa lagi diatasi
dengan obat obatan sehingga memerlukan tindakan hemodialisis. Memulai
hemodialisis dilakukan pada pasien yang fungsi ginjalnya kurang 10% sudah harus
dilakukan HD disertai dengan kondisi sebagai berikut:
Mengalami penurunan kesadaran
Mual muntah yang hebat
Gangguan nutrisi
Kelebihan cairan tubuh
Keasaman darah meningkat
Peningkatan kadar kalium
Kadar racun darah yang sangat tinggi (ureum darah > 100 mg/dl, Kreatinin
darah >12 mg/dl
III. Tujuan Hemodialisis
a) Mengeluarkan bahan bahan racun dalam tubuh, kelebihan air, kelebihan asam
dan kelebihan elektrolit yang tidak bisa dikeluarkan oleh ginjal.
b) Mempertahankan kadar zat zat kimiawi yang ada dalam tubuh
c) Mempertahankan dan mengatur tekanan darah
d) Mengurangi gejala gejala yang timbul pada pasien akibat berkurangnya fungsi
ginjal
IV. Mekanisme Kerja Hemodialisis
Dengan tusukan jarum melalui pipa plastik darah dikeluarkan dari pembuluh darah
nadi lengan. Dengan pompa khusus dan kecepatan yang bisa diatur darah dialirkan
menuju ginjal buatan atau dialiser. Di dalam dialiser akan dialirkan cairan pencuci
darah yang berasal dari mesin hemodialisis melalui jalur yang lain. Setelah darah
dibersihkan akan masuk kembali ke dalam tubuh.
V. Tipe-Tipe Hemodialisis
a) Hemodialisis segera atau emergency
Kasus keracunan obat atau bahan tertentu seperti alkohol, penyakit ginjal akut
dengan infeksi yang berat, penyakit ginjal kronik yang disertai penyulit atau
komplikasi
b) Hemodialisis Preparative
Dilakukan untuk persiapan operasi seperti operasi batu ginjal,jantung dll
c) Hemodialisis Penunjang
Hemodialisis yang bertujuan untuk membantu penyembuhan organ lain
dengan cara mengeluarkan kelebihan air atau sisa sisa metabolisme yang
bersifat racun/toksik
d) Hemodialisis Reguler
Hemodialisis yang dilakukan terus menerus terhadap pasien PGK derajat 5
atau sering disebut hemodialisis rutin
VI. Kontra Indikasi Hemodialisis
1. Kondisi pasien yang terlalu lemah
2. Tekanan darah rendah
3. Pasien dengan gangguan pembekuan darah
4. Pasien mengalami gangguan jiwa
5. Pasien yang menolak untuk di lakukan hemodialisis
6. Pasien yang sulit didapatkan akses vaskulernya
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical Management
for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2005
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing Intervention
Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC. 2012.
Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi
8. Jakarta : EGC. 2001
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006
Suwitra. 2016. Hidup Berkualitas Dengan Hemodialisis Cucu Darah Reguler Edisi 2.
Denpasar : Kampus Universitas Udayana Denpasar.
RESUME PRE HEMODIALISA
1. Biodata pasien:
Nama : NY. F
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Sasak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status perkawinan: Kawin
Alamat : Perumnas, Mataram
Tgl MRS : Senin, 1 Mareti 2021
Diagnosa Medis : CKD Stage V on HD
2. Tgl & jam pengkajian : 1/3/21 ,08.00 WITA
3. Data focus :
Ds :
Pasien mengatakan badannya terasa berat dan lemas
Pasien mengatakan minum air ± 1500 cc/24 jam
Pasien mengatakan BB nya naik 2 kg dari BB Kering
Pasien mengatakan Urin nya sedikit ± 500 cc/24 jam
Pasien mengatakan sering keringat dingin
Do :
Kaki Kiri dan Kanan tampak edema
BB naik 2 kg dari BB post HD 2 hari yang lalu (56kg naik menjadi 58 kg)
BB naik 2 kg dari berat badan kering ( 56 kg naik menjadi 58 kg)
1 Senin S:
A. PERSIAPAN HD
1. Type Dializer : Non Reuse (Single Use)
2. Reuse ke : - (Single Use)
3. Lama Dialisis : 4,5 jam
4. Conductivity : 14,3
5. Aliran Dialisat : 500 ml/min
6. Antikoagulan : Heparin Sodium
7. Inisiasi : 1000 Unit
8. Kontinyu : 3000 unit
9. Jenis Akses : Av Shunt Sinistra
10. Ukuran jarum fistula : 16 G
11. Total Blood Volume : 250 ml/min
12. Waktu SU : Tidak dilakukan Sequental Ultrafiltrasi
Trill Redness
Excema Bruise
Haematoma Edema
B. DATA FOKUS
1. Data Subjektif : Pasien mengatakan pusing, lemas serta muntah, dan biasa
keringat dingin saat HD sudah berjalan 3 jam.
2. Data Objektif : Kesadan Compos Mentis, GCS : 15 (E4 V5 M6), TD 140/80
mmhg, N 80x/mnt, S 36,5 C, RR 20x/mnt, Klien tampak
lemas serta muntah dan keringat dingin saat HD sedang
berlangsung
C. Diagnosa KEPERAWATAN
Resiko Kekurangan Volume Cairan b/d Muntah
Pengobatan Selama HD
a. Transfusi Darah : -
b. Injeksi Hemapo : injeksi hemapo 3000 iu
c. Obat Yang diberikan
Nama Obat Dosis
Perdarahan
Mual muntah
Kejang
Kram
Panas/Menggigil
Koma
Sakit Dada
Gatal gatal
Hypotensi
Hypetensi
Alergi Dializer
Evaluasi
S : Pasien mengatakan sudah tidak lemas serta muntah dan keringat dingin setelah
diberikan obat
O : TD 140/80 mmhg, N 80x/mnt, S 36,5 C, RR 20x/mnt
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dipertahankan
Anjurkan pasien untuk tetap rutin HD sesuai dengan advice dokter2x/minggu
Anjurkan pasien Untuk tetap membatasi cairan
Anjurkan pasien Untuk Istirahat
RESUME POST HEMODIALISA
Tgl & Jam Pengkajian : 1-3-2021
A. Data Fokus
1. Data Subjektif : Pasien mengatakan sedikit lemas pasca HD
2. Data oObjektif : Kesadaran CM, GCS 15 (E4 V5 M6), TD 130/80 mmhg, N : 80x/mnt, S:
36,5 C, Ada Perdarahan saat AV Shunt dicabut
3. Lama Dialisis : 4,5 jam, Mulai jam : 07.25 WITA, Selesai : 11.55 WITA
4. Ultra Filtrasi : 2 liter, Qb : 200-250 ml/min, TBV : 2 liter
5. Pemberian Heparin :
a. Kontinu : Dosis Maintenance 3000 unit (750 iu/jam)
b. Intermiten : -
c. Minimal Heparin: -
d. Free Heparin : -
6. Jenis Dializer : a) Polysulfone Joyheal 16 High Flux b) Single Use
7. Jenis Dialisate : Bicarbonate
8. Jenis Akses Vaskular : AV Shunt Sinistra
9. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan Lab Post HD
10. Tindakan Pengobatan Selama HD :
a. Transfusi Darah :-
b. D40% :-
c. Ca Glukonas :-
d. KCL : -
e. Renxamin : -
f. Epprex/Recormon/Hemapo : Hemapo 3000 iu (Subkutan)
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perdarahan b/d pencabutan AV Shunt
INTERVENSI KEPERAWATAN
No
DX
Tujuan Intervensi Rasional Paraf
3 Setelah dilakukan tindakan NIC
1x15 menit diharapkan
perdarahan pasca pencabutan Tindakan
AV Shunt tidak terjadi dengan Pencegahan
kriteria hasil Perdarahan
- Tidak ada tanda tanda - Pantau ketat - Antisipasi untuk
perdarahan tanda tanda pencegahan
perdarahan perdarahan
- TTV dalam batas
normal - Pantau TTV - Perdarahan bisa
mengakibatkan
- Pertahankan penurunan tekanan
tirah baring darah
selama
perdarahan - Perubahan posisi
akan meningkatkan
resiko perdarahan
Pengurangan
Perdarahan
akibat luka
- Lakukan - Mencegahan
penekanan perdarahan
manual pada
area
perdarahan
- Mengurangi
- Lakukan perdarahan dengan
perban yang adanya tekanan pada
menekan pada verban
daerah luka
- Posisi ekstremitas
- Tinggikan lebih tinggi akan
ekstremitas mengurangi resiko
yang perdarahan
perdarahan
Planing : HD selanjutnya hari Kamist tanggal 4 Maret 2021, lama HD : 4,5 jam
IMPLEMENTASI
No Hari/tgl/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
DX
3 1.Mengobservasi S:
TTV
Senin/ 1-3-2021 - Pasien mengatakan
2.Memantau sedikit lemas
Jam 12.40 tanda tanda
perdarahan O:
3.Melakukan - TD 140/80
penekanan
didaerah AV - N 80x/mnt
shunt
- RR 20x/mnt
4. Membalut luka
dengan kasa - S 36 C
steril
- Tampak luka bekas
penusukan AV shunt
berdarah
- Luka dibalut dengan
kasa dan perban
- Tidak tampak
perdarahan setelah
luka dibalut
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan
- Anjurkan Untuk tetap
HD rutin 2x/minggu
- Anjurkan pasien
untuk istirahat
EVALUASI
No Hari/Tgl/jam Evaluasi Paraf
DX
3 Senin, 1-2-2021 S:
- Pasien mengatakan sedikit lemas
O:
- TD 140/80
- N 86x/mnt
- RR 20x/mnt
- S 36 C
- Tampak luka bekas penusukan AV shunt
berdarah
- Luka dibalut dengan kasa dan perban
- Tidak tampak perdarahan setelah luka dibalut
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan
- Anjurkan Untuk tetap HD rutin 2x/minggu
- Anjurkan pasien untuk istirahat