Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN PADA TN”J”


DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHF
DI RUANGAN ICU RSUD HAJI
MAKASSAR

Oleh :
Hasrul Babet, S.kep
NS0619078

CI Lahan CI Institusi

(………………….) (…………………….)
NIP/NIDN NIP/NIDN

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
GAGAL JANTUNG (CHF)

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh
sesak nafas dan fatik (saat istrahat atau saat aktivitas) yang di sebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi jantung (NANDA, 2015).
Gagal Jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel
kiri[ CITATION Wah13 \l 1033 ].
Adapun klasifikasi gagal jantung menurut gejala dan intensitas:
a. Gagal jantung akut
Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa hari atau beberapa
jam.
b. Gagal jantung kronik
Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari.

2. Etiologi
Menurut [ CITATION Wah13 \l 1033 ] gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
degeneratif atau inflamasi
b. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung.Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung.Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium,
perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload.

3. Patofisiologi
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu sistem
tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai
dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu
keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung. Salah satu respon hemodinamik
yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian (filling pressure) dari
jantung atau preload.Respon terhadap jantung menimbulkan beberapa mekanisme
kompensasi yang bertujuan untuk meningkatkan volume darah, volume ruang
jantung, tahanan pembuluh darah perifer dan hipertropi otot jantung.Kondisi ini juga
menyebabkan aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa
penimbunan air dan garam oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik.

4. Menifestasi klinis
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya
gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah
kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung.
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
a. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
b. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer.
c. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
deliriu

5. Komplikasi
a. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena dalam atau
deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli sistemik tinggi,
terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan dengan pemberian warfarin.
b. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa menyebabkan
perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan denyut jantung (dengan
digoxin atau β blocker dan pemberian warfarin).
c. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik dengan dosis
ditinggikan.
d. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau sudden cardiac
death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang berhasil diresusitasi, amiodaron,
β blocker, dan vebrilator yang ditanam mungkin turut mempunyai peranan

6. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa CHF
yaitu:
a. Elektro kardiogram (EKG)
Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia,
takikardi, fibrilasi atrial.
b. Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
c. Sonogram (echocardiogram, echokardiogram doppler)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katub atauarea penurunan kontraktilitas ventricular.
d. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katub atau insufisiensi.
e. Rongent Dada
Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
f. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretik.
g. Oksimetri Nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.
h. Analisa Gas Darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
i. Pemeriksaan Tiroid
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai pre
pencetus gagal jantung kongestif.

7. Penatalaksanaan
Menurut [ CITATION Nes12 \l 1033 ]prinsip penatalaksanaan CHF adalah:
a. Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung dan
menurunkan tekanan darah.
a. Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal.Selain itu
pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur dan mengurangi edema
b. Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu memenuhi
oksigen tubuh.
c. Terapi Diuretik
Diuretik memiliki efek anti hipertensi dengan menigkatkan pelepasan air dan garam
natrium sehingga menyebabkan penurunan volume cairan dan merendahkan
tekanan darah.
d. Digitalis
Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan kontraksi
peningkatan efisiensi jantung.Saat curah jantung meningkat, volume cairan lebih
besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi, eksresi dan volume intravaskuler menurun.
e. Inotropik Positif
Dobutamin meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek inotropik positif) dan
meningkatkan denyut
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
1. Data umum pasien
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan, status pernikahan, alamat, no medical record, diagnose medis, tanggal
pengkajian dan tanggal masuk RS.
2. Data informan atau keluarga
Meliputi nama, umur, jenis kelamin dan hubungan dengan pasien
3. Genogram
4. Riwayat kesehatan
Meliputi keluhan utama, riwayat keluhan utama, riwayat opname, riwayat operasi,
riwayat kesehatan sekarang, riwayat alergi, riwayat medikasi, kesadaran (GCS).
5. Pemeriksaan fisik (head to toe)
Meliputi kepala, mata, telinga, hidung dan sinus, mulut dan faring, leher, toraks,
dan paru, jantung, payudara dan aksila, abdomen, genetelia dan anus, ekstermitas,
nervus.
6. Kebutuhan dasar
Meliputi nutrisi, cairan, eliminasi, oksigenasi, istiorahat dan tidur, personal
hygiene, aktivitas latihan,
7. Pengkajian resiko jatuh
8. Pemeriksaan diaknostik
9. Psikososial.

2. Diagnose keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas, hipersekresi jalan nafas,
disfungsi neuromuskuler, benda asing dalam jalan napas
2. Nyeri akut b.d agen pencedera misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma
3. Gangguan mobilitas fisik b.d perubahan metabilisme, penurunan kendali otot,
penurunan massa otot, penurunan kekuatan otot.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Bersihan jalan nafas Outcome: Bersihan jalan 1. Identifikasi
tidak efektif b.d spasme nafas kemampuan batuk
jalan nafas, hipersekresi 1. Skala target 2. Jelaskan tujuan dan
jalan nafas, disfungsi outcome batuk mengajarkan prosedur
neuromuskuler, benda efektif batuk efektif
asing dalam jalan napas dipertahankan di 3 3. Atur posisi pasien
(sedang) di sesuai kenyamanan
tingkatkan pada 5 4. Berikan oksigen sesuai
(meningkat). program.
5. Pemberian obat nasal
2. Nyeri akut b.d agen Otcome: manajemen nyeri 1. Lakukan pengkajian
pencedera misalnya 1. Skala target nyeri secara
inflamasi, iskemia, outcome mengenali komprehensif
neoplasma kapan nyeri terjadi termasuk lokasi,
dipertahankan pada karakteristik, durasi,
3 (sedang) di frekuensi, kualitas,
tingkatkan ke 5 dan faktor presipitasi
(meningkat) 2. Observasi TTV setiap
2. Menggunakan jam
tindakaan 3. Ajarkan tentang
pengurangan nyeri tehnik non
tanpa analgesik farmakologi yaitu
dipertahankan pada relaksasi nafas dalam
3 (sedang) di 4. Pastikan pemberian
tingkatkan ke analgestik sebelum
5(meningkat). nyeri bertambah
5. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan).
3. Gangguan mobilitas Outcome: Dukungan 1. Kaji kemampuan pasien
fisik b.d perubahan mobilisasi dalam mobilisasi
metabilisme, penurunan 1. Skala target 2. Identifikasi gangguan
kendali otot, penurunan outcome mengenali fungsi tubuh yang
massa otot, penurunan kemantapan mengakibatkan kelelahan
kekuatan otot gerakan 3. Damping dan bantu pasien
dipertahankan pada saat mobililisasi dan bantu
3 (sedang) di penuhi kebutuhan ADLs
tingkatkan ke 5 4. Lakukan latihan ROM
(meningkat) pasif dengan bantuan,
2. Meningkat gerakan sesuai indikasi
arah yang di 5. Dukung pasien duduk di
inginkan tempat tidur
dipertahankan pada 6. Berikan alat bantu jika
3 (sedang) di memerlukan
tingkatkan ke 5
(meningkat).
3. Meningkat gerakan
dengan waktu yang
di inginkan
dipertahankan pada
3 (sedang) di
tingkatkan ke 5
(meningkat).
4. Ketidakseimbangan Outcome : Status Nutrisi 1. Monitor adanya mual dan
nutrisi kurang dari muntah
kebutuhan tubuh 1. Skala target outcome 2. Identifikasi perubahan
asupan makanan secara nafsu makan dan aktivitas
oral dipertahankan pada akhir-akhir ini
2 (sedikit adekuat) 3. Identifikasi perubahan
ditingkan ke berat badan terakhir
5(sepenuhnya adekuat). 4. Anjurkan makan sedikit
tapi sering
5. Tambahkan asupan
caiaran.

4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan pewujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.

5. Evalauasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang menentukan apakah
intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien.
S (subjektif) : adalah informasi yang didapatkan dari klien dan keluarga
O (objektif) : adalah informasi yang didapatkan dari bahasa tubuh, raut wajah, hasil
pemeriksaan pasien
A (analisis : adalah untuk mengetahui apakah implementasi yang dilakukan
berhasil atau tidak
P (planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Austaryani, N. P. (2012). Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang Intensive Cardio Vascular
Care Unit (ICVCU) Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.

Doenges E. Marlynn.2010. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

NANDA NIC NOC, 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN


DIAGNOSA MEDIS. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

PPNI, T. P. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia definisi dan indikator diagnostik.
Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia definisi dan tindakan


keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia definisi dan kriteria hasil
keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

Prihantono, W. E. (2013). GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR: CONGESTIVE


HEART FAILURE (GAGAL JANTUNG KONGESTIVE).

Setiadi. (2012). Konsep & penulisan asuhan keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wartonah, & Tarwoto. (2015). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 5.
Jakarta: salemba medika.

Anda mungkin juga menyukai