ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS KLIEN.
Inisial Klien : Tn K No. Reg :099639
Umur : 28 th Tgl. MRS :
Jenis Kelamin : laki-laki Diagnosa medis :
Suku/Bangsa : indonesia
Agama : kawin
Pekerjaan : Polri
Pendidikan : SMA
Alamat :asrama brimob
Asuransi : (BPJS/UMUM)
1
2
5555 5555
Kekuatan Otot: ( ki ) ( ka )
5555 5555
3
SISTEM TUBUH:
Pernapasan ( B1 : Breathing )
Hidung : Asimetris ( ), deviasi septum ( ), Epistaksis ( ), lain-
lain: simetris
Trakhea : Deviasi trachea ( ), disfagia ( )
( ) nyeri ( ) dyspnea ( ) orthopnea ( ) cyanosis ( ) batuk darah
( ) napas dangkal ( ) retraksi dada ( ) sputum ( )
tracheostomy ( ) respirator
Suara Tambah :
( ) wheezing : lokasi tidak ada
Benduk dada :
( ) simetris ( ) tidak simetris ( ) lainnya
(sebutkan)
Cardiovaskuler (B2 : Bleeding)
( ) nyeri dada () pusing ( ) sakit kepala ( ) palpitasi ( ) clubbing
finger
Suara jantung :
() normal ( S1/S2 tunggal )
( ) kelainan: S3 ( ), S4 ( ), Mur-mur ( ), Gallop (
),
Edema :
( ) palpebra ( ) anasarka ( ) extremitas atas ( ) extremitas bawah ( )
4
Persyrafan ( B3 : Brain )
( ) composmentis ( ) apatis ( ) somnolent ( ) sopor ( ) koma
( ) gelisah
Glasgow Coma Scale ( GCS ) :
E :4 V :5 M :6 Nilai total : 15
Kepala wajah
( ) t.a.k ( ) t.a.k
( ) mesosepal ( ) asimetris
( ) asimetris ( ) bell palsy
( ) hematoma ( ) kel. Congenital
Mata :
Sklera : ( ) putih ( ) icterus ( ) merah ( ) perdarahan
Konjungtiva : ( ) pucat ( ) merah muda
Pupil : ( ) isokor ( ) anisokor ( ) miosis ( ) midriasis
Brakhialis ( + ),
Refleks Tidak Normal:
Kaku kuduk ( ), Bruzinski’s II ( ), Kernig Sign ( )
Babinski’s ( ),
5
Persepsi sensori :
Pendengaran :
6
Lainnya ( sebutkan )
Diet :
Tulang-Otot-Integumen ( B6 : Bone )
Kemampuan pergerakan sendi ( ) bebas ( ) terbatas
- Parese : ( ) ya ( ) tidak
- Paralise : ( ) ya ( ) tidak
- Hemiparese : ( ) ya ( ) tidak
- Lainnya: fraktur clavikula sinistra
Extremitas :
- Atas : ( ) tidak ada kelainan ( ) peradangan ( ) patah
tulang
( ) perlukaan
Lokasinya tidak ada
- Bawah : () tidak ada kelainan ( ) peradangan ( )
patah tulang
( ) perlukaan
Lokasinya tidak ada
Tulang belakang : kifosis ( ), lordosis ( ), skoliosis ( ), nyeri ( )
Kulit :
- Warna kulit : ( ) ikterik ( ) cyanotic ( ) pucat ( ) kemerahan
( ) pigmentasi
- Akral : ( ) hangat () panas ( ) dingin kering ( ) dingin basah
- Turgor : elastis < 2 detik normal 2-3 detik
Sistem Endokrin
Terapi hormon : tidak ada
Karakteristik sex sekunder : ( ) normal ( ) tidak
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik :
( ) Perubahan ukuran kepala, tangan atau kaki pada waktu dewasa.
( ) Kekeringan kulit atau rambut
8
( ) Exopthalmus
( ) Goiter
( ) Hipoglikemia
( ) Tidak toleran terhadap panas ( ) Tidak toleran terhadap dingin ( )
Polidipsi ( ) Poliphagi ( ) Poliuria ( ) Postural hipotensi ( )
Kelemahan
( ) lainnya ( sebutkan ) :
System Reproduksi Laki-laki :
- Kelamin : Bentuk ( ) normal
( ) tidak normal (jelaskan)
Kebersihan () bersih
( ) kotor (jelaskan)
D. POLA AKTIVITAS
Makan :
Frekuensi : 3 x/hari, waktu makan ( ) tidak teratur ( ) teratur sepertiga
porsi rumah sakit
Jenis menu : nasi lauk pauk dan sayur
Yang disukai :-
Yang tidak disukai :-
Pantangan :-
Alergi :-
Minum :
Frekuensi : 6-8 x/hari -+1000cc
Jenis menu :air putih
Yang disukai :
Yang tidak disukai :-
Pantangan :-
Alergi :-
E. PSIKOSOSIAL.
Sosial/Interaksi :
Dukungan keluarga :
() aktif ( ) kurang ( ) tidak ada
Dukungan Kelompok/teman/masyarakat :
( ) aktif ( ) kurang ( ) tidak ada
Spiritual :
Konsep tentang penguasa kehidupan :
10
Kebutuhan Pembelajaran :
Pengetahuan tentang penyebab penyakit :
( ) Ya ( ) Tidak ( ) keliru
Alasan : pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya
Pengetahuan tentang proses perjalanan penyakit/proses penularan :
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : 22- 03-2021
Parameter Result Unit Ref.Ranges
WBC (white blood 3.48 10x3/uL 4.00-10.00
cell
HGB 8.2 g/dL 12.0-16.0
(hemoglobin)
HCT (Hematokrit) 31.1 % 40.0-54.0
PLT (platelet/ 9 10x3/uL 150-300
trombosit)
G. TERAPI MEDIS
Obat Dosis Pemberian
omeprazole intravena, 3 x 40 mg intravena
per oral, ,
Ceftriaxon 2x 1 gram Intravena
IVFD NaCl 0,9 % 20 tetes per menit IV
sucralfat 4 x 1 gram
12
H. ANALISA KEPERAWATAN
hantaran oksegen
dan nutrisi ke sel
menurun
13
penurunan perfusi
jaringan
kelemahan
intoleransi aktivitas
3 DS : anemia defisit
nutrisi
- Pasien mengatakan tidak nafsu
makan hantaran oksigen dan
nutrisi menurut
- Pasien mengatakan hanya habis
sepertiga porsi rumah sakit
- Mual dan muntah sudah 4 kali
asuhapn nutrisi tidak
adekuat
DO :
- klien tampak lemah resiko deficit nutrisi
- pasien tampak pucat
- hemoglobin 10.800 u/L
14
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Standar diagnosa
Standar luaran Standar intervensi
keperawatan
No keperawatan indonesia keperawatan indonesia
indonesia
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 D.0009 Perfusi perifer L.02011 Perawatan sirkulasi I.02079
perfusi perifer Setelah dilakukan tindajan
Observasi
tidak efektif keperawatan selama 3x24
1. Periksa sirkulasi
berhubungan jam diharapkan perfusi
perifer
dengan perifer meningkat
2. Idenifikasi faktor
penurunan Kriteria hasil:
resiko gangguan
komponen 1. Warna kulit pucat
sirkulasi
seluler yang menurun
3. Monitor panas,
diperlukan untuk 2. Edema perifer
nyeri, kemerahan
pengiriman menurun
atau bengkak pada
oksigen/nutrient 3. Kelemahan otot
ektremitas
ke sel membaik
Terapeutik
4. Pengisian kapiler
4. Hindari pemasangan
membaik
infus atau
pengambilan darah
pada daerah
keterbatasan perfusi
5. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
daerah keterbatasan
perfusi
6. Hindari penekanan
dan pemasangan
tornikuet pada area
yang cidera
7. Lakukan
pencegahan infeksi
8. Lakukan hidrasi
Edukasi
9. Anjurkan berhenti
merokok
10. Anjurkan
berolahraga rutin.
15
Terapeutik
9. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
10. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
(mis. Piramida
makanan)
11. Sajikan
makanan secara
menarik dan suhu
yang sesuai
12. Berikan
makan tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
16
13. Berikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
14. Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
15. Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasigastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
16. Anjurkan
posisi duduk, jika
mampu
17. Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi
18. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
19. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
Kolaborasi
10. kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
18
J. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
5. Berkolaborasi
memberikan
19
antibiotic
R/pasien bersedia
2 Senin, 15 1. mengidentifikasi S:
maret 2021 gangguan fungsi - Pasien mengatakan masih merasa lelah jik
tubuh yang aktivitas,
mengakibatkan - Pasien masih merasa pusing
kelelahan
R/ pasien O :
kekurangan hb - Pasien tampak lemah
(hb pasien 8,2 - Pasien beraktivitas dibantu keluarga
gr/dL)
A:
2. memonitor Masalah intoleransi belum teratasi
kelelahan fisik dan
emosional P:
R/ pasien Intevensi dilanjutkan
mengatakan cepat - Observasi ttv
lelah jika - Anjurkan tirah baring
beraktivitas - Anjurkan berkativitas secara bertahap
4. menyediakan
lingkungan nyaman
5. Mengajarkan pasien
rentan gerak pasif
dan aktif
R/pasien kooperatif
6. menganjurkan tirah
baring
R/pasien kooperatif
7. menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
20
R/Pasien kooperatif
8. berkolaborasi
memberian obat dan
nutrisi
3 Senin, 15 S:
maret 2021 1. mengidentifikasi - Pasien mengatakan makan hanya sepertig
status nutrisi pasien
- Masih merasa mual
R/ pasien
mengatakan tidak O:
nafsu makan
- Pasien tampak lemah
2. Memonitor asupan - Pasien tampak pucat
makanan
A:
3. Menganjurkan Masalah resiko deficit nutrisi belum teratasi
pasien untuk
P:
melakukan oral
hygine Intervensi dilanjutkan
- Monitor asupan makanan
R/ pasien kooperatif
- Menganjurkan pasien makan tinggi
4. Menganjurkan
kalori dan protein
pasien makan
tinggi serat, tinggi
kalori dan protein
5. R/pasien kooperatif
berkolaborasi
dengan ahli gizi
4. Menganjurkan pasien
untuk banyak minum
dan makan rtinggi zat
besi
R/pasien mengatakan
bersedia
5. Berkolaborasi
memberikan antibiotic
R/pasien bersedia
22
2 Selasa, 16 1. mengidentifikasi S:
maret 2021 gangguan fungsi - Pasien mengatakan sudah mulai beraktivi
tubuh yang - Lelahnya berkurang
mengakibatkan - Pasien kadang merasa pusing
kelelahan
R/ kadar hb O :
menurun (hb 8,2 - Pasien tampak segar
g/dL) - Pasien sudah mulai beraktivitas
2. memonitor A:
kelelahan fisik dan Masalah intoleransi teratasi sebagian
emosional
R/pasien P:
pengatakan cepatIntevensi dilanjutkan
lelah - Observasi ttv
- Anjurkan tirah baring
3. memonitor pola - Anjurkan berkativitas secara bertahap
dan jam tidur
R/ pasien
mengatakan tidur
tidak nyenyak
4. menyediakan
lingkungan nyaman
5. Mengajarkan pasien
rentan gerak pasif
dan aktif
R/pasien kooperatif
6. menganjurkan tirah
baring
R/pasien kooperatif
7. menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
R/Pasien kooperatif
8. berkolaborasi
memberian obat dan
nutrisi
23
3 Selasa, 16 1. mengidentifikasi S:
maret 2021 status nutrisi pasien - Pasien mengatakan makan hanya sepertig
R/ pasien
- Pasien mengatakan makan sudah merasa
mengatakan tidak
nafsu makan
O:
2. Memonitor asupan
makanan - Pasien tampak segar
- Pasien tampak tidak pucat
3. Menganjurkan
pasien untuk A:
melakukan oral
Masalah deficit nutrisi teratasi sebagian
hygine
R/ pasien bersedia P:
Intervensi dilanjutkan
4. Menganjurkan
pasien makan - Monitor asupan makanan
tinggi serat, - Menganjurkan pasien makan tinggi serat
tinggikalori dan dan protein
protein
5. R/pasien kooperatif
6. berkolaborasi
dengan ahli gizi
8. Menganjurkan pasien
untuk banyak minum
dan makan rtinggi zat
besi
R/pasien mengatakan
bersedia
9. Berkolaborasi
memberikan antibiotic
R/pasien bersedia
25
2 Rabu, 17 1. mengidentifikasi S:
maret 2021 gangguan fungsi - Pasien mengatakan masih sudah bisa berak
tubuh yang secara mandiri
mengakibatkan O:
kelelahan - Pasien tampak segar
- Pasien beraktivitas mandiri
2. memonitor
kelelahan fisik dan A:
emosional Masalah intoleransi teratasi
R/pasien tampak
berbaring P:
Intervensi dihentikan (pasien pulang)
3. memonitor pola dan
jam tidur
R/ pasien
mengatakan tidur
nyenyak
4. menyediakan
lingkungan nyaman
5. Mengajarkan pasien
rentan gerak pasif
dan aktif
R/pasien kooperatif
6. menganjurkan tirah
baring
R/pasien bersedia
7. menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
R/Pasien kooperatif
8. berkolaborasi
memberian obat dan
nutrisi
3 Rabu, 17 1. mengidentifikasi S:
maret 2021 status nutrisi pasien - Pasien mengatakan mual muntah sudah ti
R/ pasien - Pasien mengatakan makan habis
mengatakan nafsu
- Nafsu makan membaik
26
makan membaik
O:
2. Memonitor asupan
makanan - Pasien tampak segar
A:
3. Menganjurkan
pasien untuk Masalah deficit nutrisi teratasi
melakukan oral
P:
hygine
R/ pasien kooperatif Intervensi dihentikan
4. Menganjurkan
pasien makan
tinggi serat,
tinggikalori dan
protein
R/pasien kooperatif
berkolaborasi
dengan ahli gizi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
Pada bagian ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan anemia
aplastik pada pasien Tn.K di RS. BHAYANGKARA ANTON SOEDJARWO.
Berdasarkan Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia
atau bisitopenia pada darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada
sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau hypoplasia tanpa adanya infiltrasi,
supresi atau pendesakkan sumsum tulang (Bakta, 2017). Dalam asuhan
keperawatna yang dikelola, didapatkan bahwa pasien mengatakan lemah, kadang
merasa pusing, mual dan muntah 4 kali, tidak nafsu makan. Pasien beraktivitas di
bantu keluarga, Pasien mengatakan lelah ketika melakukan aktivitas. Sedangkan
pada data obyektif Keadaan umum lemah, Kesadaran composmentis, GCS E:4
V:5 M:6, Suhu : 36,4oC, Nadi : 80. x/mnt, Tekanan Darah : 130/80 mmHg,
pernapasan : 20 x/mnt. Dari hasil laboratorium diketahui bahwa leukosit 3.480
u/L, hemoglobin 8,2 g/dL, hematokrit 31.1 %, dan trombosit 9.000 u/L. dari
hasil analisa data yang didapat maka, peneliti mengangkat diagnosa utama yaitu
perfusi perifer tidak efektif.
B. Analisa intervensi
Dari diagnosa yang didapat maka intervensi yang dapat dilakukan yaitu
peningkatan sirkulasi agar perfusi perifer meningkat. Intervensi yang dilakukan
ialah periksa sirkulasi perifer, idenifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi,
monitor panas, nyeri, kemerahan atau bengkak pada ektremitas, hindari
pemasangan infus atau pengambilan darah pada daerah keterbatasan perfusi,
hindari pengukuran tekanan darah pada daerah keterbatasan perfusi, Hindari
penekanan dan pemasangan tornikuet pada area yang cidera, Lakukan
28
kalsium, sodium, dan potassium. Kandungan protein di dalam kurma sebesar 1,8-
2,0%, serat 2,0-4,0%, dan glukosa sebesar 50-70%. Selain mengandung energi
gula yang sangat banyak, kurma juga mengandung garam alkalin yang mampu
menambah kaasaman darah, yang berfungsi untuk mengimbangi pengaruh
makanan karbohidrat yang berlebih.Kandungan zat besi yang tinggi membuat
mereka menjadi suplemen makanan yang sempurna untuk seseorang yang
menderita anemia (Suryana Dayat, 2018).
Dari jurnal yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa buah bit dan sari
kurma sangat efektif dalam meningkatan eritrosit dan haemoglobin pada pasien
anemia yang kekurangan kadar eritrosit dan haemoglobin.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis mempelajari tentang masalah-masalah yang terdapat pasien
Tn.D padada kasus PPOK dengan kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang dilakukan dengan mengobservasi klien
didapatkandata subyektif didapatkan bahwa pasien mengatakan lemah,
kadang merasa pusing, mual dan muntah 4 kali, tidak nafsu makan.
Pasien beraktivitas di bantu keluarga, Pasien mengatakan lelah ketika
melakukan aktivitas. Sedangkan pada data obyektif Keadaan umum
lemah, Kesadaran composmentis, GCS E:4 V:5 M:6, Suhu : 36,4oC,
Nadi : 80. x/mnt, Tekanan Darah : 130/80 mmHg, pernapasan : 20
x/mnt. Dari hasil laboratorium diketahui bahwa leukosit 3.480 u/L,
hemoglobin 8,2 g/dL, hematokrit 31.1 %, dan trombosit 9.000 u/L.
dari hasil analisa data yang didapat maka, peneliti mengangkat
diagnosa utama yaitu perfusi perifer tidak efektif.
2. Intervensi yang dilakukan yaitu perbaikan sirkulasi guna
meningkatkan perfusi perifer
3. Dari jurnal yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa buah bit dan sari
kurma sangat efektif dalam meningkatan eritrosit dan haemoglobin
pada pasien anemia yang kekurangan kadar eritrosit dan haemoglobin.
B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien pada kasus Anemia
Aplastik diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya
(Dokter, Gizi, Lab, Radiologi) agar hasil dapat tercapai secara maksimal
dank lien kembali sehat seperti sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ikawati, K., & Rokhana. (2018). Pengaruh Buah Bit (Beta Vulgaris) Terhadap Indek
Eritrosit Pada Remaja Putri Dengan Anemia. Journal of Nursing and Public
Health, 6(2), 60–66. https://doi.org/10.37676/jnph.v6i2.659