DIABETES MELITUS
2. Epidemiologi
Diabetes melitus tipe satu (tergantung insulin) dapat terjadi pada usia berapa
pun, atau pada orang sebelum usia 30 tahun, tetapi manifestasi biasanya muncul
selama masa dewasa, antara usia 11-12 tahun, dan mempengaruhi sekitar 10-
20% populasi diabetik secara keseluruhan.
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang
berusia lebih dari 65 tahun 8.6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup
15 % populasi pada panti lansia. Di Amerika Serikat, orang hispanik, negro dan
sebagian penduduk asli amerika memiliki angka insiden diabetes yang lebih tinggi
daipada penduduk kulit putih. Sebagian penduduk asli amerika seperti suku
prima, mempunyaai angka diabetes dewasa 20% hingga 50%.
3. Etiologi
Diabetes mellitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel-sel beta
pulau langerhans. Jenis Juvenilis (usia muda) disebabkan oleh predisposisi
herediter terhadap perkembangan anti bodi yang merusak sel-sel beta atau
degenerasi sel-sel beta.
Penyebab resistensi insulin pada diabetes mellitus sebenarnya tidak begitu jelas,
tetapi factor yang banyak berperan antara lain:
a. Kelainan genetic
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes.
Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut diinformasikan
pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.
b. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara drammatis
menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan
beresiko pada penurunan fungsi endokrin pancreas untuk memproduksi
insulin.
c. Gaya hidup stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat
saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar
terhadap kerja pancreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme
dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energy yang berakibat pada
kelainan kerja pancreas. Beban yang tinggi membuat pancreas mudah rusak
sehingga berdampak pada penurunan insulin.
d. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko
terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pancreas, sedangkan obesitas
meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak
teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan
kerja pancreas.
e. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertropi yang
akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pancreas
disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita
obesitas untuk mencukupi energy sel yang terlalu banyak.
f. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat rusaknya sel-
sel pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pancreas.
5. Komplikasi
a. Komplikasi yang bersifat akut
1) Koma hipoglikemia
2) Ketoasidosis
3) Koma hiperosmolar nonketotik
b. Komplikasi yang bersifat kronik
1) Makroangiopatiyang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2) Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetika,
nefropati diabetic.
3) Neuropati diabetika
4) Rentan infeksi
5) Kaki diabetik
6. Gejala klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumapi pada pasien diabetes meliputi yaitu:
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi eksternal. Dehidrasi intrasel mengikuti
dehidrasi ekstrasel karena air akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan
gradient konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel
merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa haus.
c. Rsa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energy.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
e. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi
mucus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah.
f. Kelainan kulit: gatal, bisul-bisul
Kelainan kulit berupa gatal-gatal,biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan kulit
seperti ketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
g. Kelainan genekologis
h. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati
i. Kelemahan tubuh yang tidak sembuh-sembuh
j. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
k. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi
l. Mata kabur yang disebabkan katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan
pada lensa oleh hiperglikemia.
3) Rambut
Kuantitas : tipis (banyak yang rontok karena kekurangan nutrisi dan
nuruknya sirkulasi), lebat.
Penyevaran : jarang atau alopesia total.
Tekstur: halus atau kasar.
f. Mata dan kepala
1) Kepala
Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan t5ekstur antara lain : kasar
dan halus.
Kulit kepala : kista pilar dan psoriasis (yang rentan terjadi pada diabetes
mellitus karena penurunan antibody).
Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan kontur
Wajah : termasuk simetris dan ekspresi wajah, antara lain : paralisis wajah
(pada penderita dengan komplikasi stroke) dan emosi.
2) Mata
Yang perlu dikaji yaitu lapang pandang dari masing-masing mata
(ketajaman menghilang)
Inspeksi
Posisi dan kesejajaran mata mungkin muncul eksoftalmus, strabismus.
Alis mata: dermatitis, seborea (penderita sangat beresiko tumbuhnya
mikroorganisme dan jamur pada kulit)
Kelopak mata
Apparatus akrimalis : scelera mungkin ikterik. Konjungtiva anemis pada
penderita yang sulit idur karena banyak kencing pada malam hari
Kornea:, , iris dan lensa: opaksitas atau katarak (penderita diabetes miletus
sangat beresiko pada kekkruhan lensa mata)
Pupil : miosis, midrosis atau anisokor.
g. Telinga
1) Daun telinga dilakukan inspeksi : masih simetris antara kanan dan kiri
2) Lubang hidung dan gendang telinga
Lubang telinga: produksi serumen tidak samapi mengganggu diameter
lubang
Gendang telinga: kalau tidak tertutup serumen berwarna putih keabuan,
dan masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak mengalami infeksi
sekunder.
3) Pendengaran
Pengkajian ketajaman pendengaran terhadap bisikan atau tes garputala
dapat mengalami penurunan.
h. Hidung
Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi
sekunder seperti influenza.
i. Mulut dan faring
1) Inspeksi
Bibir : sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunan perfusi
jaringan pada stadium lanjut).
Mukosa oral : kering (dalam kondisi dehidrasi akibat diuresi osmosis )
Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis karena penderita memang rentan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Langit-langit mulut : mungkin terdapat bercak keputihan karena pasien
mengalami penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan
fisik
Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau akibat penurunan oral
hygiene.
Faring mungkin terlihat kemerahan akibat proses peradangan (faringitis)
j. Leher
Pada inspeksi jarang tampak distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar
limfe leher dapat muncul apabila ada imfeksi sistemik.
k. Toraks dan paru-paru
1) Inspeksi frekuensi ; irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain :
takipnea, hipernea, dan pernafasan chyne stoke (pada kondisi
ketoasidosis)
2) Amati bentuk dada : normal atau dad tong
3) Dengarkan pernafasan pasien
Stidor pada obtruksi jalan nafas
Mengi (apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat astma atau
bronchitis kronik)
l. Dada
1) Dada posterior
Inspeksi antar lain : deformitas, atau asimetris dan restruksi inspirasi
abdomen
Palpasi antara lain : adanya nyeri tekan atau tidak.
Perkusi antara lain : pekak terjadi bila da cairan atau jaringan padat
menggantikan bagian paru yang normalnya terisi udara
Auskultasi antara lain : bunyi nafas vasikuler, bronkhovesikuler, (dalam
kondisi normal)
2) Dada anterior
Inspeksi antara lain ; deformitas atau asimetris.
Palpasi antara lain : adanya nyeri tekan, ekspansi pernafasan.
Perkusi antara lain : pada penderita normal area paru terdengar sonor.
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler, bronkhovesikuler (dalam kondisi tanpa
penyerta penyakit lain)
m. Aksila
1) Inspeksi terhadap kemerahan, infeksi dan pigmentasi.
2) Palpasi kelenjar aksila sentralis apakah ada linfodenopati
n. System kardiovaskuler
Adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut, takikardi, tekanan darah
yang cenderung meningkat, disritmia, nadi yang menurun, rasa kesemutan
dan bebas pada ekstermita merupakan tanda gejala dari penderita
diabetes mellitus.
o. Abdomen
1) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya pembesaran
organ (pada penderita dengan penyerta penyakit sirosis hepatic atau
hepatomegali dan splenomegali).
2) Auskultasi : bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan
mortilitas
3) Perkusi : perkusi abdomen terhadap proposisi dan pola tympani serta
kepekaan
4) Palpasi : untuk mengetahui adanya myeri tekan atau massa
p. Ginjal
Palpasi ginjal apakah ada nyeri tekan sudut kosta vertebal
q. Genetalia
Penis : pada inspeksi apakah ada timosis pada prepusium dan apakah ada
hipospadia pada meatus uratrae
r. System muskuloskletal
Inspeksi persendian dan jaringan sekitar saat anda memeriksa berbagai
kondisi tubuh
s. System neurosensori
Penderita DM biasanya merasakan gejala seperti :
1) Pusing
2) Sakit kepala
3) Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia.
4) Gangguan penglihatan
5) Iritabilitas
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d perubahan kedalaman pernafasan
DO: tekanan darah tidak normal akibat respon dari aktivitas, irama
jantung tidak normal akibat respon dari aktivitas,pernafasan
tidaknyaman,dispnea,kelemahan,kelelahan
Outcomes :
Intervensi :
Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien tantang metode
alternative untuk melakukan koping terhadap kehilangan
penglihatan.
R/ pasien dapat memiliki pengetahuan dan melakukan koping yang
baik terhapap kehilangan penglihatan secara lebih baik.
Anjurkan keluarga atau teman-teman pasien untuk mengunjungi
pasien dan membawa benda yang familier dapat ditinggal bersama
pasien.
R/ adanya benda yang familier dapat membantu pasien dalam
orientasi realitas.
Sediakan lingkungan yang aman dengan menyingkirkan furniture
yang berlebihan diruangan pasien. Orientasikan pasien dalam
ruangan,
R/ dengan mengorientasikan pasien pada keadaan sekitar dapat
mengurangi resiko keamanan.
Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan
tentang kehilangan penglihatan ,seperti dampaknya terhadap gaya
hidup.
R/ dapat memberikan kesempatan pada pasien untuk mengatakan
ketakutannya.
Berikan dan pantau keefektifan obat yang diprogramkan.
R/ pengobatan dapat membantu menurunkan nyeri dan mengontrol
proses penyakit.
Observasi daya penglihatan klien.
R/mengetahui perkembangan respon klien terhadap perawatan.
6. Gangguan eliminasi urin b.d berhubungan dengan multiple
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan atau
intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah maslah keperawatan
dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi, tidak
teratasi, atau teratasi sebagian dengan mengacu pada criteria evaluasi.
6. Pendidikan passien
a. Untuk pasien yang baru didiagnosis atau pasien yang mengalami situasi
penuh stress yang menghalangi pendidikan lebih dalam, fokuskan pada
penatalaksanaan ketrampilan yang berhubungan dengan egns insulin,/oral,
penatalkasanan.
b. Uraikan gejala hipoglikemia gemetar, sakit kepala, rasa lapar, lemah, sulit
konsentrasi, perubahan emosi dan bahayanya jika tidak di obati
c. Identifikasi penyebab hipoglikemia insulin terlalu banyak, penundaan-
penggunaan makanan dan peningkatan aktivitas
Baradero, M. Dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Hati. Jakarta:EGC
Smeltzer, C.S dan Bare, G.B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Vol.2. Ed.8. Jakarta:EGC
NAMA :
1. FANNY KOROH
2.MARTHA WILA PAGO
3. YAYU PUSPA CRHIRTIANI
KELAS : A