Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN PADA TN.

“S”
DENGAN DIAGNOSA TUMOR PEDIS
DIRUANGAN OK SENTRAL
RSUD HAJI MAKASSAR

Oleh
Hedy Mastofa Ruslan, S.Kep
NS0619079

CI Lahan CI Institusi

..........................
...........................

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR PEDIS/TULANG
A. Pengertian
Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel (neoplasma)
di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau maligna
(kanker). Neoplasma adalah masa abnormal dari jaringan, yang
pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan
berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang
menimbulkan perubahan tersebut (Robin 1999, 261, basic of pathology
disease).
Tumor tulang ini dapat di bedakan menjadi dua yaitu:
1. Tumor tulang primer
- Tumor tulang primer merupakan tumor tulang yang berasal dari
dalam tulang itu sendiri (osteogenik).
Jinak : osteoid osteoma
Ganas : oesteosarkoma
- Tumor yang membentuk tulang rawan (kondrogenik)
Jinak : Kondroblastoma
Ganas : Kondrosarkoma
- Tumor jaringan ikat (fibrogenik)
Jinak : Non Ossifying Fibroma
Ganas : Fibrosarkoma
- Tumor sumsum tulang (myelogenik)
Ganas : multiple myeloma
2. Tumor tulang sekunder / metastasik
Tumor tulang sekunder merupakan tumor tulang yang berasal
dari metastase tumor yang berasal dari organ/bagian tubuh yang lain,
misalnya pada tumor tulang yang terjadi dari tumor payudara, prostase,
paru-paru. Terutama sekali tumor yang berada pada akses utama sistem
vaskuler.

B. Etiologi
Meskipun tidak diketahui penyebab yang pasti tentang terjadinya
tumor tulang, para peneliti menemukan bahwa faktor genetik dapat
meningkatkan resiko tumor tulang. Contoh faktor genetika yang dapat
meningkatkan resiko tumor tulang adalah:
- Multiple exostoses
- Rothmund-Thomson sindrom
- retinoblastoma genetik
- Li-Fraumeni sindrom
C. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh
sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu
proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau
proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses
osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum
tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan
tulang yang abortif.
D. Manifestasi Klinik
1. Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya
menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit)
2. Fraktur patologik
3. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan
yang terbatas (Gale, 1999).
4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta
adanya pelebaran vena
Gejala yang muncul bisa bervariasi tergantung pada jenis tumor
tulangnya, namun yang paling umum adalah nyeri. tumor tulang lebih
umum terjadi pada tulang yang bentuknya panjang (lengan dan kaki),
sehingga tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang paling sering
merasakan nyeri.Tidak semua tumor tulang bersifat kanker, melainkan
ada juga yang jinak.Nyeri tulang umumnya menunjukkan bahwa tumor
tersebut adalah jinak. Beberapa ​gejala tumor ​ tulang antara lain:
- persendian yang bengkak dan inflamasi
- patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh
Gejala yang tidak spesifik seperti demam, menurunnya berat
badan, kelelahan yang hebat, dan anemia juga bisa menjadi ​gejala
tumor ​ tulang, tapi bisa juga merupakan indikator penyakit lain.
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang
diagnosis seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan
biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai
prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase
alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik. Hiperkalsemia terjadi
pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala
hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah,
poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani
segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang
terjadi setelah eksesi tumor. (Rasjad, 2003).
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor
tersebut saat didiagnosis.Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi
pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan
pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau
ekstremitas yang sakit.Penatalaksanaan meliputi pembedahan,
kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau
radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya
meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid)
atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini
mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan
seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid, (Gale, 1999).
2. Tindakan keperawatan
a. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi
napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi
( pemberian analgetika ).
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga
untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi
sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu
diberikan nutrisi yang adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi
dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.Pemberian nutrisi parenteral
dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka di rumah.(Smeltzer. 2001)
G. Prognosa
Prognosa jelek, hanya kira-kira seperlima atau kurang dari 10 persen
yang kasus yang mempunyai harapan hidup/bertahan sampai/lebih dari 5
tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin E, et. al. (2000).​Penerapan proses keperawatan dan diagnosa


keperawatan​. Jakarta. EGC.

Otto, Shirley E.2003.​Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.​ Jakarta :EGC.

​ akasar :
Sjamjuhidayat &Wim de Jong. 2005. ​Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.M
BintangLamimpatue.

Ramali & Pamoentjak. (1999). ​Kamus kedokteran ​Ed. revisi Penerbit : Buku
Kedokteran. EGC

Muttaqin, Arif. Ns. S.kep, 2000. ​Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Klien
gangguan system muskuluskeletal.​ Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai